2. Fisiologi Pernafasan
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian :
a. Menghirup udara (inspirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk
melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi :
volume rongga dada naik atau lebih besar, tekanan rongga dada
turun atau lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaksasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi volume rongga dada turun atau lebih kecil, tekanan rongga
dada naik atau lebih besar.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan
thorax yang elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan yang
utama adalah diafragma ( Potter& Perry, 2006). Ventilasi adalah
proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara intrapleural lebih negative (752 mmHg)
daripada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk
ke alveoli.
Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :
1. Bersihan jalan nafas
2. Adekuatnya system saraf pusat dan pusat pernapasan
3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4. Kemampuan otot-otot pernapasan seperti diafragma, eksternal
interkosta, otot abdominal
b. Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru
untuk di oksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah dioksigenasi
yang mengalir dalam arteri pulmonari dan ventrikel kanan jantung.
Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan
alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.
Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah
sistemik.
c. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan
konsentrasi yang lebih tinggi kedaerah dengan konsentrasi yang
lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler
alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan
membran ( Potter& Perry, 2006).
4. Gangguan Pernapasan
a Etiologi
Adapun yang menjadi faktor penyebab dari gangguan oksigenasi pada
tubuh menurut NANDA 2015-2017 yaitu hiperventilasi, sindrom
hipoventilasi, cedera medulla spinalis. Deformitas dinding dada,
deformitas tulang, disfungsi neuromuscular, gangguan musculoskeletal,
gangguan neurologis, imaturitas neurologis, keletihan, keletihan otot
pernafasan. Selain itu nyeri, obesitas dan posisi tubuh juga dapat
menjadi penyebab gangguan oksigenasi.
b Proses Terjadi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Patofisiologi :
Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernapasan yang tidak
normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat
disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi, imobilisasi. Statis sekresi batuk yang tidak efektif karena
penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident ( CVA ).
Hiversekresi mukosa saluran pernapasan yang menghasilkan lender
sehingga partikel – partikel kecil yang masuk bersama udara akan
mudah menempel di dinding saluran pernapasan. Hal ini lama –
lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang
menjebak di bagian distal saluran napas, maka individu akan
berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah
sehingga pada fase ekspirasi yang panjang akan muncul bunyi –
bunyi yang abnormal seperti mengi, dan ronchi.
b. Data Minor
Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
d Komplikasi
1. Penurunan kesadaran
2. Hipoksia
3. Disorientasi
4. Gelisah dan cemas
5. Pemeriksaan Diagnostik Pemenuhan Oksigenasi
a Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran
gas secara evisien.
2. Pemeriksaan analisa gas darah
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran
kapiler alviolar dan kekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Unruk mengukur saturasi oksigen kapiler.
4. Pemeriksaan sinar x dada
Untuk mengetahui adanya cairan, masa, fraktur dan proses-proses
abnormal.
5. Bronskoskopi
Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum
atau benda asing yang menghanbat jalan nafas.
6. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopilmonal (kerja jantung dan
kontraksi paru).
6. Penatalaksanaan Medis
a Penatalaksanaan Terapi
1. Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh
dokter (Nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan)
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisioterapi dada
b Penatalaksanaan Keperawatan
1. Ketidakfektifan bersihan jalan nafas
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Penghisapan lendir
2. Ketidakefektifan pola nafas
a. Atur posisi pasien (Semi Fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi pasien (Posisi Fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Penghisapan lendir
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Oksigenasi
a Pengkajian
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
a. Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b) Pasien mengeluh batuk tertahan
c) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d) Pasien merasa ada suara nafas tambahan
b. Data Objektif
a) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
b) Terdapat bunyi nafas tambahan
c) Pasien tampak bernafas dengan mulut
d) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
e) Pasien tampak susah untuk batuk
b Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan:
a. Sekresi kental/belebihan sekunder akibat infeksi, fibrosis kistik
atau influenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif
c. Sumbatan jalan nafas karena benda asing
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan:
a. Lemahnya otot pernafasan
b. Penurunan ekspansi paru
3. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan:
a. Perubahan suplai oksigen
b. Adanya penumpukan cairan dalam paru
c. Edema paru
c. Perencanaan
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d peningkatan sputum
ditandai dengan batuk produktif
b. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh ditandai dengan
bradipnea
c. Gangguan pertukaran gas b/d berkurangnya keefektifan permukaan
paru
2. Rencana Asuhan Keperawatan
napas pasien
- Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi
tarik nafas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang
ke 3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
3. Pemantauan Respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi
irama, kedalaman nafas
dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saluran oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
thorax
Terapeutik
- Atur interval pemantuan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil
pemantuan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantuan
- Informasikan hasil
pemantuan, jika perlu.
2. Pemantauan respirasi
Observasi
- Monitor frekuensi
irama, kedalaman nafas
dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
produksi sputum
- Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saluran oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
thorax
Terapeutik
- Atur interval pemantuan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil
pemantuan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantuan
Informasikan hasil
pemantuan, jika perlu.
3 Setelah dilakukan 1. Pemantauan respirasi 1. Mengumpulkan dan
tindakan keperawatan Observasi menganalisis data pasien
selama 3 x 24 jam - Monitor frekuensi untuk memastikan
diharapkan pertukaran irama, kedalaman nafas kepatenan jalan napas
gas dapat dan upaya nafas dan pertukaran gas yang
dipertahankan dengan - Monitor pola nafas adekuat
kriteria : - Monitor kemampuan 2. Memudahkan pasien
batuk efektif untuk bernafas
1. Menunjukkan
- Monitor adanya 3. Mengurangi konsumsi
perbaikan
produksi sputum oksigen pada periode
ventilasi dan
- Monitor adanya respirasi.
oksigenasi
sumbatan jalan nafas 4. HE dapat memberikan
jaringan
- Palpasi kesimetrisan pengetahuan pada pasien
2. Tidak ada
ekspansi paru tentang teknik bernafas
sianosis
- Auskultasi bunyi nafas
5. Memaksimalkan sediaan
- Monitor saluran oksigen
oksigen khususnya
- Monitor nilai AGD
ventilasi menurun
- Monitor hasil x-ray
thorax
Terapeutik
- Atur interval pemantuan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasi hasil
pemantuan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantuan
- Informasikan hasil
pemantuan, jika perlu.
2. Terapi Oksigen
Observasi
- Monitor kecepatan
aliran oksigen
- Monitor posisi alat
terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen
secara periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, AGD), jika
perlu
- Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
- Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor tanda dan
gejala tosikasi oksigen
dan atelektasis
- Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
- Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan secret paa
mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas
- Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen yang sesuai
dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
- Kolaborasi
pengguanaan oksigen
saat aktivitas atau tidur.
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
1. Diagnosa 1: menunjukkkan adanya kemampuan dalam
a. Menunjukkan jalan nafas paten
b. Tidak ada suara nafas tambahan
c. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
2. Diagnosa 2:
a. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
nafas yang normal
b. Tidak ada sianosis
3. Diagnosa 3:
a. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
b. Tidak ada gejala distres pernafasan.
C. Daftar Pustaka