Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PELATIHAN PEMASARAN PRODUK USAHA KECIL MENENGAH (UKM)


SECARA DIGITAL

Oleh:

CHICI DELIMA SIRINGO RINGO

1906114047

JURUSAN AGRIBISNSIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan judul Pelatihan

Pemasaran Produk Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Berbasis Digital.

Terimakasih kepada segala sumber yang telah memberikan informasi, petunjuk kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah turut membantu dalam

penyusunan makalah ini. Penulisan masih memerlukan penyempurnaan, baik materi, tata bahasa

maupun teknik penulisan. Untuk itu, sangat diharapkan saran maupun kritikan yang bersifat

membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, 28 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................4
2.1 Pemberdayaan...........................................................................................................................4
2.2 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)....................................................................6
2.3 E-commerce..........................................................................................................................7
III. METODOLOGI.......................................................................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................................................9
3.2 Metode dan Pendekatan Pemberdayaan............................................................................9
3.3 Sumber Data......................................................................................................................10
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................................................11
3.5 Teknik Analisis Data.........................................................................................................11
IV. HASIL PEMBAHASAN........................................................................................................12
4.1 Tahap Persiapan................................................................................................................12
4.2 Survei lokasi UMKM sebelum pelaksanaan program....................................................12
4.3 Pelaksanaan Kegiatan.......................................................................................................13
4.4 Evaluasi Kegiatan..............................................................................................................14
V. PENUTUP..................................................................................................................................16
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................16
5.2 Saran.........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
LAMPIRAN.......................................................................................................................................18

ii
iii
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di era modern ini pemasaran online bukanlah sesuatu yang asing. Pemasaran

online sangat bermanfaat untuk kegiatan penjualan karena selain jangkauan

penjualanya yang lebih luas, kegiatan operasional dan promosi dapat lebih singkat

untuk dilaukan.

Minimnya pengetahuan pelaku UMKM di Kelurahan Bukit Gajah, Kecamatan

Pangkalan Lesung Provinsi Riau mengenai digital marketing sangatlah rendah. Jika dilihat

dari produk yang dijual produk-produk tersebut bisa menjadi unggulan dari daerah tersebut.

Permaslahan lainya juga terjadi selama pandemi covid-19, hasil penjualan yang diperoleh

UMKM menurun. Hal ini menginspirasi saya untuk menyampaikan sosialisasi dan

memberikan pelatihan mengenai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini. Jika

pelaku UMKM paham akan pentingnya digital marketing bagi usaha yang mereka jalankan,

diharapkan mereka akan termotivasi untuk menggunakan digital marketing sebagai sarana

komunikasi dan promosi bagi usahanya seterusnya, serta dapat mempraktikkannya secara

langsung dengan memanfaatkan media sosial dan internet sehingga produk yang dijual lebih

dikenal dan dapat memberi dampak baik terhadap daerah tersebut.

Menurut Stelzner (2012), media sosial berpotensi untuk membantu pelaku bisnis

UMKM dalam memasarkan produknya. Media sosial sendiri didefinisikan sebagai

sekelompok aplikasi berbasis internet yang menciptakan fondasi ideologi dan

teknologi dari Web 2.0 yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user

generated content (Stockdale, Ahmed, & Scheepers, 2012). Aplikasi media sosial

tersedia mulai dari pesan instan hingga situs jejaring sosial yang menawarkan

pengguna untuk berinteraksi, berhubungan, dan berkomunikasi satu sama lain.

1
Aplikasi ini bermaksud untuk menginisiasi dan mengedarkan informasi online tentang

pengalaman pengguna dalam mengonsumsi produk atau merek, dengan tujuan utama

meraih minat masyarakat. Dalam konteks bisnis, people engagement dapat mengarah

kepada penciptaan profit.

Menurut Wardhana (2015) strategi digital marketing berpengaruh hingga 78%

terhadap keunggulan bersaing UMKM dalam memasarkan produknya. Strategi

tersebut terdiri dari sosialisasi strategi digital marketing dalam bentuk pemanfaatan

media sosial sangatlah penting karena dapat memberi pengetahuan kepada para

pelaku UMKM mengenai cara maupun tahapan dalam memperluas jaringan

konsumen melalui pemanfaatan media sosial dalam memasarkan produknya sehingga

dapat meningkatkan keunggulan bersaing bagi UMKM itu sendiri. Apalagi dalam era

pandemi Covid-19 saat ini menuju perubahan perilaku pemasaran dari konvensional

ke digital menanjak namun tidak diimbangi oleh keberadaan pelaku UMKM yang

menggunakan digital marketing. Padahal UMKM dipercaya mampu memacu

perekonomian Indonesia. Pemanfaatan konsep pemasaran berbasis teknologi digital

menjadi harapan bagi UMKM untuk berkembang menjadi pusat kekuatan ekonomi.

UMKM dapat menggunakan media sosial sebagai sarana digital marketing. Selain

biaya yang murah dan tidak perlunya memiliki keahlian khusus dalam melakukan

inisiasi awal, media sosial dianggap mampu untuk secara langsung meraih konsumen.

Minimnya pengetahuan pelaku UMKM mengenai digital marketing menginspirasi

untuk menyampaikan sosialisasi dan memberikan pelatihan mengenai penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi ini. Jika pelaku UMKM paham akan pentingnya

digital marketing bagi usaha yang mereka jalankan, diharapkan mereka akan

termotivasi untuk menggunakan digital marketing sebagai sarana komunikasi dan

2
promosi bagi usahanya seterusnya, serta dapat mempraktikkannya secara langsung

dengan memanfaatkan media sosial dan internet.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tahapan persiapan dari pemberdayaan yang dilakukan?


2. Bagaimana survey lokasi yang dilakukan untuk pemberdayaan di Kelurahan?
3. Bagaimana pelaksanaan kegiatannya?
4. Bagaimaan evaluasi kegiatan pemeberdayaan?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui persiapan pemberdayaan

2. Untuk mengetahui persiapan survey lokasi yang dilakukan

3. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pemberdayaan

4. Untuk mengetahui evaluasi kegiatan pemberdayaan

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemberdayaan

Menurut Kartasasmita inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu

pengembangan, memperkuat potensi atau daya (empowering), terciptanya kemandirian. Pada

hakikatnya, pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak

ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki

daya, akan tetapi kadang-kadang merekantidak menyadari atau daya tersebut belum di

ketahui secata eksplisit. Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian di kembangkan. Jika

asumsi ini berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan

cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta

berepaya untuk mengembangkannya. Di samping kehendaknya pemberdayaan jangan

menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan (charity), sehingga hendaknya

pemberdayaan mengantarkan pada proses kemandirian.

Pemberdayaan sebagai upaya penguatan dan peningkatan kapasitas, peran, dan

inisiatif masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan, untuk dapat berpartisipasi dan

berperan aktif sebagai subyek atau pelaku maupun sebagai penerima manfaat dalam

pengembangan kepariwisataan secara berkelanjutan. Dalam prosesnya, pemberdayaan

merupakan kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam

4
masyarakat, termasuk individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai tujuan akhir dari

pemberdayaan sendiri yakni untuk mengembangkan kemampuan seseorang, khususnya

kelompok lemah dan rentan sehingga mereka punya kemampuan untuk (1) memenuhi

kebutuhan dasarnya sehingga mereka mampu untuk terbebas dari kebutuhan dasar, (2)

Mengidentifikasi sumber produktif sehingga meraka mampu mengembangkan utuk

meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang dan jasa yang di butuhkan, (3)

berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang dapat mempengaruhi bagi

mereka. Sebagai tujuan menurut Suharto, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan atau

hasil yang ingin di capai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyakat yang berdaya,

memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Menurut definisi-definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa pemberdayaan adalah

suatu usaha yang dilakukan oleh pelaku pemberdayaan sebagai bentuk meningkatkan

kapasitas dan kemandirian individu maupun kelompok dalam masyarakat. Selain itu

masyarakat juga dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam pelaksanaan pemberdayaan

karena masyarakat diberi kekuasaan penuh untuk menentukan apa yang mereka inginkan dan

mampu bertanggung jawab dengan apa yang telah mereka pilih untuk jalan hidupnya.

Pemberdayaan masyarakat sendiri sering dikaitkan dengan pembangunan masyarakat.

Chamber (Kartasasmita 1996:142) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah

konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun

paradigm baru dalam pembangunan yang bersifat people-centered, participatory,

empowerment and sustainable. Maka, pemberdayaan bisa dikatakan sebagai suatu proses

untuk menjadikan masyarakat menjadi lebih terberdaya atau lebih berkemampuan untuk

menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan cara memberikan kepercayaan dan kewenangan

sehingga dapat memunculkan rasa tanggung jawab.

5
Jadi kesimpulannya, pengertian pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses

pemberian daya atau kekuatan terhadap perilaku dan potensi baik individu maupun

masyarakat, serta pengelompokan masyarakat oleh pemerintah maupun masyarakat itu

sendiri atas dasar partisipasi yang bertujuan agar masyarakat berinisiatif melaksanakan

berbagai kegiatan-kegiatan yang dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidupnya.

2.2 UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha disemua sektor ekonomi. Pada prinsipnya

pembedaan antara usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, usaha besar umumnya

didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata

per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Namun, definisi UMKM berdasarkan tiga alat

ukur ini berbeda menurut negara. Oleh karena itu memang sulit membandingkan

pentingnya atau peran UMKM antar negara.

Di Indonesia definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonsia

Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam Bab 1 (Ketentuan Umum), pasal 1

dari UU tersebut, dinyatakan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang-

perorangan dan badan usaha perorangan yang memenuhi usaha mikro sebagaimana

diatur dalam UU tersebut. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro atau

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana telah diatur dalam UU

tersebut. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orangperorangan atau badan usaha yang bukan

6
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha mikro, usaha

kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud

dalam UU tersebut.

Diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) memainkan peran penting

di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang

berkembang, tetapi juga dinegara-negara maju. Di negara maju UMKM sangat penting, tidak

hanya karena kelompok usahanya tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja

dibandingkan usaha besar, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan

produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusinya dari usaha besar.

2.3 E-commerce

Perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputerisasi menyebabkan

terjadinya perubahan kultur dalam kehidupan sehari-hari. dalam era yang sudah

sangat maju ini media elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan

komunikasi dan bisnis. Hampir semua perusahaan modern dewasa ini menggunakan

media internet untuk memasarkan produk maupun jasa layanan mereka. Ekonomi

digital menyebar melintasi batas internasional, khususnya model bisnis antara

penyedia jasa e-commerce dengan individu pembeli telah menunjukkan peningkatan

yang signifikan (Kumar et al, 2013; Alshehri et al, 2012).

1. Definisi

E-Commerce E-commerce didefinisikan Kumar et al, 2013) sebagai transaksi ekonomi saat

pembeli dan penjual bersama-sama melalui media elektronik dari internet membentuk

kontrak perjanjian mengenai harga dan pengiriman barang atau jasa tertentu dan

menyelesaikan transaksi melalui pengiriman dan pembayaran barang atau jasa sesuai kontrak.

7
Kumbhar (2011) mendefinisikan e-commerce sebagai penggunaan internet dan Web dalam

melakukan transaksi bisnis dan e-commerce secara digital mampu mempermudah transaksi

komersial antar organisasi dan antara organisasi dengan individu. (Hsu, 2010; Bacon, 1997).

E-commerce terbagi atas dua segmen, yaitu business to business ecommerce

(perdagangan antar pelaku usaha) dan business to consumer ecommerce (perdagangan

antar pelaku usaha dengan konsumen). Konsep ecommerce membuat biaya

transportasi, marketing, dan operasional menjadi lebih rendah sehingga harga ditekan

menjadi murah. dengan harga yang murah maka dapat memicu peningkatan volume

penjualan. Selain itu konsep e-commerce juga sangat efektif dan efisien, bisa

menghemat waktu dan tempat, apalagi sekarang jaringan internet sudah gampang,

dengan didukung oleh situs wifi yang semakin banyak dan meningkatnya

perkembangan jaringan dari provider yang semakin bagus (Kumar et al, 2013;

Chakraborty et al, 2014).

2. Dimensi E-Commerce

Banyaknya manfaat yang didapatkan apabila seorang individu atau perusahaan

tersebut melakukan e-commerce, seperti dapat menjangkau pelanggan di seluruh

dunia dan dapat dengan mudah memasarkan barang dengan biaya yang lebih murah

dalam pemasarannya. Apalagi, dengan berkembangnya sistem telekomunikasi dan

komputerisasi saat ini, tentu sangatmenunjang kelancaran proses e-commerce ini.

(Chakraborty et al, 2014) Memahami akan arti penting dari e-commerce maka

perusahaan yang menggunakan media internet untuk memasarkan produk atau jasa

layanan perusahaan harus memperhatikan beberapa aspek atau dimensi dalam

ecommerce. Qteishat et al (2014) dalam penelitiannya mengelompokkan dimensi

8
ecommerce dalam Service Quality of e-ticketing technique menjadi empat dimensi,

yaitu:

a. Customer technical support, berhubungan dengan layanan/dukungan yang diberikan oleh

perusahaan travel agent secara pribadi agar konsumen mudah dalam bertransaksi bisnis

dengan perusahaan.

b. Infrastructure berhubungan dengan segala fasilitas yang disediakan untuk mempermudah

konsumen dalam bertransaksi bisnis dengan perusahaan.

c. Data security berhubungan dengan jaminan keamanan data pribadi konsumen selama

berhubungan bisnis dengan perusahaan.

d. User-friendliness berhubungan dengan kemudahan mengakses situs perusahaan.

III. METODOLOGI

III.1 Waktu dan Tempat

Lokasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan di Kelurahan

Bukit Gajah, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelelawan Provinsi Riau.

Pemilihan tempat dilakukan dengan pertimbangan bahwa kelurahan ini merupakan

salah satu desa dimana UKM didaerah ini memiliki penghasilan yang cukup rendah

akibat peandemi Covid-19. Penulis melakukan kegiatan pemberdayaan terhitung

mulai dari 20 September – 27 September 2021.

III.2 Metode dan Pendekatan Pemberdayaan

9
Secara menyeluruh untuk menyelesaikan permasalahan pada UKM yang ada dan

terlaksananya kegiatan ini dengan baik kegiatan akan dilaksanakan dengan tahapan

metode dan pendekatan sebagai berikut :

1. Metode yang digunakan dalam melakukan identifikasi penggunaan media pemasaran


pada UMKM sebagai berikut:

a. Observasi Kegiatan
Observasi dilakukan pada beberapa UMKM di kecamatan untuk mengetahui
cara dan media yang digunakan UMKM dalam memasarkan produknya.

b. Interview dan kuisioner


Interview dan pemberian kuisioner dilakukan pada beberapa pelaku UMKM
di Kecamatan untuk mengetahui media pemasaran dan informasi secara
kualitatif permasalahan pelaku UMKM dalam memasarkan produknya.

2. Setelah melakukan identifikasi penggunaan media pemasaran pada UMKM di


Kelurahan , selanjutnya penulis melakukan kegiatan pelatihan pemasaran produk UMKM
berbasis digital di kecamatan sebagai berikut:

a. Materi Pendidikan
Masyarakat Pendidikan masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan
wawasan serta pengetahuan pelaku UMKM mengenai kewirausahaan dan
digital marketing. Selain itu, materi ini dilakukan untuk memberikan motivasi
kepada para pelaku UMKM.

b. Pelatihan
Pelatihan ini dilakukan dengan praktek mendaftarkan usaha ke
Grabfood, Gofood, Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee. Materi ini dilakukan
sesuai dengan identifikasi awal dengan para pelaku UMKM di Kecamatan .

3. Evaluasi kegiatan dilakukan untuk mengetahui feedback dari para pelaku UMKM
berupa tanggapan dan tindaklanjut yang akan dilakukan oleh para pelaku UMKM.
Bentuk evaluasi kegiatan ini dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner.

10
3.3 Sumber Data

Sumber data dalam kegiatan pelaksanaan pemberdayaan ini adalah subyek dari

mana saja data diperoleh. Dalam kegiatan ini penulis menggunakan dua sumber data

yakni:

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh penulis dari sumber

pertamanya atau bisa juga diartikan sebagai data yang diperoleh dari hasil wawancara atau

informasi dari informan. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam kegiatan

pelaksanaan pemberdayaan ini diantaranya wawancara dengan beberapa pelau UKM

b. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh penulis sebagai

penunjang dari sumber pertama. Atau dapat juga dikatakan sebagai data yang telah tersusun

dalam bentuk dokumen-dokumen. Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam

pelaksanaan ini diantaranya beberapa dokumentasi yang merupakan sumber data sekunder.

Selain itu penulis juga mencari publikasi-publikasi dan browsing di internet terkait dengan

permasalahan program pemberdayaan yang sama sesuai dengan program yang penulis

jalankan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dalam kegiatan ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, dimana

penulis menggunakan pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun sebelumnya

secara sistematis untuk pengumpulan datanya. Yang mana dalam pelaksanaannya penulis

menggunakan wawancara langsung dengan beberapa pelaku UKM.

11
2. Observasi

Observasi dalam kegiatan penelitian ini dilakukan melalui pengamatan secara langsung

terhadap objek sebagai tempat yang dituju sehingga observasi itu dapat merupakan bahan

masukan dalam penyelesaian pelaksanaan program yang dilakukan, yakni dengan melihat

langsung permasalahan yang dihadapi plekau UKM didaerah tersebut.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data mengarah sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dasar,

bersifat deskriptif sesuai dengan hasil wawancara dengan informan dan observasi

langsung dalam gambaran tentang permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian

kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber menggunakan teknik pengumpulan

data yang bermacam-macam, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pada

tahap ini data yang diperoleh penulis berasal dari berbagai sumber yaitu wawancara

dengan beberapa petani, serta catatan lapangan, dokumen, dan data pendukung

lainnya.

IV. HASIL PEMBAHASAN

IV.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini saya mendatangi Perangkat Desa untuk meminta izin dan

mendiskusikan pemberdayaan yang akan dilaksanakan di Kelurahan Bukit Gajah,

Kecamatan Pangkalan Lesung, Provinsi Riau. Dalam diskusi tersebut menjelaskan

12
program kerja yang dimulai dari tujuan program kerja yang dipilih. Dalam diskusi

tersebut menjelaskan program kerja yang dimulai dari tujuan program kerja yang

dipilih. Kegiatan memiliki tujuan untuk meningkatkan UMKM di Kelurahan Bukit

Gajah, pada masa Covid-19. Kegiatan ini akan melibatkan warga desa yang telah

mempunyai usaha sebelumnya dan yang mengalami masalah dalam pemasaran

produk atau jasa. Saya dibantu oleh ketua karang taruna desa dalam melakukan survei

lokasi UMKM di Kelurahan Bukit Gajah agar mempermudah mengenali UMKM

yang ada di desa. Setelah survei lokasi UMKM, saya menetapkan salah satu warga

yang menjadi sasaran Pelatihan UMKM melalui sosial media terutama Instagram

untuk membantu pemasaran produk atau jasa pada masa Covid-19.

IV.2 Survei lokasi UMKM sebelum pelaksanaan program

Survei lokasi UMKM dilakukan pada minggu pertama. Survei ini bertujuan untuk

memilih UMKM yang telah berjalan sebelumnya dan terkendala pada bagian pemasaran

produk/jasa. Kegiatan survei dilakukan dengan cara mengunjungi tempat UMKM dan

mewawancarai pemilik usaha secara langsung. Wawancara berisi tentang pertanyaan seputar

UMKM yang sedang dijalani dan mengidentifikasi kendala atau permasalahan yang dihadapi

UMKM. Saya melakukan survei pada lima UMKM seperti usaha cakwe Ibu Winda, usaha

pembuatan keranjang ikan pindang, usaha pembuatan keripik dan peyek, usaha pembuatan

cemilan dari telur asin, dan usaha pempek rumahan. Dari kelima UMKM tersebut, saya

memilih untuk menjadikan usaha cakwe Ibu Winda sebagai sasaran untuk pelatihan UMKM

karena mengalami permasalahan di bagian pemasaran produk cakwenya.

Diharapkan melalui survei ini, saya bisa mendapatkan data yang relevan

dengan tujuan penelitian melalui hasil wawancara dari lima pelaku UMKM dan

mendapatkan data dengan reliabilitas dan validitas yang sebaik mungkin. Dari data

13
tersebut diketahui bahwa UMKM Cakwe belum pernah sama sekali memasarkan

produk mereka melalui Instagram. Sedangkan keempat UMKM lain memasarkan

produk mereka melalui Instagram dan media sosial lain yang mereka miliki. Ketika

saya mewawancarai pemilik UMKM cakwe, disebutkan bahwa pemilik sangat ingin

memasarkan produknya di media sosial tetapi tidak tahu bagaimana cara penggunaan

Instagram. Hal ini menjadi masalah yang akan dibahas dan dicari solusinya agar

pemilik UMKM cakwe dapat mengembangkan pasarnya di media sosial agar dapat

meningkatkan penjualanya ke depan. Masalah selanjutnya yang ditemukan adalah

ketika cakwe yang disetor ke distributor yang ada di Pasar Tukangan Magelang yang

tidak laku terjual akan dikembalikan kepada pemilik usaha UMKM cakwe. Saya lalu

membuat inovasi agar penjualan cakwe tidak melulu melalui distributor melainkan

langsung dari pemilik usaha UMKM. Saya juga melakukan inovasi pembuatan cakwe

yang ditambah dengan topping dan kemasan yang menarik agar dapat meningkatkan

daya tarik konsumen. Untuk mengurangi pengembalian produk dari distributor,

ditemukan solusi untuk membuat sistem pemesanan pre-order dengan waktu tertentu

kepada calon konsumen.

IV.3 Pelaksanaan Kegiatan

Setelah melaukan survei UMKM dan memutuskan UMKM cakwe Ibu Winda

yang menjadi sasaran pelatihan UMKM, maka pada minggu kedua saya melakukan

koordinasi untuk membantu pemasaran produk cakwe di media sosial dan membantu

pemilik usaha untuk berinovasi dengan produk dan kemasan. Kemudian koordinasi

dan diskusi disetujui oleh pemilik usaha dan pada minggu ketiga kami melakukan

eksekusi semua kegiatan yang telah direncanakan. Pada minggu ketiga, saya melihat

proses pembuatan cakwe. Bumbu cakwe yang sebelumnya tidak ada campuran seledri

dan oregano kemudian diinovasi dengan kedua bahan tersebut.

14
Setelah cakwe jadi kami melakukan inovasi pada topping yaitu cakwe diberi

topping suwiran ikan cakalang, mayonnaise, dan saus. Kami juga melakukan inovasi

pada kemasan cakwe dengan menggunakan packing box khusus makanan. Kemudian

saya mengajari pemilik usaha bagaimana mengambil foto produk yang bagus untuk

diunggah di Instagram.

Setelah semua selesai lalu saya melatih pemilik usaha bagaimana cara

menggunakan Instagram yang baik dan benar untuk promosi. Promosi Instagram yang

baik dan benar Setelah semua selesai lalu saya melatih pemilik usaha bagaimana cara

menggunakan Instagram yang baik dan benar untuk promosi. Promosi Instagram yang

baik dan benar singkat yang dapat dimengerti oleh calon konsume Kemudian pada

minggu ketiga, saya memulai sistem pemesanan pre- order yang pertama kali kepada

calon konsumen untuk mencontohkan pemilik usaha bagaimana sistem pre-order.

Membuat username sesuai dengan nama brand, dan menggunakan hastag setelah

deskripsi agar calon konsumen mengetahui apa yang dijual.

IV.4 Evaluasi Kegiatan

Kegiatan pada tahap ini adalah evaluasi mengenai praktek pelatihan UMKM

di mana pelatihan ini melibatkan pemilik usaha cakwe yang diharapkan nantinya

pemasaran produknya tidak hanya terpaku pada satu distributor saja melainkan dapat

menciptakan pasar dan peluangnya sendiri agar dapat meningkatkan penjualan

produknya. Hasil kesimpulan dari kegiatan pelatihan UMKM yaitu:

1. Pemilik usaha merasa lebih terbuka wawasannya dengan adanya pelatihan

UMKM.

2. Pemilik usaha menjadi lebih kreatif ke depanya untuk terus berinovasi

dengan produknya.

15
4.5 Jadwal Kegiatan

Berdasarkan program yang telah dirancang, kegiatan yang telah saya lakukan adalah sebagai

berkut:

No Tanggal Aktivitas Kinerja

.
1 20 September 2021 Bertemu dengan Mengetahui kendala

lurah Kelurahan masyarakat

Bukit Gajah khususnnya para

pelaku UMKM yang

mengalami

penurunan

pendapatan akibat

pandemi covid-19.
2. 22 September 2021 Survey Pelaku Mendata pelaku

UMKM UMKM yang belum

melakukan

penjualan atau

pemasaran Online

dan tertarik

melakukan

penjualan online

serta mengundang

pelaku UMKM

untuk ikut

bergabung pelatihan.
3. 24 September 2021 Survey lokasi Mencari tempat

16
untuk pelatihan yaitu

Kantor Lurah

Kelurahan Bukit

Gajah.
4. 27 September 2021 Pelatihan Kegiatan pelatihan

ini berupa

pemberian materi

serta pemberian

contoh pemasaran

online. Pelatihan

dilakukan dengan

cara mengambil satu

pelaku UMKM

sebagai contoh

untuk pemasaran

digital atau online.

17
V. PENUTUP

V.1Kesimpulan

Minimnya pengetahuan pelaku UMKM mengenai digital marketing adalah

salah satu kendala bagi pelaku bisnis untuk memasarkan produknya. Apabila para

pelaku UMKM paham akan pentingnya teknologi digital, diharapkan mereka

termotivasi untuk menggunakan digital marketing menjadi wahana promosi. Dalam

penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya para pelaku UMKM

sangat tertarik untuk menggunakan digital marketing dan memanfaatkan media sosial

dalam menjalankan bisnis mereka. Namun, mereka menghadapi beberapa kendala,

seperti kurangnya pemahaman tentang teknologi, kurangnya pemahaman mereka

18
tentang bagaimana mereka memaksimalkan berbagai aplikasi dan platform gratis dan

mudah untuk menciptakan produk yang menarik dan dapat mempengaruhi pembeli.

5.2 Saran

Perlu adanya keingintahuan dari pelaku umkm mengenai penggunaan media

sosial/ e-commerce dalam pemasaran disertai pemahaman yang lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Keuangan dan Bisnis, Vol. 5(1):30-40. Kurniawan, P. (2017). Pemanfaatan Media Sosial

Instagram Sebagai Komunikasi Pemasaran Modern Pada Batik Burneh. Vol. 11, No. 2.

Ramadansyah & Sondang Silalahi. (2013). Pengembangan Model pendanaan UMKM

Berdasarkan Persepsi UMKM. Jurnal

Keuangan dan Bisnis, Vol. 5(1):30-40. Kurniawan, P. (2017). Pemanfaatan Media Sosial

Instagram Sebagai Komunikasi Pemasaran Modern Pada Batik Burneh. Vol. 11, No. 2.

19
Ramadansyah & Sondang Silalahi. (2013). Pengembangan Model pendanaan UMKM

Berdasarkan Persepsi UMKM. Jurnal

Permana, S.H. (2017) Strategi Peningkatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di

Indonesia. Aspirasi, 8 (1), Juni 2017

LAMPIRAN

20
Lampiran 1. Survey Perangkat Desa

Lampiran 2. Survey Data UMKM

21
Lampiran 3. Proses Pembuatan Cakwe

Lampiran 4. Produk yang dijual

Lampiran 5. Sosial Media Cakwe

22

Anda mungkin juga menyukai