Anda di halaman 1dari 116

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN

PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN YANG


MELEKAT PADA WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPh
ORANG PRIBADI
(Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

DWI JANITA RILDASARI


0713010124/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN
PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM
PEMUNGUTAN YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK
TERHADAP PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI
(Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

DWI JANITA RILDASARI


0713010124/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN
PERPAJAKAN WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN YANG
MELEKAT PADA WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPh
ORANG PRIBADI (STUDI PADA KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

Disusun Oleh :

DWI JANITA RILDASARI


0713010124/ FE/ EA

Telah dipertahankan dihadapan


dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji :


Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Hero Priono, MSi A Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak

Sek ari

Drs. Ec. Sjafi’i, MM, Ak

Anggota

Drs. Ec. Hero Priono, MSi, Ak

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM


NIP.19630924 198903 1001
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul : “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan yang melekat pada Wajib

Pajak terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Studi Pada KPP Pratama

Gresik Utara) “.

Penyususunan skripsi i merupakan salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana konomi, Program S udi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan N onal “Veteran” Jawa T mur.

Penulis menyadari a tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka

akan sulit sekali bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Pada kesempatan

yang baik ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih

kepada seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

mendukung kelancaran penyusunan skripsi ini. Dengan rasa hormat yang

mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4. Ibu Rina Moestika Setyaningrum, SE, MM selaku Dosen Wali yang telah

memberikan bimbingan selama menuntut ilmu di Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. Ec. Hero Priono, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk serta pemikiran dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jaw T mur.

7. Segenap Pimpinan dan Staf KPP Pratam Gresik Utara yang telah

memberikan bimbinga dan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan

skripsi ini.

8. Kedua Orang Tuaku, kakak dan adik yang sangat saya sayangi dan cintai

yang telah memberikan semangat, dukungan dan dorongan moril serta

keikhlasan doa yang tiada hentinya.

9. Thank’s to My Love Rendy Julian Trisna, SE yang telah memberikan banyak

dukungan, semangat, motivasi, inspirasi, bantuan yang sangat besar serta

doanya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.


10. Thank’s to teman – teman kampusku “YuRieCheTha” dan teman – teman

kostku “Padepokan Wakiti MA I E / 14” yang selama ini menemaniku baik

suka maupun duka, terima kasih atas perhatiannya dan dukungan serta

doanya.

Penulis juga mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam

menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna

meningkatkan mutu dari penulis n skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan

skripsi ini dapat bermanf dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik

untuk mendalaminya di m a yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, Mei 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...............................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xii

ABSTRAKSI......................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................1

1.2. Perumusan Masalah....................................................................10

1.3. Tujuan Peneli an........................................................................10

1.4. Manfaat Penelitian......................................................................10

BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................12

2.1. Penelitian Terdahulu..................................................................12

2.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan

Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu.....................................18

2.3. Landasan Teori...........................................................................19

2.3.1. Pajak..............................................................................19

2.3.1.1. Definisi Pajak..................................................19

2.3.1.2. Fungsi Pajak....................................................20

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3.1.3. Teori yang Mendukung Pemungutan

Pajak................................................................20

2.3.1.4. Klasifikasi Pajak.............................................24

2.3.1.5. Sistem Pemungutan Pajak..............................25

2.3.2. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan).........................27

2.3.2.1. Definisi PPh Badan….....................................27

2.3.2.2. Subjek Pajak…...............................................27

2.3.2.3. Objek Pajak.....................................................29

2.3.2.4. Penghasilan Bukan Objek Pajak.....................31

2.3.2.5. Tarif Pajak......................................................33

2.3.3. Penga uh Pemahaman Wa b Pajak Tentang Undang-

undang dan Peraturan rpajakan (X1) Terhadap

Pene i aan PPh OP (Y)................................................34

2.3.4. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)

Terhadap Penerimaan PPh OP (Y)................................36

2.3.5. Pengaruh Sistem Pemungutan (X3) Terhadap Penerimaan

PPh OP (Y)....................................................................38

2.3.6. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak (X1), Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak (X2), dan Sistem pemungutan

(X3) Terhadap Penerimaan PPh OP (Y)........................41

2.4. Kerangka Pikir............................................................................42

2.5. Perumusan Hipotesis..................................................................44

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 45

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................... 45

3.1.1. Definisi Operasional .................................................. 45

3.1.1.1. Variabel Bebas (X)………………………… 45

3.1.1.2. Variabel Terikat (Y)……………………….. 46

3.1.2. Pengukuran Variabel ................................................. 47

3.2. Teknik Penentuan Sampel ....................................................... 50

3.2.1. Objek Penelitian .......................................................... 50

3.2.2. Populasi ...................................................................... 50

3.2.3. Sampel ........................................................................ 50

3.3. Teknik Pe mpulan Data ..................................................... 53

3.3.1. Jenis ata .................................................................. 53

3.3.2. Pengumpulan Data .................................................... 53

3.4. Uji Kualitas Data ..................................................................... 54

3.4.1. Uji Validitas ............................................................... 54

3.4.2. Uji Reliabilitas ........................................................... 55

3.4.3. Uji Normalitas ........................................................... 55

3.5. Uji Asumsi Klasik, Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ......... 56

3.5.1. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 56

3.5.2. Teknik Analisis .......................................................... 60

3.5.3. Uji Hipotesis .............................................................. 61

3.5.3.1. Uji Kesesuaian Model ................................. 61

3.5.3.2. Uji t ............................................................. 62


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................63

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian........................................................63

4.1.1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Gresik Utara..................................................................63

4.1.2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik

Utara...............................................................................65

4.1.3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Gresik Utara....................................................................66

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian..........................................................70

4.2.1. Deskrips ariabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)........70

4.2.2. D psi Variabel Kesadaran Perpajakan (X2)............72

4.2.3. Deskri i Variabel Sistem Pemungutan (X3)................73

4.2.4. Deskripsi Variabel Penerimaan PPh (Y).......................75

4.3. Deskripsi Hasil Pengujian..........................................................76

4.3.1. Hasil Pengujian Validitas, Reliabilitas, dan

Normalitas.....................................................................76

4.3.1.1. Pengujian Validitas.........................................76

4.3.1.2. Pengujian Reliabilitas.....................................78

4.3.1.3. Pengujian Normalitas.....................................80

4.4. Uji Asumsi Klasik.....................................................................81

4.4.1. Uji Multikolinieritas......................................................81

4.4.2. Uji Heteroskedastisitas..................................................82

4.5. Statistik Deskriptif.....................................................................83


4.6. Analisis Regresi Linier Berganda..............................................84

4.7. Uji Hipotesis dan Pembahasan..................................................87

4.7.1. Uji Kesesuaian Model...................................................87

4.7.2. Uji t................................................................................88

4.8. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................90

4.9. Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu........94

4.10. Keterbatasan Penelitian.............................................................95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................96

5.1. Kesimpulan.................................................................................96

5.2. Saran...........................................................................................96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Gresik

Utara tahun 2009 – 2010 .......................................................... 6

Tabel 1.2. Data Jumlah Penerimaan PPh di KPP Pratama Gresik Utara tahun

2009 – 2010.....................................................................................7

Tabel 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden mengenai Variabel

Pemahaman Wajib Pajak (X1) ..................................................... 71

Tabel 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden mengenai Variabel Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak (X2) ........................................................ 72

Tabel 4.3. Rekapitulasi aban Responden mengenai Variabel Sistem

Pemungutan 3) ......................................................................... 74

Tabel 4.4. Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Penerimaan PPh

Orang Pribadi (Y) ........................................................................ 75

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Pemahaman

Wajib Pajak (X1) ...................................................................... 76

Tabel 4.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak (X2)...........................................................77

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Sistem Pemungutan

(X3)...................................................................................................77

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Instrumen kuesioner Variabel Sistem Pemungutan

(X3)...................................................................................................78

Tabel 4.9. Hasil Uji Reliabilitas Masing-masing Variabel...............................79


Tabel 4.10.Hasil Normalitas ....................................................................... 80

Tabel 4.11. Hasil Multikoliniearitas....................................................................82

Tabel 4.12. Hasil Heteroskedastisitas.................................................................83

Tabel 4.13. Statistik Deskriptif .................................................................... 84

Tabel 4.14.Persamaan Regresi .................................................................... 85

Tabel 4.15. Uji Kesesuaian Model......................................................................87

Tabel 4.16. Hasil Analisis Simultan....................................................................88

Tabel 4.17. Hasil Analisis Parsial ................................................................ 89


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir...........................................................................43

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik

utara .................................................................................... 67

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Data Tabulasi Jawaban Responden

Lampiran 3.1 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pemahaman Wajib

Pajak (X1)

Lampiran 3.2 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kesadaran Perpajakan

Wajib Pajak (X2)

Lampiran 3.3 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sistem Pemungutan

(X3)

Lampiran 4.1 Data Uji Normalitas

Lampiran 4.2 Data Uji Multikolonieritas dan Data Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 4.3 Persamaan Regresi

Lampiran 4.4 Uji F dan Uji t

xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN PERPAJAKAN
WAJIB PAJAK DAN SISTEM PEMUNGUTAN YANG MELEKAT PADA
WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PPh ORANG PRIBADI
(Studi Pada KPP PRATAMA GRESIK UTARA)

Oleh :

DWI JANITA RILDASARI

ABSTRAKSI

Selama ini berlaku anggapan bahwa keberadaan sesuatu Negara ditopang


oleh tiga pilar utama, yakni adanya penduduk, wilayah teritorial yang jelas dan
adanya pemerintahan yang mendapat pengakuan internasional, namun masih ada
pilar yang keempat yang tak kalah penting, yakni topangan sistem perpajakan yang
berjalan dengan baik, adil dan bersih. Usaha pemerintah dalam pengoptimalan
penerimaan Negara dari sektor ajak ini har dimulai dengan kesadaran dan
tanggungjawab masyarakat untuk mewujudkannya, dimana Wajib Pajak
berkewajiban menghitung bes rnya pajak yang ter tang dengan benar dan dapat
mengisi serta menyampai urat Pemberitahuan secara benar dan tepat waktu
guna meningkatkan pema ukan pajak kas Negara dan menunjang peningkatan
pertumbuhan perekonomian. uan dari penelitian ini adalah Untuk membuktikan
dan menguji secara empiris pengaruh pemahaman Wajib Pajak, kesadaran
perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak
berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi.
Populasi dalam penelitian ini adalah 50 Wajib Pajak Pengusaha Kopyah (WP
Orang Pribadi) di Kecamatan Gresik. Teknik penentuan ukuran sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling ditemukan sampel
berjumlah 32 Wajib Pajak Pengusaha Kopyah (WP Orang Pribadi). Teknik analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan uji hipotesis uji kesesuaian
model dan uji t.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam penelitian ini Pemahaman Wajib Pajak dan Kesadaran
Perpajakan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPh Orang
Pribadi, sehingga hipotesis penelitian ini terbukti kebenarannya. Sementara untuk
Sistem Pemungutan Yang Melekat Pada Wajib Pajak tidak berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hipotesis penelitian ini tidak
terbukti kebenarannya.

Keyword : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak,


dan Sistem Pemungutan, Penerimaan PPh Orang Pribadi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Selama ini berlaku anggapan bahwa keberadaan sesuatu Negara

ditopang oleh tiga pilar utama, yakni adanya penduduk, wilayah teritorial

yang jelas dan adanya pemerintahan yang mendapat pengakuan

internasional, namun masih ada pilar yang keempat yang tak kalah penting,

yakni topangan sistem perpajakan yang berjalan dengan baik, adil dan

bersih.

Pajak merupakan suatu fenome ng menarik dalam kehidupan

masyarakat dan Negara, saat ini pajak buka lagi merupakan sesuatu yang

paling asing bagi masyarakat Indone ia ebagian kalangan telah

menempatkan pajak sebagai salah satu kewajiban dalam bernegara, yaitu

merupakan sarana untuk ikut berpartisipasi dalam membantu pelaksanaan

tugas bernegara yang ditangani oleh pemerintah. Indikasi ini terlihat dari

semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak, demikian juga keikutsertaan

masyarakat dari berbagai kalangan apabila ada penyelenggaraan kegiatan

mengenai perpajakan.

Sejarah pemungutan pajak telah ada sejak jaman nenek moyang

yang dikenal dengan upeti, yaitu pemberian hasil bumi kepada raja sebagai

tanda bakti rakyat kepada raja, hal inilah yang kemudian melatarbelakangi

adanya pemungutan pajak. Pada mulanya pajak belum merupakan suatu

pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2

raja dalam memelihara kepentingan Negara, seperti menjaga keamanan

Negara, menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai, dan lain

sebagainya (Gardina dan Haryanto, 2006: 10).

Usaha pemerintah dalam pengoptimalan penerimaan Negara dari

sektor pajak ini harus dimulai dengan kesadaran dan tanggungjawab

masyarakat untuk mewujudkannya, dimana Wajib Pajak berkewajiban

menghitung besarnya pajak yang terutang dengan benar dan dapat mengisi

serta menyampaikan Surat Pemberitahuan secara benar dan tepat waktu

yang tercemin pada pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Perpajakan No. 9

tahun 1994 tentang kete uan umum dan Tata Cara Perpajakan, yang

berbunyi sebagai beri ut : ‘Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha atau pe rjaan bebas dan wa b pajak badan di indonesia,

wajib menyelenggarakan pembukuan”, tetapi mengapa para wajib pajak

pada dasarnya tidak mempunyai kerelaan untuk membayar pajak apalagi

setelah diketahui uang hasil pajak tidak bisa dirasakan secara langsung

manfaatnya (Munari, 2005: 120).

Beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong

Wajib Pajak untuk membayar pajak, terdapat tiga bentuk kesadaran utama

terkait pembayaran pajak yaitu Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan

bentuk partisipasi dalam menunjang pembagunan Negara, dengan

menyadari hal ini Wajib Pajak mau membayar pajak karena merasa tidak

dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan

untuk pembangunan Negara guna meningkatkan kesejahteraan warga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan

pengurangan beban pajak sangat merugikan Negara. Wajib Pajak mau

membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak

dan pengurangan beban pajak berdampak pada kurangnya sumber daya

finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan Negara.

Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan

dapat dipaksakan. Wajib Pajak akan membayar karena pembayaran pajak

disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban

mutlak setiap warga negara (Tatiana dan Priyo, 2009: 8-9).

Pada masa sebelum Peraturan Perpajakan tahun 1983

diberlakukan, diterapka fficial Assessment System dimana dalam sistem

pemungutan pajak i m mberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus)

untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang)

oleh seseorang, dengan sistem ini wajib pajak bersifat pasif dan menunggu

dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh fiskus. Besarnya utang pajak

seseorang baru diketahui setelah adanya surat ketetapan pajak, tetapi setelah

tahun 1983 berdasarkan Undang-undang Perpajakan Tahun 1983 dan

berlalu di Indonesia sejak tahun 1984 sampai sekarang diterapkan Self

Assessment System, dimana wajib pajak diberi wewenang penuh untuk

menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri

besarnya utang pajak. Dalam sistem ini wajib pajak aktif, sedangkan fiskus

tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang


seseorang, kecuali wajib pajak melanggar ketentuan yang berlaku (Google,

www.skripsi.blog.dada.net).

Namun dalam pelaksanaannya, sistem pemungutan pajak

berdasarkan sistem Self Assessment ini mengandung banyak kelemahan.

Sedangkan hal yang terpenting yang mempengaruhi keberhasilan sistem ini

adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pelaksanaan sistem

Self Assessment tersebut, dalam sistem ini Direktorat Jenderal Pajak sesuai

dengan fungsinya sebagai fasilitator berkewajiban untuk melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan

Wajib Pajak sesuai dengan tentuan yang berlaku (Jeanny Irenne, 2006).

Tujuan Pem intah dalam melakukan perubahan kebijakan di

bidang perpajakan n unya guna meningkatkan pemasukan pajak kas

Negara dan menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian. Kebijakan

tersebut (peraturan perundang-undangan perpajakan) seharusnya mengatur

sistem perpajakan secara menyeluruh yang sejalan dengan perkembangan

perekonomian saat ini dan di masa yang akan datang. Pemerintah dalam

menjalankan fungsi pajak (budgetair dan regulerend) salah satunya tentu

saja membutuhkan sistem penetapan pajak yang efisien, fleksibel, dan

terintegrasi dengan sistem subsistem secara internal dan sistem yang lain

secara eksternal (dengan peradilan pajak) dalam menunjang kebijakan

pendapatan Negara (fiscal policy) (Sofyan, 2003: 29).

Ditinjau dari fungsinya, pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu

fungsi budgetair (sumber penerimaan negara) dan fungsi regulerend


(mengatur). Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber

penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun

pembangunan, sedangkan fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan

ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan, dari

kedua fungsi ini, pada dasarnya pemerintah ingin kembali menegaskan

peranan penting pajak baik sebagai alat penerimaan Negara seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya, maupun sebagai alat untuk melaksanakan

berbagai kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (Siti Resmi, 2009: 3).

Pajak penghasilan sebagai sua u pajak yang dikenakan terhadap

subyek pajak atas penghas lan yang diterima tau diperolehnya dalam tahun

pajak. Salah satu subye pajak adalah badan, rdiri dari perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik negara, badan

usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan,

perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis,

lembaga dana pensiun dan bentuk badan usaha lainnya. Dengan demikian,

pajak penghasilan badan yang dikenalkan terhadap salah satu bentuk usaha

tersebut, atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun

pajak (Laode Syamri, 2010).

Fenomena yang terjadi sekarang yaitu perkembangan jumlah Wajib

Pajak semakin meningkat. Padahal jika dilihat dari realita yang ada,

kebanyakan dari masyarakat enggan untuk memenuhi kewajiban

kenegaraannya yaitu kewajiban sebagai Wajib Pajak. Bahkan yang terjadi,


sebagian dari mereka berusaha untuk menghindar dari pajak, baik itu

perlakuan yang pasif sampai dengan perlakuan yang aktif. Dari realita

tersebut nampak berbeda dengan yang terjadi di Kabupaten Gresik dimana

penulis menggunakan lokasi tersebut sebagai obyek penelitian. Di

Kabupaten Gresik, jumlah WP yang terdaftar dan memenuhi kewajiban

perpajakannya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Terbukti sampai

dengan tahun 2009 hingga sampai dengan tahun 2010, jumlah WP yang

memenuhi kewajiban perpajakannya terus meningkat, tampak dalam tabel

berikut ini:

Tabel 1.1. : Data Juml ajib Pajak yang T daftar di KPP Pratama Gresik

Utara ta 2009 – 2010

Periode Jumlah Wajib Pajak

Kabupaten Gresik

s/d tahun 2009 35.692 WP

s/d tahun 2010 44.821 WP

Sumber : KPP Pratama Gresik Utara


Tabel 1.2. : Data Jumlah Penerimaan PPh di KPP Pratama Gresik Utara

tahun 2009 – 2010

Tahun Target Penerimaan Realisasi Penerimaan


s/d tahun 2009 311.042.162.064 297.265.357.632

s/d tahun 2010 318.614.602.393 302.837.797.961

Sumber : KPP Pratama Gresik Utara

Dari tabel di atas terlihat bahwa perkembangan jumlah WP

semakin meningkat setiap tahunnya. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa

seberat apapun atau set ksa apapun pemenuhannya, masyarakat tetap

berusaha memenuhi wajiban perpajakannya, baik dengan cara yang

melanggar hukum taupun yang menaa i hukum dan peraturan sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku. Tetapi dalam pelunasan pajak

terhutangnya, Wajib Pajak belum sepenuhnya sadar betul akan sanksi yang

ditimbulkan atas keterlambatan pembayaran hutang pajaknya. Sehingga

target yang dianggarkan oleh Kantor Pajak Gresik belum tercapai pada

tahun 2009 - 2010.

Pemahaman Wajib Pajak atas ketentuan maupun peraturan

perpajakan yang berlaku harus lebih ditingkatkan lagi, sehingga Wajib

Pajak akan lebih sadar dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar

pajak yaitu PPh Orang Pribadi, selain pemahaman dan kesadaran yang

dimiliki wajib pajak mengenai perpajakan, sistem pemungutan juga harus


diperhatikan oleh segenap pihak instansi yaitu Kantor Pelayanan Pajak

dalam proses pembayaran atau pelunasan pajak.

Sistem pemungutan dalam hal ini birokrasi pembayaran PPh

Orang Pribadi yang telah diterapkan ternyata rumit bagi wajib pajak, maka

wajib pajak lebih cenderung enggan dalam pembayaran pajak tersebut,

dengan adanya kecenderungan ini, maka keberhasilan penerimaan PPh

Orang Pribadi menjadi tidak maksimal dan rencana penerimaan pajak yang

telah ditargetkan akan menjadi jauh dalam pencapaian (jauh tercapai) atau

menurun dari harapan pemerintah.

Menurut Mu’mi us Sholichah dan Istiqomah (2005) dari hasil

penelitiannya mem kan bahwa faktor yang melekat pada wajib pajak

yang berupa kesa r n, pemahaman dan kemampuan wajib pajak

berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan,

selain itu tidak terlepas dari perilaku wajib pajak itu sendiri yang terbentuk

oleh beberapa faktor seperti sikap (attitudes), motivasi (motivation),

persepsi (perception), pembelajaran (learning), kepribadian (personality),

yang juga dipengaruhi oleh lingkungan dan dasar biologis dari wajib pajak.

Menurut Suryadi (2006) dari hasil penelitiannya menyatakan

bahwa kesadaran Wajib Pajak yang diukur dengan persepsi Wajib Pajak,

pengetahuan perpajakan, karakteristik Wajib Pajak, penyuluhan perpajakan

dan pelayanan perpajakan yang diukur dengan kualitas SDM, ketentuan

perpajakan, sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan

terhadap kinerja penerimaan pajak, hal ini merupakan cermin dari sikap
pajak bahwa kesadaran Wajib Pajak dan pelayanan perpajakan tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak,

sedangkan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

penerimaan pajak, hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak

memiliki pengaruh besar terhadap kinerja penerimaan pajak.

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian terdahulu oleh Mu’minatus

Sholichah dan Istiqomah (2005) jumlah responden 280 orang di 6

kecamatan yang terbagi dalam 56 kelurahan di Gresik, tentang perilaku

wajib pajak terhadap tingkat keberhasilan penerimaan PBB menyatakan

bahwa dari hasil jawaba responden ketahui rata-rata dari variabel

kesadaran perpajakan ebesar 3,57%, variabel pemahaman wajib pajak

sebesar 3,42%, va b kemampuan wajib pajak sebesar 3,22%, dan

realisasi pembayaran PBB sebesar 39,62%.

Penelitian ini dilakukan kembali (replikasi) karena permasalahan

yang akan diteliti belum terjawab/belum terpecahkan oleh peneliti-peneliti

terdahulu (masih terjadi konflik), maka peneliti akan menguji kembali

apakah terdapat pengaruh pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan

wajib pajak dan sistem pemungutan yang melekat pada wajib pajak

terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai solusi alternatif dalam pengambilan keputusan untuk

memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pemahaman wajib

pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak dan sistem pemungutan yang

melekat pada wajib pajak terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi.


Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka

peneliti mengambil judul “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak,

Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan Yang

Melekat Pada Wajib Pajak Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi

(Studi Pada KPP Pratama Gresik Utara)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

Apakah pemaha an Wajib Paja kesadaran perpajakan Wajib

Pajak, dan sistem pem an yang melekat da Wajib Pajak berpengaruh

secara parsial terhada nerimaan PPh Orang P ibadi ?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan dan menguji secara empiris pengaruh

pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem

pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak berpengaruh secara parsial

terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian antara lain dapat memberikan masukan bagi

beberapa pihak antara lain adalah sebagai berikut:


1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan teori –

teori perpajakan yang diperoleh selama kuliah, sehingga dapat

diterapkan dalam praktek kehidupan di masyarakat.

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau

masukan tentang indikator–indikator yang mempengaruhi penerimaan

PPh Orang Pribadi. Khususnya adalah bagaimana pemahaman Wajib

Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak, dan sistem pemungutan.

3. Bagi Pihak – pihak la

Sebagai bahan rt mbangan atau w wasan terutama di bidang

perpajakan untuk yang berminat pada pem hasan penelitian ini.

4. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang

berharga bagi pihak Universitas dan juga sebagai bahan referensi bagi

penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan

yang diteliti oleh peneliti.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan

dengan penelitian sekarang adalah sebagai berikut:

1. Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah (2005)

a. Judul

Perilaku Wajib Pajak terhadap Tingkat Keberhasilan

Penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Kabupaten Gresik.

b. Perumusan Masalah

Apakah tingkat ke a ran Wajib Pajak, ngkat pemahaman

Wajib Pajak dan kemampuan Wajib Pajak secara simultan

maupun parsial berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi

dan Bangunan di Kabupaten Gresik ?

c. Kesimpulan

Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga tingkat kesadaran

Wajib Pajak, tingkat pemahaman Wajib Pajak dan kemampuan

Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan dapat terbukti kebenarannya.

12

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13

2. Suryadi (2006)

a. Judul

Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan

Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan

Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur.

b. Perumusan Masalah

Apakah Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan

Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan

Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur ?

c. Kesimpulan

1) Diduga bahwa ke adaran Wajib Pajak dan pelayanan Wajib

Pajak tidak be pengaruh signifikan erhadap kinerja

penerimaan pajak.

2) Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengaruh besar terhadap

kinerja penerimaan pajak.

3. Vitriana Budi Kurniawati (2006)

a. Judul

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib

Pajak, dan Sistem Pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak

terhadap Keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi kasus di

Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan Wonokromo)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Perumusan Masalah

1) Apakah pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan

Wajib Pajak dan sistem pemungutan secara simultan

maupun parsial berpengaruh terhadap keberhasilan

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Ngagel

Rejo Kecamatan Wonokromo ?

2) Apakah diantara pemahaman Wajib Pajak, kesadaran

perpajakan Wajib Pajak dan sistem pemungutan tersebut

salah satu berpengaruh dominan terhadap keberhasilan

Pajak Bumi dan Bangunan ?

c. Kesimpulan

Pemahaman Wajib P ak, kesadaran perpa kan Wajib Pajak dan

sistem pemungutan mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, namun variabel sistem

pemungutan (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap

keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan

dengan variabel pemahaman Wajib Pajak (X1) dan kesadaran

perpajakan (X2).

4. Retti Nor Alfi Syahra (2008)

a. Judul

Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak,

dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan


Pajak Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Kabupaten

Sumenep)

b. Perumusan Masalah

1) Apakah pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib

Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak secara simultan maupun

parsial berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan di Kabupaten Sumenep ?

2) Apakah diantara pemahaman Wajib Pajak, kesadaran

perpajakan Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak tersebut

salah satu berpenga dominan erhadap keberhasilan Pajak

Bumi dan Ba n ?

c. Kesimpulan

1) Hipotesis penelitian yang menyatakan diduga tingkat

pemahaman Wajib Pajak, tingkat kesadaran perpajakan Wajib

Pajak, serta tingkat kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh

terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan Bangunan dapat terbukti

kebenarannya.

2) Variabel tingkat pemahaman Wajib Pajak, tingkat kesadaran

perpajakan Wajib Pajak yang dapat terbukti berpengaruhnya

secara nyata, sedangkan untuk kepatuhan Wajib Pajak tidak

berpengaruh nyata terhadap keberhasilan Pajak Bumi dan

Bangunan.
5. Imania Hestri Medhani (2009)

a. Judul

Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, dan

Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan. (Studi Kasus di Wilayah Kelurahan Kutisari

Kecamatan Tenggilis Mejoyo Surabaya)

b. Perumusan Masalah

Apakah Tingkat Pemahaman Wajib Pajak, Tingkat Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak, serta Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

berpengaruh terhadap K rhasilan rimaan Pajak Bumi dan

Bangunan di Kelur a Kutisari Kecam an Tenggilis Mejoyo

Surabaya ?

c. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan

hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil kesimpulan

dari penelitian bahwa tingkat pemahaman Wajib Pajak, tingkat

kesadaran perpajakan Wajib Pajak serta tingkat kepatuhan Wajib

Pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan di Kelurahan Kutisari Kecamatan Tenggilis

Mejoyo Surabaya.
Disini ditekankan bahwa hasil penelitian terdahulu digunakan

sebagai pendamping baik landasan teori maupun uji hipotesisnya.

Penelitian terdahulu digunakan sebagai argumentasi yang kuat dan logis

bahwa penelitian dengan permasalahan yang dimaksudkan dipandang perlu

untuk dilaksanakan.

Penelitian yang dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian

terdahulu. Adapun perbedaannya antara lain : Objek, tempat dan lokasi

penelitian serta waktu penelitian.


2.2. Perbedaan dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang

Dengan Penelitian Terdahulu

NAMA
No. JUDUL VARIABEL HASIL ANALISIS
PENELITI

1. Mu’minatus Perilaku Wajib Pajak Kesadaran Perpajakan, Hipotesis penelitian yang


Sholichah dan terhadap Tingkat Pemahaman Wajib menyatakan diduga tingkat
Istiqomah (2005) Keberhasilan Penerimaan Pajak, Kemampuan kesadaran Wajib Pajak, tingkat
Pajak Bumi dan Bangunan Wajib Pajak dan pemahaman Wajib Pajak dan
di Kabupaten Greik Keberhasilan kemampuan Wajib Pajak
Penerimaan PBB berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan dapat terbukti
kebenarannya.

2. Suryadi (2006) Model Hubungan Kesadaran Wajib Diduga bahwa kesadaran


Kausal Kesadaran Pajak, Pelayanan Wajib Pajak dan
Pelayanan, Kepatuhan perpajakan Kepatuhan pelayanan Wajib Pajak
Wajib Paj dan Wajib dan tidak berpengaruh
pengaruhny hadap Kinerja P erimaan signifikan terhadap
Kinerja Pene imaan Pajak kinerja penerimaan pajak.
Pajak

3. Vitriana Budi Pengaruh Pem haman WP, Pemahaman WP, Pemahaman WP, Kesadaran
Kurniawati (2006) Kesadaran akan WP, Kesadaran Perpajakan Perpajakan WP, dan Sistem
dan Sistem Pemungutan WP, Sistem Pemungutan mempunyai
yang Melekat Pada WP Pemungutan dan pengaruh terhadap
Terhadap Keberhasilan Keberhasilan Keberhasilan Penerimaan
Penerimaan PBB (Studi Penerimaan PBB PBB, namun variabel sistem
Kasus di Kelurahan Ngagel pemungutan (X3) mempunyai
Rejo Kecamatan pengaruh yang dominan
Wonokromo) terhadap keberhasilan
penerimaan PBB dibandingkan
variabel pemahaman WP (X1)
dan kesadaran perpajakan (X2)

4. Dian Pranesti Pengaruh Pemahaman WP Pemahaman WP Pemahaman WP tentang PPh,


(2010) tentang PPh, Kepatuhan tentang PPh, Kepatuhan WP, dan Sistem
WP, Sistem Pemungutan Kepatuhan WP, Sistem pemungutan PPh tidak
terhadap Penerimaan PPh Pemungutan dan berpengaruh terhadap
Penerimaan PPh Penerimaan Pajak Penghasilan
baik secara simultan maupun
parsial

5. Dwi Janita Pengaruh Pemahaman WP, Pemahaman WP, Masih dilakukan penelitian
Rildasari (2011) Kesadaran Perpajakan WP Kesadaran Perpajakan
dan Sistem Pemugutan WP, Sistem
yang melekat pada WP Pemungutan dan
Terhadap Penerimaan PPh Penerimaan PPh Orang
Orang Pribadi Pribadi
2.3. Landasan Teori

2.3.1. Pajak

2.3.1.1. Definisi Pajak

Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets (Waluyo dan Wirawan B. Ilyas,

2002: 5), Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya

kontraprestasi yang dapat ditujukan dalam hal yang individual,

dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani (R. Santoso Brotodiharjo, 1981:

2), Pajak adalah iuran kepa Negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh wajib mem ya nya menurut pera uran-peraturan, dengan

tidak mendapat prestas kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro (Mardiasmo,

2009: 1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pajak adalah iuran wajib yang harus dibayarkan kepada pemerintah

(dapat dipaksakan) guna membiayai pembangunan demi kepentingan dan


kesejahteraan umum sesuai dengan peraturan perpajakan yang telah

ditetapkan pemerintah.

2.3.1.2. Fungsi Pajak

Pada dasarnya fungsi pajak antara lain (Tony Marsyahrul,

2005: 2):

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Fungsi ini sebagai alat (sumber) untuk memasukkan uang sebanyak-

banyaknya ke dalam kas Negara dengan tujuan untuk membiayai

pengeluaran negara, yaitu ngeluaran ut n dan pembangunan.

b. Fungsi Mengatur ( R gul rend)

Fungsi Regulerend di but juga sebagai f i mengatur, sebagai

alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan,

misalnya bidang ekonomi, politik, budaya, pertahanan keamanan,

seperti :

1. Mengadakan perubahan-perubahan tarif.

2. Memberikan pengecualian-pengecualian, keringanan-

keringanan, atau sebaliknya yang ditujukan kepada masalah

tertentu.

2.3.1.3. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Teori pemungutan pajak ini muncul untuk mencari dasar

konseptual pemungutan pajak bagi negara, sehingga secara teoritis


pemungutan pajak yang dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik

dipandang dari segi yuridis maupun sisi ilmiah. Beberapa teori

tersebut menurut Waluyo dan Ilyas (2002: 14), yaitu:

1. Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Pajak

diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh

masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung). Premi

tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi

orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau

keamanan harta bendanya Teori as ansi ini menyamakan

pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun

kenyataannya hal te bu dengan premi tidakl h tepat.

2. Teori Kepentingan

Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus

dipungut dari masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada

kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk

perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran

negara untuk melindunginya dibebankan kepada masyarakat.

3. Teori Gaya Pikul

Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan

pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada

masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh

karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka masyarakat


akan membayar pajak menurut daya pikul seseorang yang dapat

diukur berdasar besarnya penghasilan dengan memperhitungkan

besarnya pengeluaran atau pembelanjaan seseorang.

4. Teori Bakti

Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori

ini berdasarkan pada pendapat bahwa negara mempunyai hak

mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat

menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban

untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara. Dengan

demikian dasar hukum pa terletak pada hubungan masyarakat

dengan negara.

5. Teori Asas Daya bel

Teori ini berdasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan

kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan

pemungutan pajak yang bukan kepentingan individu atau negara

sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.

Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh

Adam Smith dalam buku “An Inquiri into the Nature and Cause of the

Wealth of Nations” menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya

didasarkan sebagai berikut (Waluyo dan Ilyas, 2002: 12) :


1. Azas Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan

kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan

membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat

yang diterima.

Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan

uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan

kepentingannya dan manfaat yang diterima.

2. Azas Certainly

Penetapan pajak itu tida ditentukan ewenang-wenang. Oleh

karena itu, Wajib Paj harus mengetahui secara jelas dan pasti

pajak yang terutang, pan harus dibayar, s rta batas waktu

pembayaran.

3. Azas Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai

dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, sebagai

contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem

pemungutan ini disebut Pay as You Earn.

4. Azas Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminim mungkin,

demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.


2.3.1.4. Klasifikasi Pajak

Pajak dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu

(Tony Marsyahrul, 2005: 5):

1. Menurut golongannya :

a. Pajak langsung adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak

yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain

serta dipungut secara berkala (periodik).

Contoh : PPh, PBB.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut kalau ada

peristiwa, perbuatan rtentu da pembayar pajak dapat

melimpahkan beba pa aknya kepada piha lain.

Contoh : PPN da P nBM, Bea Materai

2. Menurut sifatnya :

a. Pajak Subjektif adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama

memperhatikan pribadi wajib pajak (subjek), kemudian

menetapkan objek pajaknya. Keadaan pribadi wajib pajak (gaya

pikulnya) sangat mempengaruhi besarnya jumlah pajak yang

terutang.

Contoh : PPh.

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenaannya pertama-tama

memperhatikan kepada objeknya, yaitu berupa benda, keadaan

perbuatan, peristiwa yang menyebabkan utang pajak, kemudian

ditetapkan tinggal di Indonesia atau tidak.


Contoh : PPN dan PPnBM, PBB.

3. Menurut pemungut dan pengelolanya :

a. Pajak Pusat atau pajak negara adalah pajak yang dikelola oleh

pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Pajak) dan hasilnya

dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara dan

pembangunan (APBN).

Contoh : PPh, PPN, PPnBM, PBB, Bea Materai.

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah

(baik pemerintah daerah Tk.I, maupun pemerintah daerah Tk.II)

dan hasilnya diperguna n untuk membiayai pengeluaran rutin

dan pembanguna er h (APBD).

Contoh : Pajak K ndaraan Bermotor, ajak Reklame, Pajak

Hiburan, dll.

2.3.1.5. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak adalah sebagai berikut (Mardismo,

2009: 7):

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh Wajib Pajak.


Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

ada pada fiskus.

2) Wajib Pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak

yang terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk m nentukan besarnya jak terutang ada

pada Wajib Pajak sendiri.

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang

ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.3.2. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)

2.3.2.1. Definisi Pajak Penghasilan Badan

Menurut Mardiasmo (2009: 21) Pajak Penghasilan Badan

adalah Pajak yang dikenakan pada sekumpulan orang/atau modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha atau tidak melakukan

usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer

(CV), Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dengan nama dan dalam bentuk

apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan,

Perkumpulan, Yayasan, Organisasi masa, Organisasi sosial politik,

atau Organisasi lainnya, Lembaga dan Bentuk Badan lainnya

termasuk kontrak investa ektif dan Bentuk U Tetap (BUT).

2.3.2.2. Subjek Pajak

Yang menjadi Subjek Pajak menurut Undang-undang

Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (1) adalah sebagai

berikut (Siti Resmi, 2009: 81):

a. Orang Pribadi.

b. Badan.

c. Bentuk Usaha Tetap.

Sedangkan yang dikecualikan sebagai Subjek Pajak sesuai UU

Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 ayat (2) adalah sebagai berikut (Siti

Resmi, 2009: 85):


a. Badan perwakilan negara asing.

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-

pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang

diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara

Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh

penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta

negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan, dengan s rat:

1) Indonesia menjadi nggota organisasi tersebut.

2) Tidak menjalankan usaha atau ke an lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian

pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran

para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat

bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau

kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari

Indonesia.
2.3.2.3. Objek Pajak

Objek Pajak adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Berdasar Pasal 4 UU Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan yng

termasuk Objek Pajak adalah sebagai berikut (Siti Resmi, 2009: 87):

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau dipe eh termas gaji, upah, tunjangan,

honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, ang pensiun atau

imbalan dalam bentuk ainnya, kecuali it ntukan lain dalam

Undang-undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan

penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk

dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti atau imbalan jasa atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan

jumlah tertentu yang ditetapkan kepada Peraturan Pemerintah.

l. Keutungan karena selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penil kembali aktiva.

n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima a diperoleh perkumpula dari anggotanya

yang terdiri dari W jib Pajak yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang

belum dikenakan pajak.

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara

perpajakan.
2.3.2.4. Penghasilan Bukan Objek Pajak

Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak sesuai dengan

Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3)

adalah sebagai berikut (Siti Resmi, 2009: 92):

a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh

badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

b. Warisan.

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh Subjek Pajak

badan sebagai pengganti saham au sebagai pengganti

penyertaan modal.

d. Penggantian atau im l sehubungan denga pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau

kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan

Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dan

penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan

bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.


2) Bagi Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara, atau

Badan Usaha Milik Daerah, dan penyertaan modal pada badan

usaha yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan

yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima

persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai

usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut.

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang

dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

h. Penghasilan dari modal ng ditana kan oleh dana pensiun

sebagaimana dimaks pada huruf g. dalam bidang-bidang

tertentu yang diteta n dengan keputusan M n eri Keuangan.

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal

ventura berupa bagian laba dan badan pasangan usaha yang

didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,

dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

1) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.


k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga

nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang

penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi

yang membidanginya.

m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang

ketentuannya diatur lebi lanjut de n atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan.

2.3.2.5. Tarif Pajak

Sesuai dengan pasal 17 UU PPh, besarnya tarif pajak

penghasilan adalah sebagai berikut:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 35%
Sumber: Mardiasmo (2009: 144)
2. Wajib Pajak Badan

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib

Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar

28%. Tarif pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk

usaha tetap, mulai berlaku sejak tahun pajak 2010, diturunkan

menjadi 25%.

2.3.3. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Tentang Undang-Undang dan

Peraturan Perpajakan (X1) terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi

(Y)

Pemahaman Wajib Pajak adalah perseps Wajib Pajak terhadap

kesederhanaan dan da angkau hukum paja akan mempengaruhi

perilaku Wajib Pajak dan keberhasilan perpajakan (Tubagus Chairul

Zandjani, 1992 dalam Bambang Suhardito hal : 5).

Pajak didasarkan pada Undang-Undang yang berarti bahwa

pemungutan pajak tersebut sudah disepakati atau disetujui bersama antara

pemerintah dengan rakyat, maka sudah sewajarnya kalau masyarakat

sadar akan kewajibannya di bidang perpajakan.

Mengingat betapa pentingnya peran masyarakat untuk membayar

pajak dalam peran sertanya menangung pembiayaan negara, dituntut

kesadaran warga negara untuk memenuhi kewajiban kenegaraannya.

Terlepas dari kesadaran sebagai warga negara sebagian besar masyarakat

tidak memenuhi kewajiban membayar pajak.


Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat tentang pajak

mengakibatkan sikap masyarakat cenderung apatis terhadap pajak yang

akhirnya berpengaruh terhadap perilaku atau praktek masyarakat dalam

hal kedisplinan membayar pajak. Pemahaman masyarakat tentang pajak

bisa diperoleh melalui pendidikan formal maupun penyuluhan dari aparat

perpajakan yang terkait. Pendidikan formal dalam jangka panjang sangat

diperlukan, karena beberapa jenis pajak memerlukan pemahaman tertentu

agar formulir dapat diisi dengan baik. Paragdima pendidikan pajak yang

baru dikenal dengan pendidikan pajak dua arah, dimana pendidikan pajak

harus diberikan kepada waj pajak (eks ernal) dan petugas pajak

(internal) secara bersama-sama.

Pemerintah telah m akukan sosialisasi rpajakan baik melalui

spanduk-spanduk, seminar, penyuluhan, media massa dan elektronik.

Tujuannya adalah agar Wajib Pajak lebih mudah mengerti mengenai

perpajakan, lebih cepat mendapat informasi perpajakan (Gardina dan

Haryanto, 2006: 19).

Pelaksanaan sosialisasi perpajakan juga dimaksudkan untuk lebih

memberdayakan Wajib Pajak supaya lebih memahami Undang-Undang

dan Peraturan Perpajakan yang berlaku dan mudah dimengerti oleh Wajib

Pajak akan mempengaruhi Penerimaan Pajak (PPh Orang Pribadi).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mu’minatus Sholichah

dan Istiqomah (2005) menunjukkan bahwa pemahaman Wajib Pajak

memiliki pengaruh yang positif terhadap keberhasilan penerimaan PBB,


sedangkan dari hasil penelitian Tatiana Vanessa R dan Priyo Hari A

(2009) menunjukkan bahwa Sunset Policy berpengaruh positif terhadap

pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan perpajakan Wajib Pajak.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa

pemahaman Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap keberhasilan

penerimaan PBB dan Sunset Policy.

2.3.4. Pengaruh Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2) Terhadap

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Kesadaran bernegara m upakan faktor penentu adanya kesadaran

perpajakan. Kesadaran be negara merupakan sikap sadar mempunyai

negara dan sikap sada ehadap fungsi nega a Sikap yang demikian

merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang

berinteraksi dalam memahami dan merasakan dan berperilaku terhadap

makna dan fungsi negara atau siapapun yang merasa menjadi warga

negara, yaitu kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela

memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan

cara membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 2003: 218).

Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk wajib pajak agar

mereka rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi

perpajakan dengan cara membayar kewajiban pajak secara tepat waktu

dan tepat jumlah.


Menurut Azwar (2007: 24-27), komponen kognitif berisi

kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar

bagi objek sikap. Komponen afektif menyangkut emosional subyektif

seseorang terhadap suatu objek sikap, sedangkan komponen konatif

menunjukkan perilaku, kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, terutama

tergantung pada tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat.

Semakin tinggi pengetahuan masyarakat, akan semakin mudah bagi

pemerintah untuk menyadarka mereka ba a didunia ini tidak ada

satupun yang dapat diperol h anpa membayar at u tanpa mengorbankan

sesuatu. Oleh karena i pemerintah harus m nyadarkan masyarakat

mengenai hubungan antara manfaat dan biaya dari setiap aktivitas.

Guna menumbuhkan toleransi masyarakat dalam menggugah

kesadaran tentang arti penting pajak bagi pemerintah untuk pembiayaan

pembangunan, perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan pada

masyarakat. Upaya ini dapat ditempuh antara lain dengan memberikan

bimbingan dan penyuluhan secara intensif sehingga dapat menumbuhkan

kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Kesadaran untuk

membayar pajak baru akan timbul apabila masyarakat dapat merasakan

hubungan langsung antara pembayaran pajak dengan manfaat yang

diterima, sehingga merekapun akan terdorong untuk patuh membayar

pajak.
Menurut Suryadi (2006) dari hasil penelitiannya menunujukkan

bahwa kesadaran Wajib Pajak yang diukur dengan: persepsi Wajib Pajak,

pengetahuan perpajakan, karakteristik Wajib Pajak dan penyuluhan

perpajakan tidak berpengaruh terhadap kinerja penerimaan pajak,

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mu’minatus Sholichah dan

Istiqomah (2005) menunjukkan bahwa kesadaran Wajib Pajak

berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa

kesadaran Wajib Pajak adalah rasa yang timbul dari diri Wajib Pajak atas

kewajibannya untuk membaya jak.

2.3.5. Pengaruh Sistem Pemu gu an (X3) Terhadap Penerimaan PPh Orang

Pribadi (Y)

Dalam abad 18 “Adam Smith” dalam bukunya “An Inquiry Into

The Nature and Causes of The Wealth of Nation” terkenal dengan nama

“Wealth of Nation” melancarkan ajarannya sebagai azas pemungutan

pajak yaitu azas Certainty, azas ini ditekankan pentingnya kepastian

tentang pemungutan pajak, yaitu kepastian mengenai hukum yang

mengaturnya, subyek pajak, objek pajak, dan tata cara pemungutannya.

Kepastian ini menjamin setiap wajib pajak untuk tidak ragu-ragu

membayar pajak karena segala sesuatunya sudah jelas (Brotodiharjo,

1981: 24).
Sejak disadari, bahwa tata cara pemungutan pajak yang lama itu

dinilai sangat seret, timbullah gagasan untuk merubah cara pemungutan

lama itu dengan cara “Self Assesment”, dalam tata cara Self Assesment

kegiatan pemungutan pajak diletakkan pada aktivitas masyarakat sendiri,

dimana wajib pajak diberi kesempatan untuk menghitung sendiri

pendapatan dan menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

lalu menyetorkan sendiri ke Kantor Kas Negara. Tata cara ini hanya dapat

berhasil dengan baik, bilamana masyarakat membayar pajak sendiri

mengetahui pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi (tax

consiciounsness).

Cara pemungutan paj k menurut Prof. ndriani (Brotodiharjo,

1981: 58), dapat dibagi m nj di 3 golongan:

1. Wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai

dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Cara pembayaran dapat

dilakukan dengan materai dan pembayaran ke kantor kas negara.

Fiskus membatasi diri pada pengawasan, kadang-kadang insidetil atau

secara teratur.

2. Ada kerjasama antara wajib pajak dan fiskus (tetapi kata terakhir

teletak pada fiskus) dalam bentuk pemberitahuan sederhana dari

wajib pajak dan pemberitahuan yang lengkap dari wajib pajak.

3. Fiskus menentukan sendiri (diluar wajib pajak) jumlah pajak yang

terutang.
Sistem pemungutan pajak suatu Negara yang baik adalah yang

berdasarkan pada prinsip-prinsip adil, kepastian hukum, ekonomis, dan

convenience (Luluk Uswatun Khasanah, 2008).

Keadilan ditujukan bagi Wajib Pajak, disertai dengan kepastian

hukum yang menjadi dasar pelaksanaan pemungutan pajak baik bagi

Wajib Pajak maupun bagi fiskus dengan tidak mengenyampingkan

masalah biaya yang dikeluarkan oleh fiskus dalam rangka pengumpulan

pajak. Convenience ditujukan untuk pembebanan pajak pada saat yang

tepat kepada Wajib Pajak (Devano dan Rahayu, 2006: 116).

Hasil penelitian yang d kukan oleh atiana Vanessa R dan Priyo

Hari A (2009) menunjukkan bahwa Sunset Pol cy berpengaruh positif

terhadap persepsi yang ai atas efektifitas si em perpajakan Wajib

Pajak, sedangkan menurut Suryadi (2006) menunjukkan bahwa pelayanan

perpajakan yang diukur dengan: kualitas SDM, ketentuan perpajakan dan

sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

penerimaan pajak.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem

pemungutan pajak apabila ketentuan perpajakannya dibuat secara

sederhana dan mudah dipahami oleh Wajib Pajak, maka pelayanan

perpajakan atas hak dan kewajiban Wajib Pajak dapat dilaksanakan secara

efektif dan efisien.


2.3.6. Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak (X1), Kesadaran Perpajakan

Wajib Pajak (X2), dan Sistem pemungutan (X3) Terhadap

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Penerimaan PPh Orang Pribadi adalah peningkatan sikap proaktif

Wajib Pajak terhadap pajak (PPh Orang Pribadi). Sikap proaktif wajib

pajak merupakan salah satu elemen konatif dari sikap Wajib Pajak yang

berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan. Komponen konatif

(tindakan) dari sikap (Azwar, 2000: 24), merupakan aspek kecenderungan

bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki eorang. Dengan demikian, penerimaan

dalam hal ini diasumsikan ebagai kecenderunga untuk bersikap positif

oleh Wajib Pajak atau i positif Wajib Pajak terhadap pajak (PPh

Orang Pribadi) dengan cara-cara tertentu yang dimiliki Wajib Pajak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya

menunjukkan secara empiris terbukti bahwa faktor yang melekat pada

wajib pajak yang berupa kesadaran, pemahaman dan kemampuan wajib

pajak berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan (Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah, 2005), sedangkan

menurut Suryadi (2006) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa

kesadaran Wajib Pajak yang diukur dengan persepsi Wajib Pajak,

pengetahuan perpajakan, karakteristik Wajib Pajak, penyuluhan

perpajakan dan pelayanan perpajakan yang diukur dengan kualitas SDM,


ketentuan perpajakan, sistem informasi perpajakan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak.

2.3.7. Kerangka Pikir

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat

diambil premis-premis dan akan dijadikan dasar dalam

mengemukakan hipotesis. Adapun premis-premis tersebut adalah

sebagai berikut:

Premis 1 : Pemahaman Wajib Pajak adalah persepsi Wajib Pajak

terhadap kesede hanaan dan daya jangkau hukum pajak

akan mem nga uhi perilaku Wajib Pajak dan keberhasilan

perpajaka ubagus Chairul Z ndjani, 1992 dalam

Bambang Suhardito hal : 5).

Premis 2 : Kesadaran Perpajakan adalah kerelaan memenuhi

kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana

untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara

membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko, 1992: 218).

Premis 3 : Sistem Pemungutan adalah bagaimana langkah-langkah

pemungutan pajak berdasarkan pada prinsip-prinsip adil,

kepastian hukum, ekonomis, dan convenience (Luluk

Uswatun Khasanah, 2008).


Premis 4 : Pemahaman Wajib Pajak atas PPh dan Sistem Pemungutan

berpengaruh dengan Penerimaan PPh (Dian Pranesti,

2010).

Premis 5 : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, dan

Sistem Pemungutan berpengaruh terhadap Keberhasilan

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Vitriana Budi

Kurniawati, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang

saling berkaitan maka kerangk pemikiran teoritis dapat dibangun

dalam gambar di bawah ini

Pemahaman WP
(X1)

Kesadaran Perpajakan WP (X2) Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Sistem Pemungutan
(X3)

Uji Regresi Linier Berganda

Gambar 2.1. : Kerangka Pikir


2.3.8. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir diatas maka

hipotesis dari penelitian ini adalah:

Pemahaman Wajib Pajak, kesadaran perpajakan Wajib Pajak,

dan sistem pemungutan yang melekat pada Wajib Pajak berpengaruh

secara parsial terhadap penerimaan PPh Orang Pribadi pada KPP

Pratama Gresik Utara. (Premis 1, 2, 3, 4, 5).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Menurut Nazir (2005: 126), definisi operasional adalah suatu

definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara

memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan

operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel

tersebut. Berdasarkan perumus masalah yang diajukan pada BAB I dan

hipotesis pada BAB II, maka variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua

jenis, yaitu variabel beb (X dan variabel terikat (Y).

Definisi operasional ini, hal-hal yang perlu didefinisikan dan

diamati adalah penerimaan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama Gresik

Utara. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah : pemahaman

WP atas PPh Orang Pribadi (X1), kesadaran perpajakan WP (X2), dan

sistem pemungutan (X3), sedangkan yang menjadi variabel terikatnya (Y)

adalah penerimaan PPh Orang Pribadi.

3.1.1.1. Variabel Bebas (X)

1. Pemahaman WP atas PPh Orang Pribadi (X1)

Pemahaman Wajib Pajak adalah persepsi Wajib Pajak terhadap

kesederhanaan dan daya jangkau hukum pajak akan mempengaruhi

45

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
46

perilaku Wajib Pajak dan keberhasilan perpajakan (Tubagus Chairul

Zandjani, 1992 dalam Bambang Suhardito hal : 5).

2. Kesadaran Perpajakan WP (X2)

Kesadaran Perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya,

termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi

pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (Suparmoko,

1992: 218).

3. Sistem Pemungutan (X3)

Sistem Pemungutan adalah bagaimana langkah-langkah pemungutan

pajak berdasarkan pada pr nsi -prinsip adil, ke astian hukum, ekonomis,

dan convenience (Luluk U w tun Khasanah, 2008).

3.1.1.2. Variabel Terikat (Y)

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Adalah peningkatan sikap proaktif WP terhadap pajak (PPh Orang

Pribadi). Sikap proaktif wajib pajak merupakan salah satu elemen konatif

dari sikap WP yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan.

Komponen konatif (tindakan) dari sikap (Azwar, 2000: 24), merupakan

aspek kecenderungan bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara-cara tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Dengan

demikian, keberhasilan penerimaan dalam hal ini diasumsikan sebagai

kecenderungan untuk bersikap positif oleh WP atau reaksi positif WP

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terhadap pajak (PPh Orang Pribadi) dengan cara-cara tertentu yang

dimiliki WP.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Pemahaman Wajib Pajak atas PPh Orang Pribadi (X1)

Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval

(Sugiono, 2006: 112). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang

digunakan dalam peneli yang di daptasi oleh Vitriana Budi

Kurniawati (2006). Va abel ini diukur dengan 4 (empat) pertanyaan.

Responden diminta memilih skala 1 (sa ) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan tingkat pengetahuan wajib pajak yang

rendah mengenai pemahaman tentang UU perpajakan dan peraturan

pajak yang berlaku. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang berarti

wajib pajak mempunyai pemahaman yang cukup. Skala 5 (lima)

menunjukkan tingkat pemahaman wajib pajak yang tinggi.

Indikator untuk variabel ini adalah :

a. PPh Orang Pribadi merupakan sarana atau sumber pendapatan

wilayah.
b. PPh Orang Pribadi adalah pajak yang dikenakan atas pengahasilan,

oleh sebab itu yang dipentingkan adalah obyeknya.

c. Subyek PPh Orang Pribadi adalah orang atau badan yang secara

nyata mempunyai penghasilan.

d. PPh Orang Pribadi merupakan sumber pendapatan untuk

pembiayaan pembangunan negara.

2. Kesadaran Perpajakan WP (X2)

Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval

(Sugiono, 2006: 112). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan pengembanga dan modi kasi dari instrumen yang

digunakan dalam eneli an yang diadapt oleh Vitriana Budi

Kurniawati (2006). r bel ini diukur denga 4 (empat) pertanyaan.

Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan tingkat kerelaan wajib pajak yang

rendah diindikasikan dengan keengganan wajib pajak tentang

peraturan PPh Orang Pribadi. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah

yang berarti wajib pajak mempunyai kesadaran yang cukup. Skala 5

(lima) menunjukkan kesadaran wajib pajak yang tinggi.

Indikator untuk variabel ini adalah :

a. PPh Orang Pribadi dipergunakan sebagai sumber pendapatan

negara.
b. PPh Orang Pribadi dipergunakan sebagai sumber pendapatan

daerah.

c. PPh Orang Pribadi dibayar tepat waktu untuk pembiayaan

pembangunan.

d. PPh Orang Pribadi harus dibayar sesuai ketetapan karena

kewajiban negara.

3. Sistem Pemungutan (X3)

Pengukurannya menggunakan Semantic Defferensial skala Interval

(Sugiono, 2006: 112). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan pengembanga dan modi si dari instrumen yang

digunakan dalam pe li an yang diadapt si oleh Vitriana Budi

Kurniawati (2006). r bel ini diukur denga 4 (empat) pertanyaan.

Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Skala 1 (satu) menunjukkan tingkat kesulitan wajib pajak dalam

membayar PPh Orang Pribadi. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah

yang berarti wajib pajak mempunyai tingkat kemudahan dan kesulitan

wajib pajak dalam membayar PPh Orang Pribadi. Skala 5 (lima)

menunjukkan tingkat kemudahan wajib pajak dalam membayar PPh

Orang Pribadi.

Indikator untuk variabel ini adalah :

a. Kemudahan prosedur pembayaran.


b. Jangka waktu pembayaran.

c. Sanksi keterlambatan.

d. Antrian pembayaran.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah Wajib

Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Gresik Utara dan yang menjadi unit

samplingnya adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di wilayah Kecamatan

Gresik, Kabupaten Gresik.

3.2.2. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek atau objek yang memiliki

ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan

kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan

dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Populasi

dalam penelitian ini adalah 50 Wajib Pajak Pengusaha Kopyah (Wajib

Pajak Orang Pribadi) di Kecamatan Gresik.

3.2.3. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri

dan karateristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah

sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono,


2004: 44). Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Purposive Sampling yaitu teknik penarikan sampel non-

probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri

atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang

merupakan representative dari populasi (Sumarsono, 2004: 52).

Dasar pertimbangan pemilihan kriteria yang diambil adalah:

1. Pengusaha kopyah yang mempunyai npwp dan menyetorkan SPT

selama periode 2008 – 2009.

2. Yang masih aktif dalam mengelola usahanya.

3. Lokasi usahanya berada di ecamatan Gresik.

Adapun sampel ya gunakan dalam pe litian ini berjumlah 32

Wajib Pajak Pengusaha opyah, berikut nama-na a pengusahanya:

1. Saifuddin

2. M.Suband

3. Ach. Rafi’i

4. H. Fanani

5. Yusuf Ali

6. Achmad Isfa’ Ali

7. Moch. Faishol

8. M. Zainuddin

9. UD. AL-Ustad

10. UD. Diplomat

11. H. Fatchul Fatah


12. Syamsul Chizam

13. H. Ghufron Ridwan

14. H. Jainul

15. Awing & Son

16. Agus Salim

17. Islachiyah

18. UD. Syafa’at

19. UD. Perdana

20. H. Moch. Yahya

21. UD. Muamallah

22. M. Ainun Hurry

23. H. Wahyudi

24. Moch. Habiburrahman

25. UD. Alif

26. UD. Hikmah

27. UD. Nusantara

28. Pendik Sutrisno

29. UD. Amanah

30. Achmad Sidiq

31. H. Ahmad Maksum

32. Hasan Bashri


3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan

pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk

tujuan spesifik (Sekaran, 2006: 77). Data primer dalam penelitian ini

adalah bersumber dari tanggapan responden atas daftar pertanyaan

yang tertera dalam angket (kuesioner).

2. Data Sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari

sumber yang telah ada. Data sekunder um mnya berupa catatan atau

dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh

media, situs web, internet dan lain sebagainya (Sekaran, 2006: 77).

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari KPP Pratama Gresik

Utara periode 2009 - 2010.

3.3.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005: 127).

Metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu:


1. Kuesioner

Menurut Ridwan (2004: 99), Kuesioner adalah daftar pernyataan yang

diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon

(responden) sesuai dengan permintaan pengguna.

2. Wawancara

Menurut Ridwan (2004: 102), Wawancara adalah suatu cara

pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi

langsung dari sumbernya.

3. Observasi

Menurut Ridwan (2004: 104), Observasi adalah melakukan

pengamatan secara a sung ke objek pene tian untuk melihat dari

dekat kegiatan yang lakukan.

4. Dokumentasi

Menurut Ridwan (2004: 105), Dokumentasi adalah ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku

yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film

dokumenter, data yang relevan penelitian. Dalam penelitian ini data

yang diperoleh dari KPP Pratama Gresik Utara periode 2009 - 2010.

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat

pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid tidaknya


alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang

diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang

diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Dasar pengambilan

keputusan yaitu apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-

masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan dengan taraf signifikan <

0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut valid

(Sumarsono, 2004: 31).

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengukur suatu kuisione yang merupakan indi ator dari variabel atau

kontruk. Suatu kuesion katakan reliabel at u handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu (Ghozali, 2006: 45).

Ukuran untuk menentukan reliabilitas adalah (Ghozali, 2006: 46):

1. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,6 maka pertanyaan reliabel

2. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,6 maka pertanyaan tidak reliabel.

3.4.3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Pedoman dalam mengambil

keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal

adalah (Sumarsono, 2004: 40):


a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%,

maka distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%,

maka distribusi adalah normal.

3.5. Uji Asumsi Klasik, Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best

Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t

tidak boleh bias. Untuk mengha lkan yang BLUE maka harus dipenuhi di

antara tiga asumsi dasar ng tidak boleh dilanggar oleh regresi linier,

yaitu:

1. Tidak boleh ada Autokorelasi

2. Tidak boleh ada Multikolinieritas

3. Tidak boleh ada Heteroskedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar,

maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji

F dan uji t menjadi bias.


1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara

anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu

(Gujarati, 1995: 201). Identifikasi gejala autokorelasi dapat

dilakukan dengan kurva Durbin dan Watson :

Ada Daerah Daerah Ada

auotkore-keragu- keragu- autokore-


lasiraguan raguan lasi
positif negatif

Tidak ada
d
Autokorelasi

0 dL du 2 4-du 4-dL 4
Sumber: Gujarati, 1995: 201

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara

data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data times

series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross

sectional) (Gujarati, 1995: 201). Jadi dalam model regresi linier

diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Penelitian ini data

yang digunakan bukan data times series tetapi data cross sectional
yang diambil berdasarkan kuesioner, sehingga untuk uji

autokorelasi tidak dilakukan.

2. Multikolonieritas

Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2006: 95).

Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai

VIF (Varians Inflation actor). Tolerance mengukur variabilitas

variabel independe yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh

variabel independen ainnya. Jadi nilai ol ance yang rendah sama

dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =1/tolerance) dan dapat

menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas

adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10

(Ghozali, 2006: 96).

3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut


Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regesi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 125).

Heteroskedastisitas dapat diidentifikasikan dengan cara

melakukan uji Park. Adapun dasar pengambilan keputusan adalah

sebagai berikut :

a. Lakukan regresi tingkat penerimaan PPh Orang Pribadi = f

(pemahaman wajib pajak atas PPh Orang Pribadi, kesadaran

perpajakan wajib pajak, sistem pemungutan).

b. Dapatkan variabel idual (Ui).

c. Kuadratkan nila re idual (U2i).

d. Hitung logar dari kuadrat residual nU2i) .

e. Regresikan variabel kuadrat residual (LnU2i) sebagai variabel

terikat dan variabel pemahaman wajib pajak atas PPh Orang

Pribadi, kesadaran perpajakan wajib pajak, sistem pemungutan

sebagai variabel bebas (Ghozali, 2006: 128).

Apabila tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan

secara statistik mempengaruhi variabel terikat (AbsUt) yang

ditandai dengan tingkat signifikan (sig) di atas 5%, maka

model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas

(Ghozali, 2006: 129).


3.5.2. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda

yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel terikat (Y) yaitu

penerimaan PPh Orang Pribadi, sedangkan variabel bebasnya terdiri dari :

Pemahaman WP (X1), Kesadaran Perpajakan WP (X2), dan Sistem

Pemungutan (X3). Dengan persamaan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e....................(Anonim, 2009: L – 21)

Keterangan :

Y = Penerimaan P h rang Pribadi

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien Regresi X 1

β2 = Koefisien Regresi X 2

β3 = Koefisien Regresi X3

X1 = Pemahaman WP atas PPh Orang Pribadi

X2 = Kesadaran Perpajakan WP

X3 = Sistem Pemungutan

E = Standart Error
3.5.3. Uji Hipotesis

3.5.3.1. Uji Kesesuaian Model

Uji Kesesuaian Model atau Uji F ini digunakan untuk menguji

cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan prosedur

sebagai berikut (Anonim, 2009: L-22):

R2 / ( k-1 )
F hitung =
( 1-R2 ) / ( n-k )

Keterangan :

F hitung = F hasil perhi ungan

R2 = Koefisien de erminasi atau koefisien korelasi berganda

k = Jumlah variabel

n = Jumlah sampel

a. Ho : β1 = 0, artinya model regresi yang dihasilkan tidak cocok untuk

mengetahui pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel

dependent (Y).

H1 : β1 ≠ 0, artinya model regresi yang dihasilkan cocok untuk

mengetahui pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel

dependent (Y).

b. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.

c. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :


 Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

 Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

3.5.3.2. Uji t

Uji t ini digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel

terikat, dengan prosedur sebagai berikut (Anonim, 2009: L-21):

bj
thitung =
Se (bj)

Keterangan :

thitung = t hasil perhitungan

bj = Koefisien Regresi

Se (bj) = Standar error dari koefisien regresi

a. Ho : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y).

H1 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

independent (X) terhadap variabel dependent (Y).

b. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.

c. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

 Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

 Jika nilai probabilitas > 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan analisis data tentang Pengaruh Pemahaman

Wajib Pajak, Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak dan Sistem Pemungutan Yang

Melekat Pada Wajib Pajak terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi. (Studi Pada

KPP Pratama Gresik Utara). Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan PPh

Orang Pribadi akan diuji dalam studi ini dan akan diukur dengan beberapa

pertanyaan (multi item questioner) yang merujuk pada penelitian-penelitian

terdahulu.

Disamping itu ada tiga va iabel yang kemungkinan mempengaruhi

variabel Penerimaan PPh Orang Pr badi yaitu variabel ahaman Wajib Pajak,

variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak, variabel Sistem Pemungutan yang

diukur dengan beberapa pertanyaan. Analisis data terdiri dari pengumpulan data

sebelum diolah, statistic deskriptif untuk masing-masing variabel yang digunakan

dan pengujian hipotesis penelitian menggunakan alat analisis regresi dengan

software SPSS 11.5, namun terlebih dahulu akan diuraikan sekilas tentang

deskripsi objek penelitian yang diambil peneliti.

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara

Sebagai unit organisasi Departemen Keuangan Direktorat Jenderal

Pajak (DJP) mempunyai tugas yang cukup menentukan bagi kelangsungan

63
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
64

pembayaran, selain bertugas untuk menghimpun penerimaan dalam sektor

pajak dengan target penerimaan yang terus menerus meningkat setiap

tahunnya. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga dituntut memberikan

pelayanan pajak yang baik dan berkualitas bagi masyarakat Wajib Pajak.

Demi pelaksanaan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) membentuk

unit organisasi dibawahnya yang meliputi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

diseluruh Indonesia, guna lebih menyentuh target yaitu masyarakat Wajib

Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Gresik (selanjutnya disingkat KPP Gresik)

berdiri berdasarkan Ke usan Menteri Keuangan Nomor

162/KMK.01’1997 tangga 10 April 1997, namun mulai aktif melakukan

kegiatan operasional pa hun anggaran 1998. KPP Gresik merupakan

pecahan dari KPP Mojokerto. Pada perkembangan selanjutnya KPP Gresik

pecah menjadi dua yaitu KPP Pratama Gresik Utara dan KPP Pratama

Gresik Selatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara (selanjutnya

disingkat KPP Pratama Gresik Utara) berdiri berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01./2007 tentang perubahan atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJP. Dan mulai aktif

melakukan kegiatan operasional pada 27 November 2007.

Sebagai unit organisasi terbawah dari Direktorat Jenderal Pajak,

kantor pelayanan pajak Gresik Utara mempunyai tugas untuk

melaksanakan pelayanan, pengawasan administatif dan pemeriksaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan

Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,

dan Pajak Tidak Langsung Lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

KPP Pratama Gresik Utara merupakan salah satu Kantor Pelayanan

Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur

II, menempati sebuah gedung yang terletak di Jl. Dr. Wahidin

Sudirohusodo No. 700 Kota Gresik. Wilayah Kerja KPP Pratama Gresik

Utara meliputi daerah Duduk Sampeyan, Kebomas, Gresik, Manyar,

Bungah, Sedayu, Panceng, ukun, Ujung Pangkah, Sangkapura, dan

Tambak.

Dalam mendukung dan membantu l anaan tugas Kantor

Pelayanan Pajak maka dilakukan pembagian-pembagian tugas untuk

masing-masing bagian atau seksi. Hal ini agar tidak terjadi benturan dalam

melaksanakan tugas masing-masing seksi. Untuk setiap seksi para

pelaksana dikoordinasikan oleh beberapa koordinator pelaksana dalam

rangka koordinasi tugas, dan dipimpin oleh kepala seksi yang ditunjuk.

4.1.2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara

Visi KPP Pratama Gresik Utara :

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem

administrasi perpajakan modern dan efektif, efesien, dan dipercaya

masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.


Misi KPP Pratama Gresik Utara :

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-

undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem perpajakan yang

efektif dan efisien.

4.1.3. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara

Setiap Organisasi atau departemen memiliki struktur organisasi.

Keberadaannya sangat penting bagi kelancaran aktifitas organisasi atau

departemen yang bersangkuta Oleh karenanya struktur organisasi adalah

suatu kerangka yang m nunjukkan tugas ses orang di dalam organisasi,

sehingga jelas batas-bat nya hubungannya, wew nangnya dan tanggung

jawabnya dalam usaha untuk mencapai tujuan yang ditentukan.


Berikut ini tugas dan tanggung jawab dari beberapa departemen:

1. Kelompok Fungsional

Tugasnya :

Melakukan pemeriksaan pajak baik pemeriksaan lengkap dan

pemeriksaan sederhana, serta pemeriksaan dalam rangka penagihan.

2. Sub Bagian Umum

Tugasnya :

 Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah

tangga, dan perlengkapan.

 Membantu dan menunj kelancara tugas Kepala Kantor dalam

tugas dan fungsi ya an pajak.

3. Seksi Pelayanan

Tugasnya :

 Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.

 Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.

 Penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan serta surat

lainnya.

 Penyuluhan perpajakan.

 Registrasi Wajib Pajak.

 Tugas lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Tugasnya :

 Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data.


 Dukungan teknis komputer.

 Penyajian informasi perpajakan.

 Perekaman dokumen perpajakan.

 Tata usaha penerimaan Pajak.

 Tugas lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugasnya :

 Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan.

 Melakukan bimbingan dan konsultasi perpajakan kepada Wajib

Pajak.

 Penyusunan frofi Waj b Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, dan

kegiatan intensifikas

 Melakukan evaluasi banding.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugasnya :

 Penyusunan rencana pemeriksaan.

 Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

 Menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak,

serta administrasi pemeriksaan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugasnya :

 Pengamatan potensi perpajakan.

 Pendataan objek dan subjek pajak.


 Penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

8. Seksi Penagihan

Tugasnya :

 Melakukan analisis atas jumlah tunggakan pajak.

 Melakukan serangkaian tindakan penagihan baik aktif maupun

pasif.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)

Pengukuran variabel Pe ahaman wajib pajak (X1) menggunakan

skala interval dengan ins um n yang dikembangkan oleh Vitriana Budi

Kurniawati (2006). Instrum ini terdiri dari 4 it m pertanyaan dengan 5

skala interval.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 32 Pengusaha Kopyah (Wajib Pajak

Pribadi), berikut ini akan ditampilkan rekapitulasi jawaban responden

mengenai variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1) dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Jawaban Responden mengenai Variabel Pemahaman
Wajib Pajak (X1)
Skor Jawaban
No. Pertanyaan Total
1 2 3 4 5
Pajak Penghasilan Orang
1 Pribadi merupakan sarana atau 1 1 8 12 10 32
sumber pendapatan wilayah
Pajak Penghasilan Orang
2 Pribadi adalah pajak yang 1 3 8 9 11 32
dikenakan atas penghasilan,
oleh sebab itu yang
dipentingkan adalah obyeknya
Pajak Penghasilan Orang
3 Pribadi adalah orang atau 0 1 1 15 15 32
badan yang secara nyata
mempunyai penghasilan
Pajak Penghasilan Orang
4 Pribadi merupakan sumber 1 8 20 32
pendapatan untuk pembiayaan
pembangunan Negara
Total Jawaban 3 6 19 44 56 128
Dalam Prosentase 2,3% 4,7% 14,8% 4% 43,8% 100%

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 1

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 orang responden

yaitu Pengusaha Kopyah di Kecamatan Gresik, sebagian besar responden

menyatakan setuju dengan pernyataan yang diajukan. Hal ini terbukti

dengan banyaknya responden yang memberi skor jawaban antara 3 hingga

skor 5, dengan skor tertinggi berada pada skor “5” atau “setuju” yaitu

sebesar 43,8% yang berarti bahwa responden (WP) sudah baik dalam

memahami pengetahuan tentang pajak PPh Orang Pribadi.


4.2.2. Deskripsi Variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)

Pengukuran variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2)

menggunakan skala interval dengan instrumen yang dikembangkan oleh

Vitriana Budi Kurniawati (2006). Instrumen ini terdiri dari 4 item

pertanyaan dengan 5 skala interval.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 32 Pengusaha Kopyah (Wajib Pajak

Pribadi), berikut ini akan ditampilkan rekapitulasi jawaban responden

mengenai variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X 2) dalam tabel

berikut ini :

Tabel 4.2.
Rekapitulasi Jawaban R ponden mengenai Variabel Kesadaran
Perpajak Wajib Pajak (X )
Skor Jawaban
No. Pertanyaan Total
1 2 3 4 5
Pajak Penghasilan Orang
1 Pribadi dibayar karena 0 1 8 12 11 32
dipergunakan oleh pemerintah
kota Gresik untuk sumber
pendapatan Negara
Pajak Penghasilan Orang
2 Pribadi dibayar karena 1 1 3 10 17 32
dipergunakan oleh pemerintah
kota Gresik untuk sumber
pendapatan daerah
Pajak Penghasilan Orang
3 Pribadi harus saya bayar tepat 1 0 5 12 14 32
waktu karena sudah kewajiban
semua warga negara
membayar pajak
Pajak Penghasilan Orang
4 Pribadi harus saya bayar sesuai 1 1 3 9 18 32
ketetapan karena sudah
kewajiban semua warga negara
Total Jawaban 3 3 19 43 60 128
Dalam Prosentase 2,3% 2,3% 14,9% 33,6% 46,9% 100%

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 1


Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 orang responden

yaitu Pengusaha Kopyah di Kecamatan Gresik, sebagian besar responden

menyatakan setuju dengan pernyataan yang diajukan. Hal ini terbukti

dengan banyaknya responden yang memberi skor jawaban antara 3 hingga

skor 5, dengan skor tertinggi berada pada skor “5” atau “setuju” yaitu

sebesar 46,9%. Hal ini berarti kesadaran perpajakan wajib pajak yang

diindikatori oleh wajib pajak selalu memenuhi kewajiban membayar pajak

tanpa paksaan, respon yang cepat mengenai sanksi yang diberikan oleh

Dirjen Pajak, kesadaran pembayaran PPh dengan tepat waktu dan tepat

jumlah guna pengoptimalan pembiayaan belanja negara, kesadaran

membayar PPh karena merasa sebagai warga negara, hal ini berarti

responden setuju untuk me kukan ketentuan se gaimana uraian diatas

dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

4.2.3. Deskripsi Variabel Sistem Pemungutan (X3)

Pengukuran variabel Sistem Pemungutan (X3) menggunakan skala

interval dengan instrumen yang dikembangkan oleh Vitriana Budi

Kurniawati (2006). Instrumen ini terdiri dari 4 item pertanyaan dengan 5

skala interval.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 32 Pengusaha Kopyah (Wajib Pajak

Pribadi), berikut ini akan ditampilkan rekapitulasi jawaban responden

mengenai variabel Sistem Pemungutan (X3) dalam tabel berikut ini :


Tabel 4.3.
Rekapitulasi Jawaban Responden mengenai Variabel Sistem
Pemungutan (X3)
Skor Jawaban
No. Pertanyaan Total
1 2 3 4 5
Sistem pemungutan Pajak
1 Penghasilan Orang Pribadi 3 5 12 5 7 32
mudah dan sederhana
Jangka waktu jatuh tempo
2 pembayaran Pajak 0 8 8 13 3 32
Penghasilan Orang Pribadi
relatif lama
Sanksi terhadap
3 keterlambatan pembayaran 7 6 7 7 5 32
Pajak Penghasilan Orang
Pribadi relatif ringan
Antrian pembayaran Pajak
4 Penghasilan Orang Pribadi 1 9 3 9 10 32
mendekati waktu jatuh tempo
membutuhkan waktu yang
lama
Total Jawaban 11 28 30 34 25 128
Dalam Prosentase 6% 21,9% 23, 26,6% 19,5% 100%

Sumber : Hasil Penyebaran Kue ioner (diolah peneliti) pada l mpiran 1

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 32 orang responden

yaitu Pengusaha Kopyah di Kecamatan Gresik, memberikan jawaban yang

cukup bervariatif. Hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang

memberi skor jawaban antara 1 hingga skor 5, dengan skor tertinggi

berada pada skor “4” atau “setuju” yaitu sebesar 26,6%. Hal ini berarti

bahwa responden (WP) sudah baik dalam mematuhi peraturan maupun

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pajak.


4.2.4. Deskripsi Variabel Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

Untuk pengukuran variabel Penerimaan Pajak Penghasilan (Y)


menggunakan data sekunder dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik
Utara. Dari hasil penelitian yang dilakukan yang berhubungan dengan
pembayaran pajak penghasilan yang dilakukan oleh para wajib pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gresik Utara pada 32 Wajib Pajak
Pengusaha Kopyah (Wajib Pajak Orang Pribadi) yang dijadikan sebagai
sampel penelitian.

Tabel 4.4.
Rekapitulasi Variabel Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)
Responden PPh yang disetor Responden PPh yang disetor
1 Rp 324.000,00 17 Rp 480.000,00
2 Rp 336.000 00 18 Rp 720.000,00
3 Rp 360. 00 19 Rp 672.000,00
4 Rp 330.0 0 20 Rp 420.000,00
5 Rp 216 00 00 21 Rp 840.000,00
6 Rp 240.000,00 22 Rp 180.000,00
7 Rp 180.000,00 23 Rp 300.000,00
8 Rp 168.000,00 24 Rp 540.000,00
9 Rp 600.000,00 25 Rp 780.000,00
10 Rp 720.000,00 26 Rp 1.200.000,00
11 Rp 300.000,00 27 Rp 900.000,00
12 Rp 360.000,00 28 Rp 564.000,00
13 Rp 576.000,00 29 Rp 1.020.000,00
14 Rp 534.000,00 30 Rp 180.000,00
15 Rp 1.350.000,00 31 Rp 420.000,00
16 Rp 300.000,00 32 Rp 336.000,00
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian

4.3.1. Hasil Pengujian Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas

4.3.1.1. Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat

pengukur itu (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau

tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor

yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total

yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Apabila korelasi

antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan

(ditunjukkan dengan taraf signi kan < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa

alat pengukur tersebut m mpunyai validitas (Suma ono, 2004: 31).

abel 4.5.
Hasil Uji Validitas Inst n Kuesioner Var abel Pemahaman
Wajib Pajak (X1)
Pertanyaan r-hasil Sig Keterangan

1 0,837 0,000 Valid


2 0,778 0,000 Valid
3 0,739 0,000 Valid
4 0,751 0,000 Valid

Berdasarkan tabel diatas diketahui tiap pertanyaan yang diberikan

untuk variabel Pemahaman Wajib Pajak Tentang PPh Orang Pribadi (X1)

mempunyai korelasi atau hubungan yang memiliki taraf signifikansi

dibawah 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua

pertanyaan yang telah diberikan terbukti valid dan dapat digunakan untuk

pengujian selanjutnya.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Kesadaran
Perpajakan Wajib Pajak (X2)
Pertanyaan r-hasil Sig Keterangan

1 0,674 0,000 Valid


2 0,793 0,000 Valid
3 0,778 0,000 Valid
4 0,812 0,000 Valid

Berdasarkan tabel diatas diketahui tiap pertanyaan yang diberikan

untuk variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak Tentang PPh Orang

Pribadi (X2) mempunyai korelasi atau hubungan yang memiliki taraf

signifikansi dibawah 0,05, dengan demikian pat disimpulkan bahwa

semua pertanyaan yang ela diberikan terbukti valid dan dapat digunakan

untuk pengujian selanjutnya

Tabel 4.7.
Hasil Uji Validitas Instrumen Kuesioner Variabel Sistem
Pemungutan (X3)
Pertanyaan r-hasil Sig Keterangan

1 0,682 0,000 Valid


2 0,792 0,000 Valid
3 0,652 0,000 Valid
4 0,291 0,107 Tidak Valid

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pertanyaan dengan

nomor 1, 2, 3 untuk variabel Sistem Pemungutan Tentang PPh Orang

Pribadi (X3) mempunyai nilai korelasi atau hubungan yang memiliki taraf
signifikan dibawah 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada

pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan untuk pengujian

selanjutnya.

Sedangkan untuk pertanyaan dengan nomor 4 untuk variabel sistem

pemungutan (X3) mempunyai nilai korelasi atau hubungan yang memiliki

taraf signifikan diatas 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pada pertanyaan tersebut tidak valid, jadi harus dikeluarkan dari instrumen

kuesioner, kemudian dilakukan tahap ke dua untuk menguji validitas atas

variabel sistem pemungutan (X3) sebagaimana disajikan dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8.
Hasil Uji Validitas I st umen kuesioner Variabel Sistem
Pemungutan (X3)
Pertanyaan r-has Sig Keterangan

1 0,810 0,000 Valid


2 0,714 0,000 Valid
3 0,798 0,000 Valid

4.3.1.2. Hasil Pengujian Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau

kontruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu (Ghozali, 2006: 45).

Ukuran untuk menentukan reliabilitas adalah (Ghozali, 2006: 46):

1. Jika nilai Cronbach Alpha > 0,6 maka pertanyaan reliabel.


2. Jika nilai Cronbach Alpha < 0,6 maka pertanyaan tidak reliabel.

Meskipun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

mengadopsi instrumen dari peneliti terdahulu yang telah teruji validitas

dan reliabilitasnya, peneliti juga melakukan pengujian kembali atas

validitas dan reliabilitas instrumen pengukuran. Pertimbangan yang

mendasari uji validitas dan reliabilitas adalah adanya perbedaan tempat,

waktu, responden penelitian dari penelitian terdahulu. Uji reliabilitas

instrumen pengukuran dalam penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha.

Tabel 4.9. disajikan hasil uji reliabilitas instrumen pengukuran.

T l 4.9.
Hasil Uji Reliabi Masing-masing ariabel
Variabel lah r-Alpha -tabel Keterangan
Item
Pemahaman Waji 4 0.7705 Reliabel
Pajak (X1)

Kesadaran 4 0.7651 0.60 Reliabel


Perpajakan Wajib
Pajak (X2)

Sistem Pemungutan 4 0.6589 0.60 Reliabel


(X3)

Hasil uji reliabilitas instrumen pengukuran menunjukkan untuk

semua variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1), Kesadaran Perpajakan

wajib pajak (X2), Sistem Pemungutan (X3), memiliki reliabilitas yang baik

dengan nilai Cronbach’s Alpha melebihi 0,60 (Ghozali, 2006: 46). Hal ini

menunjukkan keseluruhan item pertanyaan telah reliabel, sehingga

jawaban yang diberikan oleh responden dapat dipercaya. Sedangkan


variabel Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) tidak dilakukan pengujian

reliabilitas karena data sekunder.

4.3.1.3. Hasil Pengujian Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data

mengikuti sebaran normal atau tidak. Pedoman dalam mengambil

keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal

adalah (Sumarsono, 2004: 40):

a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka

distribusi adalah tidak nor l.

b. Jika nilai signifikan (ni ai probabilitasnya leb h besar dari 5%, maka

distribusi adalah nor a

Hasil pengujian normalitas terlihat pada tabel 4.10., berikut disajikan tabel

4.10.:

Tabel 4.10.
Hasil Normalitas untuk regresi variabel independen X1, X2, X3
terhadap Y sebagai variabel dependen

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 32
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .51608839
Most Extreme Absolute .132
Differences Positive .132
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z .749
Asymp. Sig. (2-tailed) .629
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil pengujian Normalitas pada tabel di atas dapat

ditunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,749 dengan tingkat

signifikan sebesar 0,629. Karena nilai tingkat signifikannya lebih besar

dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual yang dihasilkan

mengikuti distribusi normal.

4.4. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik atau istilah lain pengujian model analisis

dalam penelitian ini perlu dilakukan. Pemenuhan karakter data sesuai

dengan asumsi model analisis ngat diperlukan untuk mendapatkan hasil

yang tidak bias. Model a lis s yang dimaksud dalah pengujian model

regresi pada persamaan per maan dalam peneli a ini. Pengujian yang

dilakukan hanya meliputi uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas,

sedangkan uji autokorelasi tidak dilakukan dikarenakan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data cross sectional.

4.4.1. Uji Multikolinieritas

Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen (Ghozali, 2006: 95).

Kriteria Pengujiannya adalah:

1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.


2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.

Hasil pengujian multikolineritas terlihat pada tabel 4.11., berikut disajikan

tabel 4.11.:

Tabel 4.11.
Hasil Multikoliniearitas untuk regresi variabel independent X1, X2, X3
terhadap Y sebagai variabel dependen

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 13.532 .647 20.910 .000
X1 -.120 .049 -.621 -2.465 .020 .454 2.204
X2 .107 .051 .540 2.103 .045 .437 2.290
X3 -.037 .036 -.182 -1.041 .307 .945 1.059
a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan has l ngujian Multikolinierita pada tabel di atas

menunjukkan bahwa semua variabel nilai VIF lebih kecil dari 10 ini

berarti bahwa model analisis tidak terjadi multikolinieritas.

4.4.2. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut Heteroskedastisitas. Model regesi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:

125).
Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:

1. Nilai probabilitas > 0,05, berarti bebas dari heteroskedastisitas.

2. Nilai probabilitas < 0,05, berarti terkena dari heteroskedastisitas.

Hasil pengujian heteroskedastisitas terlihat pada tabel 4.12., berikut

disajikan tabel 4.12.:

Tabel 4.12.
Hasil Heteroskedastisitas untuk regresi variabel independen X1, X2, X3
terhadap Y sebagai variabel dependen

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) .271 .299 .906 .373
X1 .023 .023 .276 1.006 .323 .454 2.204
X2 -.025 .023 -.295 -1.053 .302 .437 2.290
X3 .003 .016 .035 .182 .857 .945 1.059
a. Dependent Variable: RES_2

Berdasarkan hasil pengujian Heteroskedastisitas pada tabel diatas

menunjukkan bahwa nilai probalibility semua variabel lebih besar dari 5

%, sehingga tidak signifikan pada level 5 %, ini berarti bahwa model

regresi yang dihasilkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.5. Statistik Deskriptif

Pengukuran variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1), diukur dengan

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Vitriana Budi

Kurniawati (2006) dengan 4 item pertanyaan. Skala pengukuran yang


digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya

menggunakan semantik differensial yang mempunyai skala 5 poin.

Pengukuran variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2),

diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Vitriana

Budi Kurniawati (2006) dengan 4 item pertanyaan. Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya

menggunakan semantik differensial yang mempunyai skala 5 poin.

Pengukuran variabel Sistem Pemungutan (X3), diukur dengan

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Vitriana Budi

Kurniawati (2006) dengan 4 m pertanyaan. Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala nterval, sedangkan eknik pengukurannya

menggunakan semantik ff ensial yang memp skala 5 poin. Berikut

disajikan tabel 4.13 untuk statistik deskriptif :

Tabel : 4.13.
Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

Std.
Mean Deviation N
Y 12.9909 .57513 32
X1 16.5000 2.96213 32
X2 16.8125 2.90092 32
X3 9.5000 2.81700 32

4.6. Analisis Regresi Linier Berganda

Adapun hasil pengolahan menggunakan program SPSS analisis

regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


Tabel 4.14.
Persamaan Regresi
Model Koefisien Regresi
Pemahaman Wajib Pajak (X1)
-0,120
Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak
(X2)
0,107
Sistem Pemungutan (X3)
-0,037

Berdasarkan hasil pengujian regresi linier berganda, diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 13,532 - 0,120X1 + 0,107X2 - 0,037X3

Berdasarkan persamaan regresi atas mempunyai arti bahwa :

β0 = Konstanta = 13,532

Apabila variabe emahaman Wajib a ak (X1), Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak (X2), Sistem Pemungutan (X3), adalah

konstan atau sama dengan nol, aka Penerimaan PPh Orang

Pribadi (Y) adalah sebesar 13,532.

β1 = Koefisien regresi untuk X1 = -0,120

Menunjukkan besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel

Pemahaman Wajib Pajak (X1) yaitu -0,120 dan mempunyai

koefisien regresi negatif. Hal ini menunjukkan terjadinya

perubahan yang searah dengan variabel terikat, yang artinya bahwa

setiap kenaikan pada variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1)

sebesar satu satuan akan dapat meningkatkan Penerimaan PPh

Orang Pribadi (Y) sebesar -0,120 dan sebaliknya apabila terjadi


penurunan pada variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1) sebesar

satu satuan maka dapat menurunkan pula Penerimaan PPh Orang

Pribadi (Y) dengan asumsi bahwa Kesadaran Perpajakan Wajib

Pajak (X2), Sistem Pemungutan (X3) adalah konstan atau sama

dengan nol.

β2 = Koefisien regresi untuk X2 = 0,107

Menunjukkan besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel

Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X2) yaitu 0,107 dan

mempunyai koefisien regresi positif. Hal ini menunjukkan

terjadinya perubahan ng searah dengan variabel terikat, yang

artinya bahwa setiap kenaikan pada va iab Kesadaran Perpajakan

Wajib Pajak (X sebesar satu satuan n dapat meningkatkan

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) sebesar 0,107 dan sebaliknya

apabila terjadi penurunan pada variabel Kesadaran Perpajakan

Wajib Pajak (X2) sebesar satu satuan maka dapat menurunkan pula

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) dengan asumsi bahwa

Pemahaman Wajib Pajak (X1), Sistem Pemungutan (X3) adalah

konstan atau sama dengan nol.

β3 = Koefisien regresi untuk X3 = -0,037

Menunjukkan besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel

Sistem Pemungutan (X3) yaitu -0,037 dan mempunyai koefisien

regresi negatif. Hal ini menunjukkan terjadinya perubahan yang

searah dengan variabel terikat, yang artinya bahwa setiap kenaikan


pada variabel Sistem Pemungutan (X3) sebesar satu satuan akan

dapat meningkatkan Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) sebesar -

0,037 dan sebaliknya apabila terjadi penurunan pada variabel

Sistem Pemungutan (X3) sebesar satu satuan maka dapat

menurunkan pula Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) dengan

asumsi bahwa Pemahaman Wajib Pajak (X1), Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak (X2) adalah konstan atau sama dengan nol.

4.7. Uji Hipotesis dan Pembahasan

4.7.1. Uji Kesesuaian Model

Uji Kesesuaian Model atau Uji F digunakan untuk menguji cocok

atau tidaknya model regre yang dihasilkan. erikut ini adalah hasil

pengujian hipotesis terdapat pengaruh variabel pemahaman wajib pajak,

kesadaran perpajakan wajib pajak, sistem pemungutan terhadap

penerimaan pph orang pribadi.

Tabel : 4.15.
Uji Kesesuaian Model

Model Summaryb
Adjusted Std. Error of Durbin-W
Model R R Square R Square the Estimate atson
1 .441a .195 .108 .54303 1.311
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y
Tabel 4.16.
Hasil Analisis Simultan

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.997 3 .666 2.258 .104a
Residual 8.257 28 .295
Total 10.254 31
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y

Hasil analisis Regresi dalam pengujian menunjukkan nilai Fhit

sebesar 2,258 dengan nilai-p 0,104a. Hal ini berarti bahwa hasil pengujian

tidak terdapat pengaruh signifikan pada level 5%. Dengan kata lain hasil

analisis ini menerima hipotes s null dan m hipotesis alternative,

dapat disimpulkan bahw ti k terdapat pengaruh mahaman wajib pajak

(X1), kesadaran perpajaka wajib pajak (X2), sistem pemungutan (X3)

terhadap penerimaan pph orang pribadi.

4.7.2. Uji t

Uji t ini digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel

terikat. Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh

variabel pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak,

sistem pemungutan terhadap penerimaan pph orang pribadi dengan

menggunakan uji t:
Tabel 4.17.
Hasil Analisis Parsial

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 13.532 .647 20.910 .000
X1 -.120 .049 -.621 -2.465 .020 .454 2.204
X2 .107 .051 .540 2.103 .045 .437 2.290
X3 -.037 .036 -.182 -1.041 .307 .945 1.059
a. Dependent Variable: Y

Pengujian terhadap data dilakukan dengan uji Regresi linier

berganda. Level confidence pada penelitian ini adalah 95% dengan level

toleransi kesalahan adalah 5%. esimpulan hasil analisis pada penelitian

ini diarahkan pada nilai-p (p-value). Bila nila - lebih besar dari batas

toleransi 5% berarti anali is menerima hipot i null dan menolak

hipotesis alternatif, tetapi nilai-p lebih kecil dari batas toleransi 5%,

maka hasil analisis menolak hipotesis null dan menerima hipotesis

alternatif. Hasil uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa :

1. Tingkat signifikan variabel Pemahaman Wajib Pajak sebesar 0,020.

Sedangkan tingkat signifikan pada variabel ini lebih kecil dari 5%. Ho

ditolak Ha diterima. Kemungkinan salah atas penolakan Ha sebesar

2%, hal ini berarti variabel Pemahaman Wajib Pajak berpengaruh

signifikan terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi, sehingga hipotesis

yang dirumuskan terbukti kebenarannya.

2. Tingkat signifikan variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak

sebesar 0,045. Sedangkan tingkat signifikan pada variabel ini lebih


kecil dari 5%. Ho ditolak Ha diterima. Kemungkinan salah atas

penolakan Ha sebesar 4,5%, hal ini berarti variabel Kesadaran

Perpajakan Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan

PPh Orang Pribadi, sehingga hipotesis yang dirumuskan terbukti

kebenarannya.

3. Tingkat signifikan variabel Sistem Pemungutan sebesar 0,307.

Sedangkan tingkat signifikan pada variabel ini lebih besar dari 5 %.

Ho diterima Ha ditolak. Kemungkinan salah atas penolakan Ha

sebesar 30,7%, hal ini berarti variabel Sistem Pemungutan tidak

berpengaruh signifikan t hadap Pene maan PPh Orang Pribadi,

sehingga hipotesis y ng di umuskan tidak erbukti kebenarannya.

4.8. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan Uji t digunakan untuk melihat pengaruh

antara variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

Hasil variabel Pemahaman Wajib Pajak (X1) terhadap Penerimaan

PPh Orang Pribadi (Y) menunjukkan nilai thit sebesar -2,465 dengan nilai-p

0,020. Hal ini berarti bahwa hasil pengujian terdapat pengaruh signifikan

pada level 5 %. Dengan kata lain hasil analisis ini menolak hipotesis null

dan menerima hipotesis alternatif. Dengan demikian maka hipotesis yang

dirumuskan bahwa Pemahaman Wajib Pajak (X1) berpengaruh terhadap

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) terbukti kebenarannya, hal ini sejalan

dengan dukungan jawaban responden sebanyak 43,8% yang berarti bahwa


responden (WP) sudah baik dalam memahami pengetahuan tentang pajak

PPh Orang Pribadi.

Temuan penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

Pemahaman Wajib Pajak terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi sejalan

dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Mu’minatus Sholichah dan

Istiqomah (2005) yang menyatakan bahwa Pemahaman Wajib Pajak

memiliki pengaruh yang positif terhadap keberhasilan penerimaan PBB.

Hasil variabel Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak (X 2) terhadap

Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) menunjukkan nilai thit sebesar 2,103

dengan nilai-p 0,045. Hal i berarti bahwa hasil pengujian terdapat

pengaruh signifikan pada vel 5 %. Dengan ka lain hasil analisis ini

menolak hipotesis nul n menerima hipote alternatif. Dengan

demikian maka hipotesis yang dirumuskan bahwa Kesadaran Perpajakan

Wajib Pajak (X2) berpengaruh terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi

(Y) terbukti kebenarannya, hal ini sejalan dengan dukungan jawaban

responden sebanyak 46,9% yang menyatakan bahwa kesadaran perpajakan

wajib pajak yang diindikatori oleh wajib pajak selalu memenuhi kewajiban

membayar pajak tanpa paksaan, respon yang cepat mengenai sanksi yang

diberikan oleh Dirjen Pajak, kesadaran pembayaran PPh dengan tepat

waktu dan tepat jumlah guna pengoptimalan pembiayaan belanja negara,

kesadaran membayar PPh karena merasa sebagai warga negara, hal ini

berarti responden setuju untuk melakukan ketentuan sebagaimana uraian

diatas dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.


Temuan penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

Kesadaran Perpajakan Wajib Pajak terhadap Penerimaan PPh Orang

Pribadi tidak sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh

Suryadi (2006) yang menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak yang

diukur dengan: persepsi Wajib Pajak, pengetahuan perpajakan,

karakteristik Wajib Pajak dan penyuluhan perpajakan tidak berpengaruh

terhadap kinerja penerimaan pajak. Sementara hasil penelitian ini

mendukung hasil temuan Mu’minatus Sholichah dan Istiqomah (2005)

yang menyatakan bahwa kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap

keberhasilan penerimaan PBB.

Hasil variabel Si te emungutan (X3) te hadap Penerimaan PPh

Orang Pribadi (Y) menunjukkan nilai thit sebesar 1,041 dengan nilai-p

0,307. Hal ini berarti bahwa hasil pengujian tidak terdapat pengaruh

signifikan pada level 5 %. Dengan kata lain hasil analisis ini menerima

hipotesis null dan menolak hipotesis alternatif. Dengan demikian maka

hipotesis yang dirumuskan bahwa Sistem Pemungutan (X3) berpengaruh

terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y) tidak terbukti kebenarannya,

meskipun sebanyak 26,6% responden menyatakan bahwa responden (WP)

sudah baik dalam mematuhi peraturan maupun ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Kantor Pajak, akan tetapi tidak berpengaruhnya variabel

Sistem Pemungutan (X3) terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi (Y)

dikarenakan masalah banyak wajib pajak yang trauma atas pajak yang

masih beranggapan bahwa pajak adalah suatu beban padahal pajak tersebut
adalah suatu kewajiban bagi setiap warga negara yang mempunyai nilai

ekonomi lebih pada saat mereka menerima suatu penghasilan atau

keuntungan atas suatu kegiatan.

Temuan penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh Sistem Pemungutan terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi

tidak sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Tatiana

Vanessa R dan Priyo Hari A (2009) yang menyatakan bahwa Sunset

Policy berpengaruh positif terhadap persepsi yang baik atas efektifitas

sistem perpajakan Wajib Pajak. Sementara hasil penelitian ini mendukung

hasil temuan Suryadi (2006) yang menyatakan bahwa pelayanan

perpajakan yang diukur dengan: kualitas SDM, ke entuan perpajakan dan

sistem informasi perpaja n dak berpengaruh i ikan terhadap kinerja

penerimaan pajak.

Dalam penelitian ini hanya menguji secara parsial sebagaimana

dibahas di atas, namun dalam pembahasan hasil penelitian ini juga

dijelaskan hasil pengujian secara simultannya, sehingga dimaksudkan

hanya untuk memperjelas saja. Hasil analisis Regresi dalam pengujian

secara simultan menunjukkan nilai Fhit sebesar 2,258 dengan nilai-p

0,104a. Hal ini berarti bahwa semua variabel-variabel independen

(pemahaman wajib pajak, kesadaran perpajakan wajib pajak, dan sistem

pemungutan) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (penerimaan

pph orang pribadi).


4.9. Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu

Dibawah ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh :

NAMA
No. JUDUL VARIABEL HASIL ANALISIS
PENELITI

1. Mu’minatus Perilaku Wajib Pajak Kesadaran Perpajakan, Hipotesis penelitian yang


Sholichah dan terhadap Tingkat Pemahaman Wajib menyatakan diduga tingkat
Istiqomah (2005) Keberhasilan Penerimaan Pajak, Kemampuan kesadaran Wajib Pajak, tingkat
Pajak Bumi dan Bangunan Wajib Pajak dan pemahaman Wajib Pajak dan
di Kabupaten Greik Keberhasilan kemampuan Wajib Pajak
Penerimaan PBB berpengaruh terhadap
penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan dapat terbukti
kebenarannya.

2. Suryadi (2006) Model Hubungan Kesada an Wajib Diduga bahwa kesadaran


Kausal K a ran, Pajak, elayanan Wajib Pajak dan
Pelayanan, epatuhan perpajakan, Kepatuhan pelayanan Wajib Pajak
Wajib ajak dan Wajib ak dan tidak berpengaruh
pengaruhn a hadap Kinerja en rimaan signifikan terhadap
Kinerja Pene aan Pajak kinerja penerimaan pajak.
Pajak
3. Vitriana Budi Pengaruh Pemahaman WP, Pemahaman WP, Pemahaman WP, Kesadaran
Kurniawati (2006) Kesadaran Perpajakan WP, Kesadaran Perpajakan Perpajakan WP, dan Sistem
dan Sistem Pemungutan WP, Sistem Pemungutan mempunyai
yang Melekat Pada WP Pemungutan dan pengaruh terhadap
Terhadap Keberhasilan Keberhasilan Keberhasilan Penerimaan PBB,
Penerimaan PBB (Studi Penerimaan PBB namun variabel sistem
Kasus di Kelurahan Ngagel pemungutan (X3) mempunyai
Rejo Kecamatan pengaruh yang dominan
Wonokromo) terhadap keberhasilan
penerimaan PBB dibandingkan
variabel pemahaman WP (X1)
dan kesadaran perpajakan (X2)
4. Dian Pranesti Pengaruh Pemahaman WP Pemahaman WP Pemahaman WP tentang PPh,
(2010) tentang PPh, Kepatuhan tentang PPh, Kepatuhan WP, dan Sistem
WP, Sistem Pemungutan Kepatuhan WP, Sistem pemungutan PPh tidak
terhadap Penerimaan PPh Pemungutan dan berpengaruh terhadap
Penerimaan PPh Penerimaan Pajak Penghasilan
baik secara simultan maupun
parsial
5. Dwi Janita Pengaruh Pemahaman WP, Pemahaman WP, Pemahaman WP dan
Rildasari (2011) Kesadaran Perpajakan WP Kesadaran Perpajakan Kesadaran Perpajakan WP
dan Sistem Pemugutan WP, Sistem berpengaruh signifikan
yang melekat pada WP Pemungutan dan terhadap Penerimaan PPh
Terhadap Penerimaan PPh Penerimaan PPh Orang Orang Pribadi. Sedangkan
Orang Pribadi Pribadi Sistem pemungutan yang
melekat pada WP tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan PPh
Orang Pribadi
4.10. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti sudah dilakukan secara

optimal, namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini

mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :

1. Sampel yang diambil cukup kecil yaitu 32 responden, sehingga tidak

dapat mengukur penerimaan pajak penghasilan secara lebih tepat,

serta lingkup penelitian hanya di satu area usaha, hal ini relatif kecil

dibandingkan populasi yang ada, sehingga akan mempengaruhi

tingkat generalisasi hasi penelitian.

2. Berbagai kendala yang hadapi pada saa penelitian, seperti ketika

pengisian kuesione ol h para responden, adanya pertanyaan yang

tidak dimengerti dan tidak jelas bagi para responden sehingga peneliti

perlu menerangkan kembali kepada responden untuk memperoleh

jawaban yang tepat.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan

hasil penelitian pada bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan dari

penelitian bahwa Pemahaman Wajib Pajak dan Kesadaran Perpajakan

Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan PPh Orang

Pribadi, sehingga hipot is penelitian ini erbukti kebenarannya.

Sementara untuk Sistem P ungutan Yang ekat Pada Wajib Pajak

tidak berpengaruh sign fikan terhadap Penerim PPh Orang Pribadi,

sehingga hipotesis penelitian ini tidak terbukti kebenarannya.

5.2. Saran

Dari pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, yang

telah dilakukan pada bab terdahulu serta kesimpulan penelitian yang

diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Dapat menerapkan teori yang telah didapatkan selama di perguruan

tinggi dan menambah wawasan serta pengetahuan, sehingga dapat

membuat peneliti semakin memahami dan mengerti akan

perpajakan.

96

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
97

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak

Diharapkan para aparatur pajak baik pimpinan juga anggota-anggota

yang lain dapat mengerti tentang pemikiran masyarakat sebagai

wajib pajak yang dimana para aparatur pajak ini dapat memperbaiki

sistem perpajakan mulai dari penjelasan akan pajak itu sendiri

kepada para wajib pajak dan bagaimana cara menghitung dan

membayarkan pajak hingga menggunakan pajak itu sebagaimana

mestinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankankan bagi pen selanjutn agar mengembangkan hasil

penelitian yang se rang dengan m na bah atau mengganti variabel-

variabel yang da agar pengerti dan pemahaman tentang pajak ini

semakin jelas serta penambahan jumlah sampel pengamatan atau

banyaknya objek yang diamati.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi,


Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.

Azwar, Saifuddin, 2000, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya,


Edisi ke Dua, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Brotodihardjo, Santoso, 1981, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Penerbit


PT. Eresco, Jakarta.

Casavera, 2009, Undang-undang No.36 Tahun 2008 Tentang PPh :


Perubahan dan Peraturan Terkini Edisi Pertama, Penerbit
Graha Ilmu, Yogyakarta.

Devano, Sony, dan Rahayu, S Kurnia, 2006, Perpajakan : Konsep,


Teori dan Isu, Penerbit e ana, Surabaya.

Ghozali, Imam, 2006, Apl kasi Analisis Multivariate dengan Program


SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Cetakan Ke Enam,


Terjemahan Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Edisi revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Marsyahrul, Tony, 2005, Pengantar Perpajakan, Penerbit PT Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Nazir, Mohammad, 2005, Metode Penelitian, Cetakan Ke Enam, Penerbit


Ghalia Indonesia, Bogor.

Resmi, Siti, 2009, Perpajakan : Teori dan Kasus, Edisi Ke Lima, Buku 1,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Riduwan, 2004, Metode dan Tenik Menyusun Tesis, Edisi Kedua,


Penerbit Alfabeta, Bandung.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Schiffman and Kanuk, 1994, Consumer Behavior, Fifth Edition, Prentice-
Hall Internasional, New York.

Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi


Keempat, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Soemitro, Rochmat, dan Muttaqin, Zainal, 2001, Pajak Bumi dan


Bangunan, Edisi Revisi, Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung.

Suharyadi dan Purwanto, 2004, Statistika untuk Ekonomi & Keuangan


Modern, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Edisi Keempatbelas,


Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

Sumarsono, 2004, Metodologi Penelitian Akuntansi : Beserta Contoh


Interprestasi Hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi.

Suparmoko, M, 1992, Keuangan Negara Dalam teori dan Praktek, Edisi


Ke Empat, Penerbit PFE, Yogyakart

, 2003, Keuan Negara Dalam teori dan Praktek, Edisi


Ke Lima, Penerbi B FE, Yogyakarta.

Syamri, Laode, 2010, Pengertian Pajak Penghasilan, From


http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2060463-
pengertian-pajak-penghasilan/, 8 Oktober 2010.

Umar, Husein, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan, Ghalia, Jakarta.

Waluyo, dan Wirawan B. Ilyas, 2002, Perpajakan Indonesia, Edisi


Pertama, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Zandjani, Tubagus Chairul Amachi, 1992, Perpajakan, Penerbit PT.


Gramedia Pustaka Tama, Jakarta.

Jurnal :

Gardina, Trisia dan Haryanto, Dedi, 2006, “Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak”, Modus, Volume 18
(1), hal 10-28.

Munari, 2005, “Pengaruh Faktor Tax payer terhadap Keberhasilan


Penerimaan Pajak Penghasilan”, Jurnal Eksekutif, Volume 2,
Nomor 2, Agustus.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sholichah, Mu’minatus dan Istiqomah, 2005, “Perilaku Wajib Pajak
Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten Gresik”, Jurnal Logos, Volume 3,
No.1, Juli.

Suryadi, 2006, “Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan,


Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur”,
Jurnal Keuangan Publik, Volume 4, No.1, hal 105-121, April.

Syofyan, Syofrin, 2003, “Sistem Penetapan Pajak (Dalam Kerangka


Mencari Sistem yang Kondusif)”, Jurnal Perpajakan Indonesia,
Volume 3, Nomor 4, hal 28-34, November.

Vanessa Rantung, Tatiana dan Ha i Adi, Priyo, 2009, “Dampak Program


Sunset Policy terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kemauan Membayar Pajak”, Simposium Nasional Perpajakan
II, Desember.

Skripsi :

Budi Kurniawati, Vitriana 2006, Pengaruh Pemahaman WP, kesadaran


Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan yang Melekat Pada
WP terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi Kasus di Kelurahan Ngagel Rejo Kecamatan
Wonokromo), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran”
Jawa Timur, Surabaya.

Irenne, Jeanny, 2006, Persepsi Wajib Pajak Badan terhadap


Pemeriksaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak X,
Skripsi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Pranesti, Dian, 2010, Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak tentang PPh,


Kepatuhan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan PPh
terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada
KPP Pratama Pare), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN
“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Uswatun Hasanah, Luluk, 2008, Pengaruh Pemahaman WP, kesadaran


Perpajakan WP, dan Sistem Pemungutan yang Melekat Pada
WP terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (Studi Kasus di Desa Klenang Kidul Kecamatan
Banyuanyar), Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran”
Jawa Timur, Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Anda mungkin juga menyukai