1783-Naskah Artikel-4775-6-10-20200505
1783-Naskah Artikel-4775-6-10-20200505
1783-Naskah Artikel-4775-6-10-20200505
p-ISSN : 2686-1437
e-ISSN : 2686-0201
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/index
Abstrak
Guillain-Barré Syndrome (GBS) merupakan suatu kelainan mediator imun dari sistem saraf perifer
dimana respon autoimun menjadi aktif dan menargetkan saraf perifer. Patogenesis GBS dipercaya
sebagai sebuah respon imun yang abnormal terhadap sebuah kejadian yang terjadi sebelumnya, paling
sering didahului oleh suatu infeksi, dan pada sebagian kecil kasus dilaporkan pasca imunisasi
terutama untuk pasien anak-anak. Manifestasi klinis GBS berupa kelemahan ekstremitas bilateral
progresif yang cepat dan bersifat ascending. Terapi yang masih digunakan dan dianggap efektif untuk
saat ini yaitu immunoglobulin intravena (IVIg), dan plasmaferesis. Modalitas terapi baru seperti
Interferon-β (IFN- β), Siklofosfamid, dan antibodi monoklonal manusia masih memerlukan penelitian
lebih lanjut terkait efektivitas dan efek samping yang bisa terjadi. Prognosis GBS anak didapatkan
lebih baik, mortalitas juga ditemukan lebih rendah yaitu sekitar 1-2% pada anak dengan GBS, dan
hanya 4% dari seluruh pasien anak yang membutuhkan alat bantu pernapasan selama perawatan.
Abstract
Guillain-Barré Syndrome (GBS) is an immune-mediated inflammatory disorder of the peripheral
nervous system in which an autoimmune response is directed against peripheral nerves. The
pathogenesis of GBS is believed to be an abnormal immune response to an antecedent event, most
commonly an infection, and in a few cases associated with vaccination especially in children. The
clinical manifestation of GBS is rapid and ascending progressive bilateral limb weakness. Therapies
which are still being used and considered effective are intravenous immunoglobulin and
plasmapheresis. New modalities such as Interferon-β (IFN-β), Cyclophosphamide, and Human
Monoclonal Antibody still require further study related to the effectiveness and potential side effects.
The prognosis of GBS in children is much better, the mortality rate is also very low, affecting 1-2% of
children with GBS, while only 4% of paediatric patients are in need of respiratory support during
hospitalisation.
How to cite this article : Reynaldo G, Desiree A. Efektivitas Immunoterapi Dalam Tatalaksana Guillain-Barré Syndrome Pada Anak.
JKdoktMeditek 25(3):107-14. Available from: http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1783. DOI:
https://doi.org/10.36452/jkdoktmeditek.v25i3.1783.
berkisar antara 0,4 sampai 1,3 kasus per GBS secara tepat tentu diperlukan agar dapat
100.000 anak-anak.2 Insidensi bertambah menunjang pertumbuhan dan perkembangan
seiring dengan bertambahnya usia, sangat anak optimal dan membantu menurunkan
jarang ditemukan dibawah usia dua tahun, dan angka gagal tumbuh dan stunting yang masih
terbanyak usia 60 tahun atau lebih. 1,2 Jenis cukup tinggi terutama di Indonesia. Sumber
kelamin juga merupakan salah satu faktor dan artikel sebagai pustaka didapatkan melalui
dimana kasus pada laki-laki ditemukan lebih pencarian di Google Scholar dan PubMed.
banyak dibandingkan perempuan dengan rasio
laki-laki : perempuan 1,5: 1.2 Patogenesis dan Patofisiologi
Gejala klinis GBS umumnya berupa Hingga saat ini, patogenesis GBS
kelemahan pada tungkai secara simetris yang dipercaya sebagai sebuah respon imun yang
memburuk secara cepat, hiporefleks atau
abnormal terhadap sebuah kejadian yang
arefleksia, dan pada beberapa kejadian
terjadi sebelumnya, paling sering didahului
melibatkan otot pernapasan atau saraf kranial. 2
oleh suatu infeksi.2 Dua pertiga pasien
Rasa nyeri juga merupakan gejala yang paling
melaporkan adanya gejala infeksi saluran
umum terjadi pada anak dengan GBS. 2
pernafasan atau saluran pencernaan sebelum
Sebagian besar pasien GBS dilaporkan
mengalami infeksi saluran napas atau diare onset GBS dimulai.1 Pada kurang lebih
dalam empat minggu sebelum gejala klinis setengah penderita GBS, infeksi spesifik yang
GBS ditemukan.2 Diagnosis GBS dilakukan mendahului dapat diidentifikasi, dan
dengan penilaian terhadap anamnesis, gejala Campylobacter jejuni bertanggung jawab
klinis, dan ditunjang dengan pemeriksaan terhadap paling sedikit sepertiga dari infeksi
cairan serebrospinal serta pemeriksaan tersebut.4 Selain itu, patogen lain yang dapat
konduksi saraf.2 menyebabkan infeksi yang mendahului
GBS merupakan penyebab terjadinya GBS ialah cytomegalovirus, virus
kelumpuhan saraf yang paling sering dan Epstein–Barr, Mycoplasma pneumonia,
mengakibatkan kegagalan pernapasan, Haemophilus influenzae, dan virus
sehingga membutuhkan bantuan ventilasi influenza
A.5 Namun, meskipun terdapat asosiasi yang
mekanik.1 Prognosis buruk dapat ditemukan
kuat antara infeksi akut spesifik dengan GBS,
pada pasien yang memiliki gejala perburukan
risiko terjadinya komplikasi pasca infeksi yang
dengan cepat, keterlibatan otot mata,
berat ini sangatlah kecil. Hanya satu dari 1.000
kelemahan bilateral pada wajah dan disfungsi
– 5.000 pasien dengan enteritis
otonom.1,3 Terapi umumnya menggunakan Campylobacter yang akan berkembang
imunoglobulin intravena (IVIg) dan plasma menjadi GBS dalam jangka waktu dua bulan.6
exchange (PE). Modalitas terapi baru sudah Vaksin juga dianggap terlibat sebagai
mulai diteliti mengenai efektivitas terhadap sebuah faktor pencetus. Beberapa bukti
GBS seperti interferon (IFN)-beta dan menduga bahwa vaksin flu babi yang
siklofosfamid.1 digunakan saat musim influenza pada tahun
Tujuan penulisan ini adalah untuk 1976 menyebabkan peningkatan insidens
meningkatkan pemahaman mengenai GBS.2 Namun hingga saat ini belum terdapat
tatalaksana GBS pada anak, memaparkan penelitian ataupun konsensus yang
sejumlah penelitian terkait dengan GBS serta menyatakan bahwa vaksin meningkatkan
durasi terapi imunoterapi yang paling risiko GBS.2
dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang Patofisiologi pada GBS belum
maksimal. Hal ini termasuk kriteria diagnosis
sepenuhnya dimengerti.1 Berbagai bukti
dan pemeriksaan penunjang untuk
penelitian eksperimental dan penemuan klinis
memberikan diagnosis pasti. Penulis juga
mendemostrasikan bahwa pada GBS terjadi
memaparkan sejumlah modalitas terapi baru
interaksi sinergi yang kompleks antara sistem
yang mungkin dapat menjadi alternatif terapi
imunitas humoral dan selular terhadap antigen
baru di masa depan, namun sejumlah terapi
yang terdapat pada saraf perifer.1 Infeksi yang
tersebut masih membutuhkan penelitian lebih
terjadi dapat mencetuskan sebuah respons
lanjut mengenai efektivitas maupun efek
autoimun yang mengakibatkan produksi
samping yang dapat terjadi. Prognosis GBS
antibodi terhadap sebuah agen infektif dengan
pada anak pun berbeda dengan dewasa.
epitop yang serupa dengan saraf gangliosida
Morbiditas dan mortalitas GBS pada anak
perifer pejamu. Fenomena ini disebut sebagai
lebih rendah, namun penanganan
108 Reynaldo G dan Desiree A. 2019;25(3):107-114
mimikri molekular post-infeksi.7
Kriteria diagnosis
Elektromielografi
Studi
konduksi saraf
biasanya
menunjukkan
hasil yang
normal pada
fase awal
GBS.
Abnormalitas
mulai muncul
pada >90%
kasus GBS
dalam dua
minggu
setelah onset
kelemahan
110 Reynaldo G dan Desiree A. 2019;25(3):107-114
ketepatan diagnosa, dibutuhkan pemeriksaan dua minggu setelah muncul gejala
pada setidaknya empat saraf motorik, tiga mempercepat penyembuhan, namun tidak ada
saraf sensorik, gelombang F, dan refleks H.4,8 penelitian yang membuktikan keuntungan
Pada polineuropati demielinisasi penggunaan kedua terapi bersamaan.2 Karena
inflamatorik akut, studi konduksi saraf tingkat kesulitan teknis tinggi, plasmaferesis
menunjukkan tanda terjadinya demielinisasi jarang digunakan untuk anak, lebih
berupa pemanjangan latensi motorik distal, direkomendasikan penggunaan IVIg.2 Efek
penurunan kecepatan konduksi saraf, samping utama yang sering muncul berupa
pemanjangan lantensi gelombang F, demam, nyeri otot (myalgia), sakit kepala,
peningkatan dispersi temporal, dan blokade menggigil, mual dan muntah.2 Penggunaan
konduksi.8 Sedangkan pada sub-tipe GBS kortikosteroid sudah diuji pada pasien dewasa
neuropati aksonal ditemukan penurunan dan tidak direkomendasikan.2,13
amplitudo motorik, sensorik, atau keduanya.8 Penelitian oleh Korinthenberg dkk
terhadap 51 anak dengan GBS yang berat
Tatalaksana membuktikan tidak ada perbedaan bermakna
dalam efektivitas IVIg yang diberikan 2 atau 5
Terapi GBS pada anak umumnya hari (total 2 gram/kg), tapi ditemukan angka
menggunakan immunoglobulin intravena relaps yang lebih tinggi pada pasien yang
(IVIg), terapi diberikan segera setelah diterapi dengan durasi yang lebih pendek.14,15
diagnosis ditegakkan. Aspek paling penting Hughes RAC dkk melakukan suatu
dalam perawatan GBS anak adalah terapi telaah sistematik (n=697) terhadap lima uji
suportif.2 Semua anak dengan GBS klinis acak yang menyelidiki plasmaferesis
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan IVIg pada kasus GBS, dosis IVIg yang
sampai keadaan stabil.2 Pasien yang memiliki digunakan berkisar antara 0,4-0,5 g/kg/hari
gejala kelemahan pada keempat ekstremitas, selama 4-5 hari sedangkan dosis plasmaferesis
progresivitas yang cepat, kapasitas vital paru yang digunakan 200-250 ml/kg dalam
dibawah atau sama dengan 50% (<20ml/kg), beberapa kali prosedur selama 7-14 hari. 12
kelemahan pada otot mata, instabilitas otonom, perbaikan klinis yang didapat dalam waktu
harus dilakukan pemantauan di ruang empat minggu pada kelompok plasmaferesis
intensif.2,11 Terapi yang masih sering 53% dibanding dengan kelompok IVIg 58,2%.
digunakan sampai saat ini yaitu penggunaan Mortalitas pada kedua kelompok tidak berbeda
immunoglobulin intravena atau plasmaferesis. 2 secara bermakna, 3,1% pada plasmaferesis dan
Plasmaferesis dilakukan 3-5 kali dalam kurun 2,4% pada IVIg. Angka kekambuhan pada
waktu 5-10 hari, dengan dosis 40-55 kelompok plasmaferesis 6% dan pada IVIg
ml/kg/kali.12 Bahan pengganti plasma yang 5,2%.12 Jadi secara umum dapat disimpulkan
digunakan adalah albumin atau fresh frozen bahwa tidak terdapat perbedaan yang
plasma (FFP).12 Pada proses plasmaferesis, bermakna antara kelompok plasmaferesis dan
plasma dipisahkan dalam mesin dialisis dan IVIg.12
kemudian digantikan dengan albumin atau Satu penelitian pada 41 anak dengan
FFP, dengan demikian antigen asing yang ada ventilasi mekanik menunjukan bahwa
dalam plasma pasien dapat dibuang. 12 penggunaan plasmaferesis dibandingkan
Pemberian IVIg diduga dapat menetralisasi penggunaan IVIg menunjukan durasi
antibodi mielin yang beredar dengan berperan penggunaan ventilasi mekanik yang lebih
sebagai antibodi anti- idiotipik, menurunkan singkat, tapi tidak ditemukan efek terhadap
sitokin proinflammatory dan menghadang durasi rawat maupun pemulihan total. 14,16
kaskade komplemen serta mempercepat proses Belum ada penelitian yang lebih besar
mielinisasi.12 Dosis yang diberikan 0.4-0.5 terhadap efektivitas penggunaan plasmaferesis
gram/kg/kali selama 4-5 hari berturut-turun pada anak. Perlu diperhatikan bahwa
dengan total dosis 2 gram/kg. Bila penggunaan plasmaferesis dapat memberikan
dibandingkan dengan plasmaferesis, IVIg
efek samping dan komplikasi yang lebih besar
memiliki beberapa kelebihan yaitu sediaan
oleh karena toksisitas sitrat, perpindahan
yang lebih mudah didapat dan pemberiannya
volume vaskular relatif yang lebih tinggi, dan
tidak memerlukan alat khusus.12
pentingnya akses vaskular yang aman dan
Studi menyimpulkan plasmaferesis bersih.14
yang dimulai dalam empat minggu setelah Satu studi yang dilakukan oleh
muncul gejala, atau IVIG yang dimulai dalam
Reynaldo, G dan Desiree A. 2019;25(3):109-116 111
Kamate dkk, menunjukan 17 pasien
dengan skor hughes lebih dari 3, yang
tidak dilakukan pemberian
Simpulan
112 Reynaldo, G dan Desiree A. 2019;25(3):109-116
pada anak didapatkan lebih rendah. Terapi 10. Sejvar JJ, Kohl KS, Gidudu J, Amato A,
yang masih digunakan dan dianggap efektif Bakshi N, Baxter R, et al. Guillain-Barre
untuk saat ini yaitu immunoglobulin intravena Syndrome and fisher syndrome: Case
(IVIg) dengan dosis 2 gram/kg dibagi dalam definitions and guidelines for collection,
dosis yang sama 2 sampai 5 hari. analysis, and presentation of immunization
Plasmaferesis juga digunakan pada pasien safety data. Vaccine. 2011;29:599-612.
GBS anak dengan dosis 40-55ml/kg/kali 11. Agrawal S, Peake D, Whitehouse WP.
dilakukan 3-5 kali per hari dalam kurun waktu Management of children with Guillain-
5-10 hari.12 Terapi lainnya yaitu penggunaan Barré syndrome. Arch Dis Child Educ
Interferon-β (IFN-β) dan siklofosfamid masih Pract Ed. 2007;92(6):161-8.
membutuhkan penelitian lebih jauh untuk doi:10.1136/adc.2004.065706.
mengkaji efektivitas terapi maupun efek 12. Lukito V, Mangunatmadja I, Pudjiadi AH,
samping yang dapat terjadi.19,20 Puspandjono TM. Plasmaferesis sebagai
terapi sindrom Guillain Barré berat pada
Daftar Pustaka anak. Sari Pediatri. 2010;11(6):450-1. doi:
10.14238/sp11.6.2010.448-55.
1. Gopalakrishna KN, Ramesh VJ. 13. Alboudi AM, Sarathchandran P, Geblawi
Management of guillain-barré syndrome. J SS, Kayed DM, Inshasi J, Purayil SP, et al.
Neuroanaesthesiol Crit Care. 2019;6:160- Rescue treatment in patients with poorly
6. doi:10.1055/s-0039-1688896. responsive Guillain-Barré Syndrome. Sage
2. Rosen BA. Guillain-Barré syndrome. Open Medicine. 2019;(7):1-5. doi:
Pediatrics in Review. 2012;33(4):164-70. 10.1177/2050312119840195.
doi:10.1542/pir.33-4-164. 14. Verboon C, Doom PA, Jacobs BC.
3. Lawn ND, Fletcher DD, Henderson RD, Treatment dilemmas in Guillain-Barré
Wolter TD, Wijddicks EF. Anticipating syndrome. J Neurol Neurosurg Psychiatry.
mechanical ventilation in guillain-barré 2016;88(4):346-52. doi:10.1136/jnnp-
syndrome. Arch Neurol. 2001;58(6):893- 2016-314862.
8. doi:10.1001/archneur.58.6.893. 15. Korinthenberg R, Schessl J, Kirschner J,
4. Berg BV, Walgaard C, Drenthen J, Fokke Monting JS. Intravenously administered
C, Jacobs BC, Doorn PA. Guillain-Barré immunoglobulin in the treatment of
syndrome: pathogenesis, diagnosis, childhood Guillain-Barré syndrome: a
treatment and prognosis. Nat Rev Neurol. randomized trial. Pediatrics.
2014;10:469-82. doi: 2005;116(1):8-14. doi:
10.1038/nrneurol.2014.121. 10.1542/peds.2004- 1324.
5. Yuki N, Hartung HP. Guillain–Barré 16. El-Bayoumi MA, El-Refaey AM,
syndrome. N Engl J Med. 2012;366:2294– Abdelkader AM, El-Assmy MM,
304. doi: 10.1056/NEJMra1114525. Alwakeel AA, El-Tahan HM. Comparison
6. Tam CC, Rodrigues LC, Petersen I, Islam of intravenous immunoglobulin and
A, Hayward A, O’Brien SJ. Incidence of plasma exchange in treatment of
Guillain–Barré syndrome among patients mechanically ventilated children with
with campylobacter infection: a general Guillain-Barré syndrome: a randomized
practice research database study. J Infect study. Crit Care. 2011;15(4):R164.
Dis. 2006;194:95–7. doi: 10.1086/504294. doi:10.1186/cc10305.
7. Goodfellow JA, Willison HJ. Guillain- 17. Kamate M, Detroja M, Reddy AN. Do all
Barré syndrome: a century of progress. children with Guillain-Barre syndrome
Nat Rev Neurol. 2016;12(12):723–31. doi: need immunotherapy? The Indian J of Ped.
10.1038/nrneurol.2016.172. 2019. Doi: 10.1007/s12098-019-02864-0
8. Willison HJ, Jacobs BC, Doorn PA. 18. Ortiz-Corredor F, Pena Preciado M. Use
Guillain-Barré syndrome. Lancet. of immunoglobulin in severe childhood
2016;388:717-27. doi: 10.1016/S0140- Guillain-Barre syndrome. Acta Neurol
6736(16)00339-1. Scand. 2007;115:289-93. doi:
9. Fokke C, Berg BV, Drenthen J, Walgaard 10.1111/j.1600-0404.2006.00766.x
C, Doorn PA, Jacobs BC. Diagnosis of 19. Restrepo-Jimenez P, Rodríguez Y,
Guillain-Barré syndrome and validation of González P, Chang C, Gershwin ME,
brighton criteria. Brain. 2014;137:33- Anaya JM. The immunotherapy of
43.doi:10.1093/brain/awt285. Guillain-Barré syndrome. Expert Opin
Reynaldo, G dan Desiree A. 2019;25(3):109-116 113
Biol