MELENA
Untuk Memenuhi Tugas KMB II
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD RAA SOEWONDO PATI
Disusun Oleh
Febriyani Sholikhati Umun
P1337420419044 / 20
3B
2. Penyebab
Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :
a. Kelainan esofagus
1) Varises esophagus
Penderita dengan melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
2) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali
penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
3) Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan
tukak lambung dan duodenum.
b. Kelainan di lambung
1) Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.
2) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan.
c. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
rombositopenia purpura.
d. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol.
3. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises.
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya
dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah
jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala utama yang
terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan
perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna
merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin,
dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling
sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap
berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan
berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah
episode perdarahan tunggal
Pathway :
Infeksi Hepatitis Viral tipe B/C
Perdarahan dilambung
Defisit Volume Cairan
Hb menurun anemis Mual, muntah dan nafsu makan Kurangnya informasi yang didapat
menurun
Defisiensi / Kurang
Gangguan Pemenuhan
Plasma darah menurun Pengetahuan
Kebutuhan Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
5. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan seperti :
a. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi
karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam
darah. Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu
kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di
dalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
6. Pemeriksaan
a. Penunjang
1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2) Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
b. Diagnostik
1) Laboratorium
a) Darah perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt,
peningkatan leukosit)
b) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa
serum dan laktat.
c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
2) Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram
untuk daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double
contrast pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan
pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus,
kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises.
3) Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan
tepat tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari
pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk
dokumentasi, aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan
sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang
berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau
sendiri mungkin setelah hematemesis berhenti.
4) Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon
5) Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan
peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota
besar saja.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
a) Tirah baring.
b) Diit makanan lunak
c) Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
d) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
e) Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita
g) Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan
h) Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang
i) Mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal
j) Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari,
karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
berguna untuk menanggulangi perdarahan.
k) Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus,
dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.
c. Pengkajian Umum
1) Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
2) Eliminasi :
BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam,
konsistensi pekat, jumlahnya)
BAK : warna gelap, konsistensi pekat
3) Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
4) Respirasi : sesak, dyspnoe, hypoxia
5) Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menguraikan kombinasi dari tanda dan gejala
yang memperlihatkan masalah kesehatan actual maupun potensial dan perawat
berdasarkan pendidikan dan pengalamanya mampu diakui, diizinkan dan
bertanggung gugat untuk mengatasinya.
Menurut Marilynn E. Doenges terdapat 6 diagnosa keperawatan pada pasien
melena antara lain :
1. D.0023 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan darah akut.
2. D.0019 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. D.0077 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritan mukosa gaster.
4. D. 0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 p.26)
3. Rencana Keperawatan
Adapun perencanaaan yang dibuat pada klien dengan melena adalah sebagai berikut :
1. D.0023 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan darah akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 x 24 jam, diharapkan, keseimbangan cairan dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit elastic,
intake dan output balance, bab normal.
Rencana tindakan
a. Monitor masukan makanan dan cairan
b. Monitor respon pasien penambahan cairan
c. Atur kemungkinan tranfusi
d. Monitor output
e. Monitor skala hidrasi
f. Kolaborasi pemberian cairan iv.
2. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 x24 jam, diharapkan, kebutuhan nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil : mual hilang, muntah tidak ada, nafsu makan
meningkat, peningkatan BB meningkat.
Rencana Tindakan
a. Manajemen Nutrisi
1) Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
e) Identifikasi perlunya pengguanan selang nasogastritis
f) Monitor asupan makan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laborat
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menemukan pedoman diet
c) Sakikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
f) Berikan suplemen makan, jika perlu
g) Hentikan pemberian makan dengan selang Nasogatrik jika asupan
oral dapat di toleransi.
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang di programkan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.pereda nyeri,
antiematik), jika perlu.
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu.
b. Promosi berat badan
1) Observasi
a) Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
b) Monitor adanya mual dan muntah
c) Monitor berat badan
d) Monitor ambumin, lifosit, dan elektrolit, serum
2) Terapeutik
a) Berikan perawatan mulut sebelum makan, jika perlu
b) Sediakan makanan yang tepat sesuai dengan kondisi pasien
c) Hidangkan makanan secara menarik
d) Beriakan suplemen jika perlu
e) Berikan pusjian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
3) Edukasi
a) Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi.
b) Jeniskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.