Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA
Untuk Memenuhi Tugas KMB II
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun Oleh
Febriyani Sholikhati Umun
P1337420419044 / 20
3B

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter
yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Melena adalah
keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan
perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus.
Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri
setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. (
Oktapiani. 2014 ). BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan
keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau
telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah  berasal dari luka di usus
besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi perdarahan.
Umumnya, semakin dekat sumber  perdarahan dengan anus, semakin terang darah
yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid
cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon
transversal dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau
merah tua.

2. Penyebab
Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :
a. Kelainan esofagus
1) Varises esophagus
Penderita dengan melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak
pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur
dengan asam lambung.
2) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.
Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali
penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
3) Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan
tukak lambung dan duodenum.
b. Kelainan di lambung
1) Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.
2) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan.
c. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
rombositopenia purpura.
d. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol.

3. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi
splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena
tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises.
Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya
dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah
jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala- gejala utama yang
terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan
perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Penurunan aliran darah akan
memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna
merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin,
dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling
sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap
berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan
berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah
episode perdarahan tunggal
Pathway :
Infeksi Hepatitis Viral tipe B/C

Peradangan hati&nekrosis sel-sel hati

Sel hati kolaps secara ekstensi Meluasnya jaringan fibrosis

Distorsi pembuluh darah hati Hipertensi portal

Ostrobsi vena portal Terbentuknya varises


eksofagus,lambung,
pembesaran limfe dan
Sirosis hepatitis
asites
Gangguan rasa nyaman
Pembuluh luptur
Nyeri Akut

Perdarahan dilambung
Defisit Volume Cairan

Muntah darah dan berak darah

Hb menurun anemis Mual, muntah dan nafsu makan Kurangnya informasi yang didapat
menurun

Defisiensi / Kurang
Gangguan Pemenuhan
Plasma darah menurun Pengetahuan
Kebutuhan Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh

Gambar : Pathway melena


Sumber : Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses keperawatan.
Edisi6. Jakarta : EGC
4. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut:
a. Gelisah
b. Demam Ringan (38-39 C)
c. Nafsu makan berkurang
d. Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
e. Nyeri perut
f. Rasa kembung
g. Tonus otot dan turgor  kulit berkurang
h. Selaput lendir dan bibir kering
i. Hiperperistaltik
j. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam
k. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein
darah oleh bakteri usus.

5. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan seperti :
a. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi
karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien dengan syok
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam
darah. Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu
kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di
dalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.

6. Pemeriksaan
a. Penunjang
1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2) Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.
b. Diagnostik
1) Laboratorium
a) Darah perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt,
peningkatan leukosit)
b) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa
serum dan laktat.
c) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
2) Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram
untuk daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double
contrast pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan
pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus,
kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises.
3) Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan
tepat tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari
pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk
dokumentasi, aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan
sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang
berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau
sendiri mungkin setelah hematemesis berhenti.
4) Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon
5) Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan
peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota
besar saja.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan
yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan
saluran makan bagian atas meliputi :
a) Tirah baring.
b) Diit makanan lunak
c) Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
d) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
e) Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita
g) Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan
h) Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang
i) Mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal
j) Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari,
karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
berguna untuk menanggulangi perdarahan.
k) Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus,
dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan keperawatan adalah suatu metode yang sistematik dan terorganisir
yang difokuskan pada reaksi atau respon manusia yang unik pada suatu kelompok
atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami baik actual maupun
potensial.Tahap-tahap melakukan asuhan keperawatan antara lain pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
1. Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju. Selain itu pengumpulan
data dapat diperoleh dari klien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis,
medical record, dan literature. Hal-hal yang dikaji pada klien antara lain :
a. Identitas
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, umur,
suku bangsa, status pekerjaan, no.register, dan tanggal masuk.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, usia,pekerjaan, alamat dan
hubungan dengan klien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum
masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan melena biasanya didapatkan
keluhan utama yang bervariasi seperti lemas, nafsu makan berkurang,
berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih, nyeri perut, rasa
kembung, tonus otot dan turgor  kulit berkurang, selaput lendir dan bibir
kering, hiperperistaltik dan penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah
beberapa jam.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien dengan melena datang mencari pertolongan dengan keluhan badan
lemas dan BAB hitam.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit pasien yang diderita pada masa-masa dahulu yaitu
CKD sekitar 4 tahun lalu.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pada pasien dengan melena juga dikaji adanya riwayat penyakit yang
sama pada anggota keluarga pasien.

c. Pengkajian Umum
1) Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.
2) Eliminasi :
BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam,
konsistensi pekat, jumlahnya)
BAK : warna gelap, konsistensi pekat
3) Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
4) Respirasi : sesak, dyspnoe, hypoxia
5) Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

d. Pengkajian Fisik (head to toe)


1) Keadaan umum
Lemas, BAB warna hitam.
2) Tingkat Kesadaran
Composmentis atau sadar penuh.
3) Tanda-tanda vital
a) TD : Tekanan darah bisa meningkat ataupun menurun (TD= 120/90
mmHg)
b) Nadi : Frekuensi nadi meningkat (N= 60-100x/menit)
c) Suhu : Bisa meningkat dan menurun (S= 36,5-37,2 C)
d) RR : Meningkat (RR= 16-24x/menit)
e) Hb: 4,5
4) TB dan BB
Dapat dilakukan penimbangan BB ataupun menanyakan pada pasien
terakhir BB pasien. Dan pengukuran TB pada pasien.
5) Kulit
Kulit teraba dingin, tampak pucat, kadang berkeringat dingin.
6) Kepala.
Bentuk kepala pasien biasanya normal jika tidak ada kelainan tertentu.
7) Mata
Konjungtiva pasien tampak anemis, sklera tidak ikterik, kelainan pada
mata tidak ada, reflek cahaya pada bola mata pasien biasanya tidak ada
kelainan, keadaan pupil
8) Hidung
Cairan yang keluar dar hidung pasien, fungsi penciuman pasien biasanya
mengalami kelainan jika ada sumbatan pada hidung, napas cuping hidung.
9) Mulut
Mukosa bibir pasien tampak kering, pucat, pecah-pecah, lidah kering.
10) Telinga
Bentuk, dan fungsi pendengaran pasien biasanya normal tidak ada
kelainan.
11) Leher
Tidak ada kelainan pada leher.
12) Thorax
a) Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak.
P : Ictus cordis teraba di midklavikula sinistra.
P : Pekak
A : Terjadi bunyi jantung regular.
b) Paru-paru
I : Pengembangan dada simetris, napas pendek.
P : Frekuensi fremitus
P : Redup
A : Ronkhi basah kasar dan nyaring, Vasikuler melemah bila terdapat
pelebaran pleura.
c) Abdomen
Pada pasien melena pada abdomen biasanya tidak mengalami
gangguan.
13) Genetalia
Pada pasien melena pada genetalia biasanya tidak mengalami gangguan
14) Ekstremitas
Pada pasien melena biasanya pada ekstermitas atas dan bawah adalah
normal.
15) Neurologi
Terdapat kelemahan otot, tanda reflex spesifik tidak ada.

Adapun pengkajian pasien melena menurut Doenges adalah :


1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah darah kronis, mis : GI kronis, ektremitas
pucat pada kulit dan membran mukosa, pengisian kapiler melambat.
3. Eliminasi
Gejala : hematemesis, feses dengan darah segar, melena, distensi abdomen.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual.
5. Neurosensori
Gejala : penurunan kesadaran, sakit kepala.
6. Nyeri
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
7. Pernafasan
Gejala : pernafasan pendek pada istirahat dan aktivitas.
8. Integumen
Gejala : kulit dingin, kering dan pucat, pengisian kapiler
≥3 detik.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menguraikan kombinasi dari tanda dan gejala
yang memperlihatkan masalah kesehatan actual maupun potensial dan perawat
berdasarkan pendidikan dan pengalamanya mampu diakui, diizinkan dan
bertanggung gugat untuk mengatasinya.
Menurut Marilynn E. Doenges terdapat 6 diagnosa keperawatan pada pasien
melena antara lain :
1. D.0023 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan darah akut.
2. D.0019 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. D.0077 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritan mukosa gaster.
4. D. 0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 p.26)

3. Rencana Keperawatan
Adapun perencanaaan yang dibuat pada klien dengan melena adalah sebagai berikut :
1. D.0023 Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan darah akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 x 24 jam, diharapkan, keseimbangan cairan dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit elastic,
intake dan output balance, bab normal.
Rencana tindakan
a. Monitor masukan makanan dan cairan
b. Monitor respon pasien penambahan cairan
c. Atur kemungkinan tranfusi
d. Monitor output
e. Monitor skala hidrasi
f. Kolaborasi pemberian cairan iv.
2. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 x24 jam, diharapkan, kebutuhan nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil : mual hilang, muntah tidak ada, nafsu makan
meningkat, peningkatan BB meningkat.
Rencana Tindakan
a. Manajemen Nutrisi
1) Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
e) Identifikasi perlunya pengguanan selang nasogastritis
f) Monitor asupan makan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laborat
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menemukan pedoman diet
c) Sakikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
f) Berikan suplemen makan, jika perlu
g) Hentikan pemberian makan dengan selang Nasogatrik jika asupan
oral dapat di toleransi.
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang di programkan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.pereda nyeri,
antiematik), jika perlu.
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu.
b. Promosi berat badan
1) Observasi
a) Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
b) Monitor adanya mual dan muntah
c) Monitor berat badan
d) Monitor ambumin, lifosit, dan elektrolit, serum
2) Terapeutik
a) Berikan perawatan mulut sebelum makan, jika perlu
b) Sediakan makanan yang tepat sesuai dengan kondisi pasien
c) Hidangkan makanan secara menarik
d) Beriakan suplemen jika perlu
e) Berikan pusjian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
3) Edukasi
a) Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi.
b) Jeniskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.

3. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan iritan mukosa gaster.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
..x24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang / hilang.
Kriteria hasil :klien menunjukkan postur tubuh rileks, dan mampu tidur atau
istirahat dengan tepat.
Rencana Tindakan
a. Manajemen Nyeri
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, Karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respon nyeri secara verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
e) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
f) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
g) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
h) Monitor efek samping pengguanan analgetik.
2) Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(mis.terapi musik, kompres hangat/dingin, teknik imajinasi
terbimbing, terapi bermain, terapi pijat)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitas istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri.
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
b) Jeniskan strategi meredakan nyeri
c) Ajarkan monitor nyeri secara mandiri.
d) Ajarkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
b. Pemberian Analgetik
1) Observasi
a) Identifikasi karakteristik nyeri (mis.pencetus, pereda, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
b) Identifikasi riwayat alergi obat
c) Identifikasi kesesuaian jenis analgetik (mis. Narkotika, nonnarkotika,
atau NSAID) dengan tingkat kesesuaian nyeri.
d) Monitot TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
e) Monitor efektifitas analgetik.
2) Terapeutik
a) Diskusikan jenis analgetik yang disukaiuntuk mencapai analgesia
optimal.
b) Pertimbangkan infus kontinu atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum.
c) Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respon
pasien.
d) Dokumentasi respon terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan.
3) Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi.

4. D. 0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


melena.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit,
diharapkan, pengetahuan klien bertambah.
Kriteria Hasil : Klien mengerti dan memahami penyakitnya.
Rencana Tindakan : Edukasi Kesehatan
a. Observasi
1) Identifikasi kesiapan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motifasi perilaku hidup bersih dan sehat
b. Terapeutik
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c. Edukasi
1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningktkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Black, Joice M., & Hawks, Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia :
CV Pentasada Media Edukasi
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan: Penerapan Konsep & Kerangka Kerja.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Nurarif, A.H. & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindak
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Smeltzer,&Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Brunner & Suddarth.Edisi
10.Volume 2. Jakarta, EGC
Dinarti, & Muryanti, Y. 2017. Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan. Jilid
172. (Online) (http://bppsdmk.kemkes.go.id . Dokumen-Keperawatan-Dafis.PDF
diakses 23 November 2021 pukul 20.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai