Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

Dosen Pengampu : Dra. Sutarti, SE, MM

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Semester 5

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. M. Kharis Luqoni (201512247)


(201512247)
2. Wulandari Susanti (201512249)
(201512249)
3. Ridlo Al Cholid (201512253)
(201512253)
4. Restu Dewi Arsita (201512256)
(201512256)
5. Febrina Pipit Eka S. (201512261)
(201512261)
6. Nana Pita A. (201512263)
7. Siti Fatimah (201512265)
(201512265)

Kelas 5C Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan nikmat dan karunia-
 Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang tersusun dengan baik meskipun jauh dari kesempurnaan. Penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
mengetahui tentang Rule of Law dan Hak Asasi Manusia.

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari dan menambah pengetahuan
tentang Rule of Law dan Hak Asasi Manusi serta mengaplikasikan pengetahuan yang telah
didapat dalam kehidupan sehari-hari. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kudus, Desember 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................
SAMPUL........................................................
.............................................
..............................................
...........................1
....1

KATA PENGANTAR...................................
.........................................................
.............................................
..............................................
...........................
.... 2

DAFTAR ISI.......................................
ISI.............................................................
.............................................
.............................................
......................................
................ 3

BAB I PENDAHULUAN.........................................
...............................................................
.............................................
.......................................4
................4

1.1 Latar Belakang .........................................


...............................................................
............................................
...................................
............. 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................
.........................................................................
..........................................
.................... 5
1.3 Tujuan ...........................................
.................................................................
............................................
.............................................
......................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ......................................


............................................................
............................................
...................................7
.............7

2.1 Pengertian
Pengertian Rule of Law dan Hak Asasi Manusia ..........................................
............................................ 7
2.2 Hak Asasi Manusia...........................................
.................................................................
............................................
...........................
..... 10
2.3 Penjabaran
Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 ........................................
........................................ 18
2.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara ................................................
................................................................
................ 21
2.5 Pengaru HAM, Demokrasi dan Lingkungan Hidup terhadap Ketahanan
Nasional ..........................................
................................................................
............................................
.............................................
......................... 30

BAB III PENUTUP ...........................


..................................................
..............................................
.............................................
......................................
................ 44

3.1 Kesimpulan 44

DAFTAR PUSTAKA...............................................
......................................................................
.............................................
......................................
................ 46

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasal 1 ayat (3) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menegaskan
 bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas negara hukum (the rule of law). Pakar ilmu
sosial, Franz-Magnis Suseno (1990), melihat bahwa perlindungan HAM adalah salah satu
elemen dari the rule of law, selain hukum yang adil. Kita bisa melacak akar prinsip the
rule of law dari putusan-putusan pengadilan internasional seperti Pengadilan Hak Azasi
Manusia (HAM) Eropa dan Komite HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk
mengetahui pembahasan antara the rule of law dan Hak Asasi Manusia. Pembukaan UUD
1945 menyatakan terbentuknya Negara adalah untuk “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dinyatak an
an bahwa untuk itu,
UUD 1945 harus mengandung ketentuan yang “mewajibkan Pemerintah dan
 penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita
cita-cita moral rakyat yang luhur.” UUD 1945 selanjutnya menegaskan
 bahwa “ Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechsstaat), tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtstaat).
Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak-hak yang (seharusnya) diakui secara
universal sebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakekat dan kodrat
kelahiran manusia itu sebagai manusia. Dikatakan ‘universal’ karena hak -hak
hak -hak ini
dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap sosok manusia, tak peduli apapun
warna kulitnya, jenis kelaminnya, usianya, latar belakang kultural dan pula agama atau
keper cayaan
cayaan spiritualitasnya. Sementara itu dikatakan ‘melekat’ atau ‘inheren’ karena
hak-hak itu dimiliki sesiapapun yang manusia berkat kodrat kelahirannya sebagai
manusia dan bukan karena pemberian oleh suatu organisasi kekuasaan manapun. Karena
dikatakan ‘melekat’ itu pulalah maka pada dasarnya hak -hak
-hak ini tidak sesaatpun boleh
dirampas atau dicabut.

Pada tahun 1997-1998 di Negara Republik Indonesia, terjadi krisis ekonomi moneter
yang mempengaruhi HAM, Demokrasi dan Lingkungan hidup terhadap ketahanan
nasional. Dalam hal ini banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia yaitu mengutarakan

4
 pendapat, pelecehan seksual, pembunuhan secara misterius, pembantaian dan lain-lain.
Beberapa ancaman dari dalam dan luar negeri dapat diatasi bangsa Indonesia dengan
adanya tekad bersama-sama menggalang kesatuan dan kecintaan bangsa.

Pada masa sekarang merupakan masa dimana segala macamnya berjalan dengan cepat
mulai dari teknologi hingga pada kebudayaan yang mengarah pada budaya yang serba
instan. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan kita sehari-hari yang membuat
kita terbiasa akan sesuatu hal yang cepat dan baru.

Indonesia juga merupakan negara dengan kekayaan lingkungan hidup yang tiada
terkira, sayangnya tingkat kerusakan lingkungan hidup di Indonesia juga sangat tinggi
dan memiriskan.

Dari uraian pendahuluan di atas, penulis melihat penting dan menariknya wawasan
tentang HAM dan rule of law. Oleh sebab itu, penulis berusaha menjabarkan
 pembahasannya dalam bentuk makalah ini untuk menambah wawasan kita.

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjabaran latar belakang diatas maka tersusunlah beberapa rumusan masalah
 berikut ini :

1. Apa Pengertian Rule of Law dan Hak Asasi Manusia ?

2. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia ?

3. Bagaimanakah Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945 ?

4. Apa yang dimaksud dengan Hak dan Kewajiban Warga Negara?

4.1 Apa Pengertian Warga Negara dan Penduduk?

4.2 Apa yang dimaksud dengan Asas Kewarganegaraan?

4.3 Bagaimanakah Hak dan Kewajiban Warga Negara menurut UUD 1945?

4.4 Bagaimanakah Hak dan Kewajiban Bela Negara?

5. Bagaimanakah Pengaruh HAM, Demokrasi dan Lingkungan Hidup terhadap


Ketahanan Nasional?

5.1 Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?

5
5.2 Apa Pengertian, Nilai-nilai, dan Unsur-unsur Demokrasi?

5.3 Apa Pengertian, Unsur-unsur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Lingkungan Hidup?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan yang diberikan oleh dosen kami Ibu Dra. Sutarti, SE, MM. Selain itu,
makalah ini juga menjelaskan sesuai dengan Rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :

1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami apa itu Pengertian Rule of Law
dan Hak Asasi Manusia.
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan danmemahami apa itu Hak Asasi Manusia.
3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD
1945.
4. Agar mahasiswa mampum enjelaskan Hak dan Kewajiban Warga Negara.
5. Agar mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Pengaruh HAM, Demokrasi
dan Lingkungan Hidup terhadap Ketahanan Nasional.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian RuleofLaw dan Hak Asasi Manusia

2.1.1 Pengertian Rule of Law

Rule of Law adalah memposisikan hukum sebagai landasan bertindak dari seluruh
elemen bangsa dalam sebuah negara. Inti pengertian Rule of Law adalah jaminan apa
yang disebut sebagai keadilan sosial. (Sunartaji Hartono,1976:30).

Pengertian Rule of Law dan negara hukum pada hakikatnya sulit dipisahkan.Menurut
Philipus M. Hadjon negara hukum yang menurut istilah bahasa Belanda rechtsstat   lahir
dari suatu perjuangan menentang absolutisme, yaitu dari kekuasaan raja yang sewenang-
wenang untuk mewujudkan negara yang didasarkan pada suatu peraturan perundang  – 
undangan. Oleh karena itu dalam proses perkembangannya rechsstat   itu lebih memiliki
ciri yang revolusioner. Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja
maupun penyelenggara negara harus dibatasi dan diatur melalui satu peraturan perundang
 –   undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan perundang  – 
undangan itulah yang sering diistilahkan dengan  Rule of Law.Yang menurut Hadjon Rule
of Law  memiliki ciri yang evolusioner, sedangkan upaya untuk mewujudkan negara
hukum atau rechts-staat   lebih memiliki ciri yang revolusioner.Oleh karena itu menurut
Friedman, antara pengertian antara pengertian negara hukum dan Rule of Law sebenarnya
saling mengisi. Dengan demikian berdasarkan bentuknya sebenarnya  Rule of Law adalah
kekuasaan publik yang diatur secara legal. Rule of law sifatnya endogen, artinya muncul
dan berkembang dari suatu masyarakat tertentu. (Friedman,1960:546).

Menurut Friederich J. Stahl, terdapat empat unsur pokok berdirinya rechsstaat yaitu :

1. Hak-hak manusia;
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan –  peraturan; dan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan. (Muhtaj,2005:23)
Bagi negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa negara Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum.Hal itu tercantum dalam pembukaan UUD
1945 alinea IV.Dalam negara hukum, harus diadakan jaminan hukum itu sendiri dibangun

7
dan ditegakan menurut prinsip  –   prinsip demokrasi.Karena prinsip supremasi hukum dan
kedaulatan hukum itu sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat.Oleh karena
itu prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip  – 
 prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratische rechtsstaat. (Asshiddiqie,
2005:69-70).

Prinsip –  prinsip Rule of Law


 Negara yang menganut sistem Rule of Law harus memiliki prinsip-prinsip yang jelas,
terutama dalam hubungannya dengan realisasi Rule of Law itu sendiri.Menurut Albert
Venn Dicey dalam ‘Introduction to the Law of The Constitusion ‘, memperkenalkan
istilah the rule of law yang secara sederhana diartikan sebagai suatu keteraturan hukum.
Menurut dicey terdapat tiga unsur yang fundamental dalam Rule of Law, yaitu :

1. Supremasi aturan  –   aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang  –   wenang,
dalam arti seseorang hanya boleh dihukum jika memang melanggar hukum;
2. Kedudukan yang sama dimuka hukum. Hal ini berlaku baik bagi masyarakat biasa
maupun pejabat negara; dan
3. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan
 pengadilan.

Pada pertemuan  –   pertemuan yang dialakukan International Comission of Jurists


(ICJ), dihasilkan pandangan baru tentang negara hukum. Dalam pertemuan ICJ di
Bangkok pada tahun 1965 digariskan bahwa disamping hak-hak politik bagi rakyat harus
diakui pula adanya hak-hak sosial dan ekonomi, sehingga perlu dibetuk standar-standar
sosial ekonomi. komisi ini merumuskan syarat-syarat pemerintahan yang demokratis di
 bawah rule of law yang dinamis, yaitu :

Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual, konstitusi


harus pula menentukan teknis prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamin;

1. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak;


2. Pemilihan umum yang bebas;
3. Kebebasan menyatakan pendapat;
4. Kebebasan berserikat/berorganisasi atau beroposisi;

8
2.1.2 Sejarah Hak Asasi Manusia

Perkembangan hak asasi manusia pada masa Sesudah Masehi,  Magna Charta
(Piagam Agung) tahun 1215, yaitu suatu dokumen yang mencatat beberapa hak yang
diberikan Raja John Lockland dari Inggris. Di dalam Magna Charta itu ditegaskan, antara
lain kekuasaan raja harus dibatasi menuntut raja berlaku adil pada seluruh rakyatnya.

 Petition of Rights (hak-hak Petisi) tahun 1628, yaitu suatu petisi yang diajukan para
 bangsawan kepada Raja Charles I di muka parlemen. Dalam hubungan inilah maka
 perkembangan hak asasi manusia erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi.

 Bill of Right (Undang-Undang Hak) tahun 1689, yaitu suatu UU yang diterima oleh
Parlemen Inggris setelah sebelumnya telah mengadakan perlawanan terhadap Raja James
II yang memerintah secara absolut dalam suatu revolusi tidak berdarah (The Glorious
 Revolution) tahun 1688. Ide pembaruan di Inggris ini membuat rakyat Ameriak Serikat
membrontak melawan pengusaha Inggris, sehingga melahirkan  Declaration of
 Independence(Deklarasi Kemerdekaan) tahun 1776. Deklarasi Kemerdekaan ini juga
merupakan piagam Hak Asasi Manusia karena mengandung pernyataan “Bahwa
sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajatnya oleh Maha Pencipta; bahwa
semua manusia dianugrahi oleh penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan
untuk menikmati kebahagiaan.

Di Prancis, perjuangan hak asasi manusia dirumuskan dalam suatu naskah pada awal
revolusi prancis sebagai perlawanan terhadap kesewenang-wenangan. Naskah tersebur
dikenal dengan  Declaration des Droits de I’Homme et du Citoyen (Pernyataan Hak-hak
Asasi Manusia dan Warga Negara) tahun 1789. Dalam Revolusi Prancis ini dikenal tiga
semboyan yang sangat terkenal, yaitu  Liberte (Kebebasan),  Egalite (Persamaan)dan
 Fraternite (Persaudaraan).

Memasuki abad ke-19, pemikiran hak asasi manusi dipengaruhi oleh pemerinath
nasional.Setiap bangsa menginginkan pemerintah yang konstitusioanal dan demokratis
yang ditandai dengan diakuinya hak asasi manusia.Pada abad ke-20, perjuangan hak asasi
manuis semakin meluas, seperti di Ameriak Serikat. Pada permulaan perang Dunia II
tahun 1941, presiden amerika serikat Franklin D. Roosevelt mengemukakan “empat
kebebasan” yang dimiliki manusia: kebebasan berbicara dan mengemukakan penapat,
kebebasan beragama, kebebasan dari ketakutan, dan kebebasan dari kemelaratan.

9
Setelah perang Dunia II selesai, PBB akhirnya dapat mengesahkan pernyataan
sedunia tentang hak asasi manusia, yaitu Universal Declaration of Human Right pada
tanggal 10 Desember 1948.

2.2 Pengertian Hak Asasi Manusia

Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi menekankan pada segi-
segi tertentu dari HAM. Berikut beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa definisi Hak
Asasi Manusia (HAM) adalah sebagai berikut:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999


HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2. Menurut John Locke
Hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu
yang bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak
dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.
3. Menurut David Beetham dan Kevin Boyle

HAM dan kebebasan-kebebasan fundamental adalah hak-hak individual yang


 berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.

4. Menurut C. de Rover

HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia. Hakhak
tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun miskin, laki-laki
ataupun perempuan. Hak-hak tersebut mungkin saja dilanggar, tetapi tidak pernah
dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak-hak
tersebut merupakan hukum. Hak asasi manusia dilindungi oleh konstitusi dan hukum
nasional di banyak negara di dunia. Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak
 pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak
asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
 pemerintah, dan setiap orang. Hak asasi manusia bersifat universal dan abadi

5. Menurut Austin-Ranney

10
HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas dalam
konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.

6. A.J.M. Milney

HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di segala masa dan
di segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.

7. Franz Magnis-Suseno

HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan


kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang berlaku,
melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya karena ia
manusia.

8. Miriam Budiardjo

Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak-hak asasi manusia sebagai hak


yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahiran atau kehadirannya di dalam masyarakat.

9. Menurut Oemar Seno Adji

Yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya tidak
 boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan suatu holy area.

Ciri-ciri Khusus Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak hak
yang lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut :

1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau
diserahkan.

2. Tidak dapat dibagi , artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak,
apakah hak sipil dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.

3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang
sudah ada sejak lahir.

11
4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya. Persamaan
adalah salah satu dari ide-ide hak asasi manusia yang mendasar.

Hak asasi manusia,  di pihak lain, menimbulkan kewajiban-kewajiban asasi.


Perbenturan kepentingan antara seseorang dengan yang lain sering terjadi. Dalam
 penerapannya, hak asasi manusia tidak dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat
mengakibatkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia itu sendiri (hak asasi orang
lain).

Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)

Ada bermacam-macam hak asasi manusia. Secara garis besar, hak-hak asasi
manusia dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut.

1. Hak Asasi Pribadi / Personal Rights


Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak
asasi pribadi ini sebagai berikut.

 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan ber pindah-pindah tempat.

 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.

 Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.

 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan kepercayaan


yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Politik / Politic Rights


Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak asasi politik
ini sebagai berikut.

 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.

 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

 Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik l ainnya.

 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

12
3. Hak Asasi Hukum / Legal Equity Rights

Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan
dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum sebagai
 berikut.

 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi / Property Rights

Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak asasi


ekonomi ini sebagai berikut.

 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.

 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.

 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak asasi
 peradilan ini sebagai berikut.

 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan


 penyelidikan di muka hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya / Social Culture Rights

Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial
 budaya ini sebagai berikut.

13
 Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.

 Hak mendapatkan pengajaran.

 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

Perkembangan HAM di Indonesia

Wacana HAM di indonesia telah berlangsung seiring dengan berdirinya


 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Secara garis besar perkembangan
 pemikiran HAM di indonesia dapat dibagi ke dalam dua periode, yaitu : sebelum
kemerdekaan (1908-1945) dan sesudah kemerdekaan.
a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)

Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai dalam


sejarah kemunculan organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo
(1908),Sarekat Islam (1911),Indische Partij (1912),Partai Komunis Indonesia
(1920)Perhimpunan Indonesia (1925),dan Partai Nasional Indonesia (1927).Lahirnya
organisasi pergerakan nasional itu tidak bisa dilepaskan dari sejarah pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh penguasa kolonial ,penjajahan,dan pemerasan hak-hak
masyarakat terjajah .puncak perdebatan HAM yang dilonyarkan oleh para tokoh
 pergerakan nasional,seperti Soekarno, Agus salim, Mohammad Natsir, Mohammad
Yamin, K.H.Mas Mansur, K.H. Wachid Hasyim, Mr.Maramis, terjadi dalam sidang-
sidangBPUPKI.

Dalam sejarah pemikiran HAM di indonesia, Boedi Oetomo mewakali


organisasi pergerakan nasional mula-mula yang menyuarakan kesadaran berserikat
dan mengeluarkan pendapat melalui petis-petisi yang ditujukan kepada pemerintah
kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.Inti dari perrjuangan Boedi Oetomo
adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui
organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat.
b. Periode setelah kemerdekaan

Perdebatan tentang HAM terus berlanjut sampai periode pasca kemerdekaan


Indonesia: 1945-1950, 1950-1959, 1959-1966, 1966-1998, dan periode HAM
Indonesia kontemporer (pasca orde baru).

14
Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih menekankan
 pada wacana hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi
 politik yang didirikan,serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di
 parlemen.sepanjang periode ini, wacana HAM bisa dicirikan pada:
a. Bidang sipil politik, melalui:
 UUD 1945 (Pembukaan, pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30,
 Penjelasan pasal 24 dan 25 )
 Maklumat Pemerintah 01 November 1945
 Maklumat Pemerintah 03 November 1945
 Maklumat Pemerintah 14 November 1945
 KRIS khususnya Bab V, Pasal 7-33
 KUHP Pasal 99

 b. Bidang ekonomi, sosial, dan budaya, melalui:

 UUD 1945 (Pasal 27, Pasal 31, Pasal 33, Pasal 34, Penjelasan Pasal 31-32)
 KRIS Pasal 36-40

Periode 1950-1959

Periode 1950-1959 dikenal dengan masa perlementer . Sejarah pemikiran


HAM pada masa ini dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi sejarah
 perjalanan HAM di Indonesia.Sejalan dengan prinsip demokrasi liberal di masa itu,
suasana kebebasan mendapat tempat dalam kehidupan politik nasional.Menurut
catatan Bagir Manan, masa gemilang sejarah HAM Indonesia pada masa ini tercermin
 pada lima indikator HAM:

1. Munculnya partai-partai politik dengan beragam ideologi.


2. Adanya kebebasan pers.
3. Pelaksanaan pemilihan umum secara aman, bebas, dan demokratis
4. Kontrol parlemen atas eksekutif.
5.  perdebatan HAM secara bebas danm demokratis

15
Tercatat pada periode ini Indonesia meratifikasi dua konvensi internasional
HAM, yaitu :

1. Konvensi Genewa tahun 1949 yang mencakup perlindungan hak bagi korban
 perang, tawanan perang, dan perlindungan sipil di waktu perang.
2. Konvensi tentang Hak Politik Perempuan yang mencakup hak perempuan untuk
memilih dan dipilih tanpa perlakuan diskriminasi,serta hak perempuan untuk
menempati jabatan publik.

Periode 1959-1966

Periode ini merupakan masa berakhirnya Demokrasi Liberar, digantikan oleh


sistem Demokrasi Terpimpin yang terpusat pada kekuasaan Presiden
Soekarno.Demokrasi Terpimpin (Guided Democrary) tidak lain sebagai bentuk
 penolakan presiden Soekarno terhaddap sistem Demokrasi Parlementer yang di
nilainya sebagai produk barat.Menurut Soekarno Demokrasi Parementer tidak sesuai
dengan karakter bangsa Indonesia yang elah memiliki tradisinya sendiri dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Melalui sistem Demokrasi terpimpin kekuasaan terpusat di tangan Presiden.


Presiden tidak dapat di kontrol oleh parlemen, sebaliknya parlemen di kendalikan oleh
Presiden. Kekuasaan Presiden Soekarno bersifat absolut, bahkan di nobatkan sebagai
Presiden RI seumur hidup. Akibat langsung dari model pemerintahan yang sangat
individual ini adalah pemasungan hak-hak asasi warga negara. Semua pandangan
 politik masyarakat diarahkan harus sejalan dengan kebijakan pemerintah yang
otoriter. Dalam dunia seni, misalnya atas nama pemerintahan Presiden Soekarno
menjadikan Lembaga Kebudayaan Rakyat (lekra) yang berafeliasi kepada PKI
sebagai satu-satunya lembaga seni yang diakui.Sebaliknya, lembaga selain lekra
dianggap anti pemerintah atau kontra revolusi.

Periode 1966-1998

Pada mulanya, lahirnya orde baru menjanjikan harapan baru bagi Penegak
HAM di Indonesia. Berbagai seminar tentang HAM dilakukan orde baru.Namun pada
kenyataanya, Orde baru telah menorehkan sejarah hitam pelanggaran HAM di
Indonesia.Janji-janji Orde Baru tentang pelaksanaan HAM di Indonesia mengalami
kemunduran amat pesat sejak awal 1970-an hingga 1980-an.

16
Setelah mendapatkan mandat konstitusional dari sidang MPRS, pemerintah
Orde Baru mulai menunjukkan watak aslinya sebagai kekuasaan yang anti HAM yang
di anggapnya sebagai produk barat.Sikap anti HAM Orde Baru sesungguhnya tidak
 berbeda dengan argumen yang pernah di kemukakan Presiden Soekarno ketika
menolak prinsip dan praktik Demokrasi Parlementer, yakni sikap apologis dengan
cara mempertentangkan demokrasi dan Prinsip HAM yang lahir di barat dengan
 budaya lokal Indonesia. Sama halnya dengan Orde Lama, Orde Baru memandang
HAM dan demokrasi bsebagai produk Barat yang individualistik dan bertentangan
dengan prinsip gotong royong dan kekeluargaan yang dianut oleh bangsa Indonesia.
Di antara butir penolakan pemerintah Orde baru terhadap konsep universal HAM
adalah:

a) HAM adalah produk pemikiran Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
luhur budaya bangsa yang tercermin dalam pancasila.
 b) Bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang
dalam rumusn UUD 1945 yang lahir lebih lebih dahulu dibandingkan dengan
Deklarasi Universal HAM.
c) Isu HAM sering kali digunakan olah negara-negara barat untuk memjokkaan
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Apa yang dikemukakan oleh pemerintah Orde Baru tidak seluruhnya


keliru,tetapi juga tidak semuanya benar.Sikap apriori Orde Baru terhadap HAM Barat
ternyatas arat dengan pelanggaran HAM yang dilakukanya.Pelanggaran HAM Orde
Baru dapat dilihat dari kebijakan politik Orde Baru yang bersifat Sentralistik dan anti
segala gerakan politik yang berbeda dengan pemerintah .

Periode pasca Orde Baru

Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah HAM di


indonesia.Lengsernya tampuk kekuasaan Orde Baru sekaligus menandai berakhirnya
rezim militer di Indonesia dan datangnya era baru demokrasi dan HAM,setelah tiga
 puluh tahun lebih terpasung di bawah rezim otoriter.Pada tahun ini Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai Wakil presiden RI.

Pada masa Habibie misalnya, perhatian pemerintah terhadap pelaksanaan


HAM mengalami perkembangan yang sangat signifikan.Lahirnya Tap MPR No.

17
XVII/MPR/1998 tentang HAM merupakan salah satu indikatorkeseriusan
 pemerintahan era reformasi akan penegakan HAM.Sejumlah konvensi HAM juga
diratifikasi di antaranya:konvensi HAM tentang kebebasan berserikat dan
 perlindungan hak untuk berorganisasi;konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
kejam;konvensi penghapusan segala bentuk [3]diskriminasi rasial;konvensi tentang
 penghapusan kkerja paksa;konvensi tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan
 jabatan;serta konvensi tentang usia minimum untuk di perbolehkan bakarja.

Komitmen pemerintah terhadap penegakan HAM juga di tunjukkan dengan


 pengesahan UU tentang HAM,pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan HAM
yang kemudian di gabung dengan Departeman Hukum dan Perundang-undangan
menjadi Departeman Kehakiman dan HAM,penambahan pasal-pasal khusus tentang
HAM dalam amandemen UUD 1945,pengesahan UU tentang pengadilan HAM.

2.3 Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945

Menurut pandangan filsafat bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila


hakikat manusia adalah ‘monopluralis’.Susunan kodrat manusia adalah makhluk individu dan
makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam rentangan berdirinya bangsa dan
negara Indonesia, secara resmi Deklarasi Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 telah
terlebih dahulu merumuskan hak-hak asasi manusia dari pada Deklarasi Universal Hak-hak
Asasi Manusia PBB. Pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945, sedangkan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia PBB pada tahun 1948.

Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya terkandung dalam Pembukaan UUD


1945, dan Pembukaan inilah yang merupakan sumber normatif bagi hukum positif Indonesia
terutama penjabarannya dalam pasal-pasal UUD 1945.

Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea I dinyatakan bahwa : “Kemerdekaan adalah hak
segala bangsa”. Dalam pernyataan ini terkandung pengakuan secara yuridis hak -hak asasi
manusia tentang kemerdekaan sebagaimana terkandung dalam Deklarasi PBB pasalI.
Pernyataan berikutnya pada alinea III Pembukaan UUD 1945 yang mengandung arti bahwa
dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan bahwa manusia adalah sebagai
mahkluk Tuhan Yang Maha Kuasa serta bangsa Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia untuk memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing,

18
dan hal ini sesuai dengan deklarasi Hak-hak Asasi Manusia PBB pasal 18, adapun dalam
 pasal UUD 1945 tercantum dalam pasal 29 terutama ayat (2) UUD 1945.

Melalui pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea IV bahwa negara Indonesia
sebagai suatu persekutuan hidup bersama, bertujuan untuk melindungi warganya terutama
dalam kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya.

Berdasarkan pada tujuan negara yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut, maka negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia para
warganya, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun
rokhaniah, antara lain berkaitan dengan hak-hak asasi bidang sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan, pendidikan, dan agama. Adapun rincian hak-hak asasi manusia dalam pasal-
 pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut :

BAB XA
HAK ASASI MANUSIA
Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhakmempertahankan hidup dan
kehidupannya.**)
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluargadan melanjutkan keturunan melalui
 perkawinan yang sah.**)
2) Setiap orang berhak atas kelangsunganhidup, tumbuh dan berkembang serta
 berhakatasperlindungan dari kekerasan dandiskriminasi.**)
Pasal 28 C
1) Setiap orang berhak mengembangkan dirimelalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya,berhak mendapatkan pendidikan danmemperoleh manfaat dari ilmu
 pengetahuandan teknologi, seni dan budaya demimeningkatkan kualitas hidupnya dan
demikesejahteraan umat manusia.**)
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secarakolektif untuk membangun masyarakat,bangsa dan negaranya.**)
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan,jaminan, perlidungan dan kepastian hokumyang
adil serta perlakuan yang samadihadapan hukum.**)

19

Anda mungkin juga menyukai