Skripsi: Universitas Sumatera Utara
Skripsi: Universitas Sumatera Utara
Oleh :
130100443
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas nikmat dan kehendak-Nya, skripsi
ini dapat diselesaikan.Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi
persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran di
Fakultas Kadokteran Universitas Sumatera Utara.
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Ashri Yudhistira, Sp THT-KL, selaku Dosen Pembimbing I dan dr. Doddy
Prabisma, SpB.TKV selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan
Bantuan, bimbingan dan dorongan untuk menyiapkan skripsi ini.
3. dr. Tri Widyawati, M.Si selaku Ketua Penguji dan dr. RA Dwi Pujiastuti
M.Ked (Neu), Sp.S ,selaku Anggota Penguji yang telah banyak memberikan
komenter bermanfaat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lebih
lengkap.
4. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman saya yang ikut membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi
ini.
NIM : 130100443
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 2
Karsinoma laring adalah suatu keganasan yang terdapat pada kotak suara, pita
suara ataupun daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring terbagi atas
tiga bagian anatomi yaitu supraglotis, glotis dan subglotis. Kurang lebih 60%
kanker laring ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% berasal dari daerah
supraglotis dan hanya 5% berasal dari daerah subglotis. Menurut perkiraan
terbaru di America Serikat, terdapat sebanyak 13,430 kasus baru karsinoma
laring.10,550 daripada penderita karsinoma laring pada laki-laki dan 2,880 adalah
pada wanita. Angka kematian dapat mencapai 3,620 kasus yaitu 2890 pada kasus
laki-laki sedangkan 730 kasus pada wanita.1
Di negara-negara maju rata-rata satu banding empat kematian (1:4) disebabkan
oleh karsinoma. Di Eropah dan Amerika karsinoma laring merupakan penyakit
kanker nomor satu, sedangkan di Indonesia yang terbanyak merupakan
karsinoma nasofaring dan karsinoma laring menempati urutan ke-2 atau ke-3 dari
setiap tahun di bidang THT.2
Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT.
Karsinoma laring lebih sering diderita oleh pasien pada usia 56 -69 tahun.
Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal
yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring, yaitu rokok, alkohol,
sinar radioaktif dan polusi udara.3
Setiap penderita Karsinoma Laring memiliki gambaran tersendiri.Atas dasar itu,
peneliti ingin mengetahui gambaran penderita Karsinoma Laring. Penelitian ini
akan dilakukan di Departemen THT-KL di RSUP Haji Adam Malik Medan
karena memiliki ketersediaan data tentang karsinoma laring.
1.3.Tujuan Penelitian
a) Peneliti : Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai referensi atau bahan
pertimbangan bagi peneliti yang akan membuat penelitian ini.
b) Institusi : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai tambahan
informasi bagi pihak RSUP Haji Adam Malik Medan tentang gambaran penderita
karsinoma laring sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi penanganan
karsinoma laring.
c) Masyarakat : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan
informasi yang dapat memberikan pengetahuan yang mendalam kepada
masyarakat.
2.1.2.2. Epiglottis
Ini adalah seperti tulang rawan dalam bentuk daun yang diratakan, melekat pada
sudut antara lamina tiroid oleh ligamentum tiroepiglotika. Epiglottis proyek ke
atas, di belakang os hyoideum dan margin superior adalah bebas.8
Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semua bersilia kecuali pada
daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk. Diantara
sel-sel bersilia terdapat sel goblet.9
Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara.Pada
daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk
ligamentum tiroaritenoidea.Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan
dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai lapisan submukosa.Cartilago
corniculata, cuneiforme dan epiglotis merupakan cartilago hialin.Plika vokalis
sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah muda
sedangkan pita suara berwarna keputihan.9
2.4.2. Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti.Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkanterjadinya karsinoma
laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif.5
Pengumpulan data yang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan
bahwa karsinoma laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok,
sedangkan risiko untuk mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan
kenaikan jumlah rokok yang dihisap.5
2.4.3. Epidemiologi
Kekerapan tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbeda-beda. Di
Amerika Serikat, sekitar tahun 1995-2004 dilaporkan 8,5 kasus karsinoma laring
per 100.000 penduduk laki-laki dan 1,3 kasus karsinoma laring per 100.000
penduduk perempuan. Pada akhir-akhir ini tercatat insiden tumor ganas laring
pada wanita meningkat. Ini berhubungan dengan meningkatnya jumlah wanita
yang merokok.1
Di RSUP Haji Adam Malik Medan, Februari 2002 - Juni 2005 dijumpai 97
kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 8:1. Usia
2.4.4. Patofisiologi
Paparan terdahap karsinogen berulang-ulang akan menyebabkan struktur
DNA sel normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi
abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel
berakibat padaburuknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta
kematian sel. Pro-onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gen
menurun, keadaan ini mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik
yang akan mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga
penderitaakan mengalami penurunan berat badan. Selain itu akan terjadi
penurunan serta destruksi komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan
gangguan perdarahan, penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan
penurunan leukosit menyebabkan gangguan status imunologi pasien. Proliferasi
sel kanker yang terus berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan
kompresi pada pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi,
disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid.Massa tersebut juga mengakibatkan
hambatan pada jalan nafas.Iritasi pada nervus laringeus menyebabkan suara
menjadi serak. Jika mutase yang terjadi sangat progresif, kanker dapat
bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening.5
d. Merokok
2.4.6. Gejala
2.4.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita cukup
lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan bertendens makin
lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat,
peminum alkohol atau seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif,
misalnya pernah diradiasi didaerah lain.5
b. Pemeriksaan Fisik
Untuk melihat ke dalam laring dapat dilakukan dengan cara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan laringoskop untuk menilai lokasi tumor,
penyebaran tumor yang terlihat field of cancerisation. Kemudian dilakukan biopsi
untuk pemeriksaan patalogi anatomi. Selain itu, dapat juga menggunakan fiber-
optic laryngoscope dan flexible endoscope.5
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah,
juga pemeriksaan radiologi. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru,
ada atau proses spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat
memperlihatkan keadaan tumor dan laring lebih seksama, misalnya penjalaran
tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar
getah bening leher.5
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi dari bahan
biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di
leher. Dari hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa.5
2.4.9. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ganas laring sebagai berikut:13
2.4.9.1. Tumor Primer (T)
a. Supraglotis
a.1 Tis Karsinoma insitu
a.2 T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/ pita suara (gerakan masih baik).
a.3 T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glotis masih
bisa bergerak (tidak terfiksir).
a.4 T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah
krikoid bagian belakang, dinding medial dari sinus
piriformis dan ke arah rongga pre-epiglottis.
a.5 T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak
pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid. .
b. Glotis
b.1 Tis Karsinoma insitu
b.2 T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara,
tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada
2.4.10. Penatalaksanaan
1) Stadium 0
Hampir selalu dapat disembuhkan dengan vocal cord stripping atau operasi
laser.Pasien kemudian diawasi dengan ketat untuk melihat apakah ada
pengembalian kanker. Jika ada pengembalian kanker setelah dilakukan vocal cord
stripping dan operasi laser, radiasi dapat digunakan.1
2) Stadium I dan II
Radiasi dan laringektomi parsial digunakan pada kebanyakan orang.Hasil suara
cenderung lebih baik dengan terapi radiasi dibandingkan dengan laringektomi
parsial dan tingkat komplikasi cenderung lebih rendah dengan pengobatan
radiasi.Untuk kanker yang kecil, terapi radiasi lebih banyak digunakan. Operasi
hanya digunakan untuk kanker yang kambuh.1
3) Stadium III dan IV
Kanker laring tahap III dan IV sering memerlukan perawatan dengan beberapa
kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan / atau kemoterapi.
Pilihan utama untuk pengobatan awal adalah operasi atau kemoterapi dengan
radiasi. Laringektomi total hampir selalulu dilakukan. Kanker ini memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk menyebar ke kelenjar getahbening di leher jika
dibandingkan dengan kanker stadium sebelumnya, sehingga kelenjar getah bening
ini sering diangkat bersama dengan tumor jika operasi sedang dilakukan.1
Faktor Resiko
• Usia
• Jenis Kelamin
• Merokok
• Alkohol
• Paparan terhadap substansi berbahaya
Gejala Klasifikasi
Penatalaksanaan
• Bedah
• Radioterapi
• Kemoterapi
Table 4.1. Daftar Definisi Operasional beserta Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil
Ukur, dan Skala Ukur
Usia adalah jumlah tahun Observasi Rekam <30 tahun, 30- Ratio
hidup pasien sejak lahir medis 60 tahun, >60
sampai ulang tahun tahun
terakhir sesuai dengan
rekam medis.
Pekerjaan adalah Observasi Rekam Petani, Nominal
kegiatan pasien sesuai medis Pegawai
denganrekam swasta,
medis.Pekerjaan yang Pegawai
dimaksudkan adalah negeri,
pekerjaan yang Wiraswasta,
berhubungan dengan Buruh,
paparan bahan berbahaya Pensiun,
di lingkungan kerja. Tidak bekerja
Jenis kelamin
Usia
Laki-laki Perempuan Total
f(n) % f(n) % f(n) %
<30 7 13,2 0 0 7 10,8
30-60 31 58,5 7 58,3 38 58,5
>60 15 28,3 5 41,7 20 30,7
Total 53 100 12 100 65 100
Pekerjaan
Total 65 100
Dispneu 10 15,4
Batuk 9 13,8
Total 65 100
Subglotis 9 13,8
Glotis 40 61,5
Total 65 100
II 14 21,5
III 13 20
IV 8 12,3
Total 65 100
Radioterapi 14 21,5
Kemoterapi 18 27,7
Total 65 100
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa penderita karsinoma laring yang
terbanyak adalah dengan jenis pengobatan bedah yaitu sebanyak 33 orang
(50,8%), diikuti dengan kemoterapi sebanyak 18 orang (27,7%) dan radioterapi
sebanyak 14 orang (21,5%).
Sebagian besar penderita karsinoma laring di RSUP HAM Medan tahun 2014
hingga 2015 adalah laki-laki yaitu sebanyak 53 orang (81,5%) sedangkan
perempuan sebanyak 12 orang (18,5%).
Lee pada tahun 2003 juga menyebutkan bahwa insidensi tertinggi kanker
laring lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan wanita yaitu 5:1.13
Peneliti juga mendapatkan insidensi yang sama bahwa perbandingan antara
penderita karsinoma laring laki-laki dan perempuan adalah 53:12.
Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Gresha di RS Haji Adam Malik Medan
pada tahun 2011 hingga 2013 yang menemukan bahwa terdapat 76 orang laki-laki
dan hanya 11 orang perempuan yang menderita karsinoma laring.22
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh R. Rekha di GOVT. ENT
Hospital, Hydrebad dari tahun 2010 hingga 2011 yang menemukan bahwa angka
kejadian karsinoma tertinggi pada kelompok usia antara 40 hingga 60 tahun.19
Selain itu, berdasarkan penelitian oleh Xavier Leon di Hospital Dela Santa,
Barcelona pada tahun 2008 terdapat 83 orang pasien yang didiagnosa dengan
karsinoma laring. Dari 83 pasien tersebut, 57 orang pasien berusia lebih dari 50
tahun dan 26 orang pasien adalah kurang dari 50 tahun.20
Hal ini sesuai dengan Cancer Research UK pada tahun 2012 yang
menemukan bahwa angka kejadian yang tertinggi adalah pada lingkungan kerja
yang terpapar terhadap substansi berbahaya.4
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Gresha di RS Haji Adam Malik
periode 2011 hingga 2013 menemukan bahwa penderita karsinoma laring yang
terbanyak adalah yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 28 orang dan yang
paling sedikit adalah yang bekerja sebagai pegawai negeri yaitu sebanyak 3
orang.22
Lee juga menyebutkan bahwa kebiasaan merokok merupakan hal penting yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker laring. Peningkatan faktor resiko ini
juga tergantung pada lama dan intensitas seseorang itu merokok.13
Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam
Malik Medan, frekuensi penderita karsinoma laring terbanyak memiliki riwayat
hanya merokok yaitu sebanyak 17 orang (47,2%) dan yang paling sedikit pada
penderita yang hanya mengkonsumsi alkohol dengan jumlah 2 orang (5,6%).21
Hal ini sesuai menurut Hermani bahwa serak adalah gejala utama karsinoma
laring.Keluhan serak ini terjadi karena terdapat gangguan pada fungsi fonasi
laring.Dispneu adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan. Gejala batuk jarang
ditemukan pada tumor ganas glotik.15
Lee menyatakan bahwa sebagian besar penderita kanker laring yang datang ke
rumah sakit atau dokter spesialis THT mengeluhkan suara serak atau perubahan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ernawati pada tahun 2010 di RS Haji
Adam Malik Medan, penderita karsinoma laring paling banyak memiliki keluhan
serak yaitu sebanyak 33 orang (91,7%) dan keluhan yang paling sedikit adalah
massa di leher yaitu sebanyak 12 orang (33,3%).21
Menurut Kumar pada tahun 2007, angka kejadian terbanyak adalah tumor
glotis, yaitu 60% hingga 70% kasus, supraglotis 25%-40 dan subglotis kurang dari
15% kasus.17
Hal ini juga sesuai dengan American Cancer Society yang menyatakan kurang
lebih 60% keganasan laring ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% dari
daerah supraglotis dan hanya 5% dari daerah subglotis.1
Menurut Cancer Research UK, pilihan terapi pilihan utama adalah pembedahan.
Walaubagaimanapun, pasien dengan stadium lanjut tidak dianjurkan untuk
melakukan pembedahan.4
Menurut Ernawati pada tahun 2010 yang membuat penelitian di RS Haji Adam
Malik Medan, proporsi penderita karsinoma laring yang terbanyak adalah dengan
jenis pengobatan bedah dan yang paling sedikit adalah dengan jenis pengobatan
kemoterapi.21
6.1. Kesimpulan
3. Usia tersering penderita karsinoma laring adalah pada usia 30 hingga 60 tahun.
6. Keluhan tersering yang dialami penderita karsinoma laring adalah suara serak.
Dari seluruh proses penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, saran yang dapat
ditemukan adalah :
1. Kepada pihak rumah sakit yang bertugas agar dapat memperlengkap status
pasien pada rekam medis. Hal ini memudahkan peneliti yang akan melakukan
penelitian menggunakan rekam medis.