Anda di halaman 1dari 7

UJIAN AKHIR SEMESTER

PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

Dosen : Kadek Diana Harmayani, ST, MT., PhD

ULASAN VIDEO

Oleh :

Kadek Ryo Aryawan

1905511137

Paralel 1 Teknik Sipil

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
TINJAUAN PUSTAKA

1. Etika Lingkungan
Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika
berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada
tiga teori mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika
Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika Teologi adalah baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan. Sedangkan Etika
keutamaan adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Jadi, etika lingkungan merupakan
kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya. etika lingkungan
diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara
cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul
dengan lingkungannya. etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang
menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan
lingkungan tetap terjaga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika
lingkungan sebagai berikut:
1. Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehngga perlu
menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri.
2. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk emnjaga
terhadap pelestarian , keseimbangan dan keindahan alam.
3. Kebijaksanaan penggunaan sumber daya alam yang terbatas termasuk bahan energy.
4. Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk
hidup yang lain.

Di samping itu, etika Lingkungan tidak hanya berbicara mengenai perilaku


manusia terhadap alam, namun juga mengenai relasi di antara semua kehidupan alam
semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan
antara manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan.

2. Lingkungan Berkelanjutan
Berkelanjutan memiliki arti yang cukup luas, yaitu kemampuan untuk
melanjutkan sesuatu yang didefinisikan tanpa batasan waktu. Berkelanjutan dapat
dimaksudkan dengan ketahanan, keseimbangan, keterkaitan. Lebih lanjut berkelanjutan
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan melanjutkan suatu perilaku yang
didefinisikan tanpa batas waktu. World Commission on Environment and
Development mendefinisikan berkelanjutan sebagai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Lingkungan berkelanjutan dapat diartikan
segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup yang mempengaruhi
kehidupannya dengan kondisi yang terus terjaga kelestariannya secara alami
maupun dengan sentuhan tangan manusia tanpa batasan waktu. Lingkungan
berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai bagaimana pemenuhan kebutuhan sumber
daya yang ada untuk generasi masa kini hingga masa depan tanpa mengorbankan
kesehatan ekosistem yang menyediakannya. Secara lebih spesifik, lingkungan
berkelanjutan disimpulkan sebagai suatu kondisi keseimbangan, ketahanan, dan
keterkaitan yang memungkinkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya tanpa
melebihi kapasitas ekosistem pendukungnya dan mampu beregenerasi untuk
terus mampu memenuhi kebutuhan hingga di masa depan.
3. Manajemen Lingkungan
Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen
(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Pengertian lainnya yaitu
Manajemen Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam
proses-proses bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol
dampak-dampak lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko
lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam
kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan
daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan
lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural,
dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).
ULASAN VIDEO

Judul : Mekko: Semangat Pariwisata Bahari Ramah Lingkungan dari Flores Timur

Durasi : 3 menit 25 detik

Link : https://www.youtube.com/watch?v=4QG3sqXQ5d0

Dipublikasikan oleh WWF-Indonesia pada tanggal 21 September 2018

Produksi M. Chafiz, Yanuar Saleh, M. Syukron

Cerita M. Chafiz, Nisa Syahidah

Copyrights WWF-Indonesia

Producer: Nefa Firman, Syevira Citra, Novie Sartyawan

Executive Producer: Intan Sukarna, Tardi Sarwan

Pendahuluan

Judul video yang dibahas adalah Mekko: Semangat Pariwisata Bahari Ramah
Lingkungan dari Flores Timur. Ulasan ini berdasarkan video yang dapat diakses pada link
https://www.youtube.com/watch?v=4QG3sqXQ5d0. Durasi video ini adalah 3 menit 25 detik.

Isi Video

Video tersebut menggambarkan tentang keadaan wilayah perairan Dusun Mekko, Pulau
Adonara, Flores Timur. Dijelaskan bahwa dahulu di sana sering terjadi pengeboman ikan di
lautan. Bahkan penangkapan hiu juga sangat sering ditemukan di sana. Namun, semenjak adanya
Bangkit Muda Mudi Mekko tidak ada lagi ditemukan perbuatan seperti itu. Mekko tengah
berbenah melalui Kelompok Bangkit Muda Mudi Mekko dengan belajar memahami konsep
pariwisata yang bertanggung jawab. Melalui praktik terbaik saat mengoperasikan kapal,
memandu wisatawan, serta mengawasi satwa laut. Mekko berbenah, menyiapkan diri
memajukan daerah melalui pariwisata bahari berbasis konservasi.
Ulasan dari Berbagai Aspek

1. Etika Lingkungan
Dari video tersebut, dilakukan sedikit wawancara dengan Bakri Lolo Wajo yang
merupakan Ketua Kelompok Sadar Wisata Bangkit Muda Mudi Mekko (BM3) yang
mengatakan :
“Orang Bajo itu susah hidup berkelompok, dari nenek moyang sudah begitu. Dulu di sini
pusatnya bom, pagi seperti ini dulu sudah seperti berperang. Sekarang sudah tidak. Saya
punya prinsip lain dengan yang lain. Jika saya maju, yang lain harus maju.”
Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat di dusun
Mekko dari dulu memiliki sifat individualisme yang tinggi. Dimana sifat tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan lingkungan di dusun Mekko. Hal tersebutlah
yang menyebabkan dahulu sering terjadi penangkapan liar dan pengeboman ikan di laut.
Kurangnya kepedulian akan sesame serta lebih mementingkan kepentingan pribadi
menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya perbuatan seperti itu.
2. Lingkungan Berkelanjutan
Menurut Bapak Bakri, sifat individualisme yang sudah ditanamkan sejak dahulu
oleh nenek moyang memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan lingkungan
di dusun Mekko. Bapak Bakri memiliki prinsip “Jika saya maju, yang lain harus maju”.
Pak Bakri paham betul bahwa perlu diadakannya perubahan tradisi di dusun Mekko
mengingat Mekko memiliki kekayaan wilayah perairan yang sangat berpotensi.
Melihat potensi tersebut, Bapak Bakri bersama beberapa masyarakat di dusun
Mekko memiliki ide untuk membentuk Kelompok Sadar Wisata Bangkit Muda Mudi
Mekko. Kelompok tersebut bertujuan untuk membenah lingkungan di dusun Mekko
dengan belajar memahami konsep pariwisata yang bertanggung jawab. Melalui praktik
terbaik saat mengoperasikan kapal, memandu wisatawan, serta mengawasi satwa laut.
Mekko berbenah, menyiapkan diri memajukan daerah melalui pariwisata bahari berbasis
konservasi. Serta diharapkan tidak ada lagi perbuatan yang merusak wilayah perairan di
dusun Mekko.
3. Manajemen Lingkungan
Dahulu, penduduk Dusun Mekko memandang hiu dari perspektif berbeda, kurang
sejalan dengan sudut pandang konservasi. Namun paradigma masyarakat Mekko tentang
hiu berubah setelah WWF dan pemerintah masuk dan memberikan sosialiasi. Masyarakat
pun tersadarkan mengenai betapa pentingnya fungsi hiu dalam ekosistem laut. Alhasil,
sekarang, alih-alih menyasar hiu, pukat nelayan Mekko hanya menarget ikan biasa.
Muaranya, saat ini perairan Mekko sudah menjadi salah satu Kawasan Konservasi
Perairan Daerah (KKPD) Flores Timur dengan target konservasi untuk mendukung
pengelolaan dan perlindungan habitat penting hiu. Dusun Mekko telah bangkit menjadi
daerah wisata berbasis masyarakat. Masyarakat setempat juga sudah mulai memetakan
perairan sekitar; di mana saja tempat yang bagus untuk snorkeling maupun diving.
Upaya untuk menjadikan Mekko sebagai destinasi wisata memang baru dimulai.
Untuk mengakselerasi usaha itu, dibangunlah kelompok Bangkit Muda Mudi Mekko
yang fokus dalam pemberdayaan pariwisata berbasis masyarakat. Salah satu hal konkret
yang mereka lakukan adalah menyediakan alat snorkeling untuk disewakan.
Jelas keliatan sekali bahwa perusakan karang oleh manusia sudah tidak lagi
dilakukan. Bom ikan sendiri terakhir kali meledak tahun 2016. Masyarakat Mekko
memang mulai sadar bahwa kelangsungan bawah laut, jika tak dijaga, akan membuat
generasi selanjutnya kesusahan.

Anda mungkin juga menyukai