Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA II

“Resiko Bunuh Diri”

Dosen pembimbing: Ds. Ns Wahyu Kirana, M.Kep.Sp.Jiwa

Disusun Oleh :

Islamiyati (821181005)

Jabalul rahamn (821181007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROPESI NERS

STIKES YARSI PONTIANAK

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “keperawatan jiwa II “dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta
dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu
proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya,
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai
banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun
kami.

Pontianak, 9, Oktober, 2020

Penyusun
Daftar isi
Kata pengantar
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................................................5
B. Tujuan..............................................................................................................................................5
C. Metode Penulisan............................................................................................................................6
D. Ruang Lingkup Penulisan................................................................................................................6
E. Sistematika Penulisan......................................................................................................................6
BAB II: TINJAUAN TEORI....................................................................................................................7
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................................................................7
1. Pengertian........................................................................................................................................7
B. Jenis.................................................................................................................................................8
C. Proses Terjadinya Masalah..............................................................................................................9
a. Faktor Predisposisi..........................................................................................................................9
D. Faktor Presipitasi (pencetus)...........................................................................................................9
E. Sumber Koping..............................................................................................................................10
F. Mekanisme Koping........................................................................................................................10
G. Penatalaksanaan Medis..................................................................................................................11
H. Asuhan Keperawatan Teoritis........................................................................................................11
BAB III: APLIKASI KASUS..................................................................................................................12
I. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................................15
J. Strategi Pelaksanaan Komunikasi (Role play)...............................................................................23
BAB IV: KESIMPULAN dan SARAN..................................................................................................30
Kesimpulan............................................................................................................................................30
Saran......................................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................31
BAB I :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress. Prilaku bunuh diri berkembang dalam rentang. Suicidal idetion, pada tahap ini
merupakan proses kontemplasi dari suicide atau sebuah metode yang digunakan tanpa
melakukan aksi / tindakan. Bahkan klien pada tahap ini tdak akan menggungkapkan
idenya apabila tidak di tekan. Walaupun demikian perawat perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati. (Sabila safi, 2020,
halaman: 11)
Bunuh diri adalah tindakan membunuh diri sendiri. Pikiran untuk bunuh diri
sering terjadi pada orang dengan gangguan mood, terutama depresi. Setiap tahun, lebih
dari 30.000 kasus bunuh diri dilaporkan di Amerika Serikat; upaya bunuh diri
diperkirakan 8 sampai 10 kali lebih tinggi. Di Amerika Serikat, pria melakukan sekitar
72% kasus bunuh diri, yang kira-kira tiga kali lipat tingkat bunuh diri wanita, meskipun
wanita empat kali lebih mungkin mencoba bunuh diri dibandingkan pria. Tingkat bunuh
diri yang lebih tinggi pada pria sebagian disebabkan oleh metode yang dipilih (misalnya
menembak, menggantung, melompat dari tempat tinggi). Wanita lebih mungkin
mengalami overdosis obat. Pria, wanita muda, kulit putih, dan orang yang berpisah dan
bercerai berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Orang dewasa yang lebih tua dari usia 65
tahun merupakan 10% dari populasi tetapi merupakan 25% dari kasus bunuh diri. Bunuh
diri adalah penyebab kematian kedua (setelah kecelakaan) di antara orang berusia 15
sampai 24 tahun, dan angka bunuh diri meningkat paling cepat pada kelompok usia ini
(Andreasen & Black, 2006, dalam videback, 2010, halaman:308).
B. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami resiko bunuh diri.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian resiko bunuh diri
2. Untuk mengetahui jenis resiko bunuh diri
3. Factor predisposisi (penyebab)
4. Factor presipitasi (pencetus)
5. Sumber koping resiko bumuh diri
6. Mikanisme koping resiko bunuh diri
7. Rentan respon resiko bunih diri
8. Penatalaksanaan medis resiko bunuh diri
9. Dan mengetahui asuhan keperawatan teoritis resiko bunuh diri
10. Dan mengetahui asuhan keperawatan resiko bunuh diri
11. Dan mengetahui aplikasi kasus resiko bunu diri
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan
d. Implementasi
e. Evaluasi
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dengan menggunakan menggunakan
sumber dari berbagai jurnal serta dari berbagai buku-buku.
D. Ruang Lingkup Penulisan
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress. Prilaku bunuh diri berkembang dalam rentang. Suicidal idetion, pada tahap ini
merupakan proses kontemplasi dari suicide atau sebuah metode yang digunakan tanpa
melakukan aksi / tindakan. Bahkan klien pada tahap ini tdak akan menggungkapkan
idenya apabila tidak di tekan. Walaupun demikian perawat perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati. (Sabila safi, 2020,
halaman: 11)
E. Sistematika Penulisan
Dalam tugas akhir ini dipergunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Latar belakang, Tujuan umum dan tujuan khusus, Ruang lingkup,
Metode penulisan, serta Sistematika penulisan yang digunakan.
BAB II Tinjauan teori
Bab ini menjellaskan mulai dari pengertian, jenis resiko bunuh diri, dan proses terjadinya
resiko bunuh diri, dan faktor predisposisi, faktor precipitasi, penilaia stresor resoko unuh
diri, mikanisme koping, rentang respon resiko bunuh diri, dan penatalaksanaan medis,
asuha keperawatan teoritis.
BAB III Aplikasi kasus
Dan di bab3 ini kami menjelaskan tentang aplikasi kasus, mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi
BAB IV Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari aplikasi sistem pakar yang telah
dibuat serta untuk pengembangan yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan salah satu kegawatdaruratan psikiatri kata bunuh diri
berasal dari kata suicidere yang merupakan bahasa latin, sui memiliki arti “diri” dan
cadere yang merupakan arti ‘membunuh’. Jadi bunuh diri adalah sebuah tindakan yang
dilakukan dengan sadar oleh seseorang untuk mengakhiri hidupnya. (Wuri Emi, dkk,
2018, halaman: 155)
Bunuh diri adalah suatu tindakan angresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang di hadapi. (jenny. Dkk, dalam, prabowo eko, 2017, halaman:
159)
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress. Prilaku bunuh diri berkembang dalam rentang. Suicidal idetion, pada tahap ini
merupakan proses kontemplasi dari suicide atau sebuah metode yang digunakan tanpa
melakukan aksi / tindakan. Bahkan klien pada tahap ini tdak akan menggungkapkan
idenya apabila tidak di tekan. Walaupun demikian perawat perlu menyadari bahwa pasien
pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati. (Sabila safi, 2020,
halaman: 11)
Bunuh diri adalah tindakan membunuh diri sendiri. Pikiran untuk bunuh diri
sering terjadi pada orang dengan gangguan mood, terutama depresi. Setiap tahun, lebih
dari 30.000 kasus bunuh diri dilaporkan di Amerika Serikat; upaya bunuh diri
diperkirakan 8 sampai 10 kali lebih tinggi. Di Amerika Serikat, pria melakukan sekitar
72% kasus bunuh diri, yang kira-kira tiga kali lipat tingkat bunuh diri wanita, meskipun
wanita empat kali lebih mungkin mencoba bunuh diri dibandingkan pria. Tingkat bunuh
diri yang lebih tinggi pada pria sebagian disebabkan oleh metode yang dipilih (misalnya
menembak, menggantung, melompat dari tempat tinggi). Wanita lebih mungkin
mengalami overdosis obat. Pria, wanita muda, kulit putih, dan orang yang berpisah dan
bercerai berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Orang dewasa yang lebih tua dari usia 65
tahun merupakan 10% dari populasi tetapi merupakan 25% dari kasus bunuh diri. Bunuh
diri adalah penyebab kematian kedua (setelah kecelakaan) di antara orang berusia 15
sampai 24 tahun, dan angka bunuh diri meningkat paling cepat pada kelompok usia ini
(Andreasen & Black, 2006, dalam videback, 2010, halaman:308).
Perspektif Sejarah Di Yunani kuno, individu dikatakan telah "melakukan" bunuh
diri karena itu merupakan pelanggaran terhadap negara, dan individu yang melakukan
bunuh diri ditolak situs komunitas penguburan (Minois, 2001). Dalam budaya tentara
kekaisaran Romawi, individu terkadang melakukan bunuh diri untuk menghindari
penghinaan atau pelecehan. Pada Abad Pertengahan, bunuh diri dipandang sebagai
tindakan egois atau kriminal (Minois, 2001). Individu yang "melakukan" bunuh diri
sering ditolak penguburannya, dan properti mereka disita dan dibagikan oleh mahkota
dan pengadilan (MacDonald & Murphy, 1991). Masalah bunuh diri berubah selama
periode Renaissance. Meskipun kecaman masih diharapkan, pandangan itu menjadi
filosofis, memungkinkan para intelektual untuk membahas masalah ini dengan lebih
bebas. Sebagian besar filsuf. (Morgan, dkk, 2018, halaman: 294)
F. Jenis
a. Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
b. Bunuh diri altruistik
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
c. Bunuh diri anomik
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu. (Ah
yusuf. Dkk 2015. Hal: 141).
G. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi (penyebab)
Stuart (2006) menyebutkan bahwa laktor predisposisi yang menunjang
perilaku resiko bunuh diri meliputi
a. Diagnosis psikiatri Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko
untuk bunuh diri vaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obal, dan
skizofrenia.
b. Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan
peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan
depresi.
c. Lingkungan psikososial Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau
perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri
e. Faktor biokimia Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine
dapat menimbulkan perilaku resiko bunuh diri. (Prabowo Eko. 2017 Hal :
161
H. Faktor Presipitasi (pencetus)
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadia yang
memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan
pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang
mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga
membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri. (Prabowo
Eko. 2017 Hal: 161

I. Sumber Koping
Tingkah laku bunuh diri biasanya berhubungan dengan faktor sosial dan kultural.
Durkheim
membuat urutan tentang tingkah laku bunuh diri. Ada tiga subkategori bunuh diri
berdasarkan
motivasi seseorang, yaitu sebagai berikut.
1) Bunuh diri egoistik
Akibat seseorang yang mempunyai hubungan sosial yang buruk.
2) Bunuh diri altruistik
Akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan.
3) Bunuh diri anomik
Akibat lingkungan tidak dapat memberikan kenyamanan bagi individu
(Ah yusuf. Dkk. 2015. Hal: 148)
J. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku pengerusakan
diri tak langsung adalah pengingkaran (denial). Sementara, mekanisme koping yang
paling menonjol adalah rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi. (Ah yusuf. Dkk.
2015. Hal: 148)

b. Rentang Respon (adaptif-maladaptif)


1) Respon adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
a) Self enhancement (pengembangan diri): menyayangi kehidupan diri,
berusaha selalu meningkatkan kualitas diri.
b) Growth promoting risk taking: berani mengambil risiko untuk
meningkatkan perkembangan diri.
2) Respon maladaptif
Respon maladaptive adalahresponyang diberikan individuketika dia tidak
mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapai.
a) Indirect self-destruktif behavior, perilaku merusak diri tidak
langsung. aktivitas yang dapat mengancam kesejahtraan fisik dan
berpotensi mengakibatkan kematian, individu tidak menyadari atau
menyangkal bahaya aktivitas tersebut
b) Self-injury mencederai diri, tak bermaksud bunuh diri tetapi
prilakunya dapat mengancam diri
c) Suicide atau bunuh diri; perilaku yang disengaja menimbulkan
kematian diri, individu sadar bahkan menginginkan kematian.
(Prabowo eko. 2017 Hal: 160-161)
K. Penatalaksanaan Medis
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan
darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan
terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan
urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial
tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan
bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat
dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga
gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro
konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi. (Prabowo Eko. 2017 Hal:
165).

L. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a. Faktor predisposi dan presipitasi.
1) Faktor Biologis: Penyakit fisik yang menahun. riwayat mengalami gangguan jiwa
scbelumnya, riwayat penggunaan NAPZA, riwayat nyeri kronik, faktor herediter,
penyakit terminal, kecacatan tuhuh.
2) Faktor Psikologis : Riwayat perilaku bunuh diri sebelurmnya, riwayat kekerasan
masa kanak-kanak (fisik, psikologis, maupun seksual), riwayat keluarga bunuh
diri, homoseksual saat remaja, perasaan bersalah, kegagalan yang berulang,
kemampuan bersosialisasi yang rendah.
3) Faktor Sosial-budaya: Status perceraian, perpisahan, janda, LGBT. stigma dan
diskriminasi masyarakat, hidup sendiri, tidak bekerja, narapidana, pensiun,
relokasi, tidak menikah, nilai-nilai terhadap perbuatan bunuh diri dalam
masyarakat, tingkat spiritualitas yang rendah.(Wuryaningsih. Dkk 2018. Hal:156)
2. Diagnosa keperawatan
Penetapan diagnosis keperawatan: risiko bunuh diri berdasarkan tunda dan gejala
risiko bunuh diri yang diperoleh saat pengkajian. Penetapun risiko bunuh diri ini juga
disesuaikan dengan terminologi dari standar diagnosis keperawatan.
North American Nursing DiagnoNis Association (NANDA) dan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) menyebutkan risiko bunuh diri merupakan
kerentanan melukai diri sendiri yang mengancam nyawa. (Wuryaningsih. Dkk 2018.
Hal:158)
3. Rencana Tindakan Keperawatan
BAB III
APLIKASI KASUS
Contoh Kasus:
Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT.
Bagindo. Status menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja
mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. B. 'kibatnya kondisi keuangan Tn. B
memburuk, sehingga membuat istrinya meminta cerai karena Tn. B tidak bisa
memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. B pun menjadi putus asa dan ingin
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Lengkap : Tn. B
Usia : 35 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : Kawin
Alamat : Pontianak-Kalbar
2. Alasan Masuk
Klien dibawa ke rumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri dikamar mandi rumah
pasien.
3. Faktor predisposisi
Klien prustasi karena bary mengalami kehilangan pekerjaan/PHK oleh perusahaan
tempat dia bekerja dan ditinggal istrinya ada anggota keluarga yang juga mengalami
gangguan jiwa.
4. Faktor presipitasi
Klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan lebih baik mati saja

Masalah keperawatan:
a. Resiko bunuh diri
b. Resiko kekerasan
c. Harga diri rendah
5. Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tangan, BB pasien
menurun, dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/m. TD: 120/90 MmHg. S:37c. RR:20x/m. BB: 50kg. TB:170cm.
6. Psikososial.
Geogram:
7. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
b. Identitas
Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.
c. Peran Diri
Klien adalah kepala rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih kecil-
kecil
d. Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung
harus mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana
membangun keluarganya seperti dulu.
e. Harga diri
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan
orang lain.
8. Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman
sekamar yg satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan
lingkungannya, klien sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang
berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.
9. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering
mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b. Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan.
10. Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh,
rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak
berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan
lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan
aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara
saat berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
11. Kebutuhan Persiapan Pulang.
12. Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
13. Analisa Data
Diagnosa Data Mayor Data Minor
Risiko Subyektif: Subyektif:
Bunuh Diri - klien Mengatakan - Mengatakan ada yang menyuruh
hidupnya tak berguna lagi bunuh diri
- Klien menyatakan Inggin - Mengatakan lebih baek mati saja
mati -Mengatakan sudah bosan hidup
- Klien Menyatakan pernah Obyektif:
mencoba bunuh diri - Perubahan kebiasaan hidup
- Klien Mengancam bunuh - Perubahan perangai
diri.
Obyektif:
-   Ekspresi murung
-   Tak bergairah
- Ada bekas percobaan
bunuh diri

M. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
a. Analisa Data
Diagnosa Data Mayor Data Minor
Risiko Subyektif: Subyektif:
Bunuh Diri - klien Mengatakan - Mengatakan ada yang menyuruh
hidupnya tak berguna lagi bunuh diri
- Klien menyatakan Inggin - Mengatakan lebih baek mati saja
mati -Mengatakan sudah bosan hidup
- Klien Menyatakan pernah Obyektif:
mencoba bunuh diri - Perubahan kebiasaan hidup
- Klien Mengancam bunuh - Perubahan perangai
diri.
Obyektif:
-   Ekspresi murung
-   Tak bergairah
- Ada bekas percobaan
bunuh diri

B. Rencana Keperawatan
Pasien:
a. Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri


Tindakan:
a. Jauhkan klien dari bendabenda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lainlain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lainlain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumbersumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumbersumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, halhal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalamanpengalaman yang menyenangkan
setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).
b. Bantu untuk mengenali halhal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan
dalam kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.

6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial


Tindakan:
a. Kaji dan manfaatkan sumbersumber ekstemal individu (orangorang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
b. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
c. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan:
a. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
b. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
c. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan
d. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

KELUARGA
1. Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba
bunuh diri.
Tindakan:
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekita pasien
c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri
d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya passion minum obat secara teratur.
2. Keluarga mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri
Tindakan:
a. Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh diri
b. Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
1) Mengajarkan keluarga tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
- Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat
yang mudah di awasi, jangan biarkan pasien mengunci diri
dikamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah
- Menjauhkan barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bias digunakan untuk
bunuh diri, seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau
benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti racun nyamuk
atau racun serangga.
- Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apa bila ada tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan
tanda dan gejala untuk bunuh diri.
3) Menganjurkan keluarga untuk malaksanakan cara tersebut diatas.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apa bila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut
2) Segera membawa pasien kerumah sakit atau puskesmas untuk
mendapatkan bantuan medis.
d. Mencari keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
1) Memberikan informasi tentang nomor telpon darurat tenaga kesehatan
2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/control
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya
3) Menganjurkan keluarga uuntuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar pemberian obat.
No. Tgl/Jam Diagnosa Kep. Tindakan Evaluasi
1. 12/7/2019 Resiko Bunuh Sp I Pasien S:
PK. 08.00 Diri 1. Membina Klien mengatakan
hubungan saling sudah mencoba
percaya dengan klien belajar berkenalan
2.  Mengidentifikasi namun masih enggan
benda-benda yang untuk dilakukan
dapat
membahayakan O:
pasien Klien aktif dan
3.  Mengamankan memperhatikan
benda-benda yang selama latihan
dapat berkenalan dengan
membahayakan perawat
pasien.
4.  Melakukan A:
kontrak treatment Klien sudah tahu
5. Mengajarkan cara cara berkenalan
mengendalikan dengan menyebutkan
dorongan bunuh diri nama,asal,hobi

Sp II Pasien P:
Lanjutkan
1. Mengidentisifikasi berkenalan dengan
aspek positif pasien orang lain.
2. Mendorong pasien
untuk berfikir positif
terhadap diri sendiri
3. Mendorong pasien
untuk menghargai
diri sebagai individu
yang berharga

Sp III Pasien
1. Mengidentisifikasi
pola koping yang
biasa diterapkan
pasien
2.Menilai pola
koping yng biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi
pola koping yang
konstruktif
4. Mendorong pasien
memilih pola koping
yang konstruktif
5. Menganjurkan
pasien menerapkan
pola koping
konstruktif dalam
kegiatan harian

Sp IV Pasien
1. Membuat rencana
masa depan yang
realistis bersama
pasien
2. Mengidentifikasi
cara mencapai
rencana masa depan
yang realistis
3. Memberi
dorongan pasien
melakukan kehiatan
dalam rangka meraih
masa depan yang
realistis

SP 1 Keluaga
1. Mendiskusikan
massalah yang
dirasakan keluarga
dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan
pengertia, tanda dan
gejala resiko bunuh
diri, dan jenis
prilaku yang di
alami pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-
cara merawat pasien
resiko bunuh diri
yang dialami pasien
beserta proses
terjadinya.

SP II Keluarga
1. Melatih keluarga
mempraktekan cara
merawat pasien
dengan resiko bunuh
diri
2. Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien resiko
bunuh diri.

SP III Keluarga
1. Membantu
keluarga membuat
jadual aktivitas
dirumah termasuk
minum obat\
2. Mendiskusikan
sumber rujukan yang
bias dijangkau oleh
keluarga

N. Strategi Pelaksanaan Komunikasi (Role play)


SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di ruang Mawar
ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”
“Bagaimana perasaan B hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama ini. Dimana
dan berapa lama kita bicara?”
KERJA
“Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan kepercayaan diri? Apakah B
merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah B merasa
bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah B sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah B berniat menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau B berharap
bahwa B mati? Apakah B pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana
caranya? Apa yang B rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya,
segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya
dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena
ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini
untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
“Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat
diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi B jangan sendirian
ya? Katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan”.
“Saya percaya B dapat mengatasi masalah, OK B?”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan B sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?”
“Coba B sebutkan lagi cara tersebut?”
“Saya akan menemui B terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
(jangan meninggalkan pasien)

SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan B hari ini? O..
jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin bunuh
diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara
mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? Disini saja yah!”

KERJA
“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk
mengakhiri hidup.” “Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
“Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau keluarga
dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..?”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang
telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh diri?
Kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat
yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri, saya akan ketemu B lagi, untuk
membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini saja.”

SP 3 Pasien: Untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! Bagaiman perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa
lama? Dimana?”

KERJA
“Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan
yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih ada
yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B
lakukan selam ini?.” “Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari
kita latih.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja
yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (afirmasi). Bagus B. Coba B
ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu disyukuri!. Nanti jam 12 kita
bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi
kalau ada perasaan-perasaan yag tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
KELUARGA :

SP 1 keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba


bunuh diri.
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya A yang merawat putra bapak dan ibu
dirumah sakit ini”.
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar B tetap selamat
dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-
bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita awasi terus B.

KERJA
“Bapak/Ibu, B sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan pekerjaan dan
ditinggal istrinya, sehingga sekarang B selalu ingin mengakhiri hidupnya. Karena kondisi
B yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi B
terus-menerus. Bapak/Ibu dapat ikut mengawasi ya.. pokoknya kalau dalam kondisi
serius seperti ini B tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun”
“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat digunakan B
untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang. Semua barang-barang
tersebut tidak boleh ada disikitar B.” “Selain itu, jika bicara dengan B fokus pada hal-hal
positif, hindarkan pernyataan negatif”.
“Selain itu sebaiknya B punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya bermain
sepak bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?”
“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi cara tersebut?” “Baik mari sama-sama kita temani B,
sampai keinginan bunuh dirinya hilang.”

SP 2 Keluarga: percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota


keluarga beresiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum Bapak/Ibu. Bagaimana keadan Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara
melindungi dari bunuh diri.”
“Dimana kita akan diskusi? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama
Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”

KERJA
“Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan B?”
“Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunu diri.
Pada umunya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukan tanda melalui
percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya.”
Apakah B pernah mengatakannya?”
“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak/Ibu
mendengarkan ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan terhadap B
ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri
di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan
digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan
memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa Bapak/Ibu
sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B.”
“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari Bapak/Ibu memuji B dengan tulus.”
“Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan
orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke rumah,
Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.”

TERMINASI
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-
cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
“Ya bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri
segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang
tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah.”
SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh
diri

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu
lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?”

KERJA
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan
ibu membesuk B”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan pasien risiko
bunuh diri

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita
membicarakan jadual B selama dirumah.”
“Berapa lama kita bisa diskusi?”
“Baik mari kita diskusikan.”

KERJA
“Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan
dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum
obatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B
selama di rumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak
gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera
hubungi Suster C dirumah sakit harapan peduli,rumah sakit terdekat dari rumah ibu dan
bapak, ini nomor telepon rumah sakitnya: (0771) 12345. Selanjutnya suster C yang akan
membantu memantau perkembangan B”

TERMINASI
“Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas?”
“Ini jadwal kegiatan harian B untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat C di
rumah sakit harapan peduli. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau
ada gejala yang tampak. Silahkan selesaikan administrasinya.”
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Bunuh diri merupakan salah satu kegawatdaruratan psikiatri kata bunuh diri berasal dari
kata suicidere yang merupakan bahasa latin, sui memiliki arti “diri” dan cadere yang merupakan
arti ‘membunuh’. Jadi bunuh diri adalah sebuah tindakan yang dilakukan dengan sadar oleh
seseorang untuk mengakhiri hidupnya. (Wuri Emi, dkk, 2018, halaman: 155)
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadia yang memalukan, seperti
masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan, atau ancaman
pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau
terpengaruh media untuk bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan
perilaku bunuh diri. (Prabowo Eko. 2017 Hal: 161
Saran
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang
ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien.
Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan jiwa

DAFTAR PUSTAKA
Mary C, DKK, 2018, Psychiatric Mental Health Nursing, F.A. Davis company. Phyladelphia,
America.
Abdul Muhith, 2015, Pendidikan Keperawatan Jiwa, CV, ANDI OFFSET (penerbit andi,
Yogyakarta.
Emi Wuri Wuryaningsi, dkk, 2018, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa I, UPT. Percetakan
dan penerbit universitas jumber, Jember.
Ulik Makrifatul Azizah, dkk, 2016, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, INDOMEDIA
Pustaka, Yogyakarta.
Ah Yusuf, dkk, 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, SELEMBA MEDIKA, Jakarta,
Yafi Sabila Rosyad, 2020, Modul Praktikum Keperawatan Jiwa II, MEDIA SAINS
INDONESIA,(CV, media sains Indonesia), Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai