Anda di halaman 1dari 10

INVESTASI DI PERUSAHAAN ASOSIASI DAN VENTURA

BERSAMA
(PSAK 15)

PENDAHULUAN
(Sumber: PSAK 15 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama)

PSAK 15 (2013): Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama mengadopsi IAS 28 sejak 1
Januari 2013 dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI) pada tanggal 19 Desember 2013. PSAK 15 (2013) menggantikan PSAK 15 (2009): Investasi pada
Entitas Asosiasi dan PSAK 15 (1994): Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.

Lalu selanjutnya dilakukan penyesuaian PSAK 15 (2014) yang mengadopsi IAS 28 yang mulai
diberlakukan efektif 1 Januari 2014 dan disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 17 Agustus 2014.

Amandemen PSAK 15 tentang Entitas Investasi: Penerapan Pengecualian Konsolidasi mengadopsi


Amandemen IFRS 10, IFRS 11, dan IAS 28 dan efektif mulai 1 Januari 2016 yang disahkan oleh DSAK
IAI pada tanggal 18 November 2015. Amandemen ini memberikan pengaturan bahwa ketika
menerapkan metode ekuitas, entitas yang bukan merupakan entitas investasi dapat
mempertahankan pengukuran nilai wajar yang diterapkan oleh entitas investasi entitas asosiasi atau
ventura bersama pada entitas anak di mana entitas investasi entitas asosiasi atau ventura bersama
tersebut berkepentingan.

Perubahan yang terakhir, PSAK 15 (Penyesuaian 2017): Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura
Bersama mengadopsi dari Annual Improvements to IFRSs 2014-2016 Cycle tentang Amandemen
terhadap IAS 28 Investments in Associates and Joint Ventures yang berlaku efektif tanggal 1 Januari
2018 dan disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 26 April 2017.

PERBEDAAN PSAK 15 DENGAN IFRSs


(Sumber: PSAK 15 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama)

PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama mengadopsi seluruh pengaturan
dalam IAS 28 Investments in Associates and Joint Ventures yang efektif pada 1 Januari 2017 dan
Penyesuaian Tahunan pada PSAK 15 ini mengadopsi Annual Improvements to IFRSs 2014-2016 Cycle
yang berlaku efektif pada 1 Januari 2018, kecuali:

1. IAS 28 paragraf 06 tentang organ pengaturan (governing body) yang disesuaikan dengan
sistem hukum yang perseroan terbatas di Indonesia yang menggunakan dua dewan, yaitu
dewan direksi dan dewan komisaris.
2. IAS 28 paragraf 14, 18, 19, 20, 22, dan 46 tentang referensi terhadap IFRS 9 tentang Financial
Instruments yang sudah diadopsi menjadi PSAK 71: Instrumen Keuangan berlaku efektif pada
1 Januari 2020 dengan penerapan dini diperkenankan. Referensi yang digunakan adalah PSAK
55 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang diadopsi dari IAS 39 Financial
Instruments: Recognition and Measurements.
3. IAS 28 paragraf 17 tentang pengecualian bagi investor untuk tidak menerapkan metode
ekuitas atas investasinya pada entitas asosiasi dan ventura bersama jika investor merupakan
entitas induk yang dikecualikan untuk tidak membuat laporan keuangan konsolidasian, tidak
diadopsi. Hal ini dikarenakan:
- Pengecualian bagi entitas induk untuk tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasian
merupakan suatu pilihan, bukan menjadi suatu keharusan.
- Pengecualian tersebut tidak relevan dengan konteks di Indonesia karena manfaatnya lebih
sedikit dibandingkan biayanya (cost and benefit consideration).
4. IAS 28 paragraf 44 tentang entitas yang menyajikan laporan keuangan tersendiri oleh investor
tidak diadopsi karena merupakan dampak dari pengaturan dalam PSAK 4: Laporan Keuangan
Tersendiri yang berbeda dengan IAS 28.
5. IAS 28 paragraf 45 tentang tanggal efektif. Opsi penerapan dini dihilangkan karena penerapan
dini hanya dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS terkait diadopsi
secara bersamaan menjadi SAK.
6. IAS 28 paragraf 45B tentang opsi penerapan dini.
LAPORAN KONSOLIDASI & LAPORAN KEUANGAN
TERSENDIRI
(PSAK 65 & PSAK 4)

PENDAHULUAN
(Sumber: PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian, PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri)

PSAK 65 (2013): Laporan Keuangan Konsolidasian mengadopsi IFRS 10 tentang Consolidated


Financial Statements mulai tanggal 1 Januari 2013 dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntan
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 19 Desember 2013.

Penyesuaian PSAK 65 (2014) mengadopsi IFRS 10 yang efektif mulai tanggal 1 Januari 2014 dan
disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 27 Agustus 2014.

Amandemen PSAK 65 tentang Entitas Investasi: Penerapan Pengecualian Konsolidasi mengadopsi


Amandemen IFRS 10, IFRS 11, dan IAS 28 tentang Investment Entities: Applying the Consolidation
Exception yang efektif pada 1 Januari 2016 dan disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 18 November
2015. Amandemen ini mengklarifikasi bahwa entitas investasi hanya mengkonsolidasi entitas
anaknya jika kriteria tertentu terpenuhi. Amandemen ini juga mengklarifikasi bahwa jika entitas anak
merupakan entitas investasi, terlepas apakah entitas anak tersebut memberikan jasa terkait
investasi kepada entitas induk ataupun pihak lain, maka entitas investasi entitas induk mengukur
investasinya pada entitas anak tersebut pada nilai wajar melalui laba rugi.

PSAK 4 (2013): Laporan Keuangan Tersendiri mengadopsi IAS 27 tentang Separate Financial
Statements mulai 1 Januari 2013 dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada tanggal 19 Desember 2013. PSAK 4 (2013) menggantikan PSAK 4
(2009): Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri yang mengadopsi IAS 27
yang efektif tanggal 1 Januari 2009, PSAK 4 (1994): Laporan Keuangan Konsolidasian, dan PAI 1984
Bab II Pasal 9.

Penyesuaian PSAK 4 (2014) mengadopsi IAS 27 yang efektif per 1 Januari 2014 dan disahkan oleh
DSAK IAI pada tanggal 27 Agustus 2014.

Amandemen PSAK 4: Metode Ekuitas dalam Laporan Keuangan Tersendiri mengadopsi Amandemen
IAS 27 mengenai Equity Method in Separate Financial Statements yang efektif per 1 Januari 2016
dan disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 18 November 2015. Amandemen ini memperkenankan
entitas untuk menggunakan metode ekuitas untuk mencatat investasi pada entitas anak, ventura
bersama, dan entitas asosiasi dalam laporan keuangan interimnya.

PERBEDAAN PSAK 4 DENGAN IFRSs

(Sumber: PSAK 4 Laporan Keuangan Tersendiri)

PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 27 tentang
Separate Financial Statements yang efektif per 1 Januari 2017, kecuali:

1. IAS 27 paragraf 01 tentang tujuan IAS 27, tujuan tersebut untuk memberikan persyaratan
akuntansi dan pengungkapan dalam entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura bersama ketika
entitas menyajikan laporan keuangan tersendiri. PSAK 4 hanya mengizinkan entitas induk yang
dapat menyajikan laporan keuangan tersendiri dan harus dilampirkan dalam keporian
keuangan konsolidasian. Laporan keuangan tersendiri hanya sebagai lampiran, maka tidak
disyaratkan adanya pengungkapan.
2. IAS 27 paragraf 02 tentang ruang lingkup untuk entitas yang menyajikan laporan keuangan
tersendiri. IAS 27 mengizinkan investor dalam entitas asosiasi, venturer dalam ventura
bersama, dan entitas induk untuk menyajikan laporan keuangan tersendiri. PSAK 4 hanya
mengizinkan entitas induk yang dapat menyajikan laporan keuangan tersendiri dan harus
sebagai lampiran dalam laporan keuangan konsolidasian. Hal ini disesuaikan dengan konteks
di Indonesia karena:
- Penyajian laporan keuangan tersendiri merupakan suatu pilihan, bukan suatu keharusan
bagi entitas pelapor
- Suatu entitas sebagai investor dalam entitas asosiasi dan venturer dalam ventura
bersama dianggap tidak relevan untuk menyajikan laporan keuangan tersendiri
- Regulasi yang berlaku hanya mensyaratkan entitas induk untuk menyajikan laporan
keuangan tersendiri untuk pelaporan keuangan bertujuan umum
3. IAS 27 paragraf 03 tentang entitas yang menyajikan laporan keuangan tersendiri yang
tersedia untuk pemakaian publik, dan tidak diadopsi. Hal ini merupakan dampak dari
pengaturan dalam PSAK 4 yang berbeda dengan IAS 27.
4. IAS 27 paragraf 04 tentang definisi laporan keuangan tersendiri. IAS 27 mengatur laporan
keuangan tersendiri dapat disajikan oleh investor dalam entitas asosiasi, venturer dalam
ventura bersama, dan entitas induk. PSAK 4 mengatur laporan keuangan tersendiri hanya
dapat disajikan oleh entitas induk. Pertimbangan untuk point ini terdapat pada point (2).
5. IAS 27 paragraf 04, 10, 11, dan 11B tentang referensi terhadap IFRS 9. IFRS 9 tentang
Financial Instruments telah diadopsi menjadi PSAK 71: Instrumen Keuangan dan berlaku
efektif pada tanggal 1 Januari 2020 dengan penerapan dini juga diperkenankan, sehingga
referensi yang digunakan adalah PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
yang diadopsi dari IAS 39.
6. IAS 27 paragraf 06 tentang penyajian laporan keuangan tersendiri sebagai tambahan atau
bukan tambahan dari laporan keuangan konsolidasian. IAS 27 mengatur laporan keuangan
tersendiri disajikan sebagai tambahan dari laporan keuangan konsolidasian atau disajikan
tersendiri. PSAK 4 mengatur laporan keuangan tersendiri harus disajikan sebagai tambahan
atau lampiran dari laporan keuangan konsolidasian. Pertimbangannya terdapat pada point
(2). Selain itu, PSAK 4 menambahkan penjelasan mengenai komponen minimal laporan
keuangan tersendiri untuk memberikan panduan yang lebih jelas.
7. IAS 27 paragraf 07 mengenai penjelasan laporan keuangan tersendiri, dan tidak diadopsi. Hal
ini karena pengertian tentang laporan keuangan tersendiri dan perbedaannya dengan
laporan keuangan individual dan laporan keuangan konsolidasian yang sudah jelas.
Penjelasan dalam IAS 27 paragraf 7 dianggap akan membingungkan penggunaanya.
8. IAS 27 paragraf 8 tentang pengecualian bagi entitas induk untuk tidak menyajikan laporan
keuangan konsolidasian, tidak diadopsi, karena:
- Pengecualian bagi entitas induk untuk tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasian
merupakan suatu pilihan, bukan menjadi suatu keharusan
- Pengecualian tersebut tidak relevan dengan konteks di Indonesia karena manfaatnya
lebih sedikit dibandingkan biayanya

Selain itu, penjelasan yang terdapat pada point nomor (2) dapat digunakan untuk
memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai tidak adanya pengecualian
bagi entitas induk untuk tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasian.

9. IAS 27 paragraf 8A tentang penyajian laporan keuangan tersendiri entitas investasi sebagai
satu-satunya laporan keuangannya yang berdasarkan IFRS 10 tentang Consolidated Financial
Statements entitas investasi tidak mengkonsolidasi entitas anaknya, serta tidak diadopsi. Hal
ini berdasarkan kondisi di Indonesia, laporan keuangan tersendiri harus disajikan sebagai
tambahan atau lampiran dari laporan keuangan konsolidasian.
10. IAS 27 paragraf 11A tentang pengukuran investasi dalam entitas anak yang dimiliki oleh
entitas investasi di laporan keuangan konsolidasi dan laporan keuangan tersendiri tidak
diadopsi. PSAK 4 hanya mengizinkan entitas induk yang dapat menyajikan laporan keuangan
tersendiri dan laporan tersebut juga harus sebagai lampiran dalam laporan keuangan
konsolidasian. PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian memberikan pengecualian bagi
entitas investasi untuk tidak membuat laporan keuangan konsolidasian.
11. IAS 27 paragraf 11B(b) tentang pencatatan pada saat perubahan status entitas investasi
(dahulu bukan merupakan entitas investasi dan sekarang menjadi entitas investasi), dan
tidak diadopsi. Hal ini tidak relevan karena saat entitas menjadi entitas investasi, maka
entitas tidak lagi menyusun laporan keuangan konsolidasian.
12. IAS 27 paragraf 15-17 tentang pengungkapan dalam laporan keuangan tersendiri tidak
diadopsi. Hal ini merupakan dampak dari pengaturan dalam PSAK 4 yang berbeda dengan
IAS 27 sebagaimana dijelaskan diatas.
13. IAS 27 paragraf 18 tentang tanggal efektif. Opsi penerapan dini dihilangkan karena
penerapan dini hanya dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS
terkait diadopsi secara bersamaan menjadi SAK.
14. IAS 27 paragraf 18A-18I tentang ketentuan transisi pada saat perubahan status entitas
investasi (dahulu bukan merupakan entitas investasi dan sekarang sudah menjadi entitas
investasi), dan tidak diadopsi. Hal ini tidak relevan karena saat entitas menjadi entitas
investasi, maka entitas tidak lagi menyusun laporan keuangan konsolidasian.
15. IAS 27 paragraf 18J tentang opsi penerapan dini.
16. IAS 27 paragraf 19 tentang referensi terhadap IFRS 9 tentang Financial Instruments. Dapat
dilihat pada point (5) untuk pertimbangan yang digunakan.
17. Lampiran Amandemen PSAK 4 tentang Metode Ekuitas dalam Laporan Keuangan Tersendiri
tentang Amandemen terhadap IFRS 1 yang tidak diadopsi karena IFRS 1 belum diadopsi
sehingga tidak relevan.

PERBEDAAN PSAK 65 DENGAN IFRSs

(Sumber: PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasi)

PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian mengadopsi seluruh pengaturan dalam IFRS 10 tentang
Consolidated Financial Statements yang efektif mulai tanggal 1 Januari 2017, kecuali:

1. IFRS 10 paragraf 04(a) tentang pengecualian bagi entitas induk tidak menyajikan laporan
keuangan konsolidasian, dan tidak diadopsi, karena:
- Pengecualian bagi entitas induk untuk tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasian
merupakan suatu pilihan, bukan keharusan.
- Pengecualian tersebut tidak relevan dengan konteks di Indonesia karena manfaatnya
lebih sedikit dibandingkan biayanya.
2. IFRS 10 paragraf 09, 25(b) dan paragraf 31 beserta catatan kakinya tentang referensi IFRS 9.
IFRS 9 telah diadopsi menjadi PSAK 71: Instrumen Keuangan dan sudah berlaku efektif mulai
tanggal 1 Januari 2020 dengan penerapan dini diperkenankan, sehingga referensi yang
digunakan adalah PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang diadopsi
dari IAS 39.
3. IFRS 10 paragraf B24 yang menjadi PSAK 65 paragraf PP24 mengenai contoh penerapan hak
substantif yang terkait dengan ketentuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) disesuaikan
dengan peraturan di Indonesia.
4. IFRS 10 paragraf B85L(c) dan B91 yang menjadi PSAK 65 paragraf PP85L(c) dan PP91 tentang
referensi terhadap IFRS 9. Pertimbangannya dapat dilihat pada point nomor (2).
5. IFRS 10 paragraf C01 tentang tanggal efektif. Opsi penerapan dini dihilangkan karena
penerapan dini hanya dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS
terkait diadopsi secara bersamaan menjadi SAK
KOMBINASI BISNIS (PSAK 22)

PENDAHULUAN

(Sumber: PSAK 22 Kombinasi Bisnis)

PSAK 22 (2010): Kombinasi Bisnis mengadopsi IFRS 3 tentang Business Combination mulai 1 Januari
2009 dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
pada tanggal 12 Januari 2010. PSAK 22 (2010) ini mengganti PSAK 22 (1994): Akuntansi
Penggabungan Usaha dan PAI 1984 Bab II Pasal 10.

Penyesuaian PSAK 22 (2014) mengadopsi IFRS 3 efektif diterapkan mulai 1 Januari 2014 dan mulai
disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 27 Agustus 2014.

Standar lain juga memberikan amandemen minor terhadap PSAK 22, termasuk dalam Penyesuaian
PSAK 22 (2015) yang merupakan adopsi dari Annual Improvements to IFRSs 2010-2012 Cycle dan
2011-2013 Cycle efektif mulai 1 Juli 2014 dan disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 18 November
2015.

PERBEDAAN PSAK 22 DENGAN IFRSs

(Sumber: PSAK 22 Kombinasi Bisnis)

PSAK 22: Kombinasi Bisnis mengadopsi seluruh pengaturan dalam IFRS 3 Business Combinations
yang efektif mulai 1 Januari 2017, kecuali:

1. Catatan kaki pada IFRS 3 bagian tujuan tentang Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan
(KKPK) tidak diadopsi karena tidak relevan.
2. PSAK 22 paragraf 17(b) menambahkan referensi PSAK 28: Akuntansi Kontrak Asuransi
Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa.
3. IFRS 3 paragraf 64 tentang tanggal efektif. Opsi penerapan dini dihilangkan karena penerapan
dini hanya dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS terkait diadopsi
secara bersamaan menjadi SAK.
4. IFRS 3 paragraf 64B, 64C, dan 64E-64G tentang tanggal efektif dan ketentuan transisi tidak
diadopsi karena tidak relevan. Adopsi IFRS 3 menjadi PSAK 22 telah menggunakan IFRS 3 yang
telah mengakomodir amandemen tersebut.
5. IFRS 3 paragraf 64I dan 64J tentang tanggal efektif.
6. IFRS 3 paragraf 64K tentang tanggal efektif yang mengacu pada IFRS 15. IFRS 15 yang telah
diadopsi menjadi PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan dan berlaku efektif
pada 1 Januari 2020 dengan penerapan dini diperkenankan.
7. IFRS 3 paragraf 64L tentang tanggal efektif yang mengacu pada IFRS 9. IFRS 9 telah diadopsi
menjadi PSAK 71: Instrumen Keuangan dan mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2020
dengan penerapan dini diperkenankan.
8. IFRS 3 paragraf 64M tentang tanggal efektif yang mengacu pada IFRS 16. IFRS 16 telah
diadopsi menjadi PSAK 73: Sewa dan mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2020 dengan
penerapan dini yang diperkenankan untuk entitas yang menerapkan PSAK 72: Pendapatan dari
Kontrak dengan Pelanggan pada atau sebelum tanggal penerapan awal pada pernyataan ini.
9. IFRS 3 paragraf 65 tentang ketentuan transisi.
10. IFRS 3 paragraf 65A-65E tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena tidak relevan. Adopsi
IFRS 3 menjadi PSAK 22 yang telah menggunakan IFRS 3 yang telah mengakomodir
amandemen tersebut.
11. IFRS 3 paragraf 66 dan B68-B69 tentang ketentuan transisi untuk kombinasi bisnis yang
melibatkan entitas bersama tidak diadopsi. Hal ini tidak relevan karena:
- PSAK 22: Akuntansi Penggabungan Usaha tidak mengecualikan kombinasi bisnis entitas
bersama
- peraturan yang berlaku melarang reksa dana mengakuisisi reksa dana lain (reksa dana
merupakan contoh entitas bersama)
12. IFRS 3 paragraf 67 tentang penerapan dini tidak diadopsi. Pertimbangannya sama dengan
pada point nomor (2).
13. IFRS 3 paragraf 58 dan paragraf 67A tentang referensi terhadap IFRS 9. IFRS 9 telah diadopsi
menjadi PSAK 71: Instrumen Keuangan dan berlaku efektif pada tanggal 1Janauri 2020
dengan penerapan dini yang diperkenankan, sehingga referensi yang digunakan adalah PSAK
55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran yang diadopsi dari IAS 39.
14. PSAK 22 paragraf 64a tentang tanggal efektif penyesuaian.
15. PSAK 22 paragraf 65a tentang ketentuan transisi untuk goodwill yang berasal dari kombinasi
bisnis sebelum 1 Januari 2011 (tanggal efektif). Paragraf tersebut mengadopsi IFRS 3 yang
dikeluarkan pada tanggal 31 Maret 2004 paragraf 79 dengan meniadakan ketentuan transisi
untuk goodwill yang berasal dari akuisisi pengendalian bersama entitas, karena jenis ventura
bersama tersebut tidak diatur sebelumnya dalam SAK, yaitu PSAK 12: Pelaporan Keuangan
mengenai Bagian Partisipasi dalam Pengendalian Bersama Operasi dan Aset.
16. PSAK 22 paragraf 56b tentang ketentuan transisi untuk negative goodwill yang berasal dari
kombinasi bisnis sebelum 1 Januari 2011 (tanggal efektif). Paragraf ini mengadopsi IFRS 3
mulai tanggal 31 Maret 2004 paragraf 81 dengan meniadakan ketentuan transisi untuk
negative goodwill yang berasal dari akuisisi pengendalian bersama entitas, dengan alasan
yang sama dengan point nomor (10).
17. PSAK 22 paragraf 65c tentang ketentuan transisi untuk aset tak berwujud yang berasal dari
kombinasi bisnis sebelum 1 Januari 2011 (tanggal efektif). Paragraf ini mengadopsi IFRS 3
pada tanggal 31 Maret 2004 paragraf 82 dengan meniadakan ketentuan transisi untuk aset
tak berwujud yang berasal dari akuisisi pengendalian bersama entitas, denga alasan yang
sama dengan point nomor (10).
18. PSAK 22 paragraf 65d dan 65e tentang ketentuan transisi untuk investasi yang dicatat
dengan metode ekuitas. Paragraf tersebut mengadopsi IFRS 3 mulai tanggal 31 Maret 2004
paragraf 83-84.

Terdapat tambahan pada paragraf yang disebut di point nomor (15) sampai dengan (18) adalah
relevan karena IFRS 3 mulai 31 Maret 2004 mengatur tentang ketentuan transisi perubahan
akuntansi kombinasi bisnis dari IAS 22 (dikeluarkan pada tahun 1993) yang menjadi rujukan PSAK 22:
Akuntansi Penggabungan Usaha (dikeluarkan pada tahun 1994).

Anda mungkin juga menyukai