OLEH:
Fajar Al Hayu
( 19011 )
1
Pernyataan Pengesahan
NIRM : 19011
Mengetahui, Mengetahui,
Supervisor Puskesmas Kemanggisan Supervisor Akademik
Koordinator Keperawatan
Pelayanan Primer
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan nikmat, rahmat, kasih sayang, dan dalam menyelesaikan laporan ini disusun
untuk memenuhi tugas mata ajar Praktik Keperawatan Pelayanan Primer
Keberhasilan dari penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan, dukungan,
dorongan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:
Penulis
Fajar Al Hayu
3
DAFTAR ISI
Pernyataan Pengesahan.................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................3
LP Lansia Hipertensi........................................................................5
Resume 1......................................................................................25
LP MTBS Diare..............................................................................42
RESUME 2.....................................................................................56
LP BP Diabetes..............................................................................68
Pada Diabetes Melitus..................................................................77
Resume 3......................................................................................88
LP KIA Antenatal Care (ANC).......................................................103
Resume 4....................................................................................137
LP SUPERVISI IMPLEMENTASI.....................................................153
KELUARGA DENGAN MASALAH HIPERTENSI................................153
4
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN PRIMER LANSIA
PENYAKIT HIPERTENSI
PADA Tn. K
DI PUSKESMAS KEMANGGISAN
Disusun Oleh:
Fajar Al Hayu ( 19011 )
5
BAB PEMBAHASAN
1.2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer.
Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
1. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport
Na.
2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress karena lingkungan
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah (Aspiani, 2016)
6
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
(jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria
lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit
putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan
berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin,
prednisone, epinefrin).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis
arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis
stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi
pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan
pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan
tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali
ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu
tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan
peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme
primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi
yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi
sekunder (Aspiani, 2016).
7
1.3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
8
1.4. Manifestasi klinis
9
1.5. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:
10
1.6. Pathway Hipertensi
11
1.7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
2. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)
12
1.8. Komplikasi
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
1. Penyakit jantung
1) infark miokard,
2) angina pectoris, dan
3) gagal jantung.
2. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga
menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membrane glomerulus , protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema.
3. Otak
1) stroke
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah
ke daerah daerah yang diperdarahi berkurang.
2) serangan iskemik
4. Mata
1) perdarahan retina ,
2) gangguan penglihatan,
3) kebutaan
13
1.9. Penatalaksanaan
1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan obat-
obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan
hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan:
1) Rendah garam,
diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
garam per hari.
2) Diet tinggi kalium ,
dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas.
Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang
dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur
4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
14
Konsep Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Hipertensi
1. Identitas klien
1) Identitas klienMeliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien
2. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang
menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram, mual ,detak
jantung tak teratur, nyeri dada.
4. Riwayat kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit
ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain
6. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
7. Sirkulasi
1) Gejala :
15
A. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/
katup dan penyakit serebrovaskuler
B. Episode palpitasi
2) Tanda :
A. Peningkatan tekanan darah
B. Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis, takikardia
C. Murmur stenosis vulvular
D. Distensi vena jugularis
E. Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi perifer)
F. Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
8. Integritas ego
1) Gejala :
riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda :
letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian, tangisan
meledak, otot uka tegang, menghela nafas, peningkatan pola bicara
9. Eliminasi
1) Gejala :
2) gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu.
10. Makanan / cairan
1) Gejala :
A. Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,
lemak serta kolesterol
B. Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini
(meningkat/turun)
C. Riwayat penggunaan diuretic
2) Tanda :
A. Berat badan normal atau obesitas
B. Adanya edema
C. Glikosuria
D. Neurosensor
11. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit
kepala
12. Pernapasan
1) Gejala :
A. Disnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea, ortopnea.
Dispnea
B. Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum
C. Riwayat merokok
2) Tanda :
16
A. Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan
B. Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)
C. Sianosis
13. Keamanan
Gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural. n. Pembelajaran /
penyuluhan
Gejala:
1) Factor risiko keluarga:
hipertensi,aterosklerosis, penyakit jantung, diabetes mellitus.
2) Factor lain,
seperti orang afrika-amerika, asia tenggara, penggunaan pil KB atau
hormone lain, penggunaan alcohol/obat
17
2.3. Intervensi Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
18
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2) Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3) Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
19
darah pada ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
3) Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada area
yang cidera
4) Lakukan pencegahan
infeksi
5) Lakukan perawatan kaki
dan kuku
6) Lakukan hidrasi
3. Edukasi
20
3. Mampu mengontrol asupan 3) Monitor status
cairan hemodinamik, tekanan darah,
MAP, CVP, PAP, PCWP, CO
jika tersedia
4) Monitor intaje dan output
cairan
5) Monitor tanda
hemokonsentrasi ( kadar
Natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urine)
6) Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma
7) Monitor kecepatan infus
secara ketat
8) Monitor efek samping
diuretik
2. Therapeutik
1) Timbang berat bada setiap
hari pada waktu yang sama
2) Batasi asupan cairan dan
garam
3) Tinggikan kepala tempat
tidur 30-40 derajat
3. Edukasi
21
1. Pasien mampu melakukan 2) Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas sehari-hari emosional
2. Pasien mampu berpindah 3) Monitor pola dan jam tidur
tanpa bantuan 4) Monitor lokasi dan
3. pasien mengatakan keluhan ketidaknyamanan selama
lemah berkurang melakukan aktivitas
2. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. cahaya, suara, kunjungan)
2) Lakukan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3) Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
4) Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
3. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3) Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4) Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
22
8) ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Daftar Pustaka
1. https://jurnal.ugm.ac.id › jpkm › article
2. https://www.ejournalwiraraja.com › JIK
3. Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada
Dewasa, 46(3), 172–178.
4. Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi di Ruang
24
5. Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
6. Trianto,(2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi
Aksara.
7. Probosari, E. (2017). Faktor Risiko Hipertensi Pada Remaja. JNH (Journal of
Nutrition and Health), 5(1), 18–27. https://doi.org/10.14710/JNH.5.1.2017.18- 27
Resume 1
1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Bpk. Katimun Bahasa sehari-hari Indonesia
Alamat Rumah & Telp Kemanggisan Kebon sayur No.26 Rt Jarak yankes terdekat +- 1 Km
07/04 Jakarta Barat
N Nama Hub Umu JK Suku Pendidik Pekerjaan Status TTV (TD, Pemerik Alat
o dgn KK r an Saat Ini Gizi (TB, N, S, P) saan Bantu/
Terakhir BB, Protesa
BMI)
P: 96
25
wan
LANJUTAN
E: 4 , V: 5 , M: 6
26
tersebut juga digunakan warga yang lain √Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Tidak, klien
mengatakan kadang-kadang ia akan berjalan dipagi hari
√ Sumber Air Bersih :
setelah solat subuh
Sehat. Kondisi air bersih, tidak berwarna, tidak √Tidak merokok di dalam rumah : Ya
berbau dan tidak berasa
27
3bulan sekali , mengkuti arahan dan rujukan yang diberikan dari puskesmas
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami
anggota keluarganya : Ya
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
dialaminya:
Tidak, keluarga terkadang hanya membelikan obat warung untuk meredakan rasa nyeri Tn. K
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Tidak, klien dan keluarga hanya mengatasi masalahnya dengan obat-obatan
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
Tidak, keluarga tidak pernah berusaha untuk memotivasi ibu N dan tidak pernah melakukan olah raga
ringan pada saat nyeri sendi tidak muncul
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya :
Tidak, keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan dan jaminan kesehatan yang dimiliki
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA : Kesimpulan:
1. Menerima petugas puskesmas 5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran - Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1& 2
2. Menerima yankes sesuai rencana 6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif - Kemandirian II: jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar 7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif - Kemandirian III : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran - Kemandirian IV: Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
MENGETAHUI :
09-11-2021
Tandatangan
Fajar Al Hayu
28
Lampiran
29
Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori
30
Alat bantu : √ Nyeri : Tidak/Ya*
Tidak/Ya*.............
P: Nyeri terjadi kalau
kegiatan terlalu banyak
dan sehabis
mengangkat barang
S: skala 7
31
hari : Rambut-Kepala Mandiri/
kotor (-)
Mengikuti pengajian Bantu
dan arisan di RT sebagian/tergantung*
AU: - - - -
GDS: -
LAMPIRAN
Analisa Data
32
5. Klien dapat menunjukkan letak nyeri
6. Kelopak bawah mata hitam
7. Beberapa Jari kanan dan kiri ada perubahan pada bentuk jari-
jari tangan merenggang dan bengkok
8. Skala Nyeri PQRST
P: Nyeri terjadi kalau kegiatan terlalu banyak dan sehabis
mengangkat barang
Q: nyeri terasa seperti di cengkram
R: nyeri lengan atas hingga siku
S: skala 7
T: nyeri setiap saat namun hilang Timbul
1) Ada sedikit pembengkakan di bagian lutut, tidak teraba
hangat
2) Ada perubahan pada bentuk jari-jari tangan merenggang
dan bengkok
3) Cara berjalan lebih lambat
DS:
33
5. rencanaan Keperawatan
No Data Diagnosa Intervensi Rasional
1 Data objektif: Nyeri akut MANAJEMEN NYERI (I. 08238) 1. Sebagai acuan untuk melaksanakan
intervensi selanjutnya sesuai
1. Keadaan umum baik berhubungan 1. Observasi dengan kebutuhan klien
2. TTV 2. Mengetahui gambaran yang
6) TD :177/ 84 dengan 1) lokasi, karakteristik, durasi, lengkap tentang keterlibatan
7) BB: 64 Kg peningkatan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri masalah vascular serta mengetahui
8) TB: 160 M 2) Identifikasi skala nyeri efek dari vasokontriksi pembuluh
9) S: 36,5 C tekanan 3) Identifikasi respon nyeri non verbal darah
10) N: 96x/Menit vaskuler 4) Identifikasi faktor yang 3. Menurunkan/ megontol nyeri
3. Kesadaran composmentis memperberat dan memperingan dengan farmakologi dan
4. GCS 15 : E4 , V5 , M6 serebral nyeri nonfarmakologi
5. Klien dapat menunjukkan letak 5) Identifikasi pengetahuan dan 4. Memberikan kenyamanan
nyeri keyakinan tentang nyeri 5. Klien dapat mengetahui penyebab
6. Kelopak bawah mata hitam 6) Identifikasi pengaruh budaya nyeri
7. Beberapa Jari kanan dan kiri ada terhadap respon nyeri 6. Klien mampu megetahui resiko
perubahan pada bentuk jari-jari 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
tangan merenggang dan bengkok kualitas hidup
8. Skala Nyeri PQRST 8) Monitor keberhasilan terapi
P: Nyeri terjadi kalau kegiatan komplementer yang sudah diberikan
terlalu banyak dan sehabis 9) Monitor efek samping penggunaan
mengangkat barang analgetik
Q: nyeri terasa seperti di cengkram
R: nyeri lengan atas hingga siku 2. Terapeutik
S: skala 7 1) Berikan teknik nonfarmakologis
T: nyeri setiap saat namun hilang untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Timbul TENS, hypnosis, akupresur, terapi
34
4) Ada sedikit pembengkakan di
bagian lutut, tidak teraba musik, biofeedback, terapi pijat,
hangat aroma terapi, teknik imajinasi
5) Ada perubahan pada bentuk terbimbing, kompres hangat/dingin,
jari-jari tangan merenggang terapi bermain)
dan bengkok 2) Control lingkungan yang
6) Cara berjalan lebih lambat memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Data Subjektif: 3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber
1. Klien mengatakan nyeri pada nyeri dalam pemilihan strategi
bagian lengan kiri hingga siku meredakan nyeri
sehabis mengangkat barang
2. Klien mengatakan sakit kepala 3. Edukasi
3. Klien mengatakan merasa pusing 1) Jelaskan penyebab, periode, dan
4. Klien mengatakan susah tidur dan pemicu nyeri
kadang tidak bisa tidur karena 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
nyeri yang ia rasakan 3) Anjurkan memonitor nyri secara
5. Klien mengatakan penyebab ia mandiri
hipertensi karena banyak pikiran 4) Anjurkan menggunakan analgetik
dan stress karena memikirkan cucu secara tepat
nya yang menderita ODGJ 5) Ajarkan teknik nonfarmakologis
Klien mengatakan mudah lemas setelah untuk mengurangi rasa nyeri
melakukan aktivitas 4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
35
CATATAN PERKEMBANGAN
36
No Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawata tangan
n
Perencanaan: lanjut intervensi
1. Kaji nyeri
2. Kolaborasi pemberian analgetik
3. Tingkatkan istirahat
4. Melakukan pendidikan kesehatan
O:
37
No Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawata tangan
n
3. Sabtu,20-11- 2. Melakukan penkes home visit A : Masalah belum teratasi
2021
Defisit P : Lanjutkan intervensi Pendidikan Kesehatan
pengetahuan 13.00-15.00
S : Klien mengatakan mulai memahami
WIB
tentang proses penyakit hipertensi yang
dideritanya
P : Intervensi Selesai
38
LAPORAN PENDAHULUAN
MTBS DIARE PADA AN.D
DI PUSKESMAS KEMANGGISAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar
Disusun Oleh:
Fajar Al Hayu ( 19011 )
TAHUN 2021
39
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mencurahkan nikmat, rahmat, kasih sayang, dan dalam menyelesaikan laporan ini disusun
untuk memenuhi tugas mata ajar Praktik Keperawatan Pelayanan Primer
Keberhasilan dari penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan, dukungan,
dorongan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih baik secara langsung maupun tidak langsung kepada:
Penulis
40
BAB PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja dengan
intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu
hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011)
1) Infeksi enteral
yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan dimana merupakan
penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi bakteri, virus, parasite,
protozoa, serta jamur dan bakteri
2. Infeksi parenteral
yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti pada otitis media,
tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada
anak di bawah usia 2 tahun.
3. Faktor malabsorpsi,
dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap karbohidrat seperti disakarida
(intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.
4. Faktor Risiko
5. Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
(2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
1) Faktor perilaku yang meliputi :
A. Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.
B. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit 41
diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
C. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan
BAB anak. d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai
wial dan wiata
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran menurun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif & Kusuma
(2015) yaitu :
1. Diare Akut
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Dua bahaya diare dalah kematian dan kurang gizi. Kematian karena diare akut
sering disebabkan oleh kehilangan air dan garam dari tubuh, kehilangan ini disebut
dehidrasi. Diare lebih berat pada anak yang kurang gizi diare dapat pula
44
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos medis diare
adalah :
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan
untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.
Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran
glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh
usus penderita diare.
2) Dehidrasi ringan
Bila terjadi penurunan berat badan 2,5%-5% Dosis oralit yang diberikan
dalam 3 jam pertama 75 ml/kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan
pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi dengan sendok dengan cara 1
sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila
terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi
perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
10. Zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro
yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh
akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan
membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc
merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,
anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
Defisit Nutrisi b.d Setelah diberikan asuhan 1. MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
penurunan intake keperawatan selama ...x24
makanan jam,diharapkan pertukaran 1. Observasi
gas pada pasien adekuat 1) Identifikasi status nutrisi
dengan 2) Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
Kriteria hasil : 4) Identifikasi kebutuhan kalori dan
1. Porsi makanan yang jenis nutrient
dihabiskan meningkat 5) Identifikasi perlunya penggunaan
2. Diare menurun selang nasogastrik
3. Frekuensi makan 6) Monitor asupan makanan
membaik 7) Monitor berat badan
4. Nafsu makan membaik 8) Monitor hasil pemeriksaan
5. Bising usus membaik laboratorium
2. Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
3) Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4) Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7) Hentikan pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlU
2.8. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan 44 sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai
data yang baru.
Daftar Pustaka
1. Andi Fatmawati. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. R Dengan Kasus Diare Pada
Anak Di Ruang Madinah RSI Siti Khadijah Palembang. ( http://repository.stik-
sitikhadijah.ac.id/241/1/41505001.pdf)
2. Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang rawat
nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)
3. Dinar Nur Inten, Andalusia Neneng Permatasari. (2019). Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini Literasi Kesehatan pada Anak Usia Dini melalui Kegiatan Eating Clean.
4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta.
5. Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta
6. Ns. Yuliastati,S.Kep, M.Kep, Amelia Arnis. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta.
7. Nurul Utami & Nabila Luthfiana. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian
Diare pada Anak. Majority, 5(4)
8. Yuliastati Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta
RESUME 2
1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Bpk. Dandi Bahasa sehari-hari Indonesia
Agama & Suku Islam & Betawi Alat Transportasi Jalan Kaki
IMT: 19,4 =
Normal
IMT: 19,39 =
Normal
IMT: 14,11
LANJUTAN
Saat ini
GCS (15)
E: 4 , V: 5 ,
M: 6
√ Tempat Sampah:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Diare berhubungan dengan proses infeksi pada An.D
MENGETAHUI :
11-11-2021 /
Tandatangan
Fajar Al Hayu
Lampiran
AU: - -
LAMPIRAN
Analisa Data
1. Prioritas
1) Diare berhubungan dengan proses infeksi d.d feses berwarna merah, rewel
2. Perencanaan Keperawatan
No Data Diagnosa Intervensi Rasional
Objektif:
Analisa:
Perencanaan:
Analisis :
meningkat.
Perencanaan :
TUK 4 Subjektif :
Objektif :
2. Keluarga kooperatif
Analisis :
P: Intervensi Selesai
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN PRIMER
PENYAKIT DIABETES
PADA IBU N
DI PUSKESMAS SLIPI 2
Disusun Oleh:
Fajar Al Hayu ( 19011 )
65
BAB PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN
Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme yang
ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan
kekurangan dalam produksi atau aksi insulin yang diproduksi oleh pankreas di
dalam tubuh. (Ullah & Khan, 2016).
1.1 Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
66
faktor lingkungan seperti obesitas, makan berlebihan, kurang olahraga, dan
stres serta penuaan. Selain itu terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan yaitu :
1) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin.
2) Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi
pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa
pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu
banyak.
3) Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar
non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar
daripada subjek (dengan usiadan berat yang sama) yang tidak memiliki
riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1,
penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi
menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah
defek genetif, masing-masing memberi kontribusi pada risiko dan
masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan.
4) Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula.Makanan ini
berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan
meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban
yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin. (Asdie, 2010)
67
1.2 Patofisiologi
Bermacam - macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda - beda, akhirnya
akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi
insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula
baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian
terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton
didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium
menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan asidosis.
68
1.3 Pathway Diabetes Mellitus
69
1.4 Klasifikasi
Diabetes mellitus dapat digolongkan dalam berbagai cara tetapi satu bentuk
klasifikasi adalah sebagai berikut :
Namun diabetes sebagian besar pada dasarnya diklasifikasikan menjadi DUA tipe
utama: Diabetes Tipe I (IDDM) dan Diabetes Tipe II (NIDDM). (Ullah & Khan,
2016).
70
3) Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
4) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1mmol/L) TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air. (Nurarif & Kusuma,
2015)
1.6 Komplikasi
Menurut (Laurentia, 2015) komplikasi yang timbul pada diabetus melitus adalah:
1. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung,
stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
2. Kerusakan saraf atau neuropati.
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah
halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau perih
yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh
lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau
konstipasi
3. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina.
Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina yang
dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga
termasuk komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes.
5. Gangren
Sulistriani (2013) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
gangrene pada penderita DM diantaranya adalah neuropati, tidak terkontrol gula
darah (hiperglikemi yang berkepanjangan akan menginisiasi terjadinya
hiperglisolia (keadaan dimana sel kebanjiran masuknya glukosa akibat
hiperglikemia kronik), hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis
biokimiawi sel yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar
terbentuknya komplikasi DM.
Gangren adalah rusak dan membusuknya jaringan, daerah yang terkena
gangren biasanya bagian ujung-ujung kaki atau tangan. Gangren kaki diabetik
luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan
yang terjadi dipembuluh darah sedang atau besar ditungkai, luka gangren
merupakan salah satu komplikasi kronik DM.
71
1.7 Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif & Kusuma, 2015):
72
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smelzer dan Bare, pemeriksaan penunjang untuk penderita diabetes melitus
antara lain :
1. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya (menurun
atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering yang tidak
normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga teraba lembek.
2. Pemeriksaan Vaskuler
1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi :
gas subkutan, adanya benda asing, osteomelietus.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu), GDP
(Gula Darah Puasa),
b. Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya kandungan
glukosa pada urine tersebut.
73
Konsep Asuhan Keperawatan
Pada Diabetes Melitus
2.1. Pengkajian
1. Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 usia < 30 tahun. DM Tipe 2 usia > 30 tahun, cenderung
meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di Amerika Serikat golongan
Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal : MRS, diagnosa masuk.
Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai
pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi
makananyang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini
biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktifitas fisik yang
sedikit.
2. Keluhan Utama
1) Kondisi Hiperglikemi Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak BAK,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
2) Kondisi Hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa
lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan
berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan
insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat–obatan seperti glukokortikoid,
74
furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen,
hipertensi, dan obesitas.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik.
6. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
2) Pola aktivitas dan latihan
Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan aktivitas
sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh. Kemudian pada klien ditemukan
adanya masalah dalam bergerak, kram otot tonus otot menurun, kelemahan
dan keletihan.
3) Pola nutrisi dan metabolic Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-
hari klien (pagi, siang dan malam). Kemudian tanyakan bagaimana nafsu
makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi.
4) Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya. Berapa
kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi. Serta tanyakan adakah
masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk
miksi dan defekasi.
5) Pola istirahat dan tidur
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan bagaimana perasaan
klien setelah bangun tidur, apakah merasa segar atau tidak.
6) Pola kognitif persepsi
Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien
dalam memahami sesuatu, tingkat ansietas klien berdasarkan ekspresi wajah,
nada bicara klien, dan identifikasi penyebab kecemasan klien.
7) Pola sensori visual
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
8) Pola toleransi dan koping terhadap stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS (financial atau
perawatan diri). Kemudian kaji keadaan emosi klien sehari – hari dan
bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien).
Tanyakan pakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien
sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat apakah pasien
merasakan kecemasan yang berlebihan dan tanyakan apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
9) Persepsi diri/konsep diri
75
10) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah
kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya. Kemudian
tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi
atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya.
11) Pola seksual dan reproduksi
12) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya,
kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan
menopause, apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks.
13) Pola nilai dan keyakinan
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantanganpantangan dalam beragama
serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Setelah didapatkan data dari pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh, maka
dibuatlah analisa data dan membuat kesimpulan diagnosis keperawatan. Berikut
adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien dengan diabetus mellitus dengan
menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam Tim Pokja
SDKI DPP PPNI 2017 (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
76
2.11. Intervensi Keperawatan
Berikut adalah uraian tujuan dan kriteria hasil untuk intervensi bagi klien
dengan diabetus mellitus dengan menggunakan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2018; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019).
77
5)Lakukan perawatan kaki
dan kuku
6) Lakukan hidrasi
3. Edukasi
1) Anjurkan berhenti
merokok
2) Anjurkan berolahraga
rutin
3) Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4) Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
5) Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah
secara teratur
6) Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
7) Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
8) Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
9) Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan,
omega3)
10) Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa.
79
dibutuhkan, jika perlU
80
4. Gangguan Setelah dilakukan intervensi PERAWATAN INTEGRITAS
integritas keperawatan maka diharapkan KULIT (I.11353)
jaringan/kulit b.d integritas kulit dan jaringan dapat 1. Observasi
nekrosis luka meningkat. 1) Identifikasi
Kriteria hasil : penyebab gangguan
1. Perfusi jaringan cukup integritas kulit (mis.
meningkat Perubahan sirkulasi,
2. Kerusakan jaringan menurun perubahan status nutrisi,
3. Kerusakan lapisan kulit peneurunan kelembaban,
menurun suhu lingkungan ekstrem,
4. Nyeri, perdarahan, penurunan mobilitas)
kemerahan, hematoma 2. Terapeutik
menurun 1) Ubah posisi setiap 2
5. Nekrosis menurun jam jika tirah baring
6. Sensasi dan tekstur membaik 2) Lakukan pemijatan
pada area penonjolan
tulang, jika perlu
3) Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama periode
diare
4) Gunakan produk
berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
5) Gunakan produk
berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif
6) Hindari produk
berbahan dasar alkohol
pada kulit kering
3. Edukasi
1) Anjurkan
menggunakan pelembab
(mis. Lotin, serum)
2) Anjurkan minum air
yang cukup
3) Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
4) Anjurkan meningkat
asupan buah dan saur
5) Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ektrime
6) Anjurkan
menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat
81
berada diluar rumah
82
2.12. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter &
Perry, 2011).
83
DAFTAR PUSTAKA
1. Asdie, A. H. (2010). Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. (2003), 14– 33
2. Jannoo, Zeinab, Yap Bee, Alias Moch, & Hassali, Mohamed Azmi. (2017). diabetes ,
kualitas hidup khusus diabetes dan kualitas hidup terkait kesehatan di antara pasien
diabetes mellitus tipe 2 Journal of Clinical & Translational Endocrinology. 9, 48–54
3. Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018 (Khairani, Ed.). Jakarta
Selatan: Pusat Data dan Informasi.
4. Paduch, Andrea. (2017). Hambatan psikososial untuk penggunaan layanan kesehatan
di antara individu dengan diabetes mellitus : Tinjauan sistematis.
5. PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (edisi
1). Jakarta: DPP PPNI.
6. Purnamasari, D. (2011). Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam., 1880–1883
7. Ullah, A., & Khan, A. (2016). Diabetes mellitus dan stres oksidatif - Sebuah ringkas
tinjauan
84
Resume 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN INDIVIDU Ibu/Bpk
1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Bpk. Fatur Bahasa sehari-hari Indonesia
Alamat Rumah & Telp Kemanggisan Kebon sayur Rt Jarak yankes +- 500 M
05/05 terdekat
Agama & Suku Islam & Betawi Alat Transportasi Jalan Kaki
N Nama Hub Umu JK Suku Pendidi Pekerjaa Status TTV (TD, Pemerik Alat
o dgn KK r kan n Saat Ini Gizi (TB, N, S, P) saan Bantu/
Terakhi
85
r BB, BMI) Protesa
2. Nurul Istri 49 P Betaw SMA IRT TB: 148 TD: TTV Tidak
hikmah i 141/91 ada
BB: 62Kg GDP
sebelum S: 36,4
sakit
P: 104
BB: 48
GDP: 334
sesudah
sakit
IMT:
18,75
(Normal)
LANJUTAN
E: 4 , V: 5 ,
M:6
86
2. DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
87
√ Sumber Air Bersih : setelah solat subuh
√Tidak merokok di dalam rumah : Ya
Sehat. Kondisi air bersih, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa
88
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
Tidak, keluarga tidak pernah berusaha untuk memotivasi ibu N
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya :
Tidak, keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan dan jaminan kesehatan yang dimiliki
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA : Kesimpulan:
1. Menerima petugas puskesmas 5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran - Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1& 2
2. Menerima yankes sesuai rencana 6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif - Kemandirian II: jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar 7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif - Kemandirian III : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran - Kemandirian IV: Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan aliran arteri dan vena
(D0009)
MENGETAHUI :
12-11-2021
Tandatangan
………….
Fajar Al Hayu
89
Lampiran
Nama Individu yang sakit : Ibu Nurul hikmah Diagnosa Medik : Diabetes Melitus
90
pucat/ Bibir pucat/ Tidak/Ya*……… Alat bantu
Gunakan Obat nafas ....................
Akral pucat*
:Tidak/Ya*...
Dispnea
√Tanda Dehidrasi:
Kemampuan BAB
:Mandiri/ Sesak
Mata cekung/ turgor kulit
Bantu Stridor
berkurang/ bibir kering *
sebagian/tergantung*
Krepirasi
√Pusing √ dibantu oleh orang tua
Kesemutan Alat bantu: Tidak/Ya*...
Hemoroid, 4 4
grade ..................... Kulit
√ Postur tidak normal
Teraba Masa Jaringan parut Memar Laserasi Ulserasi
RPS Atas : bebas/
abdomen ......... Pus ………
terbatas/
Stomatitis Bulae/lepuh Perdarahan bawah Krustae
kelemahan/
91
Luka bakar Kulit ...... Derajat ...... Perubahan
warna…….
Susah tidur
Maag √ RPS
Konsistensi .......... Bawah :bebas/terbatas/
sebagian/tergantung*
Tidak/Ya*..................................
Alat Bantu :
Alat bantu :
Tidak/Ya*..............
Tidak/Ya*.............
√ Nyeri : Tidak/Ya*
92
Cemas Denial Marah Interaksi dengan Gigi-Mulut kotor (-) hari
Keluarga :
Takut Putus asa Depresi Mata kotor (-) Mandi : Mandiri/ Bantu
Baik/
Rendah diri Menarik diri tehambat* ...................... Kulit kotor (-) sebagian/tergantung*
AU: - - - -
93
LAMPIRAN
Analisa Data
DS:
94
1. Klien mengatakan badannya terasa lemas,
2. Mudah merasa haus, dan
3. Kaki kesemutan
4. Mudah lelah
5. Mudah mengantuk
6. Berat badan turun dari 62kg menjadi 48 Kg
a. Prioritas
95
6. Rencanaan Keperawatan
No Data Diagnosa Intervensi
1 DO: Perfusi perifer tidak efektif PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
96
4) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika
perlu
5) Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah
secara teratur
6) Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
7) Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada kaki)
8) Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
9) Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh, minyak ikan,
omega3)
10) Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
97
CATATAN PERKEMBANGAN
98
No Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan
Analisa:
Perencanaan:
O:
A: masalah teratasi
P: Lanjut Intervensi
99
No Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan
09.50
A: masalah teratasi
P: Lanjut Intervensi
100
101
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN PRIMER KIA
ANTENATAL CARE
PADA Ny. D
DI PUSKESMAS KEMANGGISAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar
Praktik Pelayanan Primer
Disusun Oleh:
Fajar Al Hayu ( 19011 )
102
BAB PEMBAHASAN
Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara
berkala untuk menjaga ksehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini meliputi
pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan dan intervensi
dasar yang dilakukan (Manuaba, 2013).
Antenatal care adalah perawatan yang diberikan pada ibu selama masa
kehamilan, dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono,
2012).
103
dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko-resiko kehamilan,
dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan (Bobak,
2012).
104
1.2. Tujuan kunjungan Antenatal Care
105
1.3. Manfaat Antenatal Care
Dapat ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan
secara dini, Sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkahlangkah
dalam pertolongan persalinanya (Manuaba, 2013).
106
2) Tentang haid kapan mendapat haid terakhir (HPHT) bila haid terakhir
diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan memakai
rumus Naegele (TP = hari + 7, bulan - 3 dan tahun + 1),
3) Tentang jumlah kehamilan, kelahiran jumlah persalinan cukup bulan,
jumlah anak hidup dan keguguran. Adanya hipertensi dalam kehamilan
terdahulu atau adanya masalah - masalah selama kehamilan dan nifas
terdahulu.
3. Mendeteksi masalah dan menanganinya,
4. Melakukan tindakan pencegahan: tetanus neonatorium, anemia
kekurangan zat besi dan praktek tradisional yang merugikan,
5. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi,
6. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan).
107
4. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi,
5. Mendorong perilaku yang sehat,
6. Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi, pantau tekanan darah dan
udema,
7. Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda,
8. Deteksi dini janin yang tidak normal atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.
A. Inspeksi
1. Muka : apakah ada kloasma gravidarum
2. Leher: apakah ada pembesaran vena jugularis di leher, kelenjar
gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.
3. Dada : bentuk buah dada simetris kiri dan kanan, pigmentasi putting
susu dan gelanggang susu, keadaan putting susu, kolostrum.
4. Perut : Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat,
pigmentasi linea alba, nampakkah gerakan anak atau kontraksi
rahim, adakah striae gravidarum atau bekas luka,
5. Vulva : keadaan perineum, varises, tanda chadwick, kondylomata,
fluor,
6. Anggota bawah : apakah ada varises pada kaki, edema, luka dan
sikatris pada lipatan paha.
B. Palpasi
1. Untuk menentukan besarnya rahim, konsistensinya,
2. Bagian-bagian janin, letak, presentasi,
3. Gerakan janin
1. Leopold I
Tujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri dan untuk menemukan
presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa yang
berada di fundus.
108
2. Leopold II
Tujuan untuk menentukan batas samping rahim kiri-kanan dan untuk
menentukan letak punggung janin dan letak bagian-bagian kecil.
3. Leopold III
Tujuan untuk menentukan bagian terbawah sudah atau belum
terpegang pada pintu atas panggul
4. Leopold IV
Tujuan untuk menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
janin sudah masuk pintu atas panggul.
C. Auskultasi
Uliyah dan Hidayat (2008), mengindikasikan bahwa auskultasi dilakukan
menggunakan stetoskop monoaural untuk mendengarkan:
1. Denyut jantung janin,
2. Bising tali pusat, bising rahim, bising usus,
3. Gerakan dan tendangan janin
109
1.5. Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan atau
Antenatal Care
110
7. Pemberian Tablet Tambah Darah I
Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari
minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari
untuk mengurangi rasa mual (Buku KIA 2016).
8. Tes Laboratorium
1) Tesgolongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan
2) Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia).
3) Tes pemeriksaan urine (air kencing).
4) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara
pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis (Buku KIA 2016)
9. Konseling atau Penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan,
pencegahan kelaianan, persalinan dan inisiasi menyusui dini (IMD), ASI
eksklusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini
diberikan secara bertahap pada saat kunjungan hamil (Buku KIA 2016)
10. Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan.
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil (Buku KIA
2016).
111
1.6. Pelaksana Antenatal Care (ANC)
Menurut Depkes RI (2005) pelaksana pelayanan ANC terdiri dari :
Pelayanan antenatal care hanya diberikan oleh tenaga kesehatan dan bukan
dukun bayi (Ika dan Saryono, 2010).
1. Aspek medik
2. meliputi : diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini, pemberian
terapi sesuai dengan diagnosis
3. Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil,
antara lain mengenai : penjagaan kesehatan dirinya dan janinnya,
pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang dimilikinya,
pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
4. Rujukan,
ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan yang
mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.
112
3. Palpasi abdomen
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala
janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
4. Pengelolaan anemia
pada kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
6. Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk mempersiapkan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk dirujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
113
1.9. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan
Pemeriksaan Kehamilan
1. Umur
Ibu Umur adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai
meninggal dunia. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Bertambahnya
umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik, sehingga
akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan dan mengetahui
pentingnya ANC (Padila, 2014).
Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan berisiko
tinggi apabila ibu hamil berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun.
Umur di bawah 20 tahun dikhawatirkan mempunyai risiko komplikasi
yang erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi wanita, diatas 35 tahun
mempunyai risiko tinggi karena adanya kemunduran fungsi alat
reproduksi. Gangguan ini bukan hanya bersifat fisik karena belum
optimalnya perkembangan fungsi organ-organ reproduksi, namun secara
psikologis belum siap menanggung beban moral, mental, dan gejolak
emosional yang timbul serta kurang pengalaman dalam melakukan
pemeriksaan ANC (Padila, 2014).
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah
20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi, dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30-35 tahun (Padila, 2014).
2. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari
satu orang. Ibu yang pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru
sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga
kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu
orang, mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga
tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Padila, 2014).
3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi
diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Pendidikan dapat diartikan
suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan
bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan.
Umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat
pengetahuannya (Padila, 2014).
Pendidikan dapat terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang
dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja yang mempunyai
tiga ciri khas. Ciri pertama, belajar adalah kegiatan yang menghasilkan
114
perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang
belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa
perubahan tersebut didapatkan karena kemampuan baru yang berlaku
untuk waktu yang relatif
4. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan itu terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan tahap awal
dalam adopsi perilaku baru sebelum terbentuknya sikap terhadap objek
baru yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan. Salah satu
cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi
atau dari yang berwewenang di masa lalu yang umumnya dikenal, melalui
pengamatan atau eksperimen serta diturunkan dengan cara logika secara
tradisional. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan baik, pengetahuan
cukup, dan pengetahuan kurang. Pengetahuan dapat diukur dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari responden (Notoatmodjo, 2010).
5. Sikap
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif
terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak
menyukai objek tertentu (Padila, 2014).
Sikap merupakan penentu penting dalam memberikan gambaran
tingkah laku seseorang. Berdasarkan pada sikap seseorang, orang akan
dapat menduga bagaimana respon atau tindakan yang akan diambil
terhadap suatu masalah yang dihadapinya. Suatu sikap belum tentu
otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya sikap menjadi
suatu perbuatan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan (Padila, 2014).
115
Pembentukan sikap pada manusia dipengaruhi oleh faktor dalam diri
manusia (internal) dan pengaruh interaksi manusia satu dengan lainnya
(eksternal). Faktor-faktor internal yang membentuk sikap yaitu fisiologi,
psikologi, dan motif. Sedangkan faktor eksternal yaitu pengalaman yang
diperoleh individu, situasi yang dihadapi oleh individu, norma dalam
masyarakat, hambatan, dan pendorong yang dihadapi individu dalam
masyarakat (Sunaryo, 2013).
6. Dukungan Keluarga
Dukungan atau motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan
yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. Dukungan mengacu
pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan.
Dukungan menjadi suatu alasan seseorang untuk bertindak dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2010).
Bentuk dukungan menurut Indriyani & Asmuji (2014), ada lima yaitu:
1) Dukungan instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung, seperti pinjaman uang, pemberian
barang, makan, serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental
sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih
mudah.
2) Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau
umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi
seperti ini dapat menolong individu mengenali dan mengatasi masalah
dengan lebih mudah.
3) Dukungan emosional
Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat individu memiliki
perasaan nyaman, yakin, dipedulikan, dan dicintai oleh sumber
dukungan sosial, sehingga dapat menghadapi masalah dengan lebih
baik. Dukungan ini sngat penting dalam menghadapi keadaan yang
dianggap tidak dapat dikontrol.
4) Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif dari individu,
pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu,
perbandingan yang positif pada individu lain. Bentuk dukungan ini
dapat membantu individu membangun harga diri dan komperhensif.
5) Dukungan dari kelompok sosial
116
Bentuk dukungan ini akan membantu individu merasa anggota dari
suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial
dengannya, sehingga individu yang merasa memiliki teman senasib.
Pengukuran dukungan keluarga dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Melalui kuesioner klien diminta untuk mengisi kuesioner
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi
klien. Dukungan terbagi menjadi dua yaitu dukungan baik dan
dukungan kurang (Notoatmodjo, 2010).
7. Jarak Rumah ke Pelayanan Kesehatan
Jarak adalah ruang sela antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara
rumah dengan tempat pelayanan ANC. Keterjangkauan masyarakat
termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan
pelayanan kesehatan. Jarak juga merupakan komponen kedua yang
memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan
(Padila, 2014).
Jarak dari rumah ke pelayanan kesehatan dapat di ukur melalui santuan
panjang. Jarak tempuh dikatakan dekat bila ≤ 5 km dan jauh bila > 5 km
(Adri, 2008). Penelitian mengenai jarak yang dilakukan Adri (2008),
menunjukkan ada pengaruh antara jarak terhadap pemeriksaan kehamilan.
Berbeda dengan hasil penelitian Sumiati (2012), menyatakan bahwa tidak
ada hubungan yang bermakna antara jarak dengan kunjungan pemeriksaan
kehamilan.
8. Pekerjaan Ibu
Pekerjaan ibu yang dimaksudkan adalah apabila ibu beraktifitas ke luar
rumah maupun di dalam rumah kecuali pekerjaan rutin rumah tangga. Ibu
yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk memeriksakan
kehamilannya dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja.
Sedangkan ibu yang tidak bekerja, akan memiliki banyak waktu untuk
memeriksakan kehamilan (Notoatmodjo, 2010).
9. Pendapatan
Pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang
baik dari pihak lain maupun dari pihak sendiri. Pendapatan perkapita
adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga yang
diperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga
tersebut. Pendapatan yang dimaksud adalah suatu tingkat penghasilan yang
diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan orang tua dan
anggota keluarga lainnya (Padila, 2014).
117
Konsep Keperawatan Ante Natal Care (Manuaba (2010)
1. Pengkajian
A) Pengkajian
1. Kaji riwayat kehamilan
Pengkajian riwayat kehamilan ini dilakukan dengan menyampaikan informasi
berikut ini pada pasien:
1) Usia ibu hamil
2) HPHT, Siklus haid
3) Perdarahan vagina
4) Keputihan
5) Mual dan muntah
6) Masalah kehamilan sekarang
2. Riwayat obstetri lalu
Pengkajian riwayat obstetri yang lalu dilakukan dengan mengkaji:
1) Jumlah kehamilan
2) Jumlah persalinan
3) Jumlah persalinan cukup bulan
4) Jumlah persalinan premature
5) Jumlah anak hidup
6) Jumlah keguguran
3. Riwayat penyakit
1) Jantung
2) Tekanan darah tinggi
3) Diabetes melitus
4) TBC
5) Pernah operasi
6) Ginjal
7) Asma
8) Alergi obat
4. Riwayat sosial ekonimi
1) Status perkawinan
2) Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
3) Jumlah keluarga di rumah yang membantu
4) Kebiasaan makan dan minum
5) Pekerjaan dan aktifitas
6) Pendidikan dan penghasilan
5. Riwayat obstetri yang lalu
1) Jumlah aborsi
2) Perdarahan pada kehamilan persalinan, nifas terdahulu
3) Adanya hipertensi pada kehamilan terdahulu
118
6. Aktivitas dan Istirahat
Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu) kembali
pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan terakhir. Denyut nadi
dapat meningkat 10 – 15 DPM. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai
dengan peningkatan volume episode singkope.
7. Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
8. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi/frekuensi defekasi, peningkatan frekuensi
perkemihan dan peningkatan berat jenis serta hemoroid
9. Makanan/Cairan
1) Mual dan muntah,
terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati umum terjadi
2) Penambahan berat badan
2 sampai 4 lb trisemester pertama, trisemester kedua dan ketiga masing-
masing 11 – 12 lb.
3) Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah
berdarah
4) Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
5) Sedikit edema dependen f. Sedikit glikosuria mungkin ada
6) Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir kehamilan
10. Nyeri dan Kenyamanan Kram kaki;
nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi Braxton Hicks terlihat
setelah 28 minggu; nyeri punggung
11. Pernapasan
Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal Frekuensi pernapasan
dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi; pernapasan torakal.
12. Integritas Sosial
1) Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi.
2) Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan
stressor kehamilan
3) Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan mendukung
sampai disfungsional.
13. Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan tergantung pada
usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas, keinginan terhadap anak,
stabilitas ekonomik
119
B) Pemeriksaan Fisik
1. Tinggi Badan
2. Berat badan
3. TTV
4. Kepala dan leher
1) Edema diwajah
2) Ikterus pada mata
3) Mulut pucat
5. Tangan dan kaki
1) Edema di jari tangan
2) Kuku pucat
3) Reflek-reflek
6. Payudarah
1) Ukuran simetrisputing menjol/ masuk
2) Massa
3) Nadul axilla
7. Abdomen
1) Luka bekas operasi
2) Tinggi fundus uteri
3) Denyut jantung
8. Genetalia luar (extema)
1) Varises
2) Perdarahan
3) Luka
4) Cairan yang keluar
9. Genetalia dalam (intema)
1) Servik
2) Vagina
3) Ukuran adneksa
4) Uterus
10. Keamanan
1) Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC),
2) Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12
minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu
3) Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu.
4) Sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
5) Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
11. Seksualitas
1) Penghentian menstruasi.
2) Perubahan respon /aktivitas seksual
3) Leukosa mungkin ada.
120
4) Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis pubis
(pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30 minggu) agak ke
bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu).
5) Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan
vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan pigmentasi
jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery, sensasi kesemutan
(trisemester pertama dan ketiga); kemungkinan strial gravidarum
kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu
6) Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler nevi,
strial gravidarum
7) Tanda-tanda Goodell, Hegar Scodwick positif
C) Pemeriksaan Diagnostik
1) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit).
2) Golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas
3) Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
4) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
5) Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil
vagina, lesi, rabas abnormal.
6) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
7) Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe 2
8) Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan infeksi,
diabetes penyakit ginjal)
9) Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif
10) Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
11) Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
12) Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari folus
pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.
121
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2015)
1. Trisemester I
1) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
makanan,
2) Risiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
melalui rute normal, kehilangan volume cairan aktif, penyimpangan yang
mempengaruhi asupan cairan.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang
sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
4) Resiko cedera (janin) berhubungan dengan Pola makan yang tidak sehat,
Malnutrisi dan Ketidaknormalan profil darah
2. Trisemester II
1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
(kehamilan)
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang
sumber pengetahuan terhadap kehamilan.
3. Trisemester III
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan progesteron
122
3. Rencana Keperawatan
1. Trisemester 1
Defisit Nutrisi Tujuan : MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119) 1. berat badan dapat meningkat
berhubungan dengan Setalah dilakukan 1. Observasi sebagai akibat dari retensi cairan
Ketidakmampuan asuhan keperawatan 1) Identifikasi status nutrisi 2. tidak terjadi distensi lambung
mencerna makanan diharapkan kebutuhan 2) Identifikasi alergi dan 3. meningkatkan nafsu makan
(D0019) tubuh akan nutrisi intoleransi makanan 4. mencegah mual
terpenuhi. 3) Identifikasi makanan yang 5. melonggarkan abdomen dari
disukai penekanan diagfragma bila posisi
Kriteria hasil : 4) Identifikasi kebutuhan kalori
123
2. Pasien tidak lagi dan jenis nutrient terlentang
menunjukan bukti 5) Identifikasi perlunya
penurunan berat penggunaan selang nasogastrik
badan 6) Monitor asupan makanan
3. Pasien dapat 7) Monitor berat badan
menghabiskan 8) Monitor hasil pemeriksaan
stengah atau seluruh laboratorium
porsi makan yang 2. Terapeutik
disediakan 1) Lakukan oral hygiene sebelum
4. Pasien mengatakan makan, jika perlu
tidak mual dan 2) Fasilitasi menentukan
muntah lagi bila pedoman diet (mis. Piramida
makan makanan)
3) Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan,
jika perlu
7) Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
124
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika
perlU
125
2. Trisemester 2
126
2. Terapeutik
1) Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2) Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Gangguan citra Tujuan : PROMOSI CITRA TUBUH ( I.09305) 1. Pada trisemester II perubahan
tubuh berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi bentuk tubuh telah tampak efekefek
dengan perubahan asuhan keperawatan 1) Identifikasi harapan citra tubuh yang tampak, kloasma, strial,
fungsi tubuh diharapkan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan jerawat, perubahan emosi
(kehamilan) pasien tetap 2) Identifikasi budaya, agama,
(D0083) dipertahankan . jenis kelami, dan umur terkait citra 2. Informasi dapat membantu klien
tubuh memahami/menerima apa yang
Kriteria hasil : 3) Identifikasi perubahan citra terjadi
Pasien mengungkapkan tubuh yang mengakibatkan isolasi
penerimaan/adaptasi sosial
bertahap untuk 4) Monitor frekuensi pernyataan 3. Situasi menandakan kebutuhan akan
mengubah konsep diri kritik tehadap diri sendiri pakaian yang akan meningkatkan
5) Monitor apakah pasien bisa penampilan klien untuk kerja dan
melihat bagian tubuh yang berubah melakukan aktivitas yang
2. Terapiutik menyenangkan.
1) Diskusikan perubahn tubuh dan
fungsinya
2) Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan akibat perubahan
pubertas, kehamilan dan penuwaan
127
4) Diskusikan kondisi stres yang
mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
5) Diskusikan cara
mengembangkan harapan citra tubuh
secara realistis
6) Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra
tubuh
3. Edukasi
1) Jelaskan kepad keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
2) Anjurka mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
3) Anjurkan menggunakan alat
bantu( mis. Pakaian , wig, kosmetik)
4) Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung( mis. Kelompok sebaya).
5) Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
6) Latih peningkatan penampilan
diri (mis. berdandan)
7) Latih pengungkapan
kemampuan diri kepad orang lain
maupun kelompok
128
3. Trisemester 3
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Resiko cedera (ibu) Tujuan: 1. Observasi 1. Kesejahteraan janin secara langsung
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1) Diskusikan pentingnya kesejahteraan ibu berhubungan dengan kesejahteraan ibu,
Malnutrisi dan asuhan keperawatan 2) Catat masukan protein khususnya selama trisemester pertama..
2. Masukan protein penting untuk
Ketidaknormalan diharapkan bayi tidak 3) Anjurkan penghentian penggunaan tembaka perkembangan jaringan otak janin
profil darah mengalami cedera. 2. Terapeutik 3. Merokok mempengaruhi sirkulasi plasenta
(D.0136) 3) Anjurkan klien untuk melakukan hubungan 4. Untuk mengurangi terjadinya penyakit
Kriteria hasil : seks yang lebih aman seperti pemakaian hubungan seksual.
Pasien menunjukkan kondom 5. Karena aktivitas keras dapat menurunkan
prilaku yang 4) Anjurkan klien untuk melakukan latihan aliran darah ke uterus. Takikardia
meningkatkan secukupnya sementara, kemungkinan hiperkemia janin
3. Edukasi
kesehatan diri sendiri
dan janin. 1) Berikan informasi untuk menghindari
kontak dengan orang yang diketahui
129
mengalami infeksi Rubell
Gangguan eliminasi Tujuan : Manajemen Eliminasi Urine (I.04152) 1. Membantu klien memahami perubahan
Setelah dilakukan 1. Observasi fisiologi dari frekuensi berkemih
urine berhubungan asuhan keperawatan 1) Identifkasi tanda dan gejala 2. Meningkatkan perfusi ginjal memobilisasi
bagian yang mengalami oedema
diharapkan pasien retensi atau inkontinensia urine 3. Posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom
dengan penekanan mengungkapkan 2) Identifikasi faktor yang vena kava dan menurunkan aliran ke vena
pemahamannya tentang menyebabkan retensi atau 4. Kehilangan / pembatasan natrimn dapat
130
pada vesika urinaria perubahan yang terjadi inkontinensia urine sangat menurunkan regulator ennin-
dalam pola eliminasi 3) Monitor eliminasi urine (mis. angiotensin-aklosteron dari kadar cairan,
(D0040). urine. frekuensi, konsistensi, aroma, mengakibatkan dehidrasi.
volume, dan warna)
Kriteria hasil : 2. Terapeutik
1. Pasien 1) Catat waktu-waktu dan
mengungkapkan haluaran berkemih
pemahaman 2) Batasi asupan cairan, jika
tentang perubahan perlu
pola eliminasi 3) Ambil sampel urine
BAK yang terjadi tengah (midstream) atau kultur
2. Pasien bisa 3. Edukasi
menyesuaikan 1) Ajarkan tanda dan gejala
dengan perubahan infeksi saluran kemih
yang terjadi 2) Ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
3) Anjurkan mengambil specimen
urine midstream
4) Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
5) Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
6) Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada kontraindikasi
7) Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat
suposituria uretra jika perlu
131
132
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan
sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini
berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang
diinginkan (Ika dan Saryono, 2010). Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap
evaluasi, yaitu :
1. Masalah teratasi seluruhnya.
2. Masalah teratasi sebagian.
3. Masalah tidak teratasi.
Dafar Pustaka
1. Arikunto., 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
2. Arisman., 2011. Kapita Selekta Pelaksanaan Putin Obstetrik Ginekologi dan
Keluarga Berencana. EGC : Jakarta
3. Depkes RI.,2010. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak
(PWS-KIA). Jakarta: Depkes RI.
4. Notoatmodjo., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
5. Mufdliah., 2009. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
EGC : Jakarta.
6. Manuaba,. 2011. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan edisi 2. EGC : Jakarta.
7. http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/402/1/KTI%20DILLA%20AMELLYA
%20%28PDF%29.pdf
8. Ika, Saryono. 2010. Perawatan Maternitas. Edisi 4. EGC: Jakarta.
133
9. T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru, 2015-2017. Diagnosis Keperawatan
(NANDA). Defenisi dan Klasifikasi, Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta:EGC
10. Buku KIA, Direktorat Kesehatan Keluarga Tahun 2016
11. http://repo.stikesperintis.ac.id/170/1/52%20LIZA%20SASMITA.pdf
Resume 4
PENGKAJIAN KEPERAWATAN INDIVIDU Ibu/Bpk
1. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Bpk. Yono Bahasa sehari-hari Indonesia
Alamat Rumah & Telp Kemanggisan kebon sayur RT 07/06 Jarak yankes terdekat +- 1 Km
Agama & Suku Islam & Sunda Alat Transportasi Naik Motor
N Nama Hub Umu JK Suku Pendidik Pekerjaan Status TTV (TD, Pemerik Alat
o dgn KK r an Saat Ini Gizi (TB, N, S, P) saan Bantu/
Terakhir BB, BMI) Protesa
2 Dwi Istri 25 P Sunda SMK IRT TB: 155 TD: TTV Tidak ada
fitri M 110/70
Pemerik
BB: 54 Kg S: 36 saan
Kehamil
P: 96 an
LANJUTAN
N Nama Penampilan Status Kesehatan Riwayat Penyakit/ Alergi Analisis Masalah Kesehatan
o Umum Individu
Saat ini
E: 4 , V: 5 , M: 6
134
2. DATA PENUNJANG KELUARGA
Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
√ Kondisi Rumah : Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Ya/ Tidak*
Rumah berbentuk permanen dengan kondisi rumah terlihat Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif :
bersih, barang tertata dengan rapi. Ya/ Tidak*
jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
√ Ventilasi : Ya/ Tidak*
ventilasi mencukupi, karena banyak jendela dirumah dalam √ Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
keadaan terbuka sehingga udara dapat bersikulasi dengan Ya
baik dan tidak pengap √ Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri: Ya
√ Mencuci tangan dengan air bersih & sabun : Ya
√ Pencahayaan Rumah : √ Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya : Ya
√Menjaga lingkungan rumah tampak bersih : Ya
Baik. Cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah di pagi √Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari : Ya
hari. Kondisi pencahayaan lampu dirumah juga terang √ Menggunakan jamban sehat : Ya
√ Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Ya
√ Saluran Buang Limbah :
√Makan buah dan sayur setiap hari : Sayur ya setiap hari seperti bayam,
Cukup. Limbah dibuang ke saluran yang mengalir di belakang kangkung, Kacang panjang. Klien mengatakan makan dari masakan
rumah dan saluran tersebut juga digunakan warga yang lain buatannya sendiri
√Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Tidak, klien mengatakan kadang-
√ Sumber Air Bersih : kadang ia akan berjalan dipagi hari setelah solat subuh
√Tidak merokok di dalam rumah : Ya
Sehat. Kondisi air bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa
√ Tempat Sampah:
135
3. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN
KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ya
Klien mengatakan yang perhatian dengan penyakitnya adalah Suami
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : Ya
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila
tidak diobati/dirawat : Ya
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: Keluarga hanya bertanya kepada anggota keluarga yang lain, jika masalah tidak teratasi
keluarga baru akan mencari informasi ke tenaga kesehatan misalnya dokter
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya: Ya
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara
aktif: Ya
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami
anggota keluarganya : Ya
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
dialaminya:
Tidak, keluarga terkadang hanya membelikan obat warung untuk meredakan rasa nyeri Ibu D dan
dengan buih-buih air panas meletakan pada bagian yang nyeri
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Tidak, klien dan keluarga hanya mengatasi masalahnya dengan obat-obatan
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya :
Tidak, keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan dan jaminan kesehatan yang dimiliki
KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA : Kesimpulan:
1. Menerima petugas puskesmas 5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran - Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1& 2
2. Menerima yankes sesuai rencana 6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif - Kemandirian II: jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar 7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif - Kemandirian III : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran - Kemandirian IV: Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
DIAGNOSA KEPERAWATAN
136
MENGETAHUI :
15-11-2021
Tandatangan
Fajar Al Hayu
137
Lampiran
138
Pencernaan Muskuloskeletal Neurosensori
139
Alat bantu : √ Nyeri : Tidak/Ya*
Tidak/Ya*.............
P: Nyeri pada bagian
bawah perut, pinggang
140
-
AU: - - -
GDS: -
LAMPIRAN
Analisa Data
DS:
141
3 DS: Gangguan pola
a. Prioritas
142
4. rencanaan Keperawatan
No Data Diagnosa Intervensi Rasional
1 Data objektif: Nyeri akut MANAJEMEN NYERI (I. 08238) 1. Sebagai acuan untuk
melaksanakan intervensi
1. Klien tampak sedikit meringis sambil berhubungan
1. Observasi selanjutnya sesuai dengan
memegang perut bawah nya dengan 1) lokasi, karakteristik, durasi, kebutuhan klien
2. Skala nyeri 3 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Mengetahui gambaran yang
peningkatan
3. Klien tampak pucat 2) Identifikasi skala nyeri lengkap tentang keterlibatan
progesteron 3) Identifikasi respon nyeri non verbal masalah vascular serta mengetahui
4. lesu dan tidak bersemangat
4) Identifikasi faktor yang memperberat efek dari vasokontriksi pembuluh
5. Klien juga tampak gelisah darah
dan memperingan nyeri
6. TTV Klien : 5) Identifikasi pengetahuan dan 3. Menurunkan/ megontol nyeri
TD :120/70 mmHg keyakinan tentang nyeri dengan farmakologi dan
Nadi :96 x/menit 6) Identifikasi pengaruh budaya nonfarmakologi
Suhu :36,5°C terhadap respon nyeri 4. Memberikan kenyamanan
RR :20 x/menit 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada 5. Klien dapat mengetahui penyebab
kualitas hidup nyeri
DS: 8) Monitor keberhasilan terapi 6. Klien mampu megetahui resiko
komplementer yang sudah diberikan
1. Klien mengatakan pinggangnya 9) Monitor efek samping penggunaan
sakit analgetik
2. Nyeri padaa bagian bawah perut 3. Terapeutik
3. Klien mengatakan kaki keram 2) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
3) Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
143
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
4) Fasilitasi istirahat dan tidur
5) Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
4. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 DS: Defisit nutrisi MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119) 1. Mempertahankan gizi pada ibu
1. Observasi dan janin
1. Klien mengatakan mual kurang dari
1) Identifikasi status nutrisi 2. Memenuhi kalori makan sehari-
2. Klien mengatakan nafsu makan kebutuhan 2) Identifikasi alergi dan hari
menurun intoleransi makanan 3. Mencegah terjadinya anemia pada
tubuh
3) Identifikasi makanan yang ibu hamil dan janin
berhubungan disukai 4. Mempertahan kan berat badan
4) Identifikasi kebutuhan kalori
DO: kehamilan
dan jenis nutrient
ditandai 5) Identifikasi perlunya
1. Klien mengalami mual penggunaan selang nasogastrik
dengan mual
6) Monitor asupan makanan
2. Nafsu makan klien berkurang (D0019) 7) Monitor berat badan
144
3.Hb 10,5 gr/dl 8) Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
3) Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
6) Berikan suplemen makanan,
jika perlu
7) Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
145
jika perlU
146
selama kehamilan
2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3) Anjurkan untuk menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4) Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift)
5) Ajarkan relaksasi otot
CATATAN PERKEMBANGAN
147
No Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan
1. Nyeri akut Senin,15-11- 1. Mengkaji Nyeri Subyektif:
peningkatan 2021
progesterone 1. Klien mengatakan pinggangnya sakit
Jam 08.00 WIB 2. Nyeri padaa bagian bawah perut
behubungan
3. Klien mengatakan kaki keram
dengan
kehamilan dan Objektif:
posisi bayi
1. Skala nyeri PQRST
P: Nyeri pada bagian bawah perut, pinggang
Q: nyeri seperti di pukul
R: nyeri pada bagian bawah perut
S: skala 3
T: nyeri setiap saat namun hilang
Timbul
Analisa:
148
No Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan
melakukan senam hamil
2. Klien mengatakan belum pernah
melakukan senam hamil
0:
A: masalah teratasi
P: Intervensi Selesai
149
LAPORAN PENDAHULUAN SUPERVISI
IMPLEMENTASI KELUARGA DENGAN
MASALAH HIPERTENSI
Disusun sebagai prasyarat ujian implementasi mata kuliah Praktik Pelayanan Primer
OLEH
Fajar Al Hayu ( 19011 )
150
LAPORAN PENDAHULUAN
SUPERVISI IMPLEMENTASI
LANSIA DENGAN MASALAH HIPERTENSI
A. Pendahuluan
1. Definisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka mortalitas, tekanan darah
fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung,
dan fase diastolik 90mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung.
(Triyanto, 2014).
2. Etiologi
Menurut Ignatavicius (2009) dan Aspiani (2016) penyebab
hipertensi diantaranya karena faktor keturunan atau genetik, ciri-ciri
dari perseorangan (umur, jenis kelamin dan ras) serta kebiasaan hidup/gaya hidup
seseorang (seperti konsumsi garam tinggi, kegemukan atau
makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan merokok, minuman alkohol
dan obat-obatan). Faktor –faktor yang menyebabkan hipertensi ialah :
1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Riwayat keluarga
2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
1) Kebiasaan merokok
2) Konsumsi natrium/garam
3) Konsumsi lemak jenuh
4) Kebiasaan konsumsi minuman beralkohol
5) Obesitas
6) Olahraga
7) Stres
151
3. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran darah
meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi selerasis yang kemudian aliran
darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam). Hal tersebut menyebabkan
peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan peningkatan kontraksi otot jantung
sehingga otot jantung mengalami pembesaran dan mengakibatkan peurunan cariac
output (Priee, Sylvia Anderson, 2009). Peningkatan tekanan darah dapat
menyebabkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan pembuluh darah, jika dalam
serebral terjadi peningkatan avskuler (aliran darah) karena adanya peningkatan ini
menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplay darah ke otak berkurang dan dapat
terjadi nyeri, karena suplay darah ke otak menjadi berkurang pula. Sehingga terjadi
gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal terjadi gangguan
pembuluh darah ginjal yang disebabkan penurunan aliran darah. Hal ini
menyebabkan renin yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junka glomerelus
ginjal bekerja pada substraknya berupa aldosteron untuk meningkatkan natrium dan
air ke inter sosial. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan volume cairan dalam
tubuh.
4. Manifestasi Klinis
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2) Sakit kepala
3) Pusing / migraine
4) Rasa berat ditengkuk
5) Penyempitan pembuluh darah
6) Sukar tidur
7) Lemah dan lelah
8) Nokturia
9) Azotemia
10) Sulit bernafas saat beraktivitas
152
5. Komplikasi
Menurut (Teronto, 2014) Hipertensi yang teratasi, dapat menimbulkan komplikasi
yang berbahaya, seperti :
a. Payah jantung
b. Stroke
c. Kerusakan ginjal
d. Kerusakan penglihatan
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1) Pemeriksaan yang segera seperti:
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-
sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
f) Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
g) Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi.
h) Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
153
j) Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k) Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
m) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama):
a) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal. d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah
neurologi: Spinal tab, CAT scan.
d) USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien
154
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan
Hipertensi
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan home visit yang diadakan pada hari Sabtu,20
November 2021 diharapkan Tn. H dan kelurga dapat memahami tentang penyakit
Hipertensi.
3. Tujuan Khusus
Selama kunjungan 1x 60 menit, keluarga mampu menjelaskan kembali :
1) Pengertian penyakit Hipertensi
2) Penyebab penyakit Hipertensi
3) Tanda dan gejala penyakit Hipertensi
4) Komplikasi penyakit Hipertensi
5) Pencegahan penyakit Hipertensi
6) Diit penyakit Hipertensi
7) Cara mengendalikan penyakit Hipertensi
A. Rancangan Kegiatan
1. Metode
1) Ceramah
2) Diskusi
155
3. Waktu dan tempat
Waktu : 13.00-14.00 WIB
Tempat : Rumah TN. Hakimun Jl. Hj junaidi kemanggisan rt 08/08 no 26
No Kegiatan Waktu
156
1. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
Klien menyepakati kontrak yang telah disepakati dan tersedianya media
penyuluhan
b. Proses
Klien dan keluarga berpartisipasi selama kegiatan, lingkungan tidak bising dan
pelaksanaan sesuai dengan rencana
c. Hasil
Setelah selesai melaksanakan kegiatan ini maka diharapkan keluarga mampu
untuk:
Klien/keluarga diharapkan mampu:
1) Menjelaskan Pengertian penyakit Hipertensi
2) Menjelaskan Penyebab penyakit Hipertensi
3) Menjelaskan Tanda dan gejala penyakit Hipertensi
4) Menjelaskan Komplikasi penyakit Hipertensi
5) Menjelaskan Pencegahan penyakit Hipertensi
6) Menjelaskan Diit penyakit Hipertensi
Pembimbing Mahasiswa
157
(Buntar Handayani,S.kp.,MM.,M.KEP) ( Fajar Al Hayu )
19011
Referensi
1. https://jurnal.ugm.ac.id › jpkm › article
2. https://www.ejournalwiraraja.com › JIK
3. Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada
Dewasa, 46(3), 172–178.
4. Khairunnisa, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi di Ruang
5. Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1–7.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
6. Trianto,(2014). Pelayanan Peperawatan Pagi Penderita Hipertensi.Jakarta: Bumi
Aksara.
7. Probosari, E. (2017). Faktor Risiko Hipertensi Pada Remaja. JNH (Journal of
Nutrition and Health), 5(1), 18–27. https://doi.org/10.14710/JNH.5.1.2017.18- 27
158