PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat barat Abad Pertengahan (479-1492 M) juga dapat dikatakan sebagai “Abad
Gelap”, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang saat itu,
tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Para ahli fikir saat itu tidak lagi
memiliki kebebasan untuk berfikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang
bertentangan dengan ajaran gereja orang yang mengemukakannya akan mendapatkan
hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan berdasarkan rasio
terhadap agama.
Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan larangan yang ketat.
Yang berhak melaksanakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Walaupun
demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap orang murtad
dan kemudian diadakan pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini
mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir XII, dan yang paling berhasil
dalam pengajaran orang-orang murtad ini di Spanyol.
Masa abad pertengahan in juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan
upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau sistem kepercayaan yang fanatik,
dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu perkembangan ilmu
pengatahuan terhambat.
B. Rumusan Masalah
A. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui arti dan asal mula terjadiya pelapisan sosial
2. Mengetahui tentang persamaan derajat
3. Mengetahui tentang elit dan massa
4. Mengetahui tentang diskriminasi
1
BAB II
Pembahasan
Antara Helenisasi Kristenisme atau Kristenisasi Helenisme Pada masa Yunani, filsafat
mendapatkan tempat yang tinggi sebagai sebuah peradaban ilmu pengetahuan. Namun keadaan itu
berbeda setelah memasuki abad pertengahan, dimana filsafat mulai redup. Gereja menguasai seluruh
hajat hidup masyarakat, sehinga filsafat walaupun masih ada namun harus mengikuti ajaran yang ada
di Gereja, dengan perinsip bahwa kebenaran tidak datang dari akal pikiran manusia, melainkan datang
dari ajaran Tuhan. Masyarakat diajak untuk menerima secara total ajaran Gereja dnegan sikap taklid
dan dogmatis. Disinilah eksklusivisme muncul sebagai wajah dunia Barat. Itulah sebabnya abad ini
juga dinamakan abad kegelapan.
Filsafat abad pertengahan juga sering disebut dengan filsafat scholastik. Istilah ini diambil
dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolah. Dikatakan demikian karena muncul tokoh seorang
Karrel Agung yang mendirikan sekolah yang mengajarakan astes liberales atau seni bebas. Sekolah
ini hanya mengajarkan gramatika, geometri, aritmatika, astronomi, musik dan dialektika1, Abad
pertengahan diawali dari kehancuran kerajaan Romawi dan berkembangnya agama Kristen. 2
Uskup Romawi menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik Romadan dianggap sebagai wakil
Kristus di bumi. Keruntuhan kerajaan Romawi bertepatan dengan kemunculan agama Kristen. Dalam
perkembangannya, pada tahun 313 agama Kristen diterima oleh kekaisaran Romawi dan pada tahun
380 Kristen menjadi agama resmi negara. Dengan demikian dimulailah gerakan eksklusivisme di
Barat. Nalar Kritis manusia haruslah mengikuti kebenaran ajaran Gereja, sehingga setiap pemikiran
yang bersebrangan dengan ajaran Gereja harus dihilagkan. denga demikian, filsafat yag muncul
kemudian identik dengan filsafat agama. Walaupun demikian filsafat Yunani sedikit tidak memiliki
tempat pada masa ini. terdapat dua model penerimaan filsafat Yunani di abad pertengahan, yakni:
1. Golongan yang menolak dengan keras, karena dianggap bersebrangan dengan ajaran wahyu.
2. Golongan yang menerima, dengan alasan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, sehingga akal
pikiran manusia juga harus tetap berpikir tentang segala sestatu namun kebenaran. Yang
dihasilkannya dapat dibantu oleh wahyu."3
2
Namun abad pertengahan bukan berarti kematian bagi Filsafat, hanya saja sifat radikal dan
universalnya agak dihilangkan dan dikorelasikan dengan ajaran Gereja. Filsafat abad pertengahan
dimulai sekitar abad ke-5 sampai abad ke-17, yakni pada masa berahirnya kejayaan kerajaan Romawi
Baratyang berpusat di kota Roma dan munculnya kerajaan Romawi Timur.Persi lain megatakan abad
6 masehi hingga abad 16 M. Filsafat dan pusat peradaban pada abad pertengahan terbagi menjadi tiga
titik sentral, yaitu:
3. Kebudayaan muslim di wilayah jajahan Romawi, yaitu di Afrika Utara dan Timur Tengah (dengan
filsafat yang bersumber dari Aristoteles). Tiga titik kebudayaan ini merupakan masa rintisan bagi
1. Fase peralihan dari filsafat Yunani ke filsafat Skolastik (abad IV - IX masehi). Pengaruh filsafat
Plato diperkuat, tokoh pada fase ini yaitu St. Augustinus dan Dionisius.
2. Fase kejayaan, yaitu pada abad XII M. Disini ditandai denga dua hal, yakni:
a. Perkembangan ilmu yang pesat (namun mengalami kemunduran) melalui penerjemahan karya
filsafat Yunani ke bahasa Latin, oleh orang-orang Yunani dan Muslim. Tokoh pada fase ini yaitu
Scott Eriugena dan St. Anselm.
b.Munculnya universitas yang terpisah dari sekolah agama. Pada masa ini timbul kegoncangan karena
pemikiran Aristoletes dan Neoplatonisme yang bertentangan dengan agama.
3. Fase kemunduran, yaitu pada akhir abad XIV M.Masa ini ditandai dengan makin jauhnya
pemikiran murni dan makin terfokusnya pemikiran pada pandangan nominalisme, yaitu pandangan
yang mengajak pada filsafat murni yang lepas dari agama. Tokph pada masa ini yaitu Willam
Occam4.
Ajaran filsafat abad pertengahan diwarnai oleh corak pemikiran dari filsafat Yunani terutama
dari Plato, Aristotles, aliran dan ajaran dari Neoplatonisme dan Stoisisme. Namun Dalam
4 [3] Surajiyo, Ilmu Filsafat Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) cet. Pertama. hal. 157
3
perkembangannya lebih lanjut, para filsuf membawa corak pola pikir filsafat untuk memahami ajaran
Kristen.
Filosof yang muncul masa ini adalah St. Augustinus. Salah satu karyanya yang terkenal
adalah City of God. Inti dari karya tersebut yaitu mengenai pertempuran antara kerajaan Tuhan sdan
kerajaan dunia untuk menguasai batin manusia. Kerajaan Tuhan diwakili oleh Gereja, kerajaan dunia
diwakili oleh pemerintah kerajaan. Setelah reformasi pada abad 14 barulah timbul protes terhadap
gagasan bahwa manusia hanya dapat memeroleh keselamatan melalui gereja. Terkait dengan
pengetahuan, Augustinus tidak percaya manusia mampu sampai pada pengetahuan yang tepat. Hal ini
dikarenakan adanya bahaya dalam penggunaan bahasa untuk menyembunyikan atau melenyapkan
kebenaran. Dengan demikian, lepaskan bahasa sehari-hari, dan belajar langsung dari Tuhan5
Tokoh berikutnya adalah St. Anselmus (1033 1109). Anselmus mengemukakan semboyan
credo ut intelligam, yang artinya aku percaya agar aku mengerti. Kepercayaan digunakan untuk
mencari pengertian, filsafat sebagai alat pikiran, teologi sebagai kepercayaan. Sumbangan terpenting
Anselmus yaitu suatu ajaran ketuhanan yang bersifat filsafat. Dalam. menjelaskan kedatangan dan
kematian Kristus Anselmus menjelaskan bahwa kemuliaan Tuhan telah digelapkan oleh kejatuhan
malaikat dan manusia. Hal ini merupakan penghinaan bagi Tuhan yang patut dikenai hukuman. Untuk
menyelamatkan manusia, Tuhan menjelma menjadi anakNya agar hukuman dapat ditanggung.
Dengan demikian keadilan, rahmat dan kasih Tuhan telah genap dan dipenuhi. 6
Peter Abelardus dianggap sebagai tokoh yang membuka kembali kebebasan berpikir dengan
semboyannya: intelligo ut credom saya paham supaya saya percaya. Pemikiran Abelardus yang
bercorak nominalismei ditentang oleh gereja karena mengritik kuasa rohani gereja. Dalam ajaran
mengenai etika, ia beranggapan bahwa ukuran etika ialah hukum kesusilaan alam. Kebajikan alam
4
menjadikan manusia tidak perlu memiliki dosa asal. Tiap orang dapat berdosa jika menyimpang dari
jalan kebajikan alam. Akal manusia sebagai pengukur dan penilai
iman,7
Tokoh terahir yag pikirannya tidak sejalan dengan Gereja adalah William Occam" Aku
percaya sebab mustahil", demikian semboyan Occam sebagai suatu gambaran terhadap hubungan
tidak harmonis antara kepercayaan dan pengetahuan. Pandangan dengan corak nominalis ini banyak
dikritik oleh gereja karena dianggap menodai otoritas gereja. Bagi Occam, "bukan saja akal manusia
tidak akan dapat mengerti pernyataan Tuhan, tetapi juga akal akan menyerang segala ikrar keputusan
gereja dengan hebat sebab akal manusia sekali-kali tidak bisa memasuki dunia ketuhanan. Manusia
hanya dapat menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan saja yang telah dinyatakan dalam
alkitab". Dengan demikian, antara keyakinan yang bersumber terhadap agama dan pengetahuan yang
bersumber pada akal harus dipisahkan. Akibat pandangan ini Occam dihukum penjara oleh Paus,
namun mendapat suaka dari Raja Louis IV.
Istilah Patristik diambil dari sebua keadaan dimana Paraelit agama Kristin menjadi orang-
orang agung yang menentukan arah dan tujuan dari peradaban manusia pada saat itu. Patristik berasal
dari kata Latin Patres yang berarti bapa bapa greja, orang-orang yang ahli agama kristen pada abad
permulaan agama kristen. 8 Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-7, dicirikan dengan
usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran Kristen
serta membelanya dari serangan kaum kafir dan kaum Gnosis. Dengan demikian gerakan ijtihad
dilakuakn dalam aspek teologi Kristen, namun dalam kegiatan ijtihad tersebut mereka tidak bisa lepas
dari model berfikir filsafat Yunani. Zaman Patristik mengalami dua tahap: pertama tahap Permulaan
agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesulitan terutama mengenai filsafat Yunani, maka
agama Kristen mempokuskan diri memperkuat gereja dengan menetapkan dogma-dogma. kedua tahap
munculnya Filsafat Augustinus yang melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. 9
Didunia barat agama katolik mulai tersebar dengan ajaranya tentang tuhan, manusia dan
etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggunakan filsafat yunani dan
memperkembangkanya lebih lanjut, khususnya menganai soal-soal tentang kebebasan manusia,
7 [6] Burhanuddin salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cet. Ketiga. hlm. 191
8 Surajio, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta, Bumi Aksara: 2005), hlm. 157
9 Prof.Dr.wiramihardja sutardjo.pengantar filsafat.bandung.refika aditama.2006.hal.55
5
kepribadian, kesusilaan, sifat tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), origenes (185-254),
Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei).
1. Justinus Martir
Nama aslinya ialah justinus, kemudian nama martir di ambil dari istilah orang-orang yang
rela mati hanya untuk kepercayaanya. Ia berpendapat bahwa filsafat yang digabung dengan ide-ide
keagamaan akan menguntungkan asensi dari pengetahuan ialah pemahaman tentang Tuhan, semakin
banyak kita memikirkan kesempurnaan Tuhan akan semakin bertambah kemampuan inteleknya.
Di antara para pembela iman Kristen adalah Tertullianus ia dilahirkan bukan dari keluarga
Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia
menulak kehadiran filsafat Yunani, karna filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya
berpendapat, bahwa whyu tuhan sudahlah cukup, dan tidak ada hubungan antara teologi dengan
filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat fisafat), tidak ada
hubungan antara gereja dengan akedemi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia mengatakan, bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, maka segala yang
dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak penting. Karna apa yang dikatakan oleh para filosof
Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab suci. Akan tetapi karena
kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat yunani sebagai cara
berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir yang rasional diperlukan sekali. Pada
saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan. Saat itu filsafat hanya
mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja.
Sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia
menerima filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan
beserta sifat-sifatnya.
3. Augustinus (354-430)
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain platonisme
dan skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat abad pertengahan, sengga
ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.
6
Setelah ia mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudian tidak menyetujui atau menyukainya,
karena di dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, akan tetapi
orang tidak dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseorang yang ragu-ragu sebenarnya ia berpikir
dan seseorang yang berpikir sesungguhnya ia berada (eksis).
Menurut Augustinus, daya pemikiran manusia ada batasanya, tetapi pikiran manusia dapat
mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal
pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Dan menurutnya lagi, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep yang kemudian juga diikuti
oleh Thomas Aquinas). Artinya dalam menciptakan dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan
bahan. Jadi, berbeda dengan konsep pencitaan yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar
atau materi segala sesuatu. Dunia diciptakan sesuai dengan ide-ide Allah. Manusia dan dunia
berpatisipasi dengan ide-ide ilahi. Pada manusia partisipasi itu lebih aktif dibanding dunia materi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran
Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik.
Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hamper sepuluh abad,
karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu siste, sehingga ajarannya mampu
meresap sampai masa skolastik.
Filsafat patristik mengalami kemunduran sejak abad V hungga abad VIII. Di Barat dan Timur
muncul tokoh-tokoh dan pemikir- pemikir baru dengan corak pemikiran yang mulai berbeda dengan
masa patristik.
Ajaran Kristen di hadapan elit Gereja dianggap sebagai filsafat yang sebenarnya sekaligus
sebagai wahyu. Itulah sebabnya filsafat Yunani kurang diminati dan melahirkan dua sikap, yakni yang
menolak dan yang menerima. Namun pada ahirnya kaum Gereja mempelajari bahkan menggunakan
paham filsafat Yunani. Ahirnya muncul dualisme ambigu. yakni Kristenisasi Helenisme dan
Helenisasi Kristianisme. Gerakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membela dan menjaga ajaran
Kristen.
Periode Skolastik dimulai pada abad ke-9 yang dimunculkan oleh para pelajar dari kalangan
sekolah kerajaan dan sekolah katedral yang didirikan oleh Raja Karel Agung 742-814. Itulah
sebabanya kata Skolastik menunjukkan pada suatu periode di abad pertengahan ketika sekolah banyak
didirikan. Namun makna yang lebih husus bahwa Skolastik menunjuk pada suatu metode, yakni
metode skolastik. Pemikiran Aristoteles memberikan kemajuan yang besar terhadap Filasfat di abad
ini. Pemikiran Filsafat Aristoteles didapat melalu Arab dan Yahudi. ¹52 Di abad ini banyak
bermunculan Universitas, seperti di Bologna (1158), Paris (1170), Oxford (1200). Baru pada abad ke
7
13 lahirlah sintesis besar dari khazah Kristiani dan filsafat Yunani yang disebut sebagai summa
(keseluruhan). Tokoh yang muncul di sini adalah Yohanes Fidansa (1221-1257), Albertus Magnus
(1206 1280) dan tokoh terkemuka Thomas Aquines (1225-1274). Puncak gemilang dari abad ini
adalah saat munculnya universitas di Paris. Filsafat Aristoteles disebarluaskan melalui ilosof Arab.
tokoh-tokoh yangmuncul diabad ini adalah:
C. Pengikut Aristoteles: Albertus Magnus dan muridnya Thomas Aquines yang berhasil menemukan
sintesis antara Aristoteles-Plato-Agistinus dan Skolastik 10
Di samping itu muncul juga aliran-aliran yang merujuk pada filosof Yunani Awal, seperti
aliran 1. Neoplatonis, tokoh utamanya adalah Roger Bacon. 2. Aliran empirisme dan 3. aliran Duns
Scotus. Di sini kebenaran dianggap benar hanya mengacu apda yang kongkrit yang dapat diinderakan.
4. W. Ockhan, filosof ini meneruskan pemikiran Scotus mengenai pengetahuan: konseptualitas.
Setelah itu muncul abad Renaisan (1400-1550) yang ditandai dengan pemisahan agama dengan
kehidupan sosial, abad tempat lahirnya semangat humanisme, antropoesntrisme dan sekularisme.
Sesudah agustinus: keruntuhan. Satu-satunya pemikir yang tampil kemuka ialah: Skotus
Erigena (810-877). Kemudian: Skolastik, disebut demikian karena filsafat diajarkan pada universitas-
universitas (sekolah) pada waktu itu. Persoalan-persoalan: tentang pengertian-pengertian umum
(pengaruh plato). Filsafat mengabdi pada theologi. Yang terkenal: Anselmus (1033-1100), Abaelardus
(1079-1142). Periode ini terbagi menjadi tiga tahap:
Ditandai dengan pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama
dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia. Ajaran Agustinus dan
neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam berbagai aliran pemikiran.
Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian adanya Tuhan berdasarkan rasio murni,
jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci (Anselmus dan Canterbury). Selanjutnya, logika Aristoteles
diterapkan pada semua bidang pengkajian ilmu pengetahuan dan “metode skolastik” dengan pro-
contra mulai berkembang (Petrus Abaelardus pada abad ke-11 atau ke-12). Problem yang hangat
didiskusikan pada masa ini adalah masalah universalia dengan konfrontasi antara “Realisme” dan
“Nominalisme” sebagai latar belakang problematisnya. Selain itu, dalam abad ke-12, ada pemikiran
teoretis mengenai filsafat alam, sejarah dan bahasa, pengalaman mistik atas kebenaran religious pun
mendapat tempat.
8
Pengaruh alam pemikiran dari Arab mempunyai peranan penting bagi perkembangan filsafat
selanjutnya. Pada tahun 800-1200, kebudayaan Islam berhasil memelihara warisan karya-karya para
filsuf dan ilmuwan zaman Yunani Kuno. Kaum intelektual dan kalangan kerajaan Islam
menerjemahkan karya-karya itu dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Maka, pada para pengikut
Islam mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan pulau Sisilia) terjemahan karya-karya filsuf Yunani itu,
terutama karya-karya Aristoteles sampai ke dunia Barat. Dan salah seorang pemikir Islam adalah
Muhammad Ibn Rushd (1126-1198). Namun jauh sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf Islam bernama
Ibn Sina (980-1037) berusaha membuat suatu sintesis antara aliran neo-Platonisme dan
Aristotelianisme.
Dengan demikian, pada gilirannya nanti terbukalah kesempatan bagi para pemikir kristiani
Abad Pertengahan untuk mempelajari filsafat Yunani secara lebih lengkap dan lebih menyeluruh
daripada sebelumnya. Hal ini semakin didukung dengan adanya biara-biara yang antara lain memeng
berfungsi menerjemahkan, menyalin, dan memelihara karya sastra.
Periode puncak perkembangan skolastik : dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli
filsafat Arab dan yahudi. Filsafat Aristoteles memberikan warna dominan pada alam pemikiran Abad
Pertengahan. Aristoteles diakui sebagai Sang Filsuf, gaya pemikiran Yunani semakin diterima,
keluasan cakrawala berpikir semakin ditantang lewat perselisihan dengan filsafat Arab dan Yahudi.
Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna (1158), Paris (1170), Oxford (1200), dan masih
banyak lagi universitas yang mengikutinya. Pada abad ke-13, dihasilkan suatu sintesis besar dari
khazanah pemikiran kristiani dan filsafat Yunani. Tokoh-tokohnya adalah Yohanes Fidanza (1221-
1257), Albertus Magnus (1206-1280), dan Thomas Aquinas (1225-1274). Hasil sintesis besar ini
dinamakan summa (keseluruhan).
11 Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), Cet. I, h. 80-81
9
itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan
Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles
tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun1879, ajaran-ajarannya
dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.
Thomas mengajarkan Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse subsistens). Allah
adalah “dzat yang tertinggi”, yang mempunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah
penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam
pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati
dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan
mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna
kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan,
melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas
1. Adanya gerak didunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah.
Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Gerak menggerakkan ini
tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini adalah
Allah.
2. Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang
berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya
sendiri. Oleh karena itu, maka harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
3. Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh karena semuanya
itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena semuanya itu dapat rusak, maka ada
kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu tidak ada. Jikalau segala sesuatu hanya mewujudkan
kemunginan saja, tentu harus ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu
yang adanya adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu
tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang
tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Allah.
4. Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar dan
lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau
ada yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik.
Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang
baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Allah.
5. Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah,
berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu
10
mencapai akhirnya, tapi memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak
menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah
Allah.
Kelima bukti itu memang dapat menunjukkan, bahwa ada suatu tokoh yang menyebabkan
adanya segala sesuatu, suatu Tokoh yang berada karena diriNya sendiri. Akan tetapi semuanya itu
tidak dapat membuktikan kepada kita akan hekekat Allah yang sebenarnya. Dengan semuanya itu,
kita hanya tahu bahwa Allah ada. Sekalipun demikian dapat juga dikatakan,bahwa orang memang
memiliki beberapa pengetahuan filsafati tentang Allah
Periode skolastik Akhir abad ke 14-15 ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang
kearah nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk
tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Kepercayaan orang pada
kemampuan rasio member jawaban atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Ada semacam
keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak dapat disatukan. Rasio tidak dapat
mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya iman yang dapat menerimanya.
Salah seorang yang berfikir kritis pada periode ini adalah Wiliam dari Ockham (1285-1349).
Anggota ordo Fransiskan ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan mengenai
nominalisme yang dulu pernah didiskusikan. Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang
pemikir dari daerah yang sekarang masuk wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus (1401-1464). Ia
menampilkan “pengetahuan mengenai ketidaktahuan” ala Sokrates dalam pemikiran kritisnya:”Aku
tahu bahwa segala sesuatu yang dapat ku ketahui bukanlah Tuhan”. Pemikir yang memiliki minat
besar pada kebudayaan Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur kita memasuki zaman
baru, yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang diawali oleh zaman Renaissans, zaman
“kelahiran kembali” kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa mulai abad ke-16.
Baru sesudah tahun 1200 filsafat berkembang kembali berkat pengaruh filsafat arab yang
diteruskan ke Eropa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya
hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad
11
Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini hampir
semuanya klerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup,
imam, pimpinan biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
filsafat Skolastik adalah filsafat yang mendominasikan kepada ilmu pengetahuan, berfikir dan yang
dipengaruhi oleh ajaran ajaran yang mempengaruhi persoalan persoalan berpikir seseorang .Filsafat
Skolastik muncul pada abad ke-8 Masehi setelah pemikiran filsafat patristik mulai merosot pada abad
ke-5 hingga ke-7. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya filsafat Skolastik adalah faktor
religius dan faktor ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Rizal Mustansyir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009) cet. Kesembilan
12
[6] Burhanuddin salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
13