Anda di halaman 1dari 11

UTS Hukum dan Etika Kesehatan

Reproduksi

DISUSUN OLEH:

KHAIRUNI HIKMAH
Nim: 1702011050

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2018
Nama : Khairuni Hikmah

NIM : 1702011050

Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Mata Kuliah : Hukum dan Etika Kesehatan Reproduksi

Dosen : Dr. Rizkan Zulyadi Amri, S.H., M.H

Soal Ujian
1. Coba saudara jelaskan mengenai kode etik profesi yang berdasarkan, arti kode etik
profesi, tujuan dan fungsi kode etik profesi, prinsip-prinsip etika profesi, upaya untuk
mematuhi kode etik profesi, dan pelanggaran disiplin profesi.

2. Apa yang anda ketahui tentang peran politik hukum dalam membentuk undang-
undang di bidang kesehatan. (minimal 1 halaman)

3. Apa unsur-unsur sistem hukum yang diterapkan Lawrence Maire Friedman yang
berhubungan dengan hukum kesehatan dan berikan contoh dari unsur sistem tersebut.

4. Buatlah sebuah kasus, serta kronologis kejadian dari awal dan kasus tersebut terhindar
dari tuntutan dan tuduhan secara hukum sebagai mal-praktek, Apa yang harus saudara
siapkan dari sebuah kasus tersebut. Catatan minimal dua (2) doble polio.

“Selamat Mengerjakan”
Jawaban

1. Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Dengan adanya kode etik tersebut,
kita sebagai tenaga kesehatan mengetahui batasan atau aturan apa-apa yang boleh atau
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga profesional.

Tujuan kode etik profesi :

a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat mencegah
oarng luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu setiap kode
etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
Kesejahteraan ialah kesejahteraan materil dan spiritual atau mental. Dalam hal
kesejahteraan materil anggota profesi kode etik umumnya menetapkan larangan-
larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h. Menentukan baku standarnya sendiri.
Sedangkan tujuan kode etik dalam buku Pustaka Filsafat Etika Bisnis, Tuntunan dan
Relevansinya karya DR. A. Sonny Keraf, yaitu :

a. Kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh


kelalaian entah secara sengaja atau tidak sengaja dari kaum profesional. Kode etik
menjamin bahwa masyarakat yang telah mempercayakan diri, hidup, barang milik
atau perkaranya kepada orang yang profesional itu tidak akan dirugikan oleh orang
profesional itu.
b. Kode etik juga bertujuan melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku-perilaku
bobrok orang-orang tertentu yang mengaku dirinya profesional. Dengan kode etik ini,
setiap orang yang punya profesi tersebut bisa dipantau sejauh mana ia masih seorang
profesional dibidangnya, tidak hanya sehubungan dengan keahliannya melainkan juga
dengan komitmen moralnya.

Fungsi kode etik profesi :

a. Kode etik itu ditujukan sebagai acuan kontrol moral atau semacam pengawasan
perilaku yang sanksinya lebih di konsentrasikan secara psikologis dan kelembagaan
b. Kode etik profesi menuntut terbentuknya integritas moral yang kuat di kalangan
pengemban profesi
c. Martabat atau jati diri suatu organisasi profesi akan ditentukan pula oleh kualitas
pemberdaaan kode etik profesi organisasi itu sendiri
d. Kode etik profesi itu menjadi acuan supaya anggota profesi tetap bermatabat dalam
profesinya
e. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi.

Prinsip-prinsip etika profesi :

a. Prinsip Sikap Baik


Seorang profesional harus bersikap baik kepada siapa saja tanpa terkecuali.
b. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya. Dengan kata lain kita harus bersikap adil kepada siapa pun tanpa pandang
bulu.
c. Prinsip Hormat Terhadap Diri Sendiri
Prinsip yang menuntut seorang yang profesional agar menghormati diri sendiri dalam
menjalankan profesinya.

Upaya untuk mematuhi kode etik profesi :

a. Klausula Penundukan Pada Undang-Undang


Setiap undang-undang mencantumkan dengan tegas sanksi yang diancamkan kepada
pelanggarnya. Dengan demikian menjadi pertimbangan bagi warga, tidak ada jalan
lain kecuali taat, jika terjadi pelanggaran berarti warga yang bersangkutan bersedia
dikenai sanksi yang cukup memberatkan atau merepotkan baginya. Ketegasan sanksi
undang-undang ini lalu diproyeksikan kepada rumusan kode etik profesi yang
memberlakukan sanksi undang-undang kepada pelanggarnya.
b. Legalisasi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi adalah semacam perjanjian bersama semua anggota bahwa mereka
berjanji untuk mematuhi kode etik yang telah dibuat bersama. Dalam rumusan kode
etik tersebut dinyatakan, apabila terjadi pelanggaran, kewajiban mana yang cukup
diselesaikan oleh dewan kehormatan, dan kewajiban mana yang harus diselesaikan
oleh pengadilan. Untuk memperoleh legalisasi, ketua profesi yang bersangkutan
mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri setempat agar kode etik itu
disahkan dengan akta penetapan pengadilan yang berisi perintah penghukuman
kepada setiap anggota untuk mematuhi kode etik itu. Jadi kekuatan berlaku dan
mengikat kode etik mirip dengan akta perdamaian yang dibuat oleh hakim. Apabila
ada yang melanggar kode etik, maka dengan surat perintah, pengadilan memaksakan
pemulihan itu.

Pelanggaran disiplin profesi, pelanggaran ditemukan dalam bentuk :

a. Medical neligence (kelalaian medik) yang diartikan sebagai melakukan sesuatu yag
seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Contohnya adalah menegakkan diagnosis dan memberikan tanpa melakukan
pemeriksaan terhadap pasien.
b. Profesional misconduct (kesalahan perilaku profesional)
Contohnya adalah melakukan hubungan seksual dengan pasien, dan melakukan
kesalahan tindakan yang mengakibatkan pasien cacat atau meninggal.

2. Peran politik hukum dalam membentuk undang-undang di bidang kesehatan :


Hubungan antara politik dan hukum adalah dasar dari politik hukum dengan
ketentuan bahwa pelaksanaan pengembangan politik hukum tidak bisa dipisahkan dengan
pelaksanaan pengembangan politik secara keseluruhan. Atau, dapat dikatakan, prinsip
dasar yang dipergunakan sebagai ketentuan pengembangan politik akan juga berlaku bagi
pelaksanaan politik hukum yang diwujudkan melalui peraturan perundang-undangan.
Keanekaragamaan tujuan dan alasan dibuatnya peraturan perundang-undangan
disebut sebagai politik hukum (legal policy). Pembuatan peraturan perundang-undangan,
politik hukum sangat penting, paling penting, untuk dua hal. Pertama sebagai alasan
mengapa diperlukan pembentukan suatu peraturan perundang-undangan. Kedua, untuk
menentukan apa yang hendak diterjemahkan kedalam kalimat hukum dan menjadi
perumusan pasal. Pada tiap periode pemerintahan di Indonesia dari segi teknis perundang-
undangan segala kehendak, aspirasi, dan kepentingan pemerintah pusat pasti akan menjadi
politik hukum dalam membuat peraturan perundang-undangan tersebut.
Di sisi inilah politik hukum memainkan perannya untuk menciptakan sebuah
peraturan perundang-undangan yang mampu menciptakan sistem hukum yang transparan,
independen dan tidak memihak, karena keberadaan peraturan perundang-undangan dan
perumusan pasal merupakan “jembatan” antara politik hukum yang ditetapkan dengan
pelaksanaan politik hukum tersebut dalam tahap implementasi peraturan perundang-
undangan.
Peraturan perundang-undangan yang baik akan membatasi, mengatur dan sekaligus
memperkuat hak warga negara. Pelaksanaan hukum yang transparan dan terbuka di satu
sisi dapat menekan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh tindakan warga negara
sekaligus juga meningkatkan dampak positif dari aktivitas warga negara. Dengan
demikian hukum pada dasarnya memastikan munculnya aspek-aspek positif dari
kemanusiaan dan menghambat aspek negatif dari kemanusiaan. Penerapan hukum yang
ditaati dan diikuti akan menciptakan ketertiban dan memaksimalkan ekspresi potensi
masyarakat.
Peraturan Perundang-undangan merupakan bagian dari hukum yang dibuat secara
sengaja oleh lembaga negara. Hal tersebut muncul tidak secara tiba-tiba. Akan tetapi hal
tersebut dibuat dengan tujuan dan beberapa alasan-alasan tertentu. Mengingat harus ada
konsitensi dan korelasi antara apa yang ditetapkan sebagai politik hukum dengan yang
ingin dicapai sebagai tujuan. politik hukum dapat dibedakan dalam dua dimensi. Dimensi
pertama adalah politik hukum yang menjadi alasan dasar dari diadakannya suatu peraturan
Perundang-undangan. Dimensi kedua dari politik hukum adalah tujuan atau alasan yang
muncul dibalik pemberlakuan suatu peraturan Perundang-undangan, yang kemudian
disebut sebagai “Kebijakan Pemberlakuan”. Melalui “kebijakan Pemberlakuan” inilah
dapat dilakukan pengidentifikasian beragam kebijakan pemberlakuan undang-undang di
Indonesia.
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, politik hukum merupakan
bagian dari rencana pembangunan dan/atau rencana kerja pemerintah pada umumnya.
Politik hukum juga ditetapkan secara bertingkat, yaitu pertama berupa garis-garis besar
dan kemudian ditempat lain berupa penjabaran-penjabaran lebih lanjut garis-garis besar
tersebut di dalam pasal-pasal pada setiap undang-undang. Secara khusus, politik hukum
dapat dibaca dari bagian “menimbang” dan “penjelasan umum” dari Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam bagian “menimbang” dan “penjelasan
umum” dapat diketahui politik hukum berkenaan dengan materi yang diaturnya.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan untuk mencapai
tujuannya maka di dalam pembangunan kesehatan harus memperhatikan berbagai asas
yang memberikan arah pembangunan kesehatan dan dilaksanakan melalui upaya
kesehatan, sebagai berikut :
a. Asas perikemanusiaan yang berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilandasi atas
perikemanusiaan yang berdasarkan pada ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak
membedakan golongan agama dan bangsa
b. Asas keseimbangan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dilaksanakan antara
kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara materiil dan
sipiritual
c. Asas manfat berati bahwa pembangunan kesehatan harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikhidupan yang sehat bagi setiap warga
negara
d. Asas perlindungan berarti bahwa pembangunan kesehatan harus dapat memberikan
perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan kesehatan
e. Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa pembangunan kesehatan
dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai bentuk kesamaan
kedudukan hukum
f. Asas keadilan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan pembiayaan
yang terjangkau
g. Asas gender dan nondiskriminatif berarti bahwa pembangunan kesehatan tidak
membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki
h. Asas norma agam berarti pembangunan kesehatan harus memperhatikan dan
menghormati serta tidak membedakan agama yang dianut masyarakat

3. Menurut Lawrence Maire Friedman ada 3 unsur sistem hukum, yakni struktur hukum
(struktur of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
culture). Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum meliputi
perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living
law) yang dianut dalam suatu masyarakat.
a. Struktur Hukum
Struktur hukum, yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang
menjaga proses tetap berada di dalam batas-batasnya. Struktur terdiri atas: jumlah serta
ukuran pengadilan, jurisdiksinya (jenis perkara yang diperiksa serta hukum acara yang
digunakan), termasuk di dalam struktur ini juga mengenai penataan badan legislative.
Sistem struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan
dengan baik. Struktur hukum berdasarkan UU No. 8 Tahun 1981 meliputi; mulai dari
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas). Kewenangan
lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang. Sehingga dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh-pengaruh lain. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat
penegak hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu
peraturan perundang-undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang
baik maka keadilan hanya angan-angan. Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum
mengakibatkan penegakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak
faktor yang mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat penegak hukum diantaranya
lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses rekruitmen yang tidak transparan dan
lain sebagainya. Sehingga dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan
peran penting dalam memfungsikan hukum. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas
penegak hukum rendah maka akan ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya
buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan munculnya masalah
masih terbuka.
Masalah yang ditimbulkan dari struktur hukum yaitu sekarang banyak kasus
penyelewengan kewenangan di ranah penegak hukum kepolisian yang banyak
melakukan pelanggaran contohnya, banyak polisi lalu lintas yang menyalahi aturan
seperti melakukan Tilang tapi akhirnya minta uang, dan melakukan pengoperasian tapi
tidak ada surat izin dan lain sebagainnya. Sebagai Penegak hukum seharunya bisa
menjadi wadah penampung aspirasi masyarakat ini malah menjadi musuh nyata bagi
masyarakat, lihat saja sekarang masyarakat tidak lagi mempercayai eksintensi penegak
hukum di negeri ini.
b. Substansi Hukum
Subtansi hukum bisa dakatakan sebagai norma, aturan, dan perilaku nyata manusia
yang berada pada sestem itu, di dalam subtansi hukum ada istilah “ produk” yaitu suatu
keputusan yang baru di susun dan baru di buat yang mana di sini di tekankan pada
suatu hukum akan di buat jika melalui peristiwa terlebih dahulu. Seperti tertulis pada
KUHP pasal 1 di tentukan “tidak ada suatu perbuatan pidana yang dapat di hukum jika
tidak ada aturan yang mengaturnya”, sistem ini sangat mempengaruhi sistem hukum di
Indonesia. Peluang besar bagi seorang pelanggar hukum untuk lari dari sebuah sanksi
dari tindakan yang menyalahi hukum itu sendiri. Sudah banyak kasus yang terjadi di
Indonesia, yang di sebabkan lemahnya system yang sehingga para pelanggar hukum itu
seolah meremehkan hukum yang ada. Substansi hukum juga mencakup hukum yang
hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law
books). Sebagai negara yang masih menganut sistem Civil Law Sistem atau sistem
Eropa Kontinental (meski sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah
menganut Common Law).
Beberapa contoh substansi hukum : pengemudi melebihi batas kecepatan akan
dikenakan denda. Seseorang yang membeli barang-barang harus menyerahkan sejumlah
uang kepada penjual barang tersebut. Aturan mengenai penggunaan helm atau pajak
bumi dan bangunan.
c. Budaya Hukum
Budaya hukum ini pun dimaknai sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial
yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.
Selanjutnya Friedman merumuskan budaya hukum sebagai sikap-sikap dan nilai-nilai
yang ada hubungan dengan hukum dan sistem hukum, berikut sikap-sikap dan nilai-
nilai yang memberikan pengaruh baik positif maupun negatif kepada tingkah laku yang
berkaitan dengan hukum. Demikian juga kesenangan atau ketidak senangan untuk
berperkara adalah bagian dari budaya hukum. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan
budaya hukum itu tidak lain dari keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana
sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam kerangka budaya milik
masyarakat umum. Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa yang disebut budaya
hukum adalah keseluruhan sikap dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada
dalam masyarakat yang akan menentukan bagaimana seharusnya hukum itu berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan.
Beberapa contoh budaya hukum : kebiasaan pengendara motor untuk memacu gas
kalau lampu berwarna kuning, padahal warna itu adalah tanda agar pengendara bersiap
untuk berhenti menyongsong lampu warna merah. Budaya orang Amerika yang senang
berperkara ke pengadilan, sebalinya budaya orang Cina dan Jepang yang malu bila
perkaranya akhirnya disidangkan di pengadilan. Kebiasaan birokrasi mempersulit
pengajuan permohonan apabila tidak disertai dengan uang pelicin.
Hubungan antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri tak berdaya, seperti pekerjaan
mekanik. Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi adalah apa yang dikerjakan dan
dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang
memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan
bagaimana mesin itu digunakan.

4. Tanggal : Senin, 6 Agustus 2018

Jam : 02.00 WIB

Tempat : Klinik Humaira

Kronologi Kejadian :

Sepasang suami istri membawa anak laki-lakinya berobat ke Klinik Humaira, karena
anaknya yang berusia 3 tahun panas tinggi dengan suhu 41,7 derajat celsius. Panas yang
dialami anak tersebut sudah sejak pagi, namun terus meningkat sampai malam hari.
Sesampainya di klinik, dokter memeriksa keadaan anak tersebut. Kemudian dokter
memberikan obat yang dimasukkan melalui anus (pantatnya) berharap agar suhunya
segera dan cepat turun. Namun sesaat dokter hendak membalikkan badan, anak itu pun
kejang. Sepasang suami istri kaget melihat anaknya yang tiba-tiba kejang. Si ibu
mengatakan bahwa gara-gara obat yang barusan dimasukkan oleh dokter yang
menyebabkan anaknya kejang.

Analisa Kasus :

Kejang pada kasus ini dapat terjadi akibat demam tinggi. Pada kasus ini, ibu tidak segera
membawa anaknya ke dokter, padahal anaknya sudah seharian demam. Anak baru dibawa
saat larut malam setelah panasnya tinggi sampai terjadi kejang demam. Kebetulan kejang
terjadi sesaat setelah dokter memasukkan obat demamnya. Sangat kecil kemungkinan
kejang disebabkan oleh obat yang diberikan dokter, karena obat itu baru saja diberikan dan
belum sempat diserap tubuh anak itu. Setelah dijelaskan oleh dokter, orang tua pasien
kemudian bisa mengerti bahwa kejang itu karena demam tinggi yang dialami anaknya
bukan karena over dosis obat seperti yang disangkakan.

Anda mungkin juga menyukai