Reproduksi
DISUSUN OLEH:
KHAIRUNI HIKMAH
Nim: 1702011050
NIM : 1702011050
Soal Ujian
1. Coba saudara jelaskan mengenai kode etik profesi yang berdasarkan, arti kode etik
profesi, tujuan dan fungsi kode etik profesi, prinsip-prinsip etika profesi, upaya untuk
mematuhi kode etik profesi, dan pelanggaran disiplin profesi.
2. Apa yang anda ketahui tentang peran politik hukum dalam membentuk undang-
undang di bidang kesehatan. (minimal 1 halaman)
3. Apa unsur-unsur sistem hukum yang diterapkan Lawrence Maire Friedman yang
berhubungan dengan hukum kesehatan dan berikan contoh dari unsur sistem tersebut.
4. Buatlah sebuah kasus, serta kronologis kejadian dari awal dan kasus tersebut terhindar
dari tuntutan dan tuduhan secara hukum sebagai mal-praktek, Apa yang harus saudara
siapkan dari sebuah kasus tersebut. Catatan minimal dua (2) doble polio.
“Selamat Mengerjakan”
Jawaban
1. Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Dengan adanya kode etik tersebut,
kita sebagai tenaga kesehatan mengetahui batasan atau aturan apa-apa yang boleh atau
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga profesional.
a. Kode etik itu ditujukan sebagai acuan kontrol moral atau semacam pengawasan
perilaku yang sanksinya lebih di konsentrasikan secara psikologis dan kelembagaan
b. Kode etik profesi menuntut terbentuknya integritas moral yang kuat di kalangan
pengemban profesi
c. Martabat atau jati diri suatu organisasi profesi akan ditentukan pula oleh kualitas
pemberdaaan kode etik profesi organisasi itu sendiri
d. Kode etik profesi itu menjadi acuan supaya anggota profesi tetap bermatabat dalam
profesinya
e. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi.
a. Medical neligence (kelalaian medik) yang diartikan sebagai melakukan sesuatu yag
seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Contohnya adalah menegakkan diagnosis dan memberikan tanpa melakukan
pemeriksaan terhadap pasien.
b. Profesional misconduct (kesalahan perilaku profesional)
Contohnya adalah melakukan hubungan seksual dengan pasien, dan melakukan
kesalahan tindakan yang mengakibatkan pasien cacat atau meninggal.
3. Menurut Lawrence Maire Friedman ada 3 unsur sistem hukum, yakni struktur hukum
(struktur of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
culture). Struktur hukum menyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum meliputi
perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living
law) yang dianut dalam suatu masyarakat.
a. Struktur Hukum
Struktur hukum, yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang
menjaga proses tetap berada di dalam batas-batasnya. Struktur terdiri atas: jumlah serta
ukuran pengadilan, jurisdiksinya (jenis perkara yang diperiksa serta hukum acara yang
digunakan), termasuk di dalam struktur ini juga mengenai penataan badan legislative.
Sistem struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan
dengan baik. Struktur hukum berdasarkan UU No. 8 Tahun 1981 meliputi; mulai dari
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas). Kewenangan
lembaga penegak hukum dijamin oleh undang-undang. Sehingga dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan
pengaruh-pengaruh lain. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila tidak ada aparat
penegak hukum yang kredibilitas, kompeten dan independen. Seberapa bagusnya suatu
peraturan perundang-undangan bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang
baik maka keadilan hanya angan-angan. Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum
mengakibatkan penegakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak
faktor yang mempengaruhi lemahnya mentalitas aparat penegak hukum diantaranya
lemahnya pemahaman agama, ekonomi, proses rekruitmen yang tidak transparan dan
lain sebagainya. Sehingga dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan
peran penting dalam memfungsikan hukum. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas
penegak hukum rendah maka akan ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya
buruk sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan munculnya masalah
masih terbuka.
Masalah yang ditimbulkan dari struktur hukum yaitu sekarang banyak kasus
penyelewengan kewenangan di ranah penegak hukum kepolisian yang banyak
melakukan pelanggaran contohnya, banyak polisi lalu lintas yang menyalahi aturan
seperti melakukan Tilang tapi akhirnya minta uang, dan melakukan pengoperasian tapi
tidak ada surat izin dan lain sebagainnya. Sebagai Penegak hukum seharunya bisa
menjadi wadah penampung aspirasi masyarakat ini malah menjadi musuh nyata bagi
masyarakat, lihat saja sekarang masyarakat tidak lagi mempercayai eksintensi penegak
hukum di negeri ini.
b. Substansi Hukum
Subtansi hukum bisa dakatakan sebagai norma, aturan, dan perilaku nyata manusia
yang berada pada sestem itu, di dalam subtansi hukum ada istilah “ produk” yaitu suatu
keputusan yang baru di susun dan baru di buat yang mana di sini di tekankan pada
suatu hukum akan di buat jika melalui peristiwa terlebih dahulu. Seperti tertulis pada
KUHP pasal 1 di tentukan “tidak ada suatu perbuatan pidana yang dapat di hukum jika
tidak ada aturan yang mengaturnya”, sistem ini sangat mempengaruhi sistem hukum di
Indonesia. Peluang besar bagi seorang pelanggar hukum untuk lari dari sebuah sanksi
dari tindakan yang menyalahi hukum itu sendiri. Sudah banyak kasus yang terjadi di
Indonesia, yang di sebabkan lemahnya system yang sehingga para pelanggar hukum itu
seolah meremehkan hukum yang ada. Substansi hukum juga mencakup hukum yang
hidup (living law), bukan hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law
books). Sebagai negara yang masih menganut sistem Civil Law Sistem atau sistem
Eropa Kontinental (meski sebagaian peraturan perundang-undangan juga telah
menganut Common Law).
Beberapa contoh substansi hukum : pengemudi melebihi batas kecepatan akan
dikenakan denda. Seseorang yang membeli barang-barang harus menyerahkan sejumlah
uang kepada penjual barang tersebut. Aturan mengenai penggunaan helm atau pajak
bumi dan bangunan.
c. Budaya Hukum
Budaya hukum ini pun dimaknai sebagai suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial
yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan.
Selanjutnya Friedman merumuskan budaya hukum sebagai sikap-sikap dan nilai-nilai
yang ada hubungan dengan hukum dan sistem hukum, berikut sikap-sikap dan nilai-
nilai yang memberikan pengaruh baik positif maupun negatif kepada tingkah laku yang
berkaitan dengan hukum. Demikian juga kesenangan atau ketidak senangan untuk
berperkara adalah bagian dari budaya hukum. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan
budaya hukum itu tidak lain dari keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana
sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam kerangka budaya milik
masyarakat umum. Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa yang disebut budaya
hukum adalah keseluruhan sikap dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada
dalam masyarakat yang akan menentukan bagaimana seharusnya hukum itu berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan.
Beberapa contoh budaya hukum : kebiasaan pengendara motor untuk memacu gas
kalau lampu berwarna kuning, padahal warna itu adalah tanda agar pengendara bersiap
untuk berhenti menyongsong lampu warna merah. Budaya orang Amerika yang senang
berperkara ke pengadilan, sebalinya budaya orang Cina dan Jepang yang malu bila
perkaranya akhirnya disidangkan di pengadilan. Kebiasaan birokrasi mempersulit
pengajuan permohonan apabila tidak disertai dengan uang pelicin.
Hubungan antara tiga unsur sistem hukum itu sendiri tak berdaya, seperti pekerjaan
mekanik. Struktur diibaratkan seperti mesin, substansi adalah apa yang dikerjakan dan
dihasilkan oleh mesin, sedangkan kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang
memutuskan untuk menghidupkan dan mematikan mesin itu, serta memutuskan
bagaimana mesin itu digunakan.
Kronologi Kejadian :
Sepasang suami istri membawa anak laki-lakinya berobat ke Klinik Humaira, karena
anaknya yang berusia 3 tahun panas tinggi dengan suhu 41,7 derajat celsius. Panas yang
dialami anak tersebut sudah sejak pagi, namun terus meningkat sampai malam hari.
Sesampainya di klinik, dokter memeriksa keadaan anak tersebut. Kemudian dokter
memberikan obat yang dimasukkan melalui anus (pantatnya) berharap agar suhunya
segera dan cepat turun. Namun sesaat dokter hendak membalikkan badan, anak itu pun
kejang. Sepasang suami istri kaget melihat anaknya yang tiba-tiba kejang. Si ibu
mengatakan bahwa gara-gara obat yang barusan dimasukkan oleh dokter yang
menyebabkan anaknya kejang.
Analisa Kasus :
Kejang pada kasus ini dapat terjadi akibat demam tinggi. Pada kasus ini, ibu tidak segera
membawa anaknya ke dokter, padahal anaknya sudah seharian demam. Anak baru dibawa
saat larut malam setelah panasnya tinggi sampai terjadi kejang demam. Kebetulan kejang
terjadi sesaat setelah dokter memasukkan obat demamnya. Sangat kecil kemungkinan
kejang disebabkan oleh obat yang diberikan dokter, karena obat itu baru saja diberikan dan
belum sempat diserap tubuh anak itu. Setelah dijelaskan oleh dokter, orang tua pasien
kemudian bisa mengerti bahwa kejang itu karena demam tinggi yang dialami anaknya
bukan karena over dosis obat seperti yang disangkakan.