Anda di halaman 1dari 10

Nama : Khairuni Hikmah

NIM : 1702011050

Kelas :A

Semester : 1 (satu)

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan

Dosen : Namora Lumongga Lubis, M.SC, Ph.D

SOAL

1. Penyimpangan perilaku pada remaja erat kaitannya dengan perkembangan


informasi dan komunikasi, yang mana produk media komunikasi dan
pertunjukkan yang mengandung muatan materi pornografi memberikan
dampak negatif pada remaja
a. Coba anda jelaskan etika komunikasi sesuai dengan kasus diatas !
b. Terdapat beberapa model komunikasi, menurut anda model komunikasi apa
yang tepat untuk kasus diatas ?
c. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat bagaimana peran anda memberikan
edukasi dan promotif kepada remaja dan pihak-pihak yang ada diruang
lingkup remaja ?
2. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara
terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS kesehatan,
dengan tujuan pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan
biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien. Namun fakta dilapangan
memperlihatkan rendahnya partisipasi masyarakat untuk mengikuti program
prolanis. Padahal program tersebut gratis dan disosialisasikan ke masyarakat.
a. Jelaskan menurut anda faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya
partisipasi masyarakat untuk mengikuti program prolanis
b. Apa yang harus dilakukan tenaga kesehatan untuk memotivasi masyarakat
agar rutin melakukan kontrol ?
3. Di Kecamatan Tuminting pada tahun 2013 terdapat 208 kasus TB BTA (+).
Dari observasi yang dilakukan terdapat masalah dalam penanganan kasus TB,
masalah yang dijumpai yaitu penderita TB yang sudah merasa sehat berhenti
melakukan pengobatan sebelum waktu pengobatannya selesai. Dimana waktu
yang diperlukan untuk pengobatan sampai dinyatakan sembuh adalah 6-8 bulan
sampai habis lab BTA (-). Hal tersebut memberikan dampak buruk pada
anggota masyarakat lain yang belum terinfeksi. Akibatnya banyak anggota
masyarakat yang tadinya sehat menjadi tertular penyakit TB BTA (+). Selain
itu kesadaran penderita TB untuk menggunakan masker sangat rendah, mereka
merasa terasingkan jika menggunakan masker.
a. Jelaskan strategi promkes yang sesuai dengan kasus di atas agar pasien TB
BTA (+) mau rutin minum obat selama 6 bulan.
b. Jelaskan intervensi apa yang anda gunakan, untuk memberikan edukasi dan
promotif kepada masyarakat yang belum mengetahui penyakit TB Paru agar
mau berobat ke puskesmas dan tidak menularkan kepada masyarakat.
JAWABAN

1.
a. Etika komunikasi yang sesuai dengan kasus diatas :
Etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Etika komunikasi menilai mana
tindakan komunikasi yang baik dan buruk berdasarkan standar yang
berlaku.
Hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi :
- Fokus pada lawan bicara
- Fokus pada masalah
- Jangan menimpali pembicaraan.
- Saling menghargai
- Selingi Dengan Humor

Adapun hal-hal yang perlu dihindari dalam berkomunikasi adalah dengan


penggunaan kalimat informal (tidak baku), berbicara sambil melakukan hal
lain, terlalu banyak basa-basi, berbicara dengan nada kasar, nada
memerintah, tidak boleh menghakimi dan manage intonasi.

Etika komunikasi yang sesuai dengan kasus diatas adalah kita melakukan
pendekatan serta memberikan pemahaman dan penejelasan kepada remaja
bahwa media komunikasi seperti sosial media itu ada sisi positif dan
negatifnya. Kemudian melakukan langkah-langkah preventif agar tidak
terjadinya penyimpangan perilaku pada remaja yaitu dengan dukungan dari
semua pihak, baik itu dari pemerintah, sekolah, masyarakat dan keluarga itu
sendiri tentang penggunaan media sosial yang baik dan mendidik. Hal yang
tidak kalah untuk menghindari penyimpangan perilaku remaja yaitu dengan
penanaman agama yang baik.

b. Model komunikasi yang tepat untuk kasus diatas adalah Model Lasswell.
Pada model komunikasi Harold Laswell ini menggambarkan komunikasi
dalam ungkapan who, says what, in which channel, to whom, with what
effect ? Atau dalam bahasa Indonesia adalah, siapa, mengatakan apa,
dengan medium apa, kepada siapa, dengan pengaruh apa? Model ini
menjelaskan tentang proses komunikasi dan fungsinya terhadap masyarakat.
Lasswell berpendapat bahwa di dalam komunikasi terdapat tiga fungsi
dan tiga  kelompok spesialis yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi-
fungsi tersebut.
- Who (siapa/sumber)
Who dapat diartikan sebagai sumber atau komunikator yaitu, pelaku atau
pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan juga yang
memulai suatu komunikasi. Pihak tersebut bisa seorang individu,
kelompok, organisasi, maupun suatu Negara sebagai komunikator.
- Says what (pesan)
Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan
kepada komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi
informasi.
- In which channel (saluran/media)
Suatu alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada
komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak
langsung (melalu media cetak/elektronik).
- To whom (siapa/penerima)
Sesorang yang menerima siapa bisa berupa suatu kelompok, individu,
organisasi atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber. Hal
tersebut dapat disebut tujuan (destination), pendengar (listener), khalayak
(audience), komunikan, penafsir, penyandi balik (decoder).
- With what effect (dampak/efek)
Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) seteleh
menerima pesan dari sumber seperti perubahan sikap dan bertambahnya
pengetahuan.
Contoh Mengaplikasikan Model Komunikasi Laswell
Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan
disampaikan kepada murid atau komunikan. Setelah itu guru juga harus
menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung (tatap
muka) atau tidak langsung (media). Setelah itu guru harus menyesuaikan
topic/ diri/ tema yang sesuai dengan umur si komunikan, juga harus
menentukan tujuan komunikasi/ maksud dari pesan agar terjadi
dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.
c. Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam memberikan edukasi dan
promotif kepada remaja dan pihak-pihak yang ada diruang lingkup remaja
yaitu :
- Petugas kesehatan selaku edukator berperan dalam melaksanakan
bimbingan atau penyuluhan, pendidikan pada klien, keluarga,
masyarakat, dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan
tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi termasuk mengenai
kehamilan usia remaja. Peran penyuluhan petugas kesehatan
dilaksanakan dengan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara petugas kesehatan kepada individu yang sedang mengalami
masalah kesehatan.
- Selaku motivator, petugas kesehatan berkewajiban untuk mendorong
perilaku positif dalam kesehatan, dilaksanakan konsisten dan lebih
berkembang.
- Untuk peran fasilitator, tenaga kesehatan harus mampu menjembatani
dengan baik antara pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keluarga
sehingga faktor risiko dalam tidak terpenuhinya kebutuhan keamanan
dapat diatasi, kemudian membantu keluarga dalam menghadapi kendala
untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Semua peran petugas kesehatan dapat dilaksanakan dalam Program
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang merupakan pelayanan
kesehatan kepada remaja melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan
keinginan, selera, dan kebutuhan remaja.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas remaja antara lain
adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR),
termasuk kualitas dalam memberikan informasi kesehatan peduli remaja
(PKPR), termasuk kualitas dalam memberikan informasi kesehatan remaja
dan pelayanan konseling. Untuk itu, kemampuan petugas kesehatan
khususnya di puskesmas dan rumah sakit dalam pelaksanaan konseling dan
penyampaian informasi yang jelas, benar dan tepat mengenai PKPR perlu
ditingkatkan.
Adapun peran tenaga kesehatan dalam mengatasi perilaku menyimpang
remaja yaitu penyedia layanan kesehatan, komunikator, perencanaan dan
koordinator asuhan, pengajar, investigator dan pengembangan profesional
(meningkatkan kualitas layanan).
2.
a. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi masyarakat untuk
mengikuti program prolanis adalah :
- Pengetahuan
Penderita yang mempunyai tingkat pengetahuan baik akan dapat menjadi
guru yang baik bagi dirinya, dengan pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi kepatuhan peserta tersebut untuk lebih patuh dalam
PROLANIS dan dapat melakukan semua kegiatan yang ada dalam
PROLANIS karena dapat memberi manfaaat bagi kesehatan dalam
dirinya.
- Umur
Umur yang semakin bertambah tidak dapat aktif dalam posyandu lansia.
- Motivasi untuk sehat
Adanya motivasi dalam diri lansia untuk sehat dan bisa beraktifitas
secara baik, sehingga lansia mau mengikuti program prolanis.
- Dukungan Keluarga
Adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga akan membuat lansia
menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti progarm Prolanis.
- Jarak ke tempat kegiatan
Jika jarak tempat kegiatannya jauh, maka lansia akan malas dan merasa
capek untuk mengikuti program prolanis, namun jika tempat kegiatannya
mudah dijangkau maka kebanyakan lansia akan mau mengikuti program
prolanis.
b. Yang harus dilakukan tenaga kesehatan untuk memotivasi masyarakat agar
rutin melakukan kontrol adalah dengan melakukan sosialisasi pentingnya
menjalani pengobatan yang teratur bagi penderita hipertensi, melakukan
penyuluhan kesehatan mengenai penyakit hipertensi dan DM, dan
pemberian brosur tentang penyakit hipertensi dan DM.
Adapun cara lain untuk memotivasi masyarakat agar rutin melakukan
kontrol yaitu :
- Mengenal budaya masyarakat setempat, apakah masyarakat setempat
telah rajin mengikuti program Prolanis atau belum, kalau sudah
bagaimana cara melakukannya, selanjutnya juga perlu memahami di
dalam masyarakat tersebut ada tidak tokoh-tokoh formal maupun
nonformal yang apabila kita masuk ke dalam masyarakat tersebut
menjadikan mereka tersinggung, kalau ada hal yang demikian maka
motivator harus mendekati tokoh-tokoh tersebut.
- Mengenal kebutuhan masyarakat yang akan dimotivasi (motivandus),
walaupun kebutuhan tersebut kadangkala belum dirasakan oleh
motivandus
- Perlu membuat hubungan yang baik, perlu ada kepercayaan dari lansia
terhadap tenaga kesehatan sebelum melakukan motivasi. Kepercayaan
lansia bisa ditumbuhkan lewat komunikasi dan interaksi yang baik pada
kehidupan sehari-hari.
- Dalam memotivasi, motivator hendaknya menggunakan bahasa yang
sesuai dengan tingkat pendidikan/tingkat pengetahuan motivandus. Bila
perlu gunakan alat peraga, gambar-gambar dan data yang menunjukkan
bahayanya bila lansia tidak teratur kontrol.
- Motivator jangan menggurui, karena pada hakikatnya memotivasi itu
bukan mendidik atau mengajar, tetapi menumbuhkan niat atau kesadaran
untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan tujuan motivasi.
- Memotivasi masyarakat tidak cukup sekali. Oleh sebab itu, perlu
perencanaan, kemudian intervensi/tindakan motivasi, evaluasi, dan
apabila pendekatan dan teknisnya kurang baik, maka perencanaannya
diperbaiki kembali dan seterusnya.
- Penggunaan media dalam motivasi. Media yang baik adalah media yang
mendidik, sesuai dengan keinginan motivandus, murah dan mudah.
Misalnya dengan diputarkan film, poster, dan sebagainya.
- Pada situasi dan kondisi tertentu, perlu menggunakan “key person” untuk
memberikan motivasi. Key person ini adalah orang yang dipercaya oleh
masyarakat karena kedudukannya, kewibawaannya, atau pengalamannya.
- Memberikan contoh langsung melalui penerapan hidup sehat pada
keluarga tenaga kesehatan sendiri agar mereka tergerak untuk meniru.
- Melakukan pendekatan individu melalui kunjungan rumah. Tenaga
kesehatan sebaiknya tidak bersikap menggurui kepada sasaran dalam
melakukan kunjungan. Berbincang-bincang sambil memberi informasi
tentang manfaat kegiatan Prolanis merupakan cara yang lebih baik
daripada menggurui. Untuk membina hubungan yang baik dengan ibu-
ibu, tenaga kesehatan perlu bersikap ramah dan menghindari kebiasaan
mengecam atau memarahi masyarakat.
- Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat yang bisa membantu
menggerakkan atau memotivasi masyarakat. Misalnya kepala desa, tokoh
agama (ulama), pemimpin adat, guru, dan sebagainya.
- Mengembangkan kegiatan-kegiatan Prolanis secara menarik dan
berdasarkan kebutuhan masyarakat sehingga mereka bisa merasakan
manfaatnya.
3.
a. Strategi promkes yang sesuai dengan kasus di atas agar pasien TB BTA (+)
mau rutin minum obat selama 6 bulan adalah dengan strategi promosi
kesehatan global yaitu dengan cara dukungan sosial. Agar kegiatan promosi
kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat. Dukungan sosial
adalah ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik,
dukungan sosial ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan petugas.
Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan
melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau
dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan
lebih diterima.
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat
formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh
masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya
adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat
mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-program tersebut.
Dengan adanya dukungan sosial yang diberikan oleh tokoh-tokoh
masyarakat (formal maupun informal), maka penderita TB BTA (+) akan
lebih mudah menerima informasi dan mau minum obat rutin selama 6
bulan. Dukungan yang tidak kalah penting yaitu dukungan dari keluarga
agar memotivasi penderita untuk rutin minum obat.
b. Intervensi yang digunakan untuk memberikan edukasi dan promotif kepada
masyarakat yang belum mengetahui penyakit TB Paru agar mau berobat ke
puskesmas dan tidak menularkan kepada masyarakat adalah :
- Melakukan Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
- Memberitahu baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, faktor resiko
- Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
- Memberitahu pada masyarakat jika saat batuk harus menutupi mulut,
memalingkan muka agar tidak terkena orang, membuang ludah di tempat
tertutup, mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah
digunakan penderita dan jangan mengkonsumsi susu sapi mentah
Adapun usaha preventifnya yaitu vaksinasi BCG (Bayi yang baru lahir
harus diimunisasi dengan faksin BCG), menggunakan isoniazid (INH),
membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab, dan bila ada
gejala-gejala TBC, seperti sesak nafas, batuk berdarah, segera dibawa ke
Puskesmas/Rumah Sakit terdekat, agar dapat diketahui secara dini.

Masyarakat dan pasien TB perlu diberdayakan melalui pemberian informasi


yang memadai tentang TB, pentingnya upaya pencegahan dan pengendalian
TB, serta hak dan kewajiban pasien TB sebagaimana tercantum dalam TB
patient charter. Pendampingan dan pemberdayaan sosial ekonomi pasien
merupakan bagian dari upaya pemenuhan kebutuhan tersebut. Upaya KIE
dapat pula menunjang kebutuhan tersebut sekaligus memberdayakan
masyarakat secara umum. Pemberdayaan masyarakat lebih lanjut dapat
difasilitasi melalui penguatan desa siaga untuk pengendalian TB. Seluruh
upaya tersebut memerlukan monitoring dan evaluasi serta payung hukum
untuk menjaga kesinambungannya.

Anda mungkin juga menyukai