New
New
TESIS
OLEH
POPPY HONORA
19703026/PWD
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sain
dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH:
POPPY HONORA
197030026/PWD
Judul Tesis
Dengan ini penulis menyatakan bahwa hasil tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Master Sain pada program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah
dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan
hasil karya penulis atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksinya
Poppy Honora
ANALISIS PEMANFAATAN BIOENERGI DARI LIMBAH TONGKOL
JAGUNG UNTUK PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN TANTOM ANGKOLA
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan
judul: “Analisis Pemanfaatan Bioenergi Dari Limbah Tongkol Jagung untuk
Peningkatan Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Tantom Angkola Kabupaten
Tapanuli Selatan”. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Selama melakukan penulisan proposal penelitian ini, penulis banyak memperoleh
bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr Muryanto Amin, S Sos, M Si selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc.,Ph.D selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Magister
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan.
4. Bapak Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
membimbing, memberi saran, dukungan dan mengarahkann penulis hingga tesis ini
selesai.
5. Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
membimbing memberi saran, dukungan dan mengarahkann penulis hingga tesis ini
selesai.
6. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
7. Seluruh mahasiswa Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Angkatan
2019 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan kerjasama yang telah
diberikan selama ini.
8. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Ir. H. Syahril dan
Ibunda Eva Nelly yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis
hingga dewasa.
iii
9. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta Abang Rio
Ampraro, S.Kom, Kakak dr. Sri Rahmadhani Sitompul dan Kakak Amanda Serena,
S.H, M.H atas segala dukungannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan tesis ini. Akhirnya atas segala kekurangan,
kepada semua pihak dalam kaitan dengan proses penyusunan tesis ini serta selama dalam
proses pendidikan saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan
penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Poppy Honora
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... ix
v
3.2 Jenis Penelitian .................................................................................................. 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 34
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 34
3.5 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 35
3.6 Definisi Operasional Variabel .......................................................................... 42
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 95
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 95
5.2 Saran .................................................................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 98
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
beragam yaitu sumber energi fosil yang tak dapat diperbaharui berupa minyak
bumi dan batu bara dan juga memiliki sumber energi alternatif yang melimpah
dihasilkan dari sinar matahari, air, angin, tumbuhan, gas alam, panas bumi dan
energi yang dapat memberikan jaminan pasokan dalam waktu tertentu apabila
terjadi kondisi krisis dan darurat energi. Pemerintah sudah membuat kebijakan yang
Total produksi energi primer pada tahun 2018 yang terdiri dari minyak
bumi, gas bumi, batubara dan energi terbarukan mencapai 411,6 MTOE. Sebesar
64% atau 261,4 MTOE dari total produksi tersebut diekspor terutama batubara
dan LNG. Indonesia juga melakukan impor energi terutama minyak mentah dan
produk BBM sebesar 43,2 MTOE serta sejumlah kecil batubara kalori tinggi yang
final (tanpa biomasa tradisional) tahun 2018 sekitar 114 MTOE terdiri dari sektor
transportasi 40%, kemudian industri 36%, rumah tangga 16%, komersial dan
Permintaan energi di Indonesia pada saat ini masih didominasi oleh energi
fosil dengan pertumbuhan energi yang tinggi dan konsumsi energi per kapita
masih rendah, rasio elektrifikasi pun menjadi tidak merata di seluruh wilayah
populasi sekitar 250 juta orang, pembangkit listrik yang tersedia hanya sekitar 45
memenuhi semua kebutuhan bahan bakar, sementara infrastruktur gas bumi juga
masih terbatas. Di sisi lain, sumber daya energi sampai saat ini masih difungsikan
sebagai sumber pendapatan nasional. Energi fosil (gas dan batubara), misalnya
memberikan jaminan pasokan dalam waktu tertentu apabila terjadi kondisi krisis
energi. Pemerintah harus kreatif dan adil dalam membuat kebijakan yang
energi nasional.
terciptanya baruan energi dan upaya pencarian atau eksplorasi baru untuk
3
menemukan cadangan baru. Kebijakan energi nasional juga harus pro kepada
produksi sumber energi yang sudah ada dan pencarian sumber baru.
mulai menjadi perhatian utama. Dalam sistem birokrasi satu atap akan terjadi
efektivitas dalam investasi, tentu dengan tetap menjaga prinsip keadilan dan
mewujudkan; (1). Sumber daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor
energi dalam negeri. (4). Pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu
dan berkelanjutan. (5). Pemanfaatan energi secara efisien di semua sektor (6).
Akses masyarakat terhadap energi secara adil dan merata. (7). Pengembangan
kemampuan teknologi, industri dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan
perizinan dan non-perizinan, penetapan harga beli tenaga listrik dari masing-
masing jenis sumber energi baru dan terbarukan, pembentukan badan usaha
tersendiri dalam rangka penyediaan tenaga listrik untuk dijual ke PT. PLN
(Persero) dan atau penyediaan subsidi. Peraturan Presiden No. 66 Tahun 2018
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2015 tentang
mewajibkan penggunaan biodiesel bagi PSO dan non PSO sesuai pasal 18 ayat
(1b).
daya, potensi atau cadangan terbukti energi, baik dari jenis fosil maupun EBT.
Meningkatkan produksi energi dan sumber energi dalam negeri atau dari sumber
terutama gas dan batubara, serta menetapkan batas waktu untuk memulai
cadangan energi fosil dan laju produksi maksimum. Memastikan terjaminnya daya
5
dukung lingkungan untuk menjamin ketersediaan sumber energi air dan panas
bumi.
yang belum memiliki akses terhadap energi listrik, gas rumah tangga dan energi
dan sumber daya energi diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam
negeri.
Pemanfaatan sumber EBT dari jenis energi air, energi panas bumi, energi laut dan
industri, rumah tangga dan transportasi. (3) Jenis bahan bakar nabati diarahkan untuk
dilakukan dengan tetap menjaga ketahanan pangan.(4) Pemanfaatan EBT dari jenis
biomassa dan sampah diarahkan untuk ketenagalistrikan dan transportasi. (5) Energi
minyak bumi hanya untuk transportasi dan komersial, yang memang tidak atau
belum bisa digantikan dengan energi atau sumber energi lainnya. (6) Pemanfaatan
sumber energi gas bumi untuk industri, ketenagalistrikan, rumah tangga dan
industri. (8) Pemanfaatan batubara yang tercairkan dan hidrogen untuk transportasi.
(9) Pemanfaatan sumber EBT berbentuk padat dan gas untuk ketenagalistrikan.
meningkatkan konservasi sumber daya energi dan ketahanan energi nasional atau
untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), batubara tergaskan, batubara tercairkan
oleh pemerintah, pemda dan badan usaha sesuai dengan kewenangannya sampai kepada
gas metan dari sampah organik dan kotoran berupa biomassa, minyak tumbuhan
7
dan banyak lagi. Semua itu ada di sekitar kita, akan tetapi penggunaan e nergi
yang enggan dan tidak mau ribet untuk mendapatkan sumber energi alternatif ini.
Alasan masyarakat karena lebih suka yang praktis dengan membeli BBM sebagai
sumber energi karena cukup murah dan pragmatis dan adanya pemikiran bahwa
butuh biaya tidak sedikit membangun sarana pengolahan sumber energi alternatif.
sumber tak terbatas, ekonomis, efisien, ramah lingkungan dan dapat diperbaharui.
Kita semestinya mulai memikirkan dari sekarang untuk membuat kehidupan kita
dan generasi yang akan datang menjadi lebih baik. Perlu edukasi, penyuluhan,
bimbingan dan kerja sama dari semua pihak dalam pengembangan dan penerapan
kehidupan bangsa.
yaitu dari 39,25 % menjadi 40,04 % pada tahun 2020 (BPS, 2020). Jagung (Zea
Mays L.) memiliki banyak kegunaan diantaranya yaitu daun sebagai hijauan
pakan ruminansia, biji jagung sebagai sumber energi ternak unggas, sedangkan
dan dedak jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemanfaatan tongkol
jagung untuk pakan ternak dapat melalui proses fermentasi dengan cara
mencampur limbah tongkol jagung dengan bakteri trikoderma dan gula pasir
Tabel 1.1 Luas panen dan perkiraan produksi jagung menurut Kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2020
adalah sebesar 32.054,09 ton. Tanaman jagung merupakan tanaman kedua dengan
semakin populer untuk makanan ternak, sedangkan untuk tongkol belum ada
pemanfaatan yang bernilai ekonomi. Limbah jagung sebagian besar adalah bahan
lingkungan. Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan
banyak kegunaan. Oleh karena itu, optimasi pemanfaatan limbah jagung sangat
dimanfaatkan sebagai media dalam produksi pangan atau produk tertentu, menjadi
organik sebagai bahan baku dalam produksi bioenergi dan produk pertanian yang
bersifat volumenous atau hasil pertanian yang tidak berat membutuhkan ruang
atau tempat yang cukup besar dan kaya akan energi maupun nutrisi dapat
berupa tongkol dari tanaman jagung di Kecamatan Tantom Angkola yang belum
10
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
melakukan penilaian potensi energi biomassa dari dua sumber utama yaitu dari
sisa hasil pertanian seperti jerami, sekam padi, sisa tongkol jagung serta batang
ubi kayu dan potensi biomassa dari sisa hasil perkebunan kelapa sawit seperti
tandan kosong kelapa sawit, cangkang kelapa sawit, serat kernel serta limbah cair
dalam bentuk POME (Palm Oil Mill Effluent). Metode dan pendekatan yang
digunakan pada penelitian ini merujuk pada panduan yang dikembangkan oleh
berdasarkan penggunaan lahan, hasil panen, produksi tanaman dan literatur. Data
didasarkan pada penilaian pakar, studi lapangan dan tinjauan pustaka. Adapun
potensi yang diukur berupa potensi energi teoritis. Berdasarkan hasil penilaian
4.506.657 Gj. Potensi biomassa yang dapat dihasilkan dari perkebunan kelapa
bersumber dari kelapa sawit milik rakyat. Total energi biomassa yang dapat
dihasilkan dari wilayah ini adalah sebesar 9.105.478 Gj dengan total energi
Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bauran energi daerah Provinsi
(biodiesel, bioethanol dan biogas) serta mengetahui energi terbarukan yang paling
IFE dan EFE serta matriks SWOT, sedangkan analisis proyeksi kebutuhan energi
berdasarkan metode trend analysis plot, smoothing plot dan decomposition plot.
Kalimantan Timur pada tahun 2025 mencapai 47.970,20 ribu SBM, sehingga
sebagai daerah mandiri energi dengan penghematan energi fosil yang digantikan
oleh energi terbarukan adalah sebesar 30.287,42 ribu SBM atau 63,14% dari
14
kebutuhan energi daerah, dimana energi terbarukan yang paling layak untuk
Energi Sektor Rumah Tangga di Provinsi Gorontalo”. Penelitian ini ini tidak
dilakukan perhitungan secara terpisah antara rumah-tangga kota dan desa, karena
sulitnya memprediksi perubahan desa menjadi kota serta arus urbanisasi dengan
akan memberi keleluasaan pada masyarakat dalam memilih jenis masakan, dan
gaya hidup akan merubah prioritas pemilihan jenis energi yang akan mengarah
pada jenis energi yang praktis, nyaman digunakan walaupun mempunyai harga
masyarakat akan menyebabkan kayu yang saat ini digunakan sebagai bahan bakar
kompor di kota dan di desa dianggap penggunaannya kurang praktis dan efisien
serta kurang bersih, sehingga konsumsi kayu setiap tahunnya diperkirakan akan
mengalami penurunan dan akan digantikan bahan bakar lain seperti, minyak
jaringan listrik serta peningkatan kapasitas pembangkit listrik dengan target rasio
elektrifikasi 70% pada tahun 2015, secara berangsur-angsur akan mengurangi dan
untuk mengetahui pemanfaatan limbah ternak sapi, potensi energi terbarukan dari
limbah ternak sapi di Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat. Variabel yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, meliputi: umur
responden, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan formal dan non formal.
Jumlah populasi ternak sapi, pemanfaatan limbah ternak, potensi bahan baku
biogas asal ternak, jumlah limbah ternak yang dihasilkan peternak dan jumlah
potensi energi terbarukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
deskriptif dan analisis konversi kotoran ternak menjadi gas methan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa limbah ternak sapi (feses) yang ada di Kecamatan
ternak sapi sebagai pupuk kompos atau pupuk organik. Potensi energi terbarukan
dari limbah ternak sapi sebesar 5.080Kg feses/hari atau setara dengan
Angriani (2017) dalam studi penelitian “Potensi Energi Listrik Dari Gas
Landfill TPA Puwatu Kota Kendari”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi energi listrik TPA Puwatu, manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari
IPCC 2006 untuk menghitung emisi gas metan TPA Puwatu. Data yang dianalisis
16
terkait dengan biaya dan manfaat kegiatan pengembangan energi listrik dari gas
metan dengan parameter kelayakan NPV, IRR, BC Rasio dan payback period.
metan yang dimiliki TPA Puwatu tahun 2017 sebesar 12.298.234,56 kWh dan
masuk di TPA. Biaya pengembangan energi listrik TPA Puwatu meliputi biaya
gas sebesar Rp. 88.311.600 dan biaya operasional pembangkit listrik Rp.
pendapatan dari penjualan listrik dan tipping fee. Pada aspek finansial, kriteria
kelayakan diperoleh nilai NPV Rp.19.348.514.956,71, B/C rasio 1,65, IRR 24%
energi listrik dari gas metan TPA puwatu yaitu meningkatkan porsi pemanfaatan
energi terbarukan yang berasal dari gas metana TPA Puwatu, akselerasi
dari Limbah Pertanian dan Sampah Organik”, adapun tujuan dari kajian ini
adalah menentukan potensi limbah pertanian dan sampah organik sebagai bahan
jumlah limbah pertanian dan sampah organik, penghitungan potensi bietanol yang
dapat diproduksi dan analisis sesuai hasil kajian pustaka. Potensi limbah pertanian
dan sampah organik di Indonesia pada tahun 2015 cukup tinggi yaitu
156.892.752,7 ton dan 1.035.889,2 ton serta dapat dikonversi menjadi bioetanol
organik dituangkan dalam causal loop diagram dan memberikan dampak positif
Desa Tertinggal dan Terpencil Studi Kasus di Desa Munggu Kecamatan Ngabang,
Kabupaten Landak. Salah satu alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan
dengan memanfaatkan tenaga air sebagai sumber penghasil energi listrik, apalagi
dengan potensi sungai dan curah hujan yang cukup tinggi di daerah ini. Desa
Munggu Kecamatan Ngabang adalah salah satu desa yang memiliki potensi air
PLTMH yang layak secara teknis dengan memanfaatkan aliran Riam Panjang di
Desa Munggu Kecamatan Ngabang. Dari hasil penelitian diperoleh daya yang
18
Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistem ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010)
diperhatikan, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi,
mempunyai sumber daya alam yang cukup kayadan sumberdaya manusia yang
dibandingkan wilayah lainnya yang tidak cukup mempunyai sumber daya alam
tingkatan. Setiap hari keputusan dibuat oleh individu, keluarga sampai kepada
keputusan yang kompleks oleh para pebisnis dan pemerintah. Perencanaan yang
tahapan untuk mencapai solusi yang optimal. Proses tersebut harus merefleksikan
transparan.
yang pasokannya berasal dari wilayah terbelakang. Hal ini akan menyebabkan
wilayah maju akan membutuhkan tambahan tenaga kerja yang mungkin tidak
dapat dipenuhi oleh wilayah itu sendiri karena kondisi ekonomi yang sudah full
diperhatikan, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi,
tingkatan. Setiap hari keputusan dibuat oleh individu, keluarga sampai kepada
keputusan yang kompleks oleh para pebisnis dan pemerintah. Perencanaan yang
tahapan untuk mencapai solusi yang optimal. Proses tersebut harus merefleksikan
transparan.
pertanian antara lain adalah; (1) Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang
bahan baku untuk industri (3) Sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang
21
bahan baku industri (3) Sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang
dihasilkan oleh industri (4) Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang
diperlukan bagi pembangunan sektor lain (5) Sumber perolehan devisa (6)
adil dan merata. Pembangunan desa pada umumnya merupakan bagian integral
disesuaikan dengan kondisi serta potensi sumber daya alam yang tersedia di
lintas sektoral sehingga dalam pemenfaatan sumber daya alam dapat dilakukan
melalui tiga cara, yaitu produksi, konsumsi dan keterkaitan pasar tenaga kerja.
pupuk, pestisida, benih, ataupun alsintan yang diproduksi dan didistribusikan oleh
yang juga berarti permintaan barang ataupun jasa yang dihasilkan sektor non
di daerah perdesaan, jasa dan industri rumah tangga menjadi sumber penampung
tenaga kerja yang penting. Sedangkan di daerah rural towns lebih didominasi oleh
perdagangan dan jasa. Tenaga kerja nonpertanian di daerah perdesaan dan rural
towns juga cenderung bersifat informal, jika dibandingkan dengan di urban towns.
kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat lokal. (Susanti et al, 2013).
yang ada saat ini, di antaranya adalah (1) sebagai bahan bakar tungku untuk
proses pengeringan atau pemanasan, (2) sebagai bahan bakar padat untuk proses
pirolisis dan gasifikasi, (3) sebagai bahan baku pembuatan ethanol dan (4) sebagai
Tongkol jagung mengandung serat kasar yang cukup tinggi yakni 33%,
kandungan selulosa, sekitar 44,9% dan kandungan lignin sekitar 33,3% yang
memungkinkan tongkol jagung dapat dijadikan bahan baku briket arang. Tongkol
energi terbarukan dalam hal pengelolaan konservasi energi dan penggunaan secara
berkelanjutan.
Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan diharapkan
kegunaan, diantaranya adalah untuk pakan ternak, dalam hal ini pemerintah telah
Livestock System/ CLS). Oleh karena itu, optimasi pemanfaatan limbah jagung
untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan limbah batang dan daun
seperti salah satu bagiannya keras dan sebagian bersifat menyerap (absorbent),
juga sifat-sifat yang merupakan gabungan beberapa sifat, seperti: tidak terjadi
reaksi kimia bila dicampur dengan zat kimia lain (inert), dapat terurai secara alami
24
dan ringan sehingga tongkol jagung merupakan bahan ideal untuk campuran
pakan, bahan campuran insektisida dan pupuk. Serta dapat digunakan sebagai alas
hewan peliharaan karena alami, bersih dan dapat mengurangi bau tidak sedap.
lingkungan dengan mengurangis emisi rumah kaca (GRK) dari penggunaan bahan
bakar fosil, serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang
jumlah nya semakin menipis. Cifor (2016) menyatakan dengan perencanaan dan
mendatang untuk sejumlah alasan, seperti: (1) Sistem ini dipandang lebih aman
dan berkelanjutan daripada sistem yang mengandalkan bahan bakar fosil impor;
biomassa tentu saja membutuhkan perbedaan pada alat yang digunakan untuk
termokimia, kimia fisik dan bio kimia, dari hasil proses ini bioenergi yang dapat
berbentuk padat, cair dan gas. Proses konversi biomassa yang konvensional
biomassa relatif kecil, walaupun beberapa teknologi masih diperoleh dari negara
lain. Kendala yang dihadapi bukanlah masalah teknologi, tetapi lebih pada
kontinuitas pasokan bahan padatan, distribusi dan bentuk akhir konversi energi
seperti kelapa sawit, jagung, ubi kayu, tebu, tanaman jarak, kemiri sunan, dan
kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi (Wulandari et al, 2019).
dari biomassa, yaitu bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuhan dan hewan,
yang diharapkan dapat menjadi solusi terhadap kelangkaan energi di dunia yang
juga tengah berupaya berpindah dari sumber energi berbasis fosil menjadi energi
karbon dengan menurunkan input bahan bakar fosil. Pemanfaatan potensi dan juga
2.6.1 Briket
sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket
batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa dibuat menjadi briket.
Contoh biomassa lain yang dibuat menjadi briket adalah sekam, arang sekam,
Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
Banyak jenis-jenis mesin pengempa briket mulai dari yang manual, semi mekanis
Oliy dan Muleta (2020) berbagai macam jenis briket yang di golongkan
menurut bahan baku dan dalam masa proses pembuatannya meliputi briket yang
dilihat dari bahan baku organik biasanya berasal dari pertanian dan hutan dan
anorganik. Bahan baku ini biasanya berasal dari limbah perkotaan dan limbah
atau sesudah menjadi briket dan jenis non karbonisasi (biasa) jenis yang ini tidak
mengalamai proses karbonisasi sebelum diproses menjadi briket dan harganya pun
lebih murah.
suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan
dan diversifikasi energi. Gasifier adalah istilah untuk reaktor yang memproduksi
28
gas produser dengan cara pembakaran tidak sempurna (oksidasi sebagian) bahan
bakar biomassa pada temperatur sekitar 1000 oC. Pada proses gasifikasi ada
beberapa tahapan yang dilalui oleh biomass sebelum pada akhirnya menjadi gas
yang flammable pada output reaktor. Proses tersebut meliputi proses drying untuk
mengurangi kadar air (moisture) yang terkandung di dalam biomass bahkan sebisa
mungkin kandungan air tersebut hilang. Proses pirolisis secara harafiah pirolisis
bawah dan Proses reduksi adalah reaksi penyerapan panas (endoterm). Selain itu
2.6.3 Bioetanol
menggunakan bahan baku hayati. Etanol adalah ethyl alkohol (C2H5OH) yang
dapat dibuat dengan cara sintesis ethylen atau dengan fermentasi glukosa. Etanol
diproduksi melalui hidrasi katalitik dari etilen atau melalui proses fermentasi gula
fermentasi dalam memproduksi etanol. Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna,
berbau spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air
bakar alternatif pengganti minyak bumi adalah tidak memberikan tambahan netto
etanol diserap kembali oleh tumbuhan dan dengan bantuan sinar matahari CO2
29
memiliki nilai oktan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan peningkat
oktan (octane enhancer) menggantikan senyawa eter dan logam berat seperti Pb
sebagai anti knocking agent yang memiliki dampak buruk terhadap lingkungan.
bioenergi.
penelitian Syamsu dan Abdullah (2009) yaitu: (1) pengembangan kawasan pola
integrasi sapi potong dengan padi dan jagung, (2) optimalisasi penerapan
limbah tanaman pangan, (4) pengembangan sarana alat pengangkutan dan tempat
masalah, program yang harus dilakukan, pelaksana atau unsur yang terlibat dalam
bahan baku bioenergi. Gambaran dari kerangka konsep penelitian dapat dilihat
Pertumbuhan ekonomi
BAB III
METODE PENELITIAN
Selatan. Waktu penelitian selama 2 bulan yakni dilakukan pada bulan April 2021
kuantitatif.
Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang mengemukakan penelitian
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan
yang digunakan untuk menganalisis data adalah uji beda dan wawancara. Menurut
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
dilapangan berupa observasi dan kuisioner berisi pertanyaan dan berwujud angka
untuk dicari persentase dari setiap indikator atau pernyataan dan wawancara semi
masyarakat, aktivis dan akademisi yang berkaitan dengan judul penelitian ini. .
ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Selatan yang
terdiri dari data luas panen dan produksi tanaman jagung dalam 5 (lima) tahun
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yakni memilih
3.4.2 Observasi
obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai
daerah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, observasi mengenai analisis
35
3.4.3 Kuisioner
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner ini juga bertujuan
untuk menguji hasil pengumpulan data lainnya. Adapun dalam penelitian ini
masalah pertama pada penelitian ini menghitung total limbah tanaman jagung
yang dapat berpotensi sebagai bahan baku bioenergi. Langkah awal dalam analisa
potensi limbah ini adalah mengumpulkan data luas panen jagung. Produksi
persamaan:
Keterangan:
penelitian ini adalah menghitung jumlah energi yang terkandung dalam bahan
36
bakar briket menghasilkan massa briket dan nilai kalor, gasifikasi menghasilkan
gas dan nilai kalor, bioetanol menghasilkan etanol dan nilai kalor, biomassa
menghasilkan nilai kalor dan daya. Nilai-nilai energi ini dihitung berdasarkan
berdasarkan literatur.
a. Briket
mendapatkan massa briket kering sebesar 0,4 kg. Nilai kalor terendah dalam 1
gram briket mencapai 2912 kal/g yang digunakan sebagai acuan untuk
Keterangan:
P = Daya (MW)
Massa briket = ton
Energi kalor = MJ
b. Gasifikasi
Keterangan:
msyngas = ton
ηgasifikasi = 33,58%
mbiomess = ton
37
c. Bioetanol
Menurut Richana (2008) potensi bioetanol dan energi nilai kalor yang
persamaan:
Keterangan:
pada penelitian ini adalah dengan analisis ekonomi sederhana Di dalam analisis
ini hal yang perlu diperhatikan yaitu hasil total, produktivitas atau keuntungan
yang diperoleh dari semua sumber yang digunakan dalam suatu bisnis, biaya
pendapatan, lapangan usaha dan lapangan kerja yang tercipta di kawasan tersebut.
dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh
3) Menghitung rating baik pada matrix IFE dan EFE untuk masing-masing
(kolom 4)
pembonbotan.
kemudian hasil dimasukkan dalam model kuantitatif, yaitu matrik SWOT untuk
menghasilkan alternatif strategi (SO, ST, WO, WT). Hasil tersebut dimasukkan ke
Strategi SO merupakan strategi yang dibuat dengan pola pikir perusahaan yaitu
yang dibuat untuk mengatasi ancaman dari luar dengan menggunakan kekuatan yang
pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang
Hasil analisis dari tabel IFAS dan EFAS dipetakan pada matriks posisi
bioenergi. Pada diagram tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda positif,
nilai kekuatan (S) – kelemahan (W) pada sumbu (x), dan menempatkan selisih
nilai anatara peluang (O) – ancaman (T) pada sumbu (y), maka ordinat (x,y)
akan menempati salah satu sel dari diagram SWOT. Letak nilai S – W dan O – T
bioenergi.
Peluang (O)
Kuadran IV Kuadran II
Mendukung strategi depensif Mendukung strategi diversifikasi
Ancaman (T)
a. Kuadran I = Strategi SO
b. Kuadran II = Strategi ST
d. Kuadran IV = Strategi WT
Bujur Timur, dengan luas wilayah 216.96 km² dan berada di ketinggian 222
Natal
Sangkunur, Batang Toru, Marancar, Muara Batang Toru, Sipirok, Arse, Saipar
Kecamatan Tantom Angkola terdiri dari 1 Kelurahan dan 16 Desa, seperti yang
tertera dalam Tabel 4.1 dan mengenai kondisi topografi wilayah administrasi
Kecamatan Tantom Angkola untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Luas wilayah
No. Desa/ Kelurahan Topografi
(km2)
1 Simaninggir 8,50 Datar
2 Kota Tua 16,40 Berbukit-bukit
3 Harean 9,00 Berbukit-bukit
4 Lumban Ratus 9,10 Datar
5 Sisoma 12,50 Datar
6 Ingul Jae 9,10 Datar
7 Lumban Jabi-Jabi 8,70 Datar
8 Purbatua 21,15 Datar
9 Hutaraja 12,00 Datar
10 Batu Horpak 10,50 Berbukit-bukit
11 Aek Kahombu 13,00 Berbukit-bukit
12 Tanjung Medan 13,60 Berbukit-bukit
13 Aek Parupuk 7,60 Berbukit-bukit
14 Panindoan 5,40 Berbukit-bukit
15 Aek Uncim 7,00 Berbukit-bukit
16 Panibari Huta Tonga 32,00 Berbukit-bukit
17 Situmba 21,40 Berbukit-bukit
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, 2020
45
4.1.2 Ketenagakerjaan
Angkola dapat diketahui jumlah penduduk tertinggi berada pada kelompok usia
10-14 tahun yakni 1.851 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 931 jiwa dan
perempuan sebanyak 920 jiwa sedangkan jumlah penduduk terendah berada pada
kelompok usia 70-74 tahun yakni 283 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
101 jiwa dan perempuan sebanyak 182 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
mengetahui jumlah penduduk produktif dan penduduk non produktif. BPS (2020)
kelompok, yaitu (a) kelompok umur muda, dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur
produktif, usia 15 – 64 tahun; dan (c) kelompok umur tua, usia 65 tahun ke atas.
Hal ini akan berpengaruh pada angkatan kerja di suatu wilayah serta tingkat
Pada umumnya lokasi desa yang berada di dataran rendah atau di dataran
tinggi akan menentukan jenis usaha atau ekonomi apa yang dijalankan
Angkola adalah bertani, hal ini sesuai dengan karakteristik utama desa yang masih
memiliki lahan pertanian luas. Jenis pertanian di desa cukup banyak, seperti:
tinggi dibandingkan dengan penduduk yang bekerja yaitu berjumlah 6.502 jiwa,
yang dimana penduduk dengan jenis kelamin laki-laki adalah 3.455 jiwa dan
perempuan 3.047 jiwa. Untuk jenis pekerjaan yang paling banyak di Kecamatan
Tantom Angkola adalah petani dengan jumlah 5.835 jiwa yang terdiri dari
penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2.650 jiwa dan berjenis kelamin
perempuan berjumlah 3.185 jiwa.. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut:
48
sejahtera yaitu suatu keadaan yang terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup
Tapanuli Selatan yang belum sekolah hingga SLTA untuk lebih jelas dapat dilihat
negara. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang
bagi seluruh anggota masyarakat untuk mengakses sarana dan prasarana pendidikan
serta memperluas jangkauan dan daya tampung SD/MI, SLTP/MTs, SMU/MA dan
4.1.4 Pertanian
jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai, sayur-sayuran,
Komoditas yang mempunyai nilai produksi terbesar pada sektor ini adalah padi dan
Tabel 4.5 Luas panen dan produksi tanaman pangan menurut jenis tanaman di
Kecamatan Tantom Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2020
No. Jenis tanaman Luas panen Produksi
(ha) (ton/tahun)
1 Padi Sawah 4.827,70 25.953,72
2 Padi Ladang 1.492,00 4.884,81
3 Jagung 1.391,00 10.191,86
4 Ubi Kayu 1,00 32,99
5 Ubi Jalar - -
6 Kacang Tanah - -
7 Kacang Kedelai - -
8 Kacang Hijau - -
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, 2020
tanaman pangan juga menanm tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa,
kakao, kulit manis, kemiri, aren, pala, pinang, kapulaga dan nilam. Tanaman karet
dengan luas panen 1.187 ha, produksi 1.328 ton/tahun dan kelapa sawit dengan luas
panen 221 ha, produksi 3.268 ton/tahun adalah tanaman perkebunan yang paling
banyak ditanam oleh masyarakat. Berdasarkan data BPS (2020) jumlah petani di
Kecamatan Tantom Angkola sebanyak 5.835 jiwa, dimana petani padi sebanyak 3.117
jiwa, petani jagung sebanyak 1.768 jiwa, dan petani ubi kayu sebanyak 950 jiwa.
51
Angkola dalam 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Luas panen dan produksi tanaman jagung di Kecamatan Tantom
Angkola tahun 2016-2020
Angkola memiliki luas panen dan produksi jagung yang tinggi. Produksi jagung
12410,89 ton dan terendah terjadi pada tahun 2016 dengan produksi jagung
sebesar 1434,48 ton dalam kurun 5 (lima) tahun terakhir. Rata-rata luas panen
juga digunakan untuk bahan baku industri pakan ternak. Hal ini sesuai dengan
52
hasil penelitian Warsana (2007) yang menyatakan faktor utama pendorong yang
jagung sebagai bahan pembuat kue atau produk olahan pangan lainnya dan ini
merupakan pertanda baik bagi para petani jagung, karena kemungkinan hasil
panennya akan laku dipasaran dengan harga tinggi. Detail fluktuasi produksi
jagung per tahun di Kecamatan Tantom Angkola dari tahun 2016 sampai dengan
tahun 2020 hal ini diperlihatkan pada Gambar 4.2 berikut ini :
10000 10191,86
4000
2000 1434,48
0
2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 4.2 Grafik produksi jagung dari tahun 2016 – 2020
Berdasarkan data luas panen dan produksi jagung di atas, untuk tahapan
selanjutnya maka dapat dianalisis mengenai potensi limbah yang dihasilkan dari
sisa pasca panen tanaman jagung. Berikut ini adalah data hasil perhitungan limbah
tongkol jagung secara keseluruhan dari tahun 2016 sampai pada tahun 2020
Tabel 4.7 Hasil perhitungan potensi limbah dari tongkol jagung di Kecamatan
Tantom Angkola Tahun 2016-2020
bahwa rata-rata potensi limbah yang dihasilkan dari pasca panen adalah 130,95
ton. Potensi limbah tertinggi pada tahun 2018 yaitu 207,54 ton dan terendah pada
tahun 2016 yaitu 15,01 ton. Detail fluktuasi potensi limbah dari tanaman jagung
per tahun di wilayah Kecamatan Tantom Angkola dari tahun 2016 sampai dengan
tahun 2020 hal ini diperlihatkan pada Gambar 4.3 berikut ini :
207,54
200 193,59
150
125,19
113,43 Potensi limbah (ton)
100
50
15,01
0
2016 2017 2018 2019 2020
Gambar 4.3 Grafik potensi limbah jagung dari tahun 2016 – 2020
54
Melihat data produksi jagung pada Tabel 4.7 Kecamatan Tantom Angkola
dijadikan sebagai energi alternatif. Salah satu sektor yang belum dimanfaatkan di
pengusir hama dengan cara pembakaran. Selain itu petani akan membuang
tongkol jagung setelah panen. Haluti (2014) limbah tongkol jagung khususnya
untuk daerah Gorontalo belum terolah secara maksimal limbah jagung yang
dan ketidakamanan energi adalah masalah penting dalam lingkungan dan sosial
ekonomi.
karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung dibakar. Beberapa biomassa
terlebih dahulu agar dapat lebih mudah dipergunakan yang dikenal sebagai
limbah tanaman pangan atau jagung sebagai sumber bahan dalam pembuatan
daerah dari hasil produksi jagung setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Lima (2012) sumber limbah pertanian diperoleh dari komoditi tanaman
pangan seperti jagung dan padi yang ketersediaannya dipengaruhi oleh pola tanam
ada di Kecamatan Tantom Angkola berada di Desa Lumban Ratus, Desa Lumban
Jabi-Jabi, Desa Purbatua dan Desa Panibari Huta Tonga. Tanaman jagung yang
berada di wilayah ini tidak tersebar secara merata, terdapat beberapa lahan
tanaman jagung di pekarangan rumah, tanah kosong dan areal yang berbatasan
dengan hutan.
56
memiliki lahan sendiri. Rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh oleh petani
jagung setiap panen di Kecamatan Tantom Angkola dengan lahan 0,5 ha dan
produksi jagung sebanyak 1,2 ton adalah Rp. 1.200.000.00. Pendapatan petani
rumah tangga seperti kesehatan, pendidikan, listrik, pangan dan pakaian sebesar
demikian pendapatan yang diperoleh selama satu periode tanam dihabiskan untuk
adalah kebutuhan barang yang dikonsumsi yang terdiri dari beras, non beras
(mie, ubi, jagung, terigu, dll), lauk pauk, sayuran dan buah, minuman (kopi, susu,
gula, teh, dll), rokok, minyak goreng, bumbu dapur, jajanan dan lainnya,
terdiri dari pakaian, pendidikan, kesehatan, listrik, air dan telepon, bahan bakar,
sabun mandi, odol, kosmetik, rehab rumah, kegiatan sosial, transportasi, pajak,
Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan diharapkan
kegunaan. Oleh karena itu, optimasi pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan
energi limbah jagung, penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar
sekitar 90% sedangkan limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada.
sumber energi terbarukan yang berasal dari komoditas jagung telah dilakukan di
4.3.1 Briket
Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber
memperoleh suata bahan bakar yang berkualiatas yang dapat digunakan untuk
semua sektor sebagai sumber energi pengganti dengan satuan Megajoule (MJ)
atau sama dengan satu juta joule. Potensi energi yang dihasilkan dari briket
limbah tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini:
Berdasrkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat rata-rata potensi massa briket
yang dapat dihasilkan dari limbah tongkol jagung di Kecamatan Tantom Angkola
dari tahun 2016 sampai 2020 adalah 52,380 ton briket per tahun, sedangkan rata-
rata untuk energi yang dihasilkan dari briket adalah 152.532,88 MJ/tahun.
Salah satu metode pengolahan bioenergi menjadi bahan bakar yang dapat
dengan pembuatan briket, dengan proses karbonisasi unsur pembentuk asap dan
jelaga dapat diminimalisir, jadi gas buang lebih bersih, dengan pemanfaatan
briket, penyimpanan lebih kecil, kualitas pembakaran lebih baik dan lebih baik
Proses pembuatan briket dengan bahan baku tongkol jagung yang kering
drum pengarangan disusun sedemikian rupa hingga hampir penuh, drum ditutup
rapat kemudian api dinyalakan melalui lubang ventilasi/tempat bagian dasar drum,
dingin dilakukan pembongkaran dan arang yang dihasilkan dipisahkan dari abu
sisa pembangkaran untuk proses lebih lanjut. Tahapan selanjutnya adalah proses
dihaluskan dan diayak kemudian ditambahkan perekat dari lem kanji yang telah
disiapkan dengan perbandingan 10% bagian perekat dari berat arang dan diaduk
hingga semuanya tercampur secara merata. Adonan yang sudah jadi siap untuk
dicetak menjadi briket dengan bentuk kubus atau silender dengan cara
Briket arang yang sudah dicetak kemudian dikeringkan atau dijemur dibawah
sinar matahari hingga kering betul dan briket siap digunakan untuk keperluan
Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari limbah organik,
limbah pabrik maupun dari limbah perkotaan. Bahan bakar padat ini merupakan
bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti bahan bakar minyak yang paling
murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang
Menurut CIFOR (2016) briket yang dapat dikatakan sebagai bahan bakar
asap 3. Emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun 4. Kedap air dan
hasil pembakaran tidak berjamur bila disimpan pada waktu lama 5. Menunjukan
upaya perkembangan laju pembakaran (seperti waktu, laju pembakaran dan suhu
bahwa perekat yang baik untuk briket sampah daun diharapkan dapat membuka
pengganti BBM dengan harga yang relatif lebih murah serta ramah lingkungan.
Selain itu, hal ini dilakukan untuk menghindari krisis energi yang sedang terjadi
dengan persediaan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan (non-renewable) yang
semakin menipis.
60
Salah satu metode pengolahan biomassa menjadi bahan bakar yang dapat
dengan pembuatan briket, dengan karbonisasi unsur pembentuk asap dan jelaga
dapat diminimalisir, jadi gas buang lebih bersih, dengan penggunaan briket,
penyimpanan lebih kecil, kualitas pembakaran lebih baik dan lebih baik aplikasi
lebih praktis.
Gasifikasi adalah suatu teknologi proses konversi bahan padat menjadi gas
yang mudah terbakar dan sebagai sumber energi pengganti dengan satuan
Megajoule (MJ) atau sama dengan satu juta joule. Potensi energi yang dihasilkan
dari gasifikasi berbahan limbah tongkol jagung dapat dilihat pada Tabel 4.9 di
bawah ini:
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas dapat dilihat potensi gas yang dihasilkan
rata-rata untuk gas sintesis adalah 94,91 ton/tahun, dengan energi 268.899,06
produksi gas sintesis yang tertinggi secara teoritis adalah tahun 2018, dengan hasil
61
gas sintesis sebanyak 150,78 ton/tahun, energi sebesar 426.184,19 MJ/tahun dan
pemanfaatan limbah jagung dengan pemisalan 1,2 – 2,0 kg/jam limbah jagung
setara dengan 1kW listrik. Kabupaten Tanah Laut menghasilkan 70.000 ton
jagung sekali panen maka diperoleh ketersediaan listrik sebesar 17.500 MW.
untuk proses termal gasifikasi. Pada proses gasifikasi, terjadi pembakaran tidak
sempurna. Proses gasifikasi menghasilkan produk berupa gas dengan nilai kalori
listrik. Konversi energi dengan cara gasifikasi dapat menghasilkan efisiensi panas
mencapai 50-70%.
lingkungan. Selain itu, abu yang tersisa setelah pembakaran harus dibuang dengan
hati-hati karena dapat menjadi racun. Proses gasifikasi tidak membakar limbah
padat tersebut, tapi dengan memecah molekul itu sendiri menggunakan panas dan
hasil akhirnya berupa syngas yang mirip dengan gas alam yang dapat
terbatas untuk menghasilkan synthesis gas yang terdiri dari CO, H2 dan CH4
62
sebagai produk utama dan sejumlah kecil arang karbon dan abu sebagai produk
ikutan. Alat yang digunakan untuk proses gasifikasi dinamakan gasifier. Secara
tahapan pertama dari proses gasifikasi dimana kandungan air didalam biomassa
diuapkan melalui pemberian sejumlah panas pada interval suhu 100-300 oC. Pada
tetapi hanya terjadi pelepasan kandungan air dalam bentuk uap air. Proses
berupa gas dan menyisakan arang karbon, dimana proses ini biasa disebut sebagai
pirolisis.
pada interval suhu 300-900 oC, selanjutnya sisa arang karbon akan mengalami
proses oksidasi parsial, dimana proses ini merupakan proses eksoterm yang
melepas sejumlah panas pada interval suhu diatas 900 oC. Panas yang dilepas dari
proses oksidasi parsial ini digunakan untuk mengatasi kebutuhan panas dari reaksi
reduksi endotermis dan untuk memecah hidrokarbon yang telah terbentuk selama
proses pirolisis. Proses reduksi terjadi pada interval suhu 400-900 oC, dalam
proses reduksi (berkurangnya bilangan oksidasi suatu unsur) ini produk hasil
proses pirolisa yang berupa arang, tar, metan dan gas-gas lain direduksi menjadi
biomassa yang digunakan dalam proses gasifikasi adalah kulit bagian dalam biji
kopi kering yang menjadi limbah dari proses penggilingan kopi, dimana
63
ukuran bahan awal sudah cukup kecil dan seragam. Selain itu, beberapa
dimana dalam pemanfaatan energi dari limbah padat ampas tebu yang dikonversi
4.3.3 Bioetanol
menggunakan bahan baku hayati yang dapat digunakan untuk semua sektor
sebagai sumber energi pengganti dengan satuan Megajoule (MJ) atau sama
dengan satu juta joule. Potensi energi yang dihasilkan dari bioetanol berbahan
limbah tongkol jagung dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini:
Tantom Angkola berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat rata-rata etanol yaitu
kurun waktu 5 tahun terakhir, diketahui bahwa pada tahun 2018 produksi etanol
Limbah tongkol jagung yang melimpah perlu ditangani karena akan menyebabkan
64
(Shofiyanto, 2008).
Proses pembuatan etanol dari limbah tanaman jagung dapat melalui tiga
proses distilasi (Iyabu dan Isa, 2019). Pengembangan bioetanol ini sangat menarik
adalah limbah pertanian organik, yang didalamnya terdapat kandungan gula, pati,
selulosa dan hemiselulosa. Beberapa contoh dari limbah pertanian adalah tetes
tebu, onggok ubi kayu, kulit pisang dan kulit kentang, kemudian mengembangkan
bioetanol dari limbah seperti limbah cucian beras, susu kadaluwarsa, limbah buah
stroberi, limbah kulit nanas, limbah kulit dan bonggol pisang dan sebagainya.
(Susmiati, 2018; Arlianti, 2018). Selain itu, pemanfaatan limbah pertanian yang
digunakan sebagai bahan baku bioetanol Novia, et al (2014) jerami dari sisa
pemanenan padi dapat dimanfaatkan untuk pembuatan energi alternatif. Hal ini
65
bioetanol generasi-2.
aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi
kekurangan bioetanol dibandingkan bensin yaitu pada mesin dingin lebih sulit
(briket, gasifikasi dan bioetanol) dari bahan baku limbah tongkol jagung dapat
dihasilkan dari ketiga pemanfaatan bahan bakar briket, gasifikasi dan bioetanol
Tabel 4.11 Perbandingan potensi energi yang dihasilkan melalui jenis teknologi
pengolahan limbah
pemanfaatan bahan bakar briket, gasifikasi dan bioetanol, maka dapat dilihat
bahwa energi kalor yang terbesar yaitu pada pemanfaatan bahan bakar gasifikasi
tabung gas elpiji setiap bulan, dimana kebutuhan energi dari 4.234 rumah tangga
dalam 1 tahun adalah 4.775.952 MJ. Berdasarkan Tabel 4.11 bisa dilihat bahwa
energi yang dihasilkan dari briket tidak dapat memenuhi kebutuhan energi
masyarakat, akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dari 1 desa yang terdiri
133 rumah tangga, dengan jumlah kebutuhan energi sebesar 150.024 MJ/tahun.
Energi ini jika dikonversikan terhadap daya listrik maka akan diperoleh energi
pada umumnya memakai peralatan listrik seperti TV, lampu penerangan, setrika
dan rice cooker dengan daya listrik yang dibutuhkan sebesar 807 watt/hari, maka
dalam 1 tahun energi listrik yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan dari
Kecamatan Tantom Angkola, akan tetapi dapat memenuhi kebutuan listrik 2 desa
yang terdiri 133 rumah tangga (39.175,81 kWh/tahun) dan 149 rumah tangga
(43.888,69 kWh/tahun).
Konsumsi bahan bakar seperti bensin atau solar yang digunakan oleh
dimana kebutuhan energi dari 4.234 rumah tangga adalah 5.978.573,12 MJ/tahun.
Berdasarkan Tabel 4.11 energi yang dihasilkan dari teknologi bioetanol tidak dapat
memenuhi energi di wilayah tersebut, akan tetapi dapat memenuhi energi dari 1
desa yang terdiri dari 156 rumah tangga dengan jumlah kebutuhan 215.779,20
yang adil dan merata. Pembangunan desa pada umumnya merupakan bagian
harus disesuaikan dengan kondisi serta potensi sumber daya alam yang tersedia di
lintas sektoral sehingga dalam pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan
Tanaman jagung dengan usia tanam 140 hari yang telah dipanen oleh
petani biasanya akan diproses menjadi jagung pipil kering yang dijual kepada
yang biasanya para pembeli yang berasal dari luar kota seperti kota Padang akan
datang langsung ke pengepul jagung pipil yang berada di Desa Lumban Ratus,
Purba Tua dan Panabari. Harga jagung pipil kering yang dijual oleh petani
bioetanol dan gasifikasi. Untuk analisa ekonomi dan kelayakan usaha yang
jagung dibutuhkan biaya-biaya yang terdiri dari biaya investasi dan biaya
jagung, yang dimana untuk biaya produksi, pendapatan, Benefit /Cost (B/C) rasio
dan analisis Return of Invesment (ROI) dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut:
dihasilkan adalah 15.000 kg dengan harga briket Rp. 6.000/kg maka pendapatan
bersih yang diterima sebesar Rp. 90.000.000. Adanya potongan biaya pemasaran
sebesar Rp. 1.200.000 dan pajak 10% (Rp. 2.055.140) maka laba bersih yang
Dari Tabel 4.12 diketahui bahwa nilai B/C rasio briket dengan limbah
tongkol jagung sebesar 1,3 yang berarti bahwa setiap penambahan biaya sebesar
69
Rp. 1.3 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha briket dengan pemanfaatan limbah
menggambarkan bahwa dari Rp. 1.00 modal yang digunakan akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp. 27. Mahardhika dan Dewi (2016) dalam penelitian
diperoleh nilai ROI pengembangan usaha bonggol jagung sebesar 26% dan
berdasarkan kriteria ROI hal ini dapat dikatakan bahwa usaha tersebut
menguntungkan. Besar kecilnya nilai ROI dipengaruhi oleh nilai pendapatan yang
dan tiap tahap (jenis) pengerjaan tersebut menyerap atau membutuhkan tenaga
tenaga kerja dan usaha ini tergolong dengan industri kecil yang terdiri dari pekerja
untuk mesin pencacah, pengadonan dan pencetakan briket, penjemur briket dan
berdasarkan banyaknya pekerja, yaitu: industri besar (100 orang pekerja atau
lebih), industri sedang atau menengah (20 – 29 orang pekerja), industri kecil (5 –
Briket organik terbuat dari limbah yang mudah diperoleh, tersedia dalam
jumlah banyak dan harga sangat murah atau malah pada beberapa sampah tersebut
(tongkol jagung) bisa diperoleh secara gratis, serta pembuatannya pun relatif
70
mudah. Untuk melihat efisiensi atau penghematan bahan bakar, dapat juga
Jika suatu rumah tangga membutuhkan minyak tanah sebanyak 4 liter per
hari, nilai kalori minyak tanah adalah 11.000 kal, maka kebutuhan energi rumah
tangga terhadap minyak tanah adalah 44.000 kal/hari. Jika harga minyak tanah
saat ini adalah Rp 11.000 maka satu keluarga membutuhkan biaya energi sebesar
Rp 44.000,00 per hari. Nilai kebutuhan energi minyak tanah ini dijadikan sebagai
Untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sebesar 44.000 kal/hari dengan
menggunakan briket arang (nilai kalor 6,20) dari limbah tanaman jagung, biaya
jelas efisiensi yang dihasilkan jika menggunakan briket arang sampah daun
kering. Mulyati (2016) dalam penelitian mengenai briket dari sampah daun kering
perbandingan biaya konsumsi energi terlihat jelas efisiensi yang dihasilkan jika
energi rumah tangga sebesar 44.000 kal hanya dibutuhkan biaya Rp. 26.647,02.
Maka dapat disimpulkan bahwa harga per kilo kalori briket arang dari sampah
daun kering ini jauh lebih murah jika dibandingkan harga minyak tanah.
Sipolha Horison. Keuntungan yang diperoleh petani cukup besar dan masyarakat
limbah tongkol jagung tersebut secra rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Biaya
yang dihasilkan dalam proses gasifikasi adalah 110.000 kWh dengan harga listrik
Rp. 1.440/kWh maka pendapatan bersih yang diterima sebesar Rp. 2.022.000.
Adanya potongan biaya pemasaran sebesar Rp. 1.200.000 dan pajak 10% (Rp.
82.200) maka laba bersih yang diperoleh dalam produksi gasifikasi adalah Rp.
739.800. Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa nilai B/C rasio gasifikasi dengan bahan
baku limbah tongkol jagung sebesar 0,98 yang berarti bahwa setiap penambahan
biaya sebesar Rp. 0,98 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha gasifikasi dengan
72
pemanfaatan limbah tongkol jagung ini tidak menguntungkan dan tidak layak
untuk dijalankan.
sebagai briket berdasarkan Tabel 4.13 di atas diketahui sebesar 0,47 %, artinya
menggambarkan bahwa dari Rp. 1.00 modal yang digunakan akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp. 0,47. Besar kecilnya nilai ROI dipengaruhi oleh nilai
pendapatan yang diperoleh dan total biaya yang dikeluarkan oleh usaha tersebut.
menengah sebesar 580 USD/kW, investasi mahal sebesar 870 USD/kW dan
murah sebesar 406 USD/kW. Kelayakan ekonomi untuk bisnis biomassa menjadi
dan tiap tahap (jenis) pengerjaan tersebut menyerap atau membutuhkan tenaga
tenaga kerja dan usaha ini tergolong dengan industri kecil yang terdiri dari pekerja
pekerja, yaitu: industri besar (100 orang pekerja atau lebih), industri sedang atau
limbah jagung tersebut secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Biaya produksi,
yang dihasilkan adalah 15.000 liter dengan harga bioetanol Rp. 12.500/liter maka
biaya pemasaran sebesar Rp. 1.200.000 dan pajak 10% (Rp. 5.573.080) maka
laba bersih yang diperoleh dalam produksi briket adalah Rp. 50.157.720. Dari
Tabel 4.14 diketahui bahwa nilai B/C rasio bioetanol dengan bahan baku limbah
tongkol jagung sebesar 1,4 yang berarti bahwa setiap penambahan biaya sebesar
Rp. 1.4 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha briket dengan pemanfaatan limbah
menggambarkan bahwa dari Rp. 1.00 modal yang digunakan akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp. 38. Besar kecilnya nilai ROI dipengaruhi oleh nilai
pendapatan yang diperoleh dan total biaya yang dikeluarkan oleh usaha tersebut.
dan tiap tahap (jenis) pengerjaan tersebut menyerap atau membutuhkan tenaga
tenaga kerja dan usaha ini tergolong dengan industri kecil yang terdiri dari
berdasarkan banyaknya pekerja, yaitu: industri besar (100 orang pekerja atau
lebih), industri sedang atau menengah (20 – 29 orang pekerja), industri kecil (5 –
Jika suatu rumah tangga membutuhkan minyak tanah sebanyak 4 liter per
hari, nilai kalori minyak tanah adalah 11.000 kal, maka kebutuhan energi rumah
tangga terhadap minyak tanah adalah 44.000 kal/hari. Jika harga minyak tanah
saat ini adalah Rp 11.000 maka satu keluarga membutuhkan biaya energi sebesar
Rp 44.000,00 per hari. Nilai kebutuhan energi minyak tanah ini dijadikan sebagai
dasar perbandingan kebutuhan kebutuhan kalori dari bahan bakar (Mulyati, 2016).
Untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga sebesar 44.000 kal/hari dengan
menggunakan bioetanol (nilai kalor 3,60) dari limbah tongkol jagung, biaya
jelas efisiensi yang dihasilkan jika menggunakan minyak tanah. Karena harga per
kilo kalori minyak tanah ini jauh lebih murah jika dibandingkan harga bioetanol.
(briket, gasifikasi dan bioetanol) dari bahan baku limbah tongkol jagung dapat
kita bandingkan kelayakan usaha dari setiap teknologi. Maka perbandingan biaya
investasi, B/C rasio dan ROI yang dari ketiga pemanfaatan bahan bakar briket,
dapat disimpulkan bahwa dari ketiga teknologi pengolahan tersebut yang layak
penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Usaha di sektor pertanian juga tidak
pemenuhan pangan keluarga (subsistem), namun ada juga petani yang mengelola
dan juga harga jual listrik ke PLN yang murah. Umary, et al (2019) investasi
bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas yang lebih tinggi yang
investasi pada sektor yang satu atau yang lainnya, dengan begitu kesempatan
kerja upahan di desa, ataupun dari migrasi. Sumber pendapatan migrasi adalah
dari anggota rumahtangga yang bekerja di luar pedesaan atau bahkan bekerja di
luar negeri. Pertumbuhan sektor pertanian yang diikuti oleh naiknya pendapatan
pendapatan nasional, sebab jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan atas harga konstan (persen) dan
usaha 2016-2020 dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan 4.17 berikut:
Tabel 4.16 Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Tapanuli Selatan atas dasar harga
konstan 2010 menurut lapangan usaha 2016-2020
Lapangan usaha 2016 2017 2018 2019 2020
A Pertaian, Kehutanan, dan 2,90 5,02 4,09 5,28 3,96
Perikanan
B Pertambangan dan 3,71 1,91 2,97 -0,70 -5,91
Penggalian
C Industri Pengolahan 4,23 2,10 5,58 4,88 -4,35
D Pengadaan Listrik, Gas 8,71 6,47 6,81 6,78 6,74
E Pengadaan Air, Pengelolaan 6,71 7,67 5,52 5,55 4,38
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
F Konstruksi 9,84 8,39 8,62 8,64 -2,47
G Perdagangan Besar dan 9,45 8,24 6,76 6,70 -1,48
Eceran, dan Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan 6,52 8,77 6,55 6,67 -3,05
Pergudangan
I Penyediaan Akomodasi dan 8,07 8,20 7,80 7,84 -2,24
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 7,76 8,57 8,47 8,50 7,14
K Jasa Keuangan dan Asuran 2,39 1,98 3,27 3,14 4,24
L Real Estate 8,38 6,21 6,83 6,60 3,88
M,N Jasa Perusahaan 5,95 7,46 5,82 5,40 -2,71
O Administrasi Pemerintahan, 8,91 4,63 7,02 7,73 -0,40
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 6,96 6,99 7,05 7,02 4,20
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan 7,37 7,65 7,70 7,50 3,65
Sosial
R,S,T,U Jasa lainnya 6,50 7,55 6,09 6,54 -1,78
PRODUK DOMESTIK REGIONAL 5,12 5,21 5,19 5,23 0,39
BRUTO
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan, 2020
78
Selatan dalam kurun tahun 2016 - 2020 dari Tabel 4.16 terlihat bahwa dari sektor
sebesar 5,28% dan menurun pada tahun 2020 sebesar 3,96%. Data yang tersaji
PDRB dengan potensi sektor pertanian yang ada dan harus dikelola dengan baik
Pertumbuhan produk baik barang maupun jasa menjadi indikator penting dalam
bisa dihasilkan pada lahan tersebut baik tanaman jangka panjang maupun tanaman
jangka pendek, yang semuanya bila dikembangkan dengan baik akan dapat
bagi masyarakat sekitar. Melalui cara ini maka kesenjangan kepentingan antara
perusahaan dan masyarakat desa mampu diredam. Ketika hal itu terjadi, maka
potensi konflik sosial dan lingkungan hidup yang biasanya timbul dari kelapa
terintegrasi dan sinergi. Unsur-unsur pertanian pokok adalah (a) petani dan
keluarganya, (b) sumber daya alam, (c) teknologi (d) dan lingkungan sosial-
budayanya. Keempat unsur ini menjadi satu kesatuan yang saling terkait dan
mempengaruhi.
adapun beberapa industri yang ada seperti industri makanan ringan, kerajinan
tangan dan penggilingan padi. Industri yang berada di wilayah tersebut berskala
sedang. Industri penggilingan padi adalah industri yang paling banyak di wilayah
jagung sebagai bahan baku bioenergi berdasarkan analisis ekonomi, usaha briket
dengan tujuan agar pembangunan tersebar secara merata hingga ke lapisan akar
dan akses, sehingga tidak semua industri begitu saja dibangun di pedesaan.
Selatan. Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan
suatu bentuk analisis dengan melihat potensi atau kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman atau kendala. Analisis SWOT ini diawali dengan inventarisasi dan
82
tongkol jagung atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hal ini tentunya
bioenergi dari limbah tongkol jagung terdiri dari faktor internal dan eksternal yang
faktor strategis internal yang meliputi aspek kekuatan dan kelemahan. Faktor
Berdasarkan analisis limbah dari tongkol jagung dari tahun 2016 – 2020
teknologi ini dikarenakan sudah banyak beredar di pasaran alat atau mesin
pengolahannya.
5. Potensi ekonomi yang tinggi karena harga jual yang lebih tinggi. Harga
jual briket (Rp. 6.000,00) per kilogram, bioetanol (Rp. 12.500,00) per liter
dan listrik (Rp. 1.440,00) per kWh. Menurut informasi dari salah satu
dipipil.
sudah memadai. Kondisi jalan yang baik, serta listrik yang telah
faktor strategis eksternal yang meliputi aspek peluang dan ancaman. Beberapa
85
Matrik IFAS yang merupakan penjabaran detail dan secara kuantitatif atas
variabel kekuatan dan kelemahan. Dalam matrik ini ada penentuan skor atau
rating yang dilakukan dengan dasar sebagai berikut: kekuatan, rating 1 = sangat
nilai bobot antara range 0 - 1, untuk tiap-tiap variabel berdasarkan penting atau
penting. Hasil analisa faktor internal dalam analisis pengembangan bioenergi dari
analisis SWOT.
tersebut merupakan titik koordinat sumbu “y” pada diagram analisis SWOT.
Berdasarkan hasil-hasil yang didapat dari analisis internal dan eksternal pada
Tabel 4.18 dan 4.19 dapat dirangkum sebagai berikut : (1). Skor total kekuatan
adalah 3,049 (2). Skor total kelemahan adalah 2,385. (3) Skor total peluang
memerlukan penegasan dari adanya posisi sumbu yaitu antara kekuatan dan
kelemahan, maupun peluang dan ancaman. Dari analisis tersebut dapat diketahui
bahwasanya faktor kekuatan lebih besar dari kelemahan dan faktor peluang
lebih kecil dari ancaman, oleh karena itu posisinya berada di kuadran 1 yang
sekaligus memiliki kekuatan seperti yang terlihat pada Gambar 4.4 di bawah ini.
90
Peluang (O)
Kuadran IV Kuadran II
Ancaman (T)
Selatan. Hasil total skor yang diperoleh dari analisa faktor internal adalah total
skor kekuatan dikurangi total skor kelemahan sebesar 0,664 dan faktor eksternal
adalah total skor peluang dikurangi total skor ancaman sebesar 0,412 maka
strategi yang sesuai berada pada kuadran I. Strategi yang dijalankan pada kuadran
Berdasarkan analisis IFAS, EFAS dan matrik internal eksternal maka dapat
disusun alternatif strategi yang dapat disarankan, yakni strategi SO, strategi ST,
1. Belum sepenuhnya ditunjang dari 1. Komitmen yang kuat pemerintah dan 1. Penelitian/kajian/percobaan mulai
sikap dan partisipasi masyarakat sinergi antar instansi dalam kebijakan dari pengadaan bibit yang berkualitas,
dalam pengembangan pemanfaatan atau program bioenergi. pencarian dan perbaikan varietas dan
limbah tanaman jagung 2. Koordinasi instansi terkait agar lebih identifikasi potensi yang pasti tentang
2. Belum adanya usaha kemitraan mempercepat pengembangan limbah produktivitas tanaman jagung
dengan instansi terkait pengolahan jagung sebagai bahan baku energi 2. Mengidentifikasi kebutuhan jagung
limbah tanaman jagung alternatif baik untuk bahan baku bioenergi
3. Alih fungsi lahan menjadi tanaman 3. Upaya terintegrasi dengan melibatkan maupun untuk pangan agar tidak
tahunan seperti sawit seluruh stakeholder yaitu Pemerintah terjadi trade off dalam
4. Adanya persaingan bahan baku Pusat dan Daerah, Swasta, akademisi pengembangannya
dengan usaha kompos dan lembaga kelitbangan, asosiasi
pengembang energi baru terbarukan,
asosiasi pengusaha konservasi energi,
serta peran aktif masyarakat.
strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah strategi Strength-
bioenergi.
kewirausahaan yang dapat kita lakukan salah satunya yaitu dengan memanfaatkan
limbah yang ada disekitar menjadi suatu barang bermanfaat yang memiliki nilai
seseorang untuk memasuki karir wirausaha adalah adanya personal attributes dan
personal environment.
melihat potensi desa yang sangat bagus, maka sayang seandainya masyarakat
hanya langsung menjual begitu saja, sehingga tidak memiliki nilai tambah bagi
menjadi peluang usaha. Dalam pemanfaatan limbah tentu pelatihan sangat perlu
bagi masyarakat, Suhud dan Amarul, (2019) menyatakan bahwa hasil pendidikan
mengoptimalkan dayaguna dan hasil guna potensi dan peluang kerja yang ada,
hingga memiliki bekal untuk bekerja atau usaha mandiri dan membuka wawasan
dengan jumlah yang cukup, kualitas yang baik, harga yang wajar, efisien, andal,
aman dan ramah lingkungan serta dapat mengurangi konsumsi BBM dalam
negeri. Misi dari pengembangan bahan bakar nabati (BBN) menurut Legowo
(2007) dalam Agustian, et al (2014) yaitu: (1). Menciptakan lapangan kerja dalam
pembangunan mulai dari penyediaan bahan baku, industri, sarana dan prasarana
pemanfaatan BBN dan bahan bakunya. (5). Mengembangkan iklim usaha yang
energi fosil, dapat juga menciptakan lapangan kerja baru, serta membantu
dapat berusaha baik di sektor pertanian, industri maupun bergerak di sektor jasa,
bila semuanya ini bergerak maju dengan pesat, tentu akan diikuti oleh
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut:
Tapanuli Selatan diperoleh total per tahun produksi jagung sebesar 9.192,22
ton dengan potensi produksi limbah tongkol jagung total per tahun mencapai
130,95 ton.
5.2 Saran
kesimpulan ada beberapa hal yang menjadi saran penulis, diantaranya adalah
sebagai berikut:
krisis energi.
DAFTAR PUSTAKA
Angriani, N. 2017. Potensi Energi Listrik dari Gas Landfill TPA Puwatu Kota
Kendari. J. Analisis. Vol 6 (2): 193 – 198.
Arisanty, Y. R., Yuni, K. dan Annisa, W. U. 2009. Gasifikasi Limbah Kulit Biji
Kopi Dalam Reaktor Fixed Bed Dengan Sistem Inverted Downdraft
Gasifier : Distribusi Suhu. Simposium Nasional RAPI. Vol. 8 (1): 99-103.
[BPS] Badan Pusat Statistik , 2020. Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam Angka
2020. https://tapanuliselatankab.bps.go.id/publication [22 Februari 2021].
Djafar, R., Djamalu, Y., Haluti, S., Botutihe, S., 2017. Pengaruh Ukuran Bahan
Bakar Tongkol Jagung Terhadap Performa Kompor Gasifikasi Biomassa
Tipe Forced Draft. Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG). Vol 2
(2): 53-40.
Fachry, A. E., Puji, A. dan Puspitasari, T.G. 2013. Pembuatan Bioetanol Dari
Limbah Tongkol Jagung Dengan Variasi Konsentrasi Asam Klorida dan
Waktu Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 19 (1) : 60-67.
99
Kadir, A. 2005. Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi
Ekonomi Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Latifah, S., H. M. Sima dan A. Purwoko, 2020. Kajian Manfaat dan Kelayakan
Ekonomi Budidaya Suren Pada Masyarakat Desa Sipolha Horison,
Kabupaten Simalungun. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 17 (2): 87-
99.
Mulyati, M. 2016. Analisis Tekno Ekonomi Briket Arang Dari Sampah Daun
Kering. Teknoin Jurnal. Vol. 22 (7) : 505-513.
Priyadi, U. dan Riyanto, A. 2014. Analisa Pengaruh PDRB, Kredit Modal Kerja
dan UMP Terhadap Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Vol. 3 (3) : 208-
219.
Setiawati, D. R., Rafika, A. dan Tri, K. D. 2013. Proses Pembuatan Bioetanol dari
Kulit Pisang Kepok. Jurnal Teknik Kimia. Vol.1 (19): 9-16.
Rios, J. B., Aloia, R., Garotte, G. and Bernardo O. 2015. Biomass, sugar, and
bioethanol potential of sweet corn. Global Change Biology (CGB)
Bioenergy Vol. 7: 153 – 160.
Sutrianto, 2016. Analisis Potensi Energi Terbarukan Limbah Kotoran dari Ternak
Sapi di Kecamatan Kusambi Kabupaten Muna Barat Provinsi Sulawesi
Tenggara. JITRO. Vol . 3 (2): 22-30.
Syamsul, B. G., Erlina dan Rujiman. 2020. Peranan Badan Usaha Milik Desa
Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Perdesaan. Media
Komunikasi Geografi. Vol. 21(2): 202-209.
Wahid, A., Junaidi dan Iqbal, A. 2015. Analisis Kapasitas Dan Kebutuhan Daya
Listrik untuk Menghemat Penggunaan Energi Listrik Di Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura. Agrisep Vol 16 (1): 20-27.
Warsana, 2007. Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usaha Tani Jagung (Studi
Kasus di Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora). Program Studi
Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponogoro
Semarang..
Woittiez, L. S., Mark, T. W., Maja, S., Meine, V. N. and Ken, E. G. 2017. Yield
Gaps in Oil Palm: A Quantitative review of Contributing Factors.
European Journal of Agronomy. Vol 83: 53-77.
102
= 15.01 𝑇𝑜𝑛⁄2,5
= 6,004 𝑇𝑜𝑛
= 17483.64 𝑀𝐽
= 45,372 𝑇𝑜𝑛
= 132123.26 𝑀𝐽
= 83,016 𝑇𝑜𝑛
= 241742,59 𝑀𝐽
= 50,076 𝑇𝑜𝑛
104
= 145821,31 𝑀𝐽
= 77,436 𝑇𝑜𝑛
= 225493,63 𝑀𝐽
= 10.90 𝑇𝑜𝑛
= 30.809 𝑀𝐽
= 82.40 𝑇𝑜𝑛
= 232906.07 𝑀𝐽
105
= 150.78 𝑇𝑜𝑛
= 426184.19 𝑀𝐽
= 90.95 𝑇𝑜𝑛
= 257072.90 𝑀𝐽
= 139.52 𝑇𝑜𝑛
= 394357,46 𝑀𝐽
= 2134.42 𝑙i𝑡𝑒𝑟
= 26039.94 𝑀𝐽
= 16129.74 𝑙i𝑡𝑒𝑟
= 196782.90 𝑀𝐽
= 29512.18 𝑙i𝑡𝑒𝑟
= 360048.69 𝑀𝐽
= 17802.01 𝑙i𝑡𝑒𝑟
= 217184.61 𝑀𝐽
= 27528.49 𝑙i𝑡𝑒𝑟
= 335847.67 𝑀𝐽
108
Teknologi briket
Biaya Variabel
1 Gaji pegawai 5 Rp. 1.200.000 Rp. 6.000.000
2 Bahan pencampur 100 kg Rp. 10.000 Rp. 1.000.000
3 Listrik 650 kWh Rp. 1.644 Rp. 1.068.600
4. Sewa lahan 40 m2 Rp. 100.000 Rp. 4.000.000
5 Transportasi 100 liter Rp. 9.700 Rp. 970.000
6 Minyak mesin 150 liter Rp. 9.600 Rp. 1.440.000
7 Tongkol jagung 500 kg Rp. 100 Rp. 50.000
TOTAL Rp. 14.528.600
TOTAL PRODUKSI Rp. 68.248.600
109
Gasifikasi
Biaya Variabel
1 Gaji pegawai 4 Rp. 1.200.000 Rp. 4.800.000
2 Tongkol jagung 500 kg Rp. 100 Rp. 50.000
3 Listrik 2000 kWh Rp. 1.644 Rp. 3.288.000
4. Sewa lahan 50 m2 Rp. 250.000 Rp. 12.500.000
5 Transportasi 100 liter Rp. 9.700 Rp. 970.000
6 Minyak mesin 150 liter Rp. 9.600 Rp. 1.440.000
TOTAL Rp. 23.048.000
TOTAL PRODUKSI Rp.156.378.000
110
Bioetanol
Biaya Variabel
1 Gaji pegawai 6 Rp. 1.200.000 Rp. 7.200.000
2 Bahan pencampur
- Molases 900 kg Rp. 1.500 Rp. 1.350.000
- Ragi 4,5 kg Rp. 10.000 Rp. 45.000
- NPK 3,36 kg Rp. 15.000 Rp. 50.400
- Urea 15,6 kg Rp. 1.500 Rp. 23.400
3. Bahan bakar 10 kg Rp. 5.500 Rp. 55.000
4 Transportasi 100 liter Rp. 9.700 Rp. 970.000
5 Sewa lahan 60 m2 Rp. 150.000 Rp. 9.000.000
6 Listrik 350 kWh Rp. 1.644 Rp. 575.400
TOTAL Rp. 19.269.200
TOTAL PRODUKSI Rp. 130.569.200
111
Responden
Kekuatan Total
1 2 3 4 5 6 7
Poin 1 4 4 3 4 3 3 3 24
Poin 2 3 3 4 3 3 2 2 20
Poin 3 3 3 3 3 2 2 2 18
Poin 4 2 3 3 2 2 4 2 18
Poin 5 2 3 2 4 2 2 3 18
Poin 6 3 3 2 2 2 2 3 17
TOTAL 115
Kelemahan
Poin 1 3 3 2 2 2 3 1 16
Poin 2 3 2 2 2 1 1 2 13
Poin 3 2 2 1 1 1 1 2 10
Poin 4 3 4 3 3 2 3 2 20
Poin 5 4 4 3 3 2 2 3 21
TOTAL 80
Responden
Peluang Total
1 2 3 4 5 6 7
Poin 1 4 3 3 3 4 3 3 23
Poin 2 3 3 3 3 3 3 3 21
Poin 3 3 2 3 3 2 3 2 18
Poin 4 3 4 4 2 3 2 2 20
Poin 5 2 3 3 3 2 2 3 18
TOTAL 100
Ancaman
Poin 1 2 4 4 2 3 3 3 21
Poin 2 2 3 2 2 2 2 3 16
Poin 3 3 3 2 2 2 1 2 15
Poin 4 3 4 2 2 2 3 2 18
TOTAL 70
113
Proses wawancara dengan petani di Desa Proses wawancara dengan aktivis lingkungan
Purbatua, Kecamatan Lembaga Ovata
Proses wawancara dengan sekretaris Dinas Proses wawancara dengan koordinator PPL
Pertanian Kab. TapanuliSelatan Kecamatan TantomAngkola
Proses wawancara dengan pengusaha jagung di Wawancara dengan kabid Dinas Lingkungan
Desa Purbatua,Kecamatan Tantom Angkola Hidup Kab. Tapanuli Selatan
114
Proses pemanenan di Desa Ingul Jae Kec. Tanaman jagung yang sudah dipanen di Desa
Tantom Angkola. Purbatua, Kec. Tantom Angkola
Tanaman jagung yang sudah dipanen di Desa Proses wawancara dengan sekretaris dan kasi
Purbatua, Kec. Tantom Angkola pendapatan di Kantor Camat Tantom Angkola
115
Rumah penduduk di Desa Ingul Jae, Kecamatan Tantom Rumah penduduk di Desa Ingul Jae, Kecamatan Tantom
Angkola Angkola
Rumah penduduk di Desa Purbatua, Kecamatan Tantom Rumah penduduk di Desa Purbatua, Kecamatan Tantom
Angkola Angkola