KONTRUKSI PERKERASAN
NIT : 56192030034
COURSE : TR01B
Pendahuluan
menyiapkan segala komponen lapangan terbang pembangunan dan perencanaan yang ada
dibandara seperti ; landasan pacu bandar udara, Taxiway, tempat parkir pesawat, bangunan
dari terminal bandar udaranya, tower ATC, bangunan Utility (listrik dan lain sebgainya).
Saat membangun bandarapun harus berpedoman dengan standar ICAO dan FAA yang
harus dipenuhi oleh bandara yang baru direncanakan atau lapangan terbang. Contohnya
seperti kriteria desain dari FAA dan ICAO yaitu; lebar dari suatu bandara harus
diperhitungan sesuai ketentuan lapangan terbang, gradien, jarak dan daerah runway ,
taxiway maupun apronnya harus diketahui pemisahannya. Dalam pengoperasian pesawat
harusmelewati berbagai macam performa pesawat seperti contohnya ukondiisi cuaca alam
yang perlu diketahui.
Yang kedua adalah yang menjadi perhatian saat membangun suatu bandar udara
adalah kualitas lapisan tanah suatu bandar udara. Tidak dipungkiri bahwa pembangunan
bandar udara di Indonesia akhir-akhir ini dilakukan di daerah yang terpencil, dan juga di
daerah yang dekat dengan rawa-rawa. Oleh sebab itu pada saat pembangunan landasan
pacu atau runway di bandar udara yang sangat menjadi perhatian utamanya adalah subgrade
atau lapisan tanah dasarnya, karena sebagian dari Bandar udara yang akan dibangun sebuah
bandara di daerah terpencil memiliki karakteristik tanah yang sangat bermasalah seperti
contohnya tanah gambut lempung. Tanah ini merupakan tanah dengan nilai CBR nya
kurang dari 6 %, maka dari itu perlu dilakukannya perbaikan pada tanah pada lapisan
subgrade agar nantinya saat melakukan perkerasan, runway atau landasan pacu dapat
menahan beban dari pesawat udara saat melakukan landing atau take off dengan
menggunakan metode Vertical Drain
3
KONTRUKSI PERKERASAN
Pembahasan
Dalam merencanakan suatu bandar Udara ada hal penting yang harus kita ketahui
yaitu karakteristik dari pesawat rencana yang akan landing atau take-off di landasan pacu
banda udara itu nantinya. Karakter yang perlu diketahui yaitu adalah :
1. Berat dari suatu pesawat itu nantinya akan mempengaruhi tebal dari perkerasan
yang akan di buat.
2. Bentuk dari pesawat yang akan beroperasi di Bandar Udara yang akan dibangun,
bentuk dari pesawat ini nantinya akan mempengaruhi dan menyesuaikan lebar atau
ukuran dari luas parkir pesawat, landas pacu pesawat ataupun taxiwaynya.
3. Mengetahui kapasitas dari penumpang pesawat rencana untuk bandara atau lebih
tepatnya runway yang akan dibangun, kapasitas bandara ini adalah salah satu hal
yang mempengaruhi pembangunan perkerasan pada landas pacu karena nantinya
kita harus mengetahui tebal perkerasan sesuai dengan beban yang diterima.
4. Panjang dari runway, Panjang dari runway ini harus di evaluasi dan di Analisa
saat ingin membangun runway. Karena agar sesuai dengan kebutuhan luas tanah.
4
KONTRUKSI PERKERASAN
Selain karakteristik dari pesawat hal yang perlu diketahui dan dievaluasi adalah
berat pesawat. Berat pesawat menjadi hal penting dalam pembangunan perkerasan landas
pacu karena sangat sangat berhubungan dengan pengoperasian penerbangan udara. Berat
pesawat dapat dibagi menjadi : berat kosong, dimana berat kosong merupakan berat dari
dasar pesawat udara itu sendiri, atau bisa dikatakan berat pesawat tanpa berat tambahan
seperti penumpang atau kargo, perlengkapan penunjang pesawat, bahan bakar dan lain
sebagainya dan hal ini snagat tergantung dari jumlah tempat duduk dari pesawat rencana
tersebut. Selanjutnya ada berat muatan berbayar atau biasa disebut dengan Payload,
payload merupak produksi dari muatan pesawat itu sendiri. Jenis dari payload adalah
penumpang yang terdapat di dalam pesawat, barang yang ada di dalam pesawat, surat dan
bagasi batas maksimal dari suatu payload merupakan batas yang sudah disahkan oleh
Direktorat Jendral Perhubungan Udara selanjutnya terdapat berat bahan kosong, berat
bahan ini merupakan berat yang ditambah dengan payload (zero fuel weight) atau bisa
dikatakan Batasan dari berat setiap pesawat rencana dengan bahan bakarnya. Berat Ramp
maksimal, merupakan berat yang Batasan maksimalnya diizinkan pada saat pengoperasian
pesawat rencana, seperti contohnya pada saat pesawat melaju dia atas taxiway menuju
landasan pacu sehingga menghasbiskan bahan bakar dan sedikit kehilangan berat dari
pesawat itu. Berat maksimal dari pesawat rencana, berat ini merupakan berat yang dihitung
pada saat pesawat lepas landas. Berat ini yang sangat diperhitungkan saata membuat
perkerasan pada runway bandara. Berat maksimal ini mencakup penumpang pesawat,
bahan bakar dari pesawat itu sendiri dan payload yang telah diizinkan oleh pabrik. Yang
terakhir ada berat maksimum daro pendaratan pesawat rencana, berat ini merupakan berat
pada saat roda pesawat (main gear) menyentuh runway atau melakukan pendaratan .
biasanya roda pesawat ini di perhitungkan untuk pendaratan dengan berat lebih ringan dari
pada berat maksimal take off.
6
KONTRUKSI PERKERASAN
Konfigurasi roda pesawat, konfigurasi ini juga menjadi perhatian pada saat
merencanakan perkerasan runway karena mempunyai fungsi yang penting yaitu melakukan
penerusan pasa beban pesawat ke perkerasan runway atau landas pacu. Beban dari pesawat
dilanjutkan ke perkerasan melalui roda dari pesawat itu (nose gear) dan roda paling utama
dari pesawat (main gear). Roda utama dari pesawat mendaptkan semua beban dari berat
pesawat, sekita hampi Sembilan puluh lima persen dan sisanya diteruskan ke nose gear.
Berikut merupakan table dari konfigurasi roda pesawat.
Menggunakan metode dari ICAO untuk menentukan beban dari roda pesawat
merupakan salah satu hal yang penting dan dapat dilakukan jika melakukan perencanaan
perkerasan lunak di landas pacu. Metode ini dinamakan ICAO – LCN ( Load Classification
Number ) dimana metode ini adalah metode yang memberikan atau menampilkan suatu
nilai dari beban pesawat tertentu yang harus ditanggung oleh suatu sistem yang perkerasan
lunak di landas pacu di bandara. LCN inimemiliki tahapan yaitu memperlihatkan suatu
kekuatan dari tanah itu sendiri dan daya dukung lapisan tanah dasar pada bandara dengan
pesawat yang akan beroperasi baik take off maupun landing. Maka dapat disimpulkan jika
nilai dari suatu metode LCN dari perkerasan lentur lapangan pesawat udara lebih besar
dibandingkan dengan LCN pesawat , maka pesawat yang akan beroperasi di runway baik
take off maupun landing akan selamat. Tetapi mketode dari ICAO ini memiliki kelemahan
dalam menentukan tebal perkerasan lewat roda pesawat yaitu dalam menghitung atau
menganalisa sebuah daya dukung dan juga jenis lapisan tanah yang akan di pakai untuk
perkerasan pada landas pacu hanya berupa gambaran umum tidak detail seperti metode
FAA, seperti contohnya yang diperlihatkan hanyakah perkerasan baik untuk subbase,
lapisan base atau surface. Tetapi metode ini memiliki kelebihan juga dalam daya dukung
tanah yaitu menguraikan secara jelas tentang jenis tanah maupun kondisinhya pada setiap
lapisan tanah sehingga nantinya dapat menganalisa dan mengevaluasi lebih dalam. Selain
itu jkelebihan dalam metode LCN ( Load Classification Number ) adalah dalam hal
menghitung tebal dari perkerasan yang akan di di kerjakan, baik itu perkerasan sederhana
hanya membutuhkan data penunjang yang tidak terlalu sulit dan rumit untuk di Analisa.
Selain itu metode LCN ( Load Classification Number ) sangat detail dalam
7
KONTRUKSI PERKERASAN
memperhitungkan terhadap daya dukung yang akan dibebankan pada landas pacu terhadap
tiap roda pesawat, dan juga ukuran roda pendaratan suatu pesawat dan tekanana
pembebanan pada roda pesawat rencana. Garis kontak pada area pesawat udara rencana
yang akan mendarat pada landas pacu juga sangat diperhitungkan dengan detaildalam
metode LCN ( Load Classification Number ) ini, karena hasil perhitungan ini sangat
memiliki peran penting dalam menampilalkan suatu gambaran ilustrasi yang jelas terhadap
perkerasan yang dapat memikul beban dari roda pesawat LCN ( Load Classification
Number ) .
Menganalisis tanah lapisan subgrade perlu dilakukan pada saat melakukan kontruksi
perkerasan karena biasanya tanah yang memiliki karakteristik gambut lunak mengalami
penurunan pada tanah, maka dari itu kasus tersebut perlu dilakukannya perhatian evaluasi
dan analisa terkhusus. Penurunan ini diakibatkan karena tanah menerima beban dari
pesawat baik itu beban besar ataupun tidak. Penurunan ini jika terjadi maka akan
mengalami pergeseran tanah atau tanah berpindah secara veritikal maupun horizontal
sehingga mengalami perubahan volume, yang biasanya disebut dengan penurunan
konsolidasi.
Dalam menganalisa penurunan tanah gambut lunak yang akan dibangun sebuah
landasan pacu runway , dilakukannya penelitian untuk memperbaiki lapisan subgrade
menggunakan PVD atau biasa disebut (Prefabricated Vertical Drain). Cara kerja dari PVD
Itu sendiri dengan cara memperbesar kekuatan atau kemampuan pada tanah dengan vertical
ataupun horizontal agar air pori yang berada pada lapisan tanah gambut lunak ini keluar
dengan mudah melalui metode PVD ini.besar dari penurunan tanah merupakan
penjumlahan dari penurunan beban awal, dan juga penurunan konsolidasi primer dan
sekunder. Ada dua konsolidasi tanah yaitu Normally Consolidated (NC Soil) dan Over
Consolidated (OC Soil).
9
KONTRUKSI PERKERASAN
Masuk ke metode PVD, metode ini bekerja dengan cara melakukan permudahan pengaliran
air dan udara yang ada pada lapisan tanah gambut lunak, yang memiliki kedalam yang
sangat susah untuk air dan udara tersebut keluar dari dalam tanah secara vertical maupun
horizontal. Berikut merupakan pola pemasangan dari metode PVD
(sumber:Undergraduate thesis)
Prosedur dari perencanaan perkerasan lentur sudah dapat dilihat dalam program
FAA. Software FAARFIELD menggunakan prosedur lapisan elastis dan elemen finite
untuk perencanaan perkerasan baru yaitu perkerasan lentur.
Gambar 5. Tekanan yang eketif pada dua Gambar 6. Tekanan yang eketif pada dua
roda yang tidak overlap roda yang overlap
(sumber:Undergraduate thesis)
Kesimpulan
13
KONTRUKSI PERKERASAN
Widhiarto , Herry , Fatmawati ,Laily Endah & Beatrix ,Michella,. (2008, januari).
“Pengaruh Pvd (Prefabricated Vertical Drain) Dalam Mempercepat Proses
Konsolidasi Pada Kontruksi Taxiway Di Bandara Juanda Surabaya”. (Diakses tanggal
26 Desember 2021)
Irfan ,Daniel, Yusa ,Muhamad & Fatnanta, Ferry,. (2001,April). “PENGARUH EFEK SMEAR