Anda di halaman 1dari 14

1

KONTRUKSI PERKERASAN

NAMA : FIKRY DEARA PUTRA

NIT : 56192030034

COURSE : TR01B

Pendahuluan

Jika dilihat dari pertumbuhan perkembangan pembangunan Bandar Udara di


Indonesia, Pertumbuhan pembangunanya sangat amat signifikan. Banyak daerah-daerah
terpencil yang ada di Indonesia telah dibangun suatu wadah untuk bertransportasi melalui
jalur udara. Tidak heran pembangunan Bandar Udara di Indonesia terus di rencanakan
karena melihat banyaknya minat warga negara Indonesia untuk bertransportasi melalui
udara, hal ini disebabkan karena melalui jalur udara kita dapat menempuh perjalanan
dengan waktu yang sangat efisien apalagi dilihat kegiatan warga negara Indonesia yang
begitu padat dan sibuk. Walaupun negara Indonesia merupakan negara berkembang tetapi
Indonesia telah masuk kedalam kategori salah satu negara yang sibuk dan padat. Maka dari
itu pemerintah Indonesia terutama Bapak Menteri Perhubungan selalu mencanangkan dan
melakukan perkembangan pembangunan di daerah yang memang layak untuk di bangun
Bandar Udara. Seperti contohnya pada bandara yang baru saja di sahkan oleh Presiden
dengan Menteri perhubungan yang berlokasi di Jawa. Itu merupakan salah satu contoh
nyata bahwa Indonesia sangat membutuhkan adanya bandar udara.

Pembangunan Bandara di Indonesia harus banyak melewati tahapan atau metode


saat melakukan pembangunan Bandar Udara. Krena pembangunan bandar udara tidak sama
halnya dengan membengun suatu pembangunan umum yang layaknya kita lihat. Karena
pembangunan bandara harus sesuai dengan pedoman penerbangan udara yang telah
ditentukan oleh International Civil Aviation (ICAO) dan juga Federal Aviation
Administration (FAA). Hal ini bertujuan untuk mensama ratakan perencanaan yang akan
dibuat di bandar udara itu sendiri seperti halnya dalam fasilitas pelayanan jasa, fasilitas
keamanan dan keselamatan transportasi udara, fasilitas pokok dan juga penunjang lainnya
yang nantinya berfungsi untuk menunjang bandar udara itu sendiri sesuai dengan
fungsinya. Bukan itu saja tetapi dalam perencanaan bandar udara kita harus mampu
2
KONTRUKSI PERKERASAN

menyiapkan segala komponen lapangan terbang pembangunan dan perencanaan yang ada
dibandara seperti ; landasan pacu bandar udara, Taxiway, tempat parkir pesawat, bangunan
dari terminal bandar udaranya, tower ATC, bangunan Utility (listrik dan lain sebgainya).
Saat membangun bandarapun harus berpedoman dengan standar ICAO dan FAA yang
harus dipenuhi oleh bandara yang baru direncanakan atau lapangan terbang. Contohnya
seperti kriteria desain dari FAA dan ICAO yaitu; lebar dari suatu bandara harus
diperhitungan sesuai ketentuan lapangan terbang, gradien, jarak dan daerah runway ,
taxiway maupun apronnya harus diketahui pemisahannya. Dalam pengoperasian pesawat
harusmelewati berbagai macam performa pesawat seperti contohnya ukondiisi cuaca alam
yang perlu diketahui.

Yang kedua adalah yang menjadi perhatian saat membangun suatu bandar udara
adalah kualitas lapisan tanah suatu bandar udara. Tidak dipungkiri bahwa pembangunan
bandar udara di Indonesia akhir-akhir ini dilakukan di daerah yang terpencil, dan juga di
daerah yang dekat dengan rawa-rawa. Oleh sebab itu pada saat pembangunan landasan
pacu atau runway di bandar udara yang sangat menjadi perhatian utamanya adalah subgrade
atau lapisan tanah dasarnya, karena sebagian dari Bandar udara yang akan dibangun sebuah
bandara di daerah terpencil memiliki karakteristik tanah yang sangat bermasalah seperti
contohnya tanah gambut lempung. Tanah ini merupakan tanah dengan nilai CBR nya
kurang dari 6 %, maka dari itu perlu dilakukannya perbaikan pada tanah pada lapisan
subgrade agar nantinya saat melakukan perkerasan, runway atau landasan pacu dapat
menahan beban dari pesawat udara saat melakukan landing atau take off dengan
menggunakan metode Vertical Drain
3
KONTRUKSI PERKERASAN

Pembahasan

Dalam merencanakan suatu bandar Udara ada hal penting yang harus kita ketahui
yaitu karakteristik dari pesawat rencana yang akan landing atau take-off di landasan pacu
banda udara itu nantinya. Karakter yang perlu diketahui yaitu adalah :

1. Berat dari suatu pesawat itu nantinya akan mempengaruhi tebal dari perkerasan
yang akan di buat.

2. Bentuk dari pesawat yang akan beroperasi di Bandar Udara yang akan dibangun,
bentuk dari pesawat ini nantinya akan mempengaruhi dan menyesuaikan lebar atau
ukuran dari luas parkir pesawat, landas pacu pesawat ataupun taxiwaynya.

3. Mengetahui kapasitas dari penumpang pesawat rencana untuk bandara atau lebih
tepatnya runway yang akan dibangun, kapasitas bandara ini adalah salah satu hal
yang mempengaruhi pembangunan perkerasan pada landas pacu karena nantinya
kita harus mengetahui tebal perkerasan sesuai dengan beban yang diterima.

4. Panjang dari runway, Panjang dari runway ini harus di evaluasi dan di Analisa
saat ingin membangun runway. Karena agar sesuai dengan kebutuhan luas tanah.
4
KONTRUKSI PERKERASAN

Gambar 1. Tabel Karakteristik Pesawat udara

(sumber : KP no 39 Tahun 2015 )


5
KONTRUKSI PERKERASAN

Selain karakteristik dari pesawat hal yang perlu diketahui dan dievaluasi adalah
berat pesawat. Berat pesawat menjadi hal penting dalam pembangunan perkerasan landas
pacu karena sangat sangat berhubungan dengan pengoperasian penerbangan udara. Berat
pesawat dapat dibagi menjadi : berat kosong, dimana berat kosong merupakan berat dari
dasar pesawat udara itu sendiri, atau bisa dikatakan berat pesawat tanpa berat tambahan
seperti penumpang atau kargo, perlengkapan penunjang pesawat, bahan bakar dan lain
sebagainya dan hal ini snagat tergantung dari jumlah tempat duduk dari pesawat rencana
tersebut. Selanjutnya ada berat muatan berbayar atau biasa disebut dengan Payload,
payload merupak produksi dari muatan pesawat itu sendiri. Jenis dari payload adalah
penumpang yang terdapat di dalam pesawat, barang yang ada di dalam pesawat, surat dan
bagasi batas maksimal dari suatu payload merupakan batas yang sudah disahkan oleh
Direktorat Jendral Perhubungan Udara selanjutnya terdapat berat bahan kosong, berat
bahan ini merupakan berat yang ditambah dengan payload (zero fuel weight) atau bisa
dikatakan Batasan dari berat setiap pesawat rencana dengan bahan bakarnya. Berat Ramp
maksimal, merupakan berat yang Batasan maksimalnya diizinkan pada saat pengoperasian
pesawat rencana, seperti contohnya pada saat pesawat melaju dia atas taxiway menuju
landasan pacu sehingga menghasbiskan bahan bakar dan sedikit kehilangan berat dari
pesawat itu. Berat maksimal dari pesawat rencana, berat ini merupakan berat yang dihitung
pada saat pesawat lepas landas. Berat ini yang sangat diperhitungkan saata membuat
perkerasan pada runway bandara. Berat maksimal ini mencakup penumpang pesawat,
bahan bakar dari pesawat itu sendiri dan payload yang telah diizinkan oleh pabrik. Yang
terakhir ada berat maksimum daro pendaratan pesawat rencana, berat ini merupakan berat
pada saat roda pesawat (main gear) menyentuh runway atau melakukan pendaratan .
biasanya roda pesawat ini di perhitungkan untuk pendaratan dengan berat lebih ringan dari
pada berat maksimal take off.
6
KONTRUKSI PERKERASAN

Konfigurasi roda pesawat, konfigurasi ini juga menjadi perhatian pada saat
merencanakan perkerasan runway karena mempunyai fungsi yang penting yaitu melakukan
penerusan pasa beban pesawat ke perkerasan runway atau landas pacu. Beban dari pesawat
dilanjutkan ke perkerasan melalui roda dari pesawat itu (nose gear) dan roda paling utama
dari pesawat (main gear). Roda utama dari pesawat mendaptkan semua beban dari berat
pesawat, sekita hampi Sembilan puluh lima persen dan sisanya diteruskan ke nose gear.
Berikut merupakan table dari konfigurasi roda pesawat.

Menggunakan metode dari ICAO untuk menentukan beban dari roda pesawat
merupakan salah satu hal yang penting dan dapat dilakukan jika melakukan perencanaan
perkerasan lunak di landas pacu. Metode ini dinamakan ICAO – LCN ( Load Classification
Number ) dimana metode ini adalah metode yang memberikan atau menampilkan suatu
nilai dari beban pesawat tertentu yang harus ditanggung oleh suatu sistem yang perkerasan
lunak di landas pacu di bandara. LCN inimemiliki tahapan yaitu memperlihatkan suatu
kekuatan dari tanah itu sendiri dan daya dukung lapisan tanah dasar pada bandara dengan
pesawat yang akan beroperasi baik take off maupun landing. Maka dapat disimpulkan jika
nilai dari suatu metode LCN dari perkerasan lentur lapangan pesawat udara lebih besar
dibandingkan dengan LCN pesawat , maka pesawat yang akan beroperasi di runway baik
take off maupun landing akan selamat. Tetapi mketode dari ICAO ini memiliki kelemahan
dalam menentukan tebal perkerasan lewat roda pesawat yaitu dalam menghitung atau
menganalisa sebuah daya dukung dan juga jenis lapisan tanah yang akan di pakai untuk
perkerasan pada landas pacu hanya berupa gambaran umum tidak detail seperti metode
FAA, seperti contohnya yang diperlihatkan hanyakah perkerasan baik untuk subbase,
lapisan base atau surface. Tetapi metode ini memiliki kelebihan juga dalam daya dukung
tanah yaitu menguraikan secara jelas tentang jenis tanah maupun kondisinhya pada setiap
lapisan tanah sehingga nantinya dapat menganalisa dan mengevaluasi lebih dalam. Selain
itu jkelebihan dalam metode LCN ( Load Classification Number ) adalah dalam hal
menghitung tebal dari perkerasan yang akan di di kerjakan, baik itu perkerasan sederhana
hanya membutuhkan data penunjang yang tidak terlalu sulit dan rumit untuk di Analisa.
Selain itu metode LCN ( Load Classification Number ) sangat detail dalam
7
KONTRUKSI PERKERASAN

memperhitungkan terhadap daya dukung yang akan dibebankan pada landas pacu terhadap
tiap roda pesawat, dan juga ukuran roda pendaratan suatu pesawat dan tekanana
pembebanan pada roda pesawat rencana. Garis kontak pada area pesawat udara rencana
yang akan mendarat pada landas pacu juga sangat diperhitungkan dengan detaildalam
metode LCN ( Load Classification Number ) ini, karena hasil perhitungan ini sangat
memiliki peran penting dalam menampilalkan suatu gambaran ilustrasi yang jelas terhadap
perkerasan yang dapat memikul beban dari roda pesawat LCN ( Load Classification
Number ) .

Gambar 2. Merupakan konfigurasi dari roda pendaratan

(sumber : Horonjeff, 2010)


8
KONTRUKSI PERKERASAN

Menganalisis tanah lapisan subgrade perlu dilakukan pada saat melakukan kontruksi
perkerasan karena biasanya tanah yang memiliki karakteristik gambut lunak mengalami
penurunan pada tanah, maka dari itu kasus tersebut perlu dilakukannya perhatian evaluasi
dan analisa terkhusus. Penurunan ini diakibatkan karena tanah menerima beban dari
pesawat baik itu beban besar ataupun tidak. Penurunan ini jika terjadi maka akan
mengalami pergeseran tanah atau tanah berpindah secara veritikal maupun horizontal
sehingga mengalami perubahan volume, yang biasanya disebut dengan penurunan
konsolidasi.

Dalam menganalisa penurunan tanah gambut lunak yang akan dibangun sebuah
landasan pacu runway , dilakukannya penelitian untuk memperbaiki lapisan subgrade
menggunakan PVD atau biasa disebut (Prefabricated Vertical Drain). Cara kerja dari PVD
Itu sendiri dengan cara memperbesar kekuatan atau kemampuan pada tanah dengan vertical
ataupun horizontal agar air pori yang berada pada lapisan tanah gambut lunak ini keluar
dengan mudah melalui metode PVD ini.besar dari penurunan tanah merupakan
penjumlahan dari penurunan beban awal, dan juga penurunan konsolidasi primer dan
sekunder. Ada dua konsolidasi tanah yaitu Normally Consolidated (NC Soil) dan Over
Consolidated (OC Soil).
9
KONTRUKSI PERKERASAN

Gambar 3. Alur dari metode PVD

(Sumber: Jurnal Untag)

1. Tanah Normally Consolidated ( NC Soil ) 2. Tanah Over Consolidated (OC Soil )


Berikut merupakan persamaan untuk Tanah ini merupakan tanah yang
mencari nilai OCR overburdennya lebih kecil dari pada tanah
prakonsolidasi, berikut merupakan
persamaanya

Menghitung derajat konsolidasi, derjat konsolidasi merupakan perbandingan antara


penurunan tanah dengan penurunan yang disebbakan oleh tanah yang berada di
sekililingnya. Berikut merupakan cara perhitungannya

Sedangkan untuk tinggi timbunan awal rumusnya adalah


10
KONTRUKSI PERKERASAN

Masuk ke metode PVD, metode ini bekerja dengan cara melakukan permudahan pengaliran
air dan udara yang ada pada lapisan tanah gambut lunak, yang memiliki kedalam yang
sangat susah untuk air dan udara tersebut keluar dari dalam tanah secara vertical maupun
horizontal. Berikut merupakan pola pemasangan dari metode PVD

Gambar 3. Pola pemasangan dari metode PVD

(Sumber: Jurnal Untag)

Setelah melakukan analisan dan evaluasi. Selanjutanya melakukan analisan


perkerasan dengan metode FAA dan ICAO. Yang pertama adalah dengan menggunakan
metode FAA saat ingin melakukan pembangunan perkerasan pada runway dengan
menggunakan software FAARFIELD (Federal Aviation Administration Rigid and Flexible
Iterative Elastic Layered Design). Program ini memiliki fungsi yaitu mendesain dari tebal
perkerasan lentur runway bedasarkan metode FAA.
11
KONTRUKSI PERKERASAN

Gambar 4. Tampilan layer utama software FAARFIELD

(sumber:Undergraduate thesis)

Prosedur dari perencanaan perkerasan lentur sudah dapat dilihat dalam program
FAA. Software FAARFIELD menggunakan prosedur lapisan elastis dan elemen finite
untuk perencanaan perkerasan baru yaitu perkerasan lentur.

1. Perhitungan tebal perkerasan dengan software FAARFIELD yang didasari oleh


prinsip AC 150/5320-6E :

a. input semua pesawat yang akan beroperasi pada bandara tidak


melaksanakan ekuivalen.

b. jarak roda pendaratan pesawat pada setiap semua jenis


pesawat sangat berpengaruh pada tingkat keseriusan kerusakan
akibat roda

c. pesawat rencana tidak ada dalam software FAARFIELD

2. Pass-to-coverage ratio (PCR) merupakan banyaknya jumlah lintasan terhadap


beban dari semua pesawat per satuan luas perkerasan atau biasa dikatakan dengan
pass-to-coverage ratio.
12
KONTRUKSI PERKERASAN

Gambar 5. Tekanan yang eketif pada dua Gambar 6. Tekanan yang eketif pada dua
roda yang tidak overlap roda yang overlap
(sumber:Undergraduate thesis)

Kesimpulan
13
KONTRUKSI PERKERASAN

Pembangunan Bandara di Indonesia harus banyak melewati tahapan atau metode


saat melakukan pembangunan Bandar Udara. Krena pembangunan bandar udara tidak sama
halnya dengan membengun suatu pembangunan umum yang layaknya kita lihat. Karena
pembangunan bandara harus sesuai dengan pedoman penerbangan udara yang telah
ditentukan oleh International Civil Aviation (ICAO) dan juga Federal Aviation
Administration (FAA). Hal ini bertujuan untuk mensama ratakan perencanaan yang akan
dibuat di bandar udara itu sendiri seperti halnya dalam fasilitas pelayanan jasa, fasilitas
keamanan dan keselamatan transportasi udara, fasilitas pokok dan juga penunjang lainnya
yang nantinya berfungsi untuk menunjang bandar udara itu sendiri sesuai dengan
fungsinya. menjadi perhatian saat membangun suatu bandar udara adalah kualitas lapisan
tanah suatu bandar udara. Tidak dipungkiri bahwa pembangunan bandar udara di Indonesia
akhir-akhir ini dilakukan di daerah yang terpencil, dan juga di daerah yang dekat dengan
rawa-rawa. Oleh sebab itu pada saat pembangunan landasan pacu atau runway di bandar
udara yang sangat menjadi perhatian utamanya adalah subgrade atau lapisan tanah
dasarnya, karena sebagian dari Bandar udara yang akan dibangun sebuah bandara di daerah
terpencil memiliki karakteristik tanah yang sangat bermasalah seperti contohnya tanah
gambut lempung. Tanah ini merupakan tanah dengan nilai CBR nya kurang dari 6 %, maka
dari itu perlu dilakukannya perbaikan pada tanah pada lapisan subgrade agar nantinya saat
melakukan perkerasan, runway atau landasan pacu dapat menahan beban dari pesawat
udara saat melakukan landing atau take off dengan menggunakan metode Vertical Drain.
Hal yang perlu dilakukan adalah karakteristik dari pesawat rencana yang akan landing atau
take-off di landasan pacu banda udara itu nantinya, berat pesawat, konfigurasi roda pesawat
dengan metode ICAO-LCN dan menganlisa lapisan tanah dengan cara metode FAA.
14
KONTRUKSI PERKERASAN

Sandhyavitri ,Ari , Wibisono,Gunawan,. (2009,Desember). “APLIKASI METODE VERTICAL


DRAIN UNTUK STABILISASI TANAH DASAR LANDASAN PACU LAPANGAN
TERBANG”. (Diakses tanggal 26 Desember 2021)

Widhiarto , Herry , Fatmawati ,Laily Endah & Beatrix ,Michella,. (2008, januari).
“Pengaruh Pvd (Prefabricated Vertical Drain) Dalam Mempercepat Proses
Konsolidasi Pada Kontruksi Taxiway Di Bandara Juanda Surabaya”. (Diakses tanggal
26 Desember 2021)

Irfan ,Daniel, Yusa ,Muhamad & Fatnanta, Ferry,. (2001,April). “PENGARUH EFEK SMEAR

TERHADAP POLA PEMASANGAN DAN JARAK PEMASANGAN PADA


PERBAIKAN TANAH DENGAN PREFABRICATED VERTICAL DRAIN”. (Diakses
tanggal 26 Desember 2021)

REZKI,COK NANDA LATE. (2016). “ANALISIS PERBANDINGAN METODE DESAIN


PERKERASAN BANDARA ANTARA METODE GRAFIS DAN FAARFIELD STUDI
KASUS BANDARA JUANDA”. (Diakses tanggal 26 Desember 2021)

Unknown. (2009). “Perencanaan Bandara (Bab II)”.


https://repository.its.ac.id/75992/1/3113106013-Undergraduate_Thesis.pdf. (Diakses
tanggal 26 Desember 2021)

Anda mungkin juga menyukai