Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Sing
Hubungan Bilateral Indonesia Dengan Sing
1|Page
sumber daya keuangan yang besar. Kondisi ini menjadikan Indonesia dan Singapura
saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain. Selain itu, di bidang
sosial budaya, kedua negara juga telah mendorong usaha-usaha untuk meningkatkan
kerjasama pendidikan, kebudayaan, pariwisata serta hubungan people to people
contact.
Kerangka hubungan kerjasama Indonesia dan Singapura tersebut di atas,
telah menjadi landasan dasar bagi pengembangan hubungan bilateral Indonesia-
Singapura yang lebih mengikat, salah satunya melalui kunjungan antara Kepala
Negara/Kepala Pemerintahan kedua negara yang menghasilkan kespakatan-
kesepakatan susbtansial untuk meningkatkan dan mengambangakan hubungan
kerjasama bilateral kedua negara.
Dalam kunjungan Presiden RI ke Singapura pada tanggal 12 November 2009,
Presiden RI telah melakukan pertemuan bilateral dengan PM Lee Hsien Loong,
kunjungan kehormatan kapada Presiden Singapura, S.R. Nathan dan Minister
Mentor Singapura, Lee Kuan Yew. Dalam pertemuan Bilateral dengan Presiden RI
tersebut, PM Singapura menyampaikan beberapa pandangan antara lain :
2|Page
4. Komitmen mendorong peningkatan investasi Singapura di Indonesia yang
dapat membantu pertumbuhan ekonomi, dan pada gilirannya akan
menciptakan lapangan kerja di Indonesia.
5. Perlunya ASEAN untuk terus menjadi driving force dalam pengembangan
kerjasama kawasan. Raihan kerjasama antara ASEAN dengan negara-negara
mitra wicara, seperti dalam kerangka ASEAN-AS dan ASEAN+3
mencerminkan sikap ASEAN yang selalu terbuka untuk bekerjasama dengan
negara-negara di luar kawasan serta menekankan ASEAN
menjadi center dalam setiap kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara
Menanggapi hal tersebut, Presiden RI menyampaikan beberapa hal antara lain :
3|Page
aspek terkait dengan upaya pembangunan nasional Indonesia serta perubahan
perilaku dalam melaksanakan hal tersebut.
5. Indonesia mengundang partisispasi sektor swasta Singapura untuk
mendukung pembangunan nasional Indonesia. Indonesia telah berhasil
meminimalisir dampak dari krisis keuangan global terhadap perekonomian
negara.
4|Page
Hubungan Bilateral Indonesia-Singapura
I. Politik
5|Page
dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana alam gempa bumi
dan Tsunami di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam Aceh pada 26
Desember 2004, bencana gempa dasar laut di dekat Pulau Nias dan Pulau Simeleu
Maret 2005, bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah dan tsunami di
Pangandaran 2006 tersebut telah berpengaruh positif terhadap persepsi publik tertentu
Indonesia terhadap Singapura, dan merupakan faktor positif lain bagi perkembangan
hubungan baik kedua negara.
II. Ekonomi
6|Page
Pada dasarnya hubungan bilateral Indonesia-Singapura memiliki fondasi yang
sangat kuat yang dibuktikan dengan telah ditandatanganinya berbagai Kesepakatan
ataupun Perjanjian antara kedua negara. Selain itu, untuk fondasi kerjasama ekonomi
khususnya antara Singapura dengan Batam dan Riau, kedua negara memiliki Legal
Framework yang kokoh dengan ditandatanganinya beberapa Persetujuan antara lain:
7|Page
2. Perdagangan
8|Page
terakhir. Pada 2004 defisit perdagangan migas sebesar US$ 2,95 milyar dan pada
2005 tercatat sebesar US$ 5,77 milyar. Dalam perdagangan non-migas (2001-2005)
Indonesia tetap surplus. Pada 2005 Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 4,13
milyar sedangkan tahun 2004 tercatat surplus sebesar US$ 2,86 milyar. Pada tahun
2006 (Januari - Maret) perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ -67,9 juta. Defisit
disebabkan perdagangan migas tahun 2005 defisit US$ -5,7 milyar, sedangkan non-
migas masih mencatat surplus sebesar US$ 4,1 milyar.
Ekspor Indonesia ke Singapura pada 2005 sebesar US$ 7,83 milyar,
meningkat 30,64% dibandingkan dengan ekspor pada 2004 sebesar US$ 6.0 milyar
(ekspor non-migas pada 2005 sebesar US$. 7,07 milyar, meningkat 31,13%
dibandingkan ekspor non-migas 2004 sebesar US$ 5,39 milyar). Pada tahun 2006
(Januari-Maret) nilai ekspor tercatat sebesar sebesar US$ 1,9 milyar naik sebesar 9,9
% dibandingkan periode yang sama tahun 2005 tercatat sebesar US$ 1,7 milyar.
Ekspor non-migas sebesar US$ 5,3 milyar dan ekspor migas sebesar US$ 607,2 juta.
Impor Indonesia dari Singapura pada 2005 sebesar US$ 9,47 milyar, naik 55,7%
dibandingkan 2004 sebesar US$ 6,08 milyar Impor non-migas tahun 2005 sebesar
US$. 2,94 milyar, meningkat sebesar 16,2% dibandingkan 2004 sebesar US$ 2,53
milyar. Impor migas pada 2005 sebesar US$ 6,53 milyar, naik 83,77% dibandingkan
impor 2004 sebesar US$ 3,55 milyar. Pada tahun 2006 (Januari-Maret) nilai impor
tercatat sebesar sebesar US$ 2 milyar naik sebesar 8,9% dibandingkan periode yang
sama tahun 2005 tercatat sebesar US$ 1,8 milyar. Impor migas sebesar US$ 6,5
milyar dan impor non-migas US$ 2,9 milyar.
Data Re-Ekspor Singapura- Indonesia: menurut “Statlink” Indonesia
merupakan negara mitra dagang kelima terbesar bagi Singapura. Re-ekspor
Singapura-Indonesia tahun 2004 tercatat sebesar US$ 18,44 dan pada tahun 2005
tercatat sebesar US$ 20,42 milyar.
9|Page
3. Investasi
10 | P a g e
labor) dari Malaysia, Bangladesh, China, India, yang notabene merupakan bagian dari
struktur penduduk Singapura.
Upaya KBRI Singapura selama ini untuk mendatangkan tenaga kerja terampil
bekerja di Singapura telah mencapai tahap realisasi dengan tibanya 14 (empat belas)
tenaga perawat Indonesia di Singapura pada November 2002 untuk bekerja di rumah
sakit Gleneagles, Mount Elizabeth serta East Shore. Ke-14 perawat tersebut berhasil
melalui ujian tertulis, wawancara serta pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
Singapore Nursing Board (SNB) dan Parkway Group Healthcare. Periode percobaan
akan berlangsung selama 3 bulan dan dapat diperpanjang untuk 3 bulan berikutnya.
Sejauh ini, tanggapan pihak rumah sakit maupun SNB mengenai ke-14 tenaga
perawat tersebut sangat positif.
Sementara para pekerja magang Indonesia di bidang hotel dan restoran masih
terus berjalan. Perkembangan jumlahnya tidak terlalu fluktuatif dan pada tahun 2004
berjumlah sekitar 500 orang. Pendataan mengenai jumlah pekerja magang Indonesia
di Singapura belum dapat dilakukan secara akurat mengingat tidak semua agen
penyalurnya mau melaporkan kedatangan para trainee tersebut, meskipun KBRI
sudah menghimbau mereka. Tidak adanya ketentuan bagi mereka untuk melaporkan
para trainee Indonesia menjadi salah satu kendala bagi penyusunan statistik trainee
yang tepat.
Upaya-upaya lain yang telah dijajaki antara lain adalah kemungkinan pekerja
di sektor jasa kesehatan (radiolog dan healthcare assistant), operator alat-alat berat di
bidang konstruksi, mekanik serta arsitek.
11 | P a g e
III. Fungsi Sosial & Budaya
1. Perbaikan Citra
12 | P a g e
2. Seni & Budaya
Disamping itu juga dilakukan koordinasi sosial budaya dan kesenian untuk
memperkenalkan seni budaya Indonesia di Singapura dalam bentuk misi kesenian dan
studi banding dari Indonesia. Kegiatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan
lembaga pendidikan, lembaga pariwisata, organisasi masyarakat dan pihak-pihak
terkait lainnya, baik yang ada di Indonesia maupun di Singapura. Dengan
memfasilitasi pembentukan Indonesia Singapore Friendship Association (ISFA),
KBRI Singapura telah membantu upaya peningkatkan kerjasama people-to-people
contact di bidang sosial dan kebudayaan antara kedua negara.
3. Pendidikan
13 | P a g e
Dalam rangka pengembangan kerjasama di bidang pendidikan antara
Indonesia dengan Singapura, telah ditandatangani Memorandum of Understanding
(MoU) pada 24 Juni 2005, yang meliputi kerjasama perguruan tinggi kedua negara
(linkages antara National University of Singapore – NUS, Nanyang Technological
University – NTU, dan Singapore Management University – SMU dengan beberapa
universitas terkemuka di Indonesia), program sekolah kembar (kegiatan bersama
seperti perkemahan, proyek dan pertukaran kunjungan), dan pelatihan bagi para
pengajar.
Selain itu, di bidang pendidikan, KBRI Singapura juga senantiasa
memfasilitasi beberapa kunjungan sekolah dan perguruan tinggi Indonesia ke
Singapura untuk melakukan studi banding dan kerjasama khususnya pelatihan dan
pertukaran pelajar dan guru.
4. Pariwisata
14 | P a g e
pihak guna mengundang ketertarikan warga Singapura untuk berkunjung ke
Singapura melalui travel dialogue, misi kesenian dan road show.
IV. Konsuler
1. Akses Konsuler
Fungsi Konsuler menangani berbagai masalah terkait WNI dan BHI di luar
negeri di Singapura yang memerlukan bantuan kekonsuleran. Bantuan kekonsuleran
tersebut dapat diberikan melalui akses konsuler. Dengan adanya akses konsuler
tersebut, KBRI Singapura selalu menerima pemberitahuan (notification) dari
Pemerintah Singapura baik melalui Kemlu dan duty officer Kemlu di luar jam dan
hari kerja dan atau melalui instansi terkait lainnya setelah dikoordinasikan dengan
Kemlu setempat. Dengan demikian, WNI di Singapura dapat segera mendapatkan
perlindungan atau bantuan konsuler dari KBRI Singapura sebagai wakil dari
Pemerintah Indonesia di Singapura ketika masalah mereka ditangani oleh aparat
terkait di Singapura.
2. Pelayanan Publik
15 | P a g e
hal tersebut, pelayanan publik dilaksanakan dalam aktifitas normal harian dengan
memanfaatkan akses konsuler yang tersedia.
Sejak tahun 2003, KBRI Singapura telah terlibat dalam penanganan berbagai
kasus berat termasuk kasus pidana pembunuhan dengan ancaman hukuman berat
(capital punishment - pasal 302 Penal Code of Singapore) yang dilakukan oleh 7
PLRT Indonesia (7 kasus). Dari 7 kasus tersebut, 6 kasus telah diselesaikan
sementara 1 kasus masih dalam proses persidangan.
KBRI Singapura telah berhasil mendukung diloloskannya enam PLRT
Indonesia di Singapura yang melakukan pelanggaran Pasal 302 Code Penal Singapura
yaitu pembunuhan dengan ancaman hukuman gantung / mati. Keenam PLRT tersebut
masing-masing adalah PLRT Sundarti Supriyanto (seumur hidup), PLRT Purwanti
Parji (seumur hidup), dan PLRT Sumiyati Kariyo Dikromo (7 tahun), PLRT Juminem
(seumur hidup), PLRT Siti Aminah (7 tahun) dan PLRT Rohana (10 tahun).
PLRT Indonesia juga tercatat sebagai korban tindak kekerasan majikan
terhadap mereka dan untuk itu mereka yang menjadi korban telah ditampung dalam
shelter KBRI oleh kepolisian setempat dengan status sebagai saksi korban.
16 | P a g e
Selain itu terjadi pula beberapa kasus kematian PLRT akibat tenggelam atau
kecelakaan lalu lintas.
17 | P a g e
KBRI juga menyelenggarakan pelatihan dua mingguan bagi PLRT Indonesia
di Singapura pada minggu pertama dan ketiga, pembinaan rohani agama Islam pada
minggu kedua dan keempat, serta siaran radio interaktif pada dua stasiun radio di
Batam, pada setiap hari Rabu di minggu kedua dan keempat dengan judul acara:
“Anda Tidak Sendiri”.
V. Pertahanan
1. Kerjasama Pertahanan
2. Selat Malaka
Selat Malaka yang terletak diantara samudera India dan samudera Pasifik
merupakan salah satu jalur komunikasi dan transportasi laut yang sangat vital,
karena itu memegang peranan yang sangat penting dan hampir 72% dari kapal tanker
di dunia dan lebih dari 500 kapal berlayar melewati selat ini setiap harinya. Karena
posisinya yang sangat strategis, maka hal ini dapat dijadikan peluang oleh beberapa
kelompok untuk memasukkan barang-barang secara illegal ke penjuru dunia dan juga
menimbulkan terjadinya perompakan laut yang sangat membahayakan kehidupan
manusia. Untuk itu, pengamanan Selat Malaka menjadi fokus perhatian Negara pantai
yang pada tanggal 20 Juli 2004 di Batam diresmikan “Malsindo Trilateral
18 | P a g e
Coordinated Patrol” yang merupakan kegiatan patroli terkoordinasi tiga negara antara
Malaysia-Singapura-Indonesia.
Peresmiannya saat itu dihadiri oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono
Sutarto, Panglima Tentera Di Raja Malaysia General Tan Sri Zahidi dan Chief of
Defence Force Singapore LG Ng Yat Chung didampingi oleh para Kepala Staf
Angkatan Laut ketiga negara.
Pentingnya kerjasama baik secara regional maupun internasional untuk
menjaga keamanan dunia dari ancaman serta gangguan yang tidak hanya datang dari
para teroris tetapi juga ancaman keamanan negara seperti penyelundupan manusia
secara illegal, penjualan obat-obatan terlarang, penjualan senjata api secara illegal,
money laundering serta perompakan laut. Kerjasama yang dilakukan berdasarkan
keadilan, saling menghormati, saling menguntungkan tanpa harus mengorbankan
kepentingan nasional masing-masing Negara.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan hubungan
kerjasama antara ketiga negara khususnya kerjasama antara TNI, ATM dan SAF serta
dapat menciptakan kestabilan, kedamaian dan kemakmuran diwilayah regional serta
keamanan dunia. Tahap pertama yang dilaksanakan adalah dengan terus menerus
melakukan komunikasi selama 24 jam antara ketiga Angkatan Laut masing-masing
negara terutama tentang lalu lintas laut yang melalui Selat Malaka maupun Selat
Singapura dan dilanjutkan dengan patroli udara tiga negara (Eyes in the Sky / EiS).
VI. Imigrasi
19 | P a g e
berbagai bidang terutama perdagangan, industri dan pariwisata, menyebabkan lalu
lintas orang antar kedua negara untuk berbagai keperluan juga sangat tinggi.
Jumlah WNI penduduk Singapura diperkirakan lebih dari 100 ribu orang
dengan prosentase terbesar adalah PLRT (sekitar 60 – 70 %), selebihnya adalah Ibu
rumah tangga, karyawan, pelajar dan mahasiswa, dan manajemen atau eksekutif
swasta. Pelayanan paspor dan dokumen perjalanan bagi WNI rata-rata 1.000 per
bulan, dengan perolehan PNBP secara rata-rata hampir SGD 1 Juta per tahun.
Sedangkan pelayanan visa bagi WNA yang akan ke Indonesia per bulan rata-
rata 5.000 visa, dengan perolehan PNBP berkisar SGD 7 Juta per tahun. Telah
diberikannya fasilitas Visa on Arrival bagi sejumlah negara, dengan kecenderungan
jumlah negara yang memperoleh fasilitas tersebut akan bertambah, berpotensi
menurunnya jumlah pelayanan visa dan juga perolehan PNBP nya.
Wilayah Barelang, Belakang Padang, Bintan dan Karimun telah ditetapkan
oleh Menteri Kehakiman sejak 1998 sebagai wilayah khusus di bidang keimigrasian
dengan pemberian kemudahan dalam penerbitan visa oleh KBRI Singapura dan KJRI
Johor dan pemberian izin masuk di wilayah tersebut serta penggunaan teknologi
smart card dalam pemeriksaan keimigrasian bagi frequent travelers antara wilayah
tersebut dengan Singapura, dan saat ini dikembangkan dalam kerangka SEZ (special
economic zones).
Kerjasama keimigrasian antara Indonesia dan Singapura telah terjalin cukup
lama dan secara intens terus ditingkatkan. Pada April 2006 lalu telah dilaksanakan
pertemuan antara Direktorat Jenderal Imigrasi dan Singapore Immigration &
Checkpoints Authority (ICA) yang membahas berbagai kegiatan kerjasama antar
kedua lembaga dalam berbagai aspek keimigrasian terutama menyangkut lalu lintas
orang antar kedua negara. Pada Juli 2006 telah diadakan kunjungan kerja beberapa
pejabat ICA ke Karimun, Batam dan Bintan.
20 | P a g e
VIII. Perhubungan
Pada tanggal 23 September 2005, telah ditanda tangani MOU antara The
Directorate General of Sea Transportation (Dirjen Hubla) dan The Maritime and Port
Authority of Singapore (MPA) tentang “Cooperation on Human Resources
Development of the Government Officer in the Maritime Field”. MOU ini
dilaksanakan berdasarkan MOU terdahulu yang ditanda tangani pada tanggal 22
Februari 2001. Kerangka kerjasama dalam MOU tersebut mencakup:
Dengan adanya MOU ini, menandakan adanya keinginan kedua Negara untuk
meningkatkan dan mempererat hubungan dan kerjasama yang telah dilakukan
21 | P a g e
khususnya dalam hal meningkatkan standar operasional secara teknis dan
administrative di kedua Negara dan masing-masing lembaga Pemerintahan. Adapun
pendidikan pejabat/pegawai di lingkungan Dirjen Hubla di MPA Singapura sampai
saat ini masih tetap berlangsung.
22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
23 | P a g e