Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN RISIKO DALAM BISNIS PERHOTELAN

DOSEN
Dr. Nurhikmah, SH., MH., MM

NAMA :ERVAN RAMADONA


NPM :3032910014

STIMI BANJARMASIN
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Resiko bisnis
perhotelan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang risiko bisnis di
perhotelan bagi para pembaca dan juga bagi saya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurhikmah, S.H., M.H., M.M
selaku dosen Mata Kuliah Manajemen Risiko. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 15 Oktober 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.......................................................................................
Rumusan Masalah..................................................................................
Batasan Maslah.......................................................................................
Tujuan.....................................................................................................
Manfaat...................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Manajemen Risiko..................................................................................
Konsep Manajemen Risiko....................................................................
Manfaat Manajemen Risiko...................................................................
Tipe Risiko.............................................................................................
Tahap-Tahap Dalama Melaksanakan Manajemen Risiko......................
Mengelola Risiko...................................................................................
Pengukuran Risiko.................................................................................
Pengendalian Risiko...............................................................................
BAB III PEMBAHASAN
Ruang Lingkup.......................................................................................
4.2 Persyaratan Umum.........................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

New Holie Hotel Merupakan bisnis keluarga, bergerak di bidang jasa


perhotelan. Di buka pertama kali pada tahun 2008, New Holie Hotel berlokasi di
Jalan Hangtuah Ujung, sampai saat ini sudah memiliki cabang di Sukajadi dan
Nangka, Presiden Direktur di New Holie Hotel adalah Ibu Anis Kosna dan
Manajer dari New Holie Hotel adalah Bapak Samrus, Dan memiliki 11 karyawan
yg terdiri dari 4 receptionis, 2 security, 2 koki, dan 3 housekeeping. New Holie
Hotel memiliki 70 kamar yang terdiri dari 3 lantai, yang di setiap lantainya
terdapat beberapa kelas kamar, diantaranya: kelas standar, kelas deluxe,dan kelas
eksekutif. Pengunjung yang mendatangi hotel kurang lebih 15 orang di hari biasa
dan pengunjung biasanya memenuhi semua kamar yang ada di New Holie Hotel
pada hari libur.

Pemahaman yang tepat terhadap risiko, dapat merubah risiko menjadi


peluang. Tidak terkecuali dalam dunia usaha/bisnis, keadaan yang dipenuhi
ketidakpastian dapat mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis. Keputusan-
keputusan strategis dan taktis yang dibuat manajemen yang pada awalnya
bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, apabila tidak
mempertimbangkan risiko-risiko yang kemungkinan akan muncul, dapat
menyebabkan keputusan tersebut malah membuat pencapaian visi dan misi
perusahaan tersebut tidak tercapai. Pengelolaan risiko yang lebih dikenal dengan
Manajemen Risiko.

Semua orang menyadari bahwa dunia penuh ketidakpastian. Dimana


ketidakpastian mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak
yang berkepentingan. Keadaan ini juga berlaku dalam dunia usaha/bisnis di New
Hotel Holie. Terdapat berbagai risiko yang dapat terjadi seperti kebakaran,
kerusakan, kecelakaan, pencurian, penipuan, kecurangan, penggelapan dan
sebagainya, yang dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Disamping itu,
kondisi-kondisi lain yang terus mengalami perubahan dan perkembangan seperti
fluktuasi pasar, pertumbuhan ekonomi, gejolak politik, peraturan pemerintah dan
sebagainya, akan membuat manajemen (mulai dari investor, komisaris, direksi
sampai office boy) harus mempetimbangkan segala dampak dari keputusannya.
Namun sebagai sebuah konsep yang masih terbilang baru diterapkan dalam dunia
industri (manajemen risiko lebih banyak diterapkan didunia perbankan),
pengertian dan konsep pengelolaan risiko ini, belum banyak dipahami para pelaku
usaha.
Rumusan Masalah

1. Risiko apa yang dapat timbul dari proses bisnis operasional New Holie
Hotel?
2. Bagaimana penanganan risiko yang timbul agar tidak menimbulkan
kerugian?

Batasan Masalah

Dari uraian rumusan masalah pada observasi ini, dibatasi menjadi


beberapa permasalahan yaitu:

1. Melakukan analisis manajemen risiko pada Holie Hotel Pekanbaru di Jl.


Hangtuah Ujung, Kecamatan Sail, Pekanbaru.
2. Observasi hanya dilakukan pada tahap dasar dan tidak menyeluruh

Tujuan

Adapun Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui informasi mengenai penerapan manejemen resiko disebuah


perusahaan.
2. Mengetahui pentingnya penggunaan manajemen resiko.
3. Memberikan informasi kepada pembaca.
Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat risiko dari proses bisnis yang dijalankan Holie Hotel
Peknbaru.
2. Dapat memberikan masukan dan dampak positif bagi perusahaan
mengenai manajemen risiko.
3. Memberikan rekomendasi alternatif bagi perusahaan untuk mengantisipasi
resiko yang akan muncul di masa yang akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI

Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis


serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih
dahulu dipahami tentang konsep-konsep yang dapat memberikan makna, cakupan
yang luas dalam rangka memahami proses manajemen risiko tersebut.

Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang badan teoritisnya masih


muda. Itulah sebabnya kita menemukan banyak kontradiksi dalam pengertian
tentang konsep risiko. Memahami konsep manajemen risiko secara luas, akan
merupakan dasar yang esensial untuk memahami konsep dan teknik manajemen
risiko. Berikut adalah definisi konsep manajemen risiko yang dipaparkan oleh
para tokoh yaitu :

Drs. Hermawan Darmawi dalam Manjemen Risiko (2008: 18)


mengemukakan definisi manajemen risiko menurut Vaughan (1978) yaitu :

1. Risiko merupakan kans kerugian (Risk is the chance of loss)


Chance of loss biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
dimana terdapat suatu keterbukaan (expousure) terhadap kerugian atau
suatu kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah
yang dipakai dlam statistik.
2. Risiko adalah kemungkinan kerugian (Risk is the possibility of loss)
Artinya bahwa probabilitas suatu peristiwa berada di antara nol dan satu.
Definisi ini sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai
sehari-hari. Akan tetapi definisi ini tidak longgar, tidak cocok dipakai
dalam analisis secara kuantitatif.
3. Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty)
Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan
ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko, karena adanya
ketidakpastian yang bersifat subjektif dan objektif tergantung penilaian
individu terhadap risiko.

Irham Fahmi, SE., M.Si mengemukakan pemdapat para tokoh dalam


Manjemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi (2010: 2) mengenai risiko yaitu :

Menurut Ricky W. Grifin dan Ronald J. Ebert definisi risiko adalah


uncertainty about future event (suatu ketidakpastian terhadap suaru kejadian di
masa yang akan datang).

Adapun Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan risiko pada tiga
hal yaitu :

1. Pertama adalah keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus,


dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah
diketahui oleh pengambil keputusan.
2. Kedua adalah variasi dalam keuntungan, penjualan atau variabel keuangan
lainnya.
3. Ketiga adalah kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang
mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti
risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industri.

Selain itu David K. Eiteman dkk. Mengatakan bahwa risiko dasar adalah
mismatching of interest rate based for associated assets and liabilities
(ketidaksesuaian dasar pengenaan bunga untuk seluruh harta dan kewajiban yang
dimiliki suatu perusahaan).

Irham Fahmi, SE., M.Si mengemukakan definisi manjemen risiko dalam


Manjemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi (2010: 2) yaitu suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam
memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai
pendekatan manajemen secara komprehensif dan sisrtematis.

Sehingga dapat disimpulakan bahwa risiko merupakan suatu peluang


keterjadiannya suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga
memerlukan penyelesaian atau penyesuaian bila terjadi ketidaksesuaian tersebut.

Selain itu, manajemen risiko merupakan suatu cabang ilmu yang


digunakan oleh organisasi atau perusahaan untuk mengukur dan menyelaikan
permasalahhan yang terjadi secara berkesinambungan dan sitematis.

Konsep Manajemen Risiko

Dalam manajemen risiko terdapat konsep-konsep lain yang berkaitan


dengan manajemen risiko yaitu Peril dan Hazard. Kedua istilah tersebut erat
kaitannya dengan kemungkinan dari pada risiko.

1. Peril (bencana atau musibah)


Didefinisikan sebagai penyebab langsung kerugian. Orang-orang dapat
terkena kerugian atau kerusakan kerena berbagai peril atau bencana.
Bencana yang umum adalah kebakaran, topan, ledakan, tubrukan, mati
muda, penyakit, kecerobohan dan ketidakjujuran. Bencana-bencana yang
dapat menimpa harta dan penghasilan haruslah dipelajari oleh pengelola
risiko sehingga perlindungan yang tepat dapat diatur untuk
mengendalikannya.
2. Hazard (bahaya)
Didefinisikan sebagai keadaan yang menimbulkan atau meningkatkan
chance of loss dari suatu bencana tertentu. Jadi, hal-hal seperti
kecerobohan pemeliharaan rumah tangga yang buruk, jalan raya jelek,
mesin yang tidak terpelihara, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazard,
karena itu karena ini adalah keadaa yang meningkatkan kemungkinan
kerugian (chance of loss). Hazard dapat diklasifikasikan dalam empat
bentuk yaitu :
a) Physical hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada
karakteristik secara fisik dari suatu objek yang dapat memperbesar
kemungkinan suatu peril ataupun memperbesar terjadinya suatu
kerugian.
b) Moral hazard, suatu kondisi yang bersumber dari orang yang
bersangkutan yang berkaitan dengan sikap mental atau pandangan
hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya suatu peril ataupun kerugian.
c) Morale hazard, meskipun pada dasarnya setiap orang tidak
menginginkan terjadinya suatu kerugianakan tetapi karena merasa
bahwa ia telah memperoleh jaminan atas didi ataupun harta miliknya,
maka seringkali menimbulkan kecerobohan atau kurang hatihati.
Keadaan yang demikian itu akan memperbesar terjadinya suatu
kerugian.

Legal hazard, seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun


perundangundangan yang bertujuan untuk melindungi masyarkat justru diabaikan
atau pun kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar terjadinya suatu peril.

Manfaat Manajemen Risiko

Dalam penerapan manajemen risiko di suatu perusahaan atau organisasi,


terdapat beberapa manfaat yang akan diperoleh yaitu :

a) Perusahaan memiliki ukuran yang kuat sebagai pijakan dalam mengambil


setiap keputusan sehingga para manager menjadi lebih berhati-hati dan
selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
b) Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-
perngaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka
panjang.
c) Mendorong para manajer untuk mengambil keputusan untuk menghindari
risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya
kerugian dari segi finansial.
d) Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
e) Dengan adanya konsep manajemen risiko yang dirancang secara detail
maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara
berkelanjutan.

Tipe Risiko

Untuk menangani risiko yang terjadi kita harus memahami tipe atau jenis
risiko yang terjadi pada perusahaan. Dari sudut pandang akademisi ada banyak
jenis risiko itu hanya dikenal dalam dua tipe yaitu :

a) Risiko murni (Pure Risk) dapat dikelompokan pada tipe risiko yaitu :
 Risiko aset fisik merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian
pada aset fisik suatu perusahaan/ organisasi. Misalnya kebakaran,
banjir, gempa, tsunami, gunung meletus dan lain-lain.
 Risiko karyawan merupakan risiko karena apa yang dialami oleh
karyawan yang bekerja di perusahaan/ organisasi tersebut. Misalnya
kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu.
 Risiko legal merupakan risiko dalam bidang kontrak yang
mengecewakan atau kantrak tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Misalnya perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya
persoalan seperti ganti rugi.
b) Risiko spekulatif (Speculative Risk) dapat dikelompokkan pada risiko
yaitu :
 Risiko pasar merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di
pasar. Contohnya harga saham mengenai penurunan sehingga
menimbulkan kerugian.
 Risiko kerdit merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal
memenuhi kewajiban kepada perusahaan. Contohnya timbulnya kredit
macet, presentase piutang meningkat.
 Risiko likuiditas merupakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
kas. Contohnya kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu
membayar hutang secara tepat menyebabkan perusahaan harus
menjual aset.
 Risiko opersional merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan
operasional yang tidak berjalan dengan lancar. Contohnya terjadi
kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.
Tahap-tahap dalam melaksanakan manajemen risiko
a) Identifikasi risiko
Pada tahap ini tingkat manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa
mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan termasuk
bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat potensi-potensi risiko yang
sudah terlihat dan yang akan terlihat.
b) Mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko
Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu
menemukan bentuk dan format risiko yang dimaksud. Bentuk-bentuk
risiko yang diidentifikasi di sini telah mampu dijalaskan secara detail,
seperti ciri-ciri risiko dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut selain itu
juga mengumpulkan dan menerima berbagai data baik kualitatif dan
kuantitatif.
c) Menentukan ukuran-ukuran risiko
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran
atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metodologi penelitian
yang akan digunakan.
d) Menempatkan alternatif-alternatif Pada tahap ini manajemen
perusahaan telah melakukan pengolahan data. Hasil pengolahan kemudian
dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibatakibat atau
pengaruh yang ditimbul jika keputusan tersebut diambil. Berbagai bentuk
penjabaran yang dikemukakan dipilah dan ditempatkan sebagai alternatif.
e) Menganalisis setiap alternatif
Pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis dan
dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin akan
timbul baik jangka pendek dan jangka panjang dengan tujuan memperoleh
gambaran jelas dan tegas sehingga membantu pengambilan keputusan
secara tepat.

f) Memutuskan satu alternatif


Pada tahap ini manajemen perusahaan mentukan pemilhan alternatif dari
berbagai alternatif sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan diharapkan pihak manjer perusahaan sudah memiliki
fondasi dalam menugaskan pihak manjemen untuk bekerja berdasarkan
konsep dan koridor yang ada.
g) Melaksanakan alternatif yang dipilih
Pada tahap ini manajer perusahaan melaksanakan alternatif yang dipilih
dengan sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK).
h) Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut
Pada tahap ini alternatif yang telah dilaksanakan tip manajemen
perusahaan melakukan kontrol yang maksimal guna menghindari
timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan.
i) Mengevalusai jalannya alternatif yang dipilih
Pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakn dan dikontrol maka
selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada
pihak manjemen perusahaan. Tujuan melakukan evaluasi dari alternatif
yang dipilih tersebut adalah bertujuan agar pekerjaan tersebut dapat terus
dilaksanakan sesuai dengan yang dierncanakan.
2.1 Mengelola risiko
Risiko tidak dapat dihindarkan namun dapat dikelola untuk meminimalisir
dampak risiko yang dialami. Risiko dapat dikelola dengan empat cara yaitu :

1. Memperkecil risiko
Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak
memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi
membatasinya bahkan meminimalisasinya agar risiko tersebut tidak
bertamabah besar di luar dari kontrol manajemen perusahaan. Karena
mengambil keputusan di luar dari pemahaman manajemen perusahaan
maka itu sama artinya malkukan keputusan yang bersifat spekulasi.

2. Mengalihkan risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima
dialihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan
mengasuransikan bisnis guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya
tidak diketahui kapan waktunya.
3. Mengontrol risiko
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. Kebijakan
seperti ini biasanya dilakukan dengan memasang alat pengaman atau pihak
penjaga keamanan pada tempattempat yang dianggap vital.
4. Pendanaan risiko
Keputusan pendanaan risiko adalah menyangkut penyediaan sejumlah
dana sebagai cadangan (reverse) guna mengantisipasi timbulnya risiko
dikemudian hari.

Pengukuran Risiko

Dalam pengukuran risiko harus memperhatikan hal-hal yang dapat


menentukan nilai risiko yang terjadi yaitu :

a) Dimensi yang harus diukur


Merupakan informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi
risiko yang perlu diukur yaitu :

 Frekuensi atau jumlahkerugian yang akan terjadi.


 Keparahan dari kerugian itu.

Paling sedikit untuk masing-masing dimensi yang diketahui adalah rata-


rata nilainya dalam periode anggaran, variasi nilai dari satu periode anggaran ke
periode anggaran sebelumnya atau berikutnya, dampak keseluruhan kerugian jika
seandainya kerugian tersebut ditanggung sendiri harus dimasukkan dalam analisis
jaddi tidak hanya nilainya dalam rupiah.

b) Menentukan keparahan

Dalam menentuakan keparahan kerugian, manajer harus berhati-hati


memasukkan semua kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat suatu peristiwa
tertentu, sebagaimana dampaknya yang terakhir terhadap keuangan perusahaan
yang bersangkutan. Keparahan kerugian juga terhgantung pada jumlah unit yang
terkena kerugian.

Pengendalian Risiko

a) Menghindari risiko
Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindari
harta, orang, atau kegiatan dari exposure risiko dengan jalan :
 Menolak memiliki, meneriama atau melaksanakan kegiatan itu
walaupun hanya sementara.
 Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera
menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko.
Jadi menghindari risiko berarti juga menghilangkan risiko itu.
b) Pengendalian kerugian (Loss Control)

Pengendalian kerugian juga dijalankan dengan merendahkan kans


(chance) untuk terjadinya kerugian dan mengurangi keparahan jika memang
kerugian itu terjadi. Kedua tindakan itu dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara
yaitu :

 Tindakan pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan kerugian.


 Menurut sebab yang akan terjadi dikontrol.
 Menurut lokasi dari pada kondisi-kondisi yang akan dikontrol.
 Menurut timingnya.
c) Analisis kerugian dan analisis hazard

Langkah pertama dalam pengendalian kerugian adalah untuk


mengidentifikasi dan menganalisis kerugian yang telah terjadi dan hazard yang
menyebabkan kerugian itu atau yang menyebabkan kerugian dimasa yang akan
datang. Langkah ini memerlukan suatu sistem pelaporan yang komprehensif dan
inspeksi secara berkala.

 Analisis kerugian
Untuk mendapatkan informasi kerugian maka pengendalian kerugian
perlu untuk membangun jaringan pemberi informasi dan formulir
untuk melaporkan kerugian.
 Analisis hazard
Alat-alat baru dalam menemukan hazard melalui inspeksi adalah
checklist dan fault tree analysis.
BAB III
PEMBAHASAN

Ruang Lingkup Persyaratan dan Penerapan Sistem Manajemen


Pengamanan Hotel

Ruang lingkup persyaratan dan penerapan Sistem Manajemen


Pengamanan Hotel meliputi penjelasan 16 (enam belas) elemen, acuan/referensi
(types of input), proses penerapan dan hasil yang diharapkan (types of output), di
setiap elemen Sistem Manajemen Pengamanan Hotel Hotel. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan pemahaman dan penerapannya.

Persyaratan Umum

Persyaratan umum Sistem Manajemen Pengamanan Hotel meliputi:

1. Standar manajemen pengamanan dimaksudkan untuk membantu usaha


hotel dalam mengelola secara efektif Sistem Manajemen Pengamanan
(Security Management System) Hotel yang dapat disatukan dengan
persyaratan standar manajemen lainnya. Standar ini juga dapat membantu
usaha hotel untuk mancapai sasaran pengamanan dan kepentingan
ekonomi.
2. Persyaratan dari standar memungkinkan suatu usaha hotel untuk
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan pengamanan, sasaran
pengamanan dan tanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan
peraturan perundang-undangan dan risiko keamanan

Standar Sistem Manajemen Pengamanan (Security Management System)


Hotel didasarkan pada metodologi yang berlaku umum seperti Perencanaan-
Penerapan Pemeriksaan Perbaikan. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Kebijakan pengamanan: menetapkan suatu arahan kerangka kerja Sistem


Manajemen Pengamanan Hotel dan komitmen dari seluruh tingkatan dan
departemen atau bagian yang ada di hotel untuk menerapkan sistem
manajemen pengamanan
2. Perencanaan : menetapkan suatu sasaran pengamanan dan proses yang
dibutuhkan untuk mencapai hasil sesuai dengan kebijakan pengamanan
hotel
3. Penerapan : proses menjabarkan dan melaksanakan kebijakan pengamanan
dan sasaran pengamanan hotel
4. Pemeriksaan : pemantauan dan pengukuran proses pelaksanaan dari
kebijakan pengamanan, sasaran pengamanan, peraturan perundang-
undangan dan persyaratan teknis lainnya serta pelaporan dari hasil
5. Evaluasi dan tinjauan manajemen : upaya untuk menilai efektifitas dari
penerapan Sistem Manajemen Pengamanan Hotel
6. Peningkatan : menetapkan tindakan untuk perbaikan berkelanjutan kinerja
Sistem Manajemen Pengamanan Hotel. Kunci sukses sistem ini
bergantung pada komitmen dari setiap tingkatan dan departemen atau
bagian yang ada di usaha hotel, khususnya dari manajemen puncak.
Kebijakan Keamanan Perencanaan Penerapan Pengukuran.

Monitoring Perbaikan berkelanjutan Evaluasi & Tinjauan Manajemens


standar Sistem Manajemen Pengamanan Hotel memungkinkan suatu usaha hotel
untuk:

a. Mengembangkan suatu kebijakan pengamanan.


b. Menetapkan sasaran pengamanan hotel dan proses untuk mencapai
komitmen-komitmen dari kebijakan pengamanan tersebut.
c. Melaksanakan kegiatan pengamanan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kinerjan.
d. menunjukan pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan dari standar
Sistem Manajemen Pengamanan Hotel Hotel ini. Secara keseluruhan
tujuan dari standar Sistem Manajemen Pengamanan Hotel Hotel adalah
untuk meningkatkan pelaksanaan pengamanan yang baik, dan seimbang
dengan kebutuhan sosial ekonomi.
Sistem Manajemen Pengamanan Hotel.

Spesifikasi Penerapan Sistem Manajemen Pengamanan(Security


Management System) Hotel memiliki 16 (enam belas) elemen yang meliputi:

1) Elemen Satu : Pemeliharaan dan Pembangunan Komitmen Pengamanan


Hotel.

Kebijakan Pengamanan Hotel harus memiliki kebijakan pengamanan yang


menetapkan arahan dan kerangka prinsip-prinsip kegiatan yang lengkap untuk
suatu usaha hotel. Kebijakan pengamanan hotel juga menjadi pedoman untuk
menetapkan sasaran pengamanan hotel sebagai wujud tanggung jawab dan kinerja
yang wajib dicapai oleh usaha hotel. Kebijakan pengamanan hotel menunjukkan
komitmen yang formal dan konsisten dengan proses bisnis usaha hotel dan sistem
manajemen lainnya.

 Acuan/referensi (types of input)


Dalam menetapkan kebijakan pengamanan hotel, usaha hotel wajib
menggunakan acuan/referensi di bawah ini:
a) kebijakan pengamanan hotel dan sasarannya sesuai dengan
pengelolaan usaha hotel secara menyeluruh;
b) ancaman keamanan yang sudah dan mungkin terjadi di hotel, seperti
kasus pencurian, kejahatan eksploitasi seksual anak, penyalahgunaan
narkoba, dan perdagangan orang di hotel;
c) persyaratan peraturan perundang-undangan pengamanan dan
persyaratan teknis lainnya;
d) sejarah dan kondisi terkini dari kinerja pengamanan hotel;
e) kebutuhan dari pihak-pihak terkait dan yang telah bekerjasama dengan
usaha hotel, seperti para pelanggan, komunitas, kepolisian setempat;
f) kesempatan dan kebutuhan untuk peningkatan berkelanjutan Sistem
Manajemen Pengamanan Hotel; dan
g) kebutuhan sumber daya seperti manusia, dana, peralatan.
 Hasil yang diharapkan (types of output).
Hasil yang diharapkan adalah berupa suatu pemahaman menyeluruh
terhadap kebijakan pengamanan hotel yang telah dikomunikasikan kepada
seluruh pekerja hotel dan pihak-pihak terkait dan yang telah bekerjasama
dengan usaha hotel, seperti para pelanggan, komunitas, kepolisian
setempat.
2) Elemen Dua : Pemenuhan Persyaratan Peraturan Perundangundangan
a. Usaha hotel wajib memahami dan menerapkan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan teknis lainnya yang terkait dengan pengamanan
hotel.
b. Usaha hotel wajib mengomunikasikan peraturan perundangundangan dan
persyaratan teknis lainnya kepada pekerja hotel tetap dan tidak tetap serta
pekerja subkontraktor.
c. Acuan/referensi (types of input) yang digunakan adalah:
 gambaran yang jelas dari proses bisnis usaha hotel;
 hasil dari identifikasi ancaman, penilaian risiko dan pengendaliannya;
 standar praktis pengamanan (standar pengamanan pekerja hotel,
informasi, properti);
 peraturan perundang-undangan tentang pengamanan;
 daftar informasi sumber daya;
 standar pengamanan nasional, regional dan internasional;
 persyaratan internal yang ada di usaha hotel; dan
 persyaratan teknis dari pihak pihak-pihak terkait dan yang telah
bekerjasama dengan usaha hotel seperti para pelanggan, komunitas,
kepolisian setempat.
d. Proses dalam memenuhi Elemen Dua.
Peraturan perundang-undangan tentang pengamanan dan persyaratan
teknis lainnya yang terkait wajib diidentifikasi. Usaha hotel wajib
menetapkan metode yang tepat untuk mengakses informasi, termasuk
menggunakan media pendukung seperti buku, CD, disk, atau internet.
Usaha hotel wajib mengevaluasi peraturan perundangundangan tentang
pengamanan dan persyaratan teknis lainnya yang terkait dan wajib
diterapkan, serta menentukan siapa yang berkepentingan untuk menerima
setiap informasi tentang persyaratan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan teknis lainnya.
e. Hasil yang diharapkan (types of Output) adalah:
a) tersedianya prosedur panduan kerja untuk mengidentifikasi dan
mengakses informasi;
b) tersedianya identifikasi persyaratan yang wajib dipenuhi;
c) tersedianya persyaratan-persyaratan seperti buku peraturan
perundangundangan, teks standar, ringkasan (summary) dan hasil-hasil
analisa tersedia di lokasi yang telah ditetapkan usaha hotel; dan
d) tersedianya prosedur panduan kerja untuk memantau penerapan yang
merupakan konsekuensi dari peraturan pengamanan.
3) Elemen Tiga : Manajemen Risiko Pengamanan
a. Pelaksanaan Pertama; Memahami Usaha Hotel dan Melakukan Identifikasi
Aset dari Risiko Ancaman dan Gangguan Keamanan.Langkah pertama
adalah pekerja hotel yang ditunjuk wajib memahami proses kegiatan
(bussiness process) di setiap tingkatan dan departemen atau bagian yang
ada di dalam usaha hotel. Pertimbangan untuk melaksanakan identifikasi
wajib berdasarkan faktor-faktor seperti jam kerja, profil pelanggan, sifat
aktivitas usaha hotel, jenis layanan yang disediakan atau jasa yang
disediakan, pengolahan, penyimpanan, rantai pasokan, sifat persaingan
dari usaha hotel, informasi yang sensitif, budaya usaha hotel, dan persepsi
toleransi risiko.
b. Pelaksanaan Kedua; Menentukan Resiko Kerugian dari Suatu
Kejadian/Kerawanan. Langkah kedua dalam metodologi penilaian risiko
keamanan adalah melakukan identifikasi jenis kejadian atau peristiwa
yang akan terjadi berdasarkan:
a) peristiwa/kejadian yang telah terjadi sebelumnya di setiap tingkatan
dan departemen atau bagian;
b) kejadian dengan situasi yang sama/berulang;
c) kejadian yang terjadi seperti kriminal yang mungkin akan terjadi di
setiap tingkatan dan departemen atau bagian; dan
d) bencana alam sesuai lokasi geografi.
c. Pelaksanaan Ketiga; Menetapkan Tingkat Peluang dari Risiko Kerugian
dan Frekuensi Kejadian.
1. Peluang risiko kerugian.
Peluang kerugian tidak hanya didasarkan pada perhitungan matematis,
tetapi mempertimbangkan juga mengenai:
a) seringnya suatu kejadian kehilangan/kerugian yang akan terjadi di
masa yang akan datang;
b) data kejadian yang lalu di hotel;
c) data kejadian di suatu tingkatan dan departemen atau bagian yang
sejenis;
d) kondisi lingkungan sekitar, kondisi lokasi geografi, kondisi sosial
politik, dan perubahan ekonomi; dan
e) faktor lainnya yang dapat mempengaruhi peluang kejadian seperti
banjir, angin ribut, dan lain-lain.
2. Peluang Kejadian
Dilihat dari perspektif kejadian, usaha hotel wajib menetapkan
seberapa sering potensi terjadinya kejadian seperti perampokan
terhadap tamu terjadi di area parkir, kehilangan barang di dalam hotel
dan bencana alam.
d. Pelaksanaan Keempat; menentukan akibat dari satu kejadian.
Mempertimbangkan seluruh potensi biaya baik langsung maupun tidak
langsung dan kejiwaan dalam suatu risiko kejadian yang berdampak
merugikan usaha hotel. Meskipun peluang kerugiannya kecil tetapi
berdampak pada biaya tinggi, sehingga solusi petugas keamanan masih
dibutuhkan untuk mengelola risiko keamanan.
1. Biaya langsung
a) kerugian keuangan yang diakibatkan dari suatu kejadian seperti
kehilangan nilai barang atau rusak;
b) peningkatan biaya premi asuransi setiap tahun setelah terjadinya
kerugian besar;
c) membayar biaya asuransi;
d) kehilangan usaha dari satu risiko kejadian;
e) biaya tenaga kerja yang ditimbulkan dari suatu kejadian;
f) pengelolaan waktu yang berkaitan dengan bencana atau kejadian
seperti penanganan media; dan
g) kerusakan karena penghukuman yang tidak dapat ditutup oleh
asuransi biasa.
2. Biaya tidak langsung
a) terpaan media yang negatif;
b) persepsi negatif dari pelanggan dalam kurun waktu yang lama,
seperti lokasi hotel yang tidak aman;
c) biaya untuk humas dalam menindaklanjuti permasalahan citra
buruk usaha hotel;
d) kekurangan cakupan asuransi untuk penanganan risiko yang tinggi;
e) kebutuhan upah yang cukup tinggi untuk menarik minat calon
tenaga kerja disebabkan persepsi negatif dari calon tenaga kerja
terhadap usaha hotel;
f) gugatan-gugatan kepada pemegang saham disebabkan pengelolaan
yang salah;
g) moral rendah pekerja hotel yang mengarah pada pemberhentian
dan tingginya keluar masuk pekerja hotel.
e. Pelaksanaan Kelima; Mengembangkan Pilihan-pilihan Untuk Mitigasi
Risiko Kerugian. Usaha hotel memiliki beberapa pilihan minimal secara
teoritik untuk menangani risiko kerugian yang dihadapi usaha hotel.
Secara teori usaha hotel akan menghadapi beberapa pilihan yang tidak
sesuai baik karena tidak layak atau karena secara keuangan akan
menghabiskan banyak biaya. Pilihan-pilihan tersebut meliputi tindakan-
tindakan pengamanan untuk mengurangi risiko kejadian.
f. Petunjuk Pelaksanaan Keenam; Studi Kelayakan terhadap Pilihan Strategi
Pengendalian Risiko yang Diterapkan. Aspek finansial sering menjadi
faktor pertimbangan untuk menentukan pilihan strategi pengendalian
risiko yang diterapkan. Konsekuensi pilihan strategi pengendalian risiko
yang diterapkan dapat menyebabkan berkurangnya jumlah tamu hotel,
walaupun sebenarnya mereka adalah pelanggan potensial. Bagi usaha
hotel hal tersebut dapat menyebabkan kerugian.Tantangan usaha hotel
adalah harus menetapkan keseimbangan antara strategi pengendalian
risiko yang diterapkan dengan kebutuhan usaha.
g. Petunjuk Pelaksanaan Ketujuh; Analisa Biaya dan Manfaat. Tahap akhir
dari analisa risiko keamanan adalah mempertimbangkan biaya dan
manfaat yang didapatkan dari strategi pengamanan.
4) Elemen Empat : Tujuan dan Sasaran
Usaha hotel menetapkan tujuan dan sasaran pengamanan yang terukur
dalam rangka melaksanakan kebijakan pengamanan hotel. Acuan/referensi
(types of input) dalam menetapkan tujuan dan sasaran pengamanan
adalah:
1) kebijakan pengamanan hotel yang relevan untuk keseluruhan usaha hotel;
2) hasil-hasil dari identifikasi ancaman, penilaian risiko dan
pengendaliannya;
3) persyaratan peraturan perundang-undangan dan persyaratan teknis lainnya;
4) pilihan teknologi;
5) batasan keuangan, operasi dan bisnis;
6) gambaran dari para pekerja hotel dan pihak terkait;
7) analisa kinerja sebelumnya untuk penetapan sasaran pengamanan;
8) rekaman ketidaksesuaian, insiden, gangguan yang telah terjadi; dan
9) hasil-hasil tinjauan manajemen usaha hotel.

Proses dalam menetapkan sasaran pengamanan, usaha hotel disarankan


melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) mengidentifikasi dan memprioritaskan data masukan diatas;
2) mengadakan pertemuan berkala di setiap tingkatan dan departemen atau
bagian minimal satu bulan sekali;
3) mengimplementasikan sasaran pengamanan secara menyeluruh di setiap
tingkatan dan departemen atau bagian yang ada di usaha hotel;
4) memiliki indikator yang jelas, terkait dan dipantau;
5) memiliki dasar komitmen dan referensi yang akan dicapai, untuk itu usaha
hotel wajib memiliki kemampuan untuk mencapainya dan memantau
progresnya. Kerangka waktu yang logis dan dapat dicapai wajib ditetapkan
untuk mencapai setiap sasaran pengamanan;
6) dimungkinkan untuk diturunkan menjadi beberapa sasaran pengamanan
dan bergantung pada jenis usaha hotel, kompleksitas sasaran pengamanan
serta kerangka waktunya; dan
7) sasaran pengamanan yang telah ditetapkan untuk dikomunikasikan kepada
pekerja hotel terkait.

Hasil yang diharapkan (types of output) adalah sasaran pengamanan hotel


yang terukur dan terdokumentasi untuk setiap tingkatan dan departemen
atau bagian yang ada di usaha hotel.

5) Elemen Lima : Program dan Rencana Pengamanan

Menyusun program dan rencana pengamanan yang berisi pengembangan


pengamanan hotel dan strategi kegiatan yang akan dilaksanakan. Program dan
rencana pengamanan hotel wajib terdokumentasi dan dikomunikasikan kepada
para pekerja hotel serta dipantau, ditinjau ulang, dan dapat diperbaharui apabila
dibutuhkan.
Acuan/referensi (types of input) dalam pelaksanaan Elemen Lima yaitu :

1) kebijakan dan sasaran pengamanan hotel;


2) peninjauan dari persyaratan peraturan perundangundangan dan persyaratan
teknis lainnya;
3) hasil-hasil dari identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendaliannya;
4) realisasi dari proses jasa pelayanan yang diberikan; informasi dari hasil
konsultasi antara pimpinan usaha hotel dengan pekerja hotel;
5) informasi hasil peninjauan dan perubahan kegiatan di hotel;
6) adanya kegiatan peningkatan berkelanjutan (continual improvement);
7) sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran pengamanan; dan
8) even/acara khusus yang dilaksanakan di hotel.

Program dan rencana pengamanan berisikan identifikasi:


1) pekerja hotel yang bertanggung jawab untuk mencapai sasaran
pengamanan di setiap tingkatan dan departemen atau bagian terkait;
2) tanggung jawab dan kewenangan yang cukup untuk setiap pekerja hotel;
dan
3) tugas-tugas lainnya yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran pengamanan.
Hasil yang diharapkan (types of output) adalah program tahunan, rencana
pengamanan (khusus dan umum), rencana kontingensi, dan rencana
kegiatan pengamanan hotel.
6) Elemen Enam : Pelatihan, Kepedulian, dan Kompetensi Pengamanan
Usaha hotel.

Memastikan bahwa setiap petugas keamanan wajib memiliki kompetensi


berdasarkan pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang sesuai dengan peraturan
perundangundangan dan mendokumentasikan bukti pelatihan. Usaha hotel wajib
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang sesuai dengan risiko pengamanan dan
SMP Hotel. Pelatihan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dan dilakukan
evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pelatihan. Usaha hotel wajib
menetapkan, menerapkan, dan memelihara prosedur untuk membuat pekerja hotel
peduli terhadap:

a. konsekuensi pengamanan yang potensial atau telah terjadi di dalam


kegiatan operasi, dan keuntungan dari peningkatan kinerja pekerja hotel;
b. kewajiban dan tanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan
pengamanan hotel dan prosedur-prosedur dalam rangka memenuhi
persyaratan Sistem Manajemen Pengamanan Hotel Hotel, termasuk
persyaratan teknis lainnya untuk kesiapan menghadapi dan menangani
keadaan darurat; dan
c. konsekuensi potensial yang muncul dari prosedur operasi tertentu.
Prosedur pelatihan pengamanan wajib ditetapkan di setiap tingkatan dan
departemen atau bagian yang berbeda sesuai dengan tanggung jawab,
kemampuan dan keterampilan serta risiko keamanan.
7) Elemen Tujuh : Konsultasi, Komunikasi dan Partisipasi Usaha hotel
wajib menetapkan, menerapkan dan memelihara suatu prosedur untuk:
a. Melaksanakan komunikasi internal kepada seluruh tingkatan dan
departemen atau bagian yang ada di hotel, pekerja hotel tetap dan tidak
tetap, dan pekerja subkontraktor;
b. Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi dari pihak
luar yang terkait; dan
c. Adanya partisipasi dari pekerja hotel tetap dan tidak tetap, dan pekerja
subkontraktor dengan menyusun rencana untuk:
a) pelibatan dalam pengembangan dan peninjauan kebijakan pengamanan
hotel, sasaran pengamanan dan prosedur untuk mengendalikan risiko
keamanan; dan
b) konsultasi perubahan yang menimbulkan dampak terhadap risiko
keamanan. Pekerja hotel tetap dan tidak tetap, dan pekerja
subkontraktor wajib diinformasikan tentang partisipasi mereka dalam
masalah-masalah pengamanan hotel. Usaha hotel wajib berkoordinasi
dengan pihak-pihak luar yang terkait, antara lain dengan Kepolisian
setempat dan Dinas yang membidangi urusan pariwisata serta Forum
Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) minimal 1 (satu) kali dalam
6 (enam) bulan, dengan materi pembahasan tentang:
8) Elemen Delapan : Pengendalian Dokumen dan Catatan

Semua dokumen dan data yang memuat informasi penting dari kinerja
operasional Sistem Manajemen Pengamanan Hotel Hotel, wajib diidentifikasi dan
dikendalikan.
a. Acuan/referensi (types of input) yang digunakan adalah:

 rincian dokumentasi dan sistem data usaha hotel yang dikembangkan


untuk mendukung Sistem Manajemen Pengamanan Hotel Hotel;
 kegiatan pengamanan untuk memenuhi persyaratan Sistem Manajemen
Pengamanan Hotel Hotel; dan
 rincian tugas dan tanggung jawab setiap tingkatan dan departemen atau
bagian yang ada di hotel.
b. Proses
Proses penyusunan pengendalian dokumen dan catatan adalah:
 penulisan prosedur berisikan identifikasi, persetujuan, penerbitan dan
pemusnahan dokumentasi pengamanan; dan
 dokumen dan data harus tersedia dan dapat diperoleh bila diperlukan
baik untuk kondisi rutin maupun dalam keadaan darurat.
c. Hasil yang diharapkan (Output) yaitu:
 prosedur pengendalian dokumen, termasuk penunjukan tanggung
jawab dan wewenang;
 pendaftaran dokumen, daftar induk dokumen atau indeks;
 daftar pengendalian dokumen di setiap tingkatan dan departemen atau
bagian; dan
 arsip rekaman.
9) Elemen Sembilan : Penanganan Keadaan Darurat

Usaha hotel wajib memiliki prosedur penanganan keadaan darurat untuk


menghadapi keadaan darurat dan diuji secara berkala untuk dilakukan pada saat
kejadian yang sebenarnya. Pengujian prosedur penanganan keadaan darurat
tersebut secara berkala dilakukan oleh pekerja hotel yang memiliki kompetensi.
Untuk kegiatan pengujian prosedur penanganan keadaan darurat seperti pada
instalasi atau peralatan yang mempunyai potensi ancaman besar, contohnya uji
coba memadamkan kebakaran.
10) Elemen Sepuluh : Pengendalian Proses dan Infrastruktur

menetapkan dan memelihara perencanaan pengamanan untuk memastikan


efektivitas penerapan dari tindakan pengendalian untuk mengendalikan risiko
keamanan, memenuhi kebijakan dan sasaran pengamanan hotel, serta memenuhi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan teknis lainnya.

11) Elemen Sebelas : Pemantauan dan Pengukuran Kinerja Pengamanan

mengidentifikasikan indikator kinerja pengamanan yang menyeluruh


untuk usaha hotel. Indikator kinerja pengamanan hotel adalah:
a. kebijakan pengamanan dan sasaran pengamanan;
b. manajemen risiko yang diimplementasikan dan berjalan efektif;
c. pengalaman dari kegagalan sistem manajemen pengamanan termasuk
terjadinya ancaman seperti pencurian, kehilangan dan lain-lain; dan
d. kesadaran, pelatihan, komunikasi dan program konsultasi untuk pekerja
hotel dan pihak terkait yang berjalan efektif.

12) Elemen Dua Belas : Pelaporan, Perbaikan dan Tindakan Pencegahan


Ketidaksesuaian

Usaha hotel wajib memiliki prosedur yang efektif untuk membuat


pelaporan, perbaikan dan tindakan pencegahan ketidaksesuaian. Tujuan dari
prosedur pelaporan, perbaikan dan tindakan pencegahan ketidaksesuaian adalah
mencegah terjadinya situasi yang berulang. Selanjutnya prosedur dapat
mendeteksi, menganalisa dan menghilangkan penyebab potensial dari
ketidaksesuaian.

Usaha hotel menetapkan prosedur yang terdokumentasi untuk memastikan


bahwa ketidaksesuaian yang telah diselidiki dan diperbaiki, serta dilakukan
tindakan pencegahan harus dipantau dan dikaji efektifitasnya.

13) Elemen Tiga Belas : Pengumpulan dan Analisa Data


14) Elemen Empat Belas : Audit Sistem Manajemen Pengamanan Hotel

Audit Sistem Manajemen Pengamanan Hotel adalah proses dimana usaha


hotel mengkaji dan mengevaluasi secara berkelanjutan dari efektifitas pelaksanaan
Sistem Manajemen Pengamanan Hotel. Audit SMP Hotel perlu
mempertimbangkan kebijakan pengamanan hotel, prosedur, kondisi dan
penerapannya di setiap tingkatan dan departemen atau bagian.

15) Elemen Lima Belas : Tinjauan Manajemen

Pimpinan puncak mengkaji penerapan Sistem Manajemen Pengamanan


Hotel untuk menilai penerapan dan pencapaian kebijakan pengamanan serta
tujuan pengamanan. Kajian manajemen harus menetapkan kembali atau
memperbaharui sasaran pengamanan hotel agar sesuai dengan kondisi di masa
mendatang dengan mempertimbangkan perubahan yang diperlukan dari ke 16
(enam belas) elemen Sistem Manajemen Pengamanan Hotel.

16) Elemen Enam Belas : Pengembangan Secara Berkelanjutan

memperbaiki keefektifan Sistem Manajemen Pengamanan Hotel melalui


penerapan kebijakan pengamanan hotel, tujuan pengamanan, hasil audit, analisis
data.
BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan

Setiap kegiatan bisnis selalu memiliki risiko yang tidak pernah bisa
terlewatkan, tetapi dapat diminimalisir terjadinya risiko. Begitu pula risiko yang
dihadapi oleh sektor bisnis Hotel yang dijalankan oleh New Holie Hotel
Pekanbaru ini memiliki risiko yang sangat banyak mulai dari risiko murni maupun
risiko spekulatif yang datang, maka harus lebih jeli dalam menganalisis risiko
yang dapat timbul. Sehingga risiko tersebut tidak mengganggu kelangsungan
hidup perusahaan.

Saran

Saran dalam penanganan risiko bisnis New Holie Hotel Pekanbaru adalah :
1. Menganalisis kembali penerapan K3 (Keselamatan, Kesehatan, Kerja).
2. Kerjasama dengan perusahaan asuransi untuk memindahkan risiko
perusahaan merupakan langkah yang baik sebab mengurangi tanggungan
risiko kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan.
3. Serta harus memperhatikan risiko yang timbul di pasaran baik berupa
perubahan trend mode, penetapan harga, dan perubahan kebijakan
pemerintah terhadap para pelaku usaha.

Anda mungkin juga menyukai