Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI UMUM

MIKROSKOPIS TUMBUHAN III


BUNGA (flos), BUAH (fructus), dan BIJI (semen)

ISLAMIC TECHNOPRENEUR UNIVERSITY

Disusun oleh:

Nama : Salsabila Ghanisetya

NIM : 200106182

Hari, tanggal praktikum : Senin, 13-12-2021

Asisten : Nurlaili Salimah

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2021
MIKROSKOPIS TUMBUHAN III
BUNGA (flos), BUAH (fructus), dan BIJI (semen)

I. Tujuan Percobaan
1.1 Mengetahui bagian-bagian dari bunga tunggal dan bunga majemuk
1.2 Mengetahui susunan buah sejati dan buah semu serta macam-macam
buah
1.3 Mengetahui bagian-bagian biji, inti biji, penggantung biji, plasenta,
pusar biji dan lain-lain serta embrio pada biji

II. Teori Dasar


Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini
disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh
sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan ketat
dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh
perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan,
dan ketersediaan air (lihat artikel Pembentukan bunga). Bunga hampir
selalu berbentuk simetris, yang sering dapat digunakan sebagai penciri
suatu takson. Ada dua bentuk bunga berdasar simetri bentuknya yaitu
aktinomorf (berbentuk simetri radial) dan zigomorf (simetri cermin).
Bentuk aktinomorf lebih banyak dijumpai (Yudianto, 1992).
Organ generatif yang dimiliki tumbuhan adalah bunga dan buah.
Adanya bunga dan buah membuktikan tumbuhan spermatophyta sebagai
kelompok tumbuhan modern. Bunga memiliki susunan tersendiri salah
satunya adalah benang sari. Bagi tumbuhan benang sari merupakan alat
kelamin jantan seperti halnya dengan bagian-bagian bunga lainnya.
Selain benang sari pada bunga juga terdapat bagian-bagian lain salah
satunya adalah putik yang merupakan alat kelamin betina. Bunga
berfungsi utama menghasilkan buah (Yudianto, 1992).
Bunga tersusun dari beberapa bagian. Namun ada bunga yang
disebut dengan bunga lengkap dan bunga tidak lengkap, juga ada yang
disebut dengan bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Berikut ini
adalah bagian-bagian bunga yaitu mahkota, kepala sari, benang sari,
kepala putik, tangkai putik, bakal biji, kelopak, dasar bunga, tangkai
bunga. Bunga lengkap adalah bunga yang memiliki seluruh bagian-
bagian bunga. Sedangkan bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak
memiliki salah satu bagian bunga. Bunga sempurna adalah bunga yang
memiliki Putik dan Benang Sari. Sedangkan Bunga tidak sempurna
adalah bunga yang hanya memiliki satu alat perkembangbiakan saja.
Misalnya bunga yang hanya memiliki Benang sari saja dan dinamakan
Bunga Jantan, serta bunga yang hanya memiliki Putik saja dan disebut
dengan bunga Betina (Tjitrosoepomo, 2007).
Bunga sempurna yaitu bunga yang memiliki alat jantan (benang
sari) dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Suatu
bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian utama
bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai
berikut:
a. Kelopak bunga atau calyx
b. Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat
berwarna-warni untuk memikat serangga yang membantu proses
penyerbukan
c. Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros
oikia: rumah pria) berupa benang sari
d. Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani
gynaikos oikia: rumah wanita) berupa putik (Tjitrosoepomo,
2007).
Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya
membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak
terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar
biji tumbuhan. Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah atau
paling banyak padanya terdapat sisa-sisa bagian bunga yang lazimnya
telah gugur itu, umumnya merupakan buah yang tidak terbungkus, jadi
merupakan buah yang telanjang (fruktus nodus). Buah ini juga
dinamakan sebagai buah sejati atau buah sungguh (Sudjadi, 2007).
Pada umumnya buah hanya terbentuk sesudah terjadi
penyerbuakan dan pembuahan pada bunga. Walaupun demikian mungkin
pula terbentuk tanpa penyerbukan dan pembuahan, peristiwa yang
demikian tersebut dinamakan partenokarpi (parthenocorpy). Buah yang
terjadi seperti ini biasanya tidak mengadung biji atau jika ada bijinya
tidak megandung lembaga, jadi bijinya tidak dapat dijadikan sebagai alat
perkembangbiyakan. Pembentukan buah dengan cara ini lazim kita temui
pada pohon pisang (Musa paradisiaca L.) (Sudjadi, 2007). Buah pada
tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
Buah semu atau buah tertutup, yaitu jika buah itu terbentuk dari
bakal buah beserta bagian-bagian lainya pada bunga itu, yang malah
menjadi bagian utama buah ini (lebih besar, lebih menarik perhatian dan
seringkali nagain buah yang bermanfaat dapat dimakan) sedangkan buah
yang aslinya kadang-kadang tersembunyi.
Buah sejati atau buah telanjang, yang melulu terjadi dari bakal
buah dan jika ada bagian bunga lainya masih tinggal bagian ini tidak
merupakan bagian buah yang berarti (Sudjadi, 2007).
Biji (Semen) adalah bakal biji dari tumbuhan berbunga yang telah
masak. Biji merupakan suatu bentuk inti hasil dari persarian dan bakal
tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan perkembangan
terkekang (dorman). Biji tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa
campur tangan manusia misalnya terbawa angin, air, atau melalui
perantaraan binatang (Cronquist, 1981).
Biji (semen) bagi tumbuhan Spermatophyta, biji ini merupakan alat
untuk perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon
tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkanya biji, tumbuhan dapat
mempertahankan jenisnya dan dapat pula terpencar ke lain tempat
(Rahmat, 2009).
Semula biji itu duduk pada suatu tangkai yang keluar dari papan
biji atau tembuni (plancenta). Tangkai pendukung biji itu di sebut tali
pusar (funiculus). Bagian biji tempat pelekatan tali pusar dinamakan
pusar biji (hilus). Jika biji sudah masak maka tali pusarnya akan terputus,
sehingga biji terlepas dari tembuninya. Bekas tali pusar umumnya akan
nampak jelas pada biji. Pada biji ada kalanya tali pusar ikut tumbuh
berubah sifatnya menjadi salut atau selaput biji (arillus). Bagian ini ada
yang meupakan selubung biji yang sempurna ada yang hanya
menyelubungi sebagian biji saja (Rahmat, 2009).

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat

No Nama Alat
1. Buku Gambar
2. Kaca gelas
3. Kaca objek
4. Mikroskop
5. Penghapus
6. Pensil 2B
7. Pensil warna
8. Penggaris

3.2 Bahan

No Nama Bahan
1. Bunga Rosela
2. Buah Cabe Jawa
3. Biji Pala
4. Floroglusin
5. Kloralhidrat
6. KI
7. HCl 25%
8. Sudan III

IV. Prosedur Kerja

4.1 Cara Menggunakan Mikroskop


Dipasang lensa okuler
- Dipasang makrometer
- Diputar lensa objektif
- Diatur kondensor
- Diputar cermin kearah sumber cahaya
- Diletakkan preparat diatas meja benda
- Posisi lensa objektif tepat diatas preparat
- Diputar makrometer
Diamati objeknya

4.2 Pengamatan Pada Bunga


Disiapkan preparat
- Dituliskan nama preparat dan urutan klasifikasi
- Diamati dan digambar skematis bagian-bagian bunga
- Disebutkan bagian-bagian bunga
- Disebutkan perbedakan antara bunga tunggal dan bunga
majemuk

Diamati dan dibahas hasilnya

4.3 Pengamatan Pada Buah


Disiapkan preparat
- Dituliskan nama preparat dan urutan klasifikasi
- Diamati dan digambar skematis bagian-bagian buah
- Dibedakan antara buah semu atau sejati
- Disebutkan pula jenis buah, termasuk kedalam buah tunggal,
berganda atau majemuk
- Disebutkan pula buah termasuk kedalam buah berdaging atau
buah kering
Diamati dan dibahas hasilnya

4.4 Pengamatan Pada Biji


Disiapkan preparat

- Dituliskan nama preparat dan urutan klasifikasi


- Diamati dan digambar skematis bagian-bagian biji
- Diamati bagian kulit biji, apakah termasuk kedalam kulit biji
tertutup (luar/dalam), kulit biji terbuka (luar/tengah/dalam),
atau bagian lainnya
- Diamati bagian tali pusar (fuliculus)
- Diamati inti biji (nucleus eminis), lembaga (embrio)
- Dan putih lembaga (albumen)

Diamati dan dibahas hasilnya

4.5. Stuktur Anatomi Buah dan Biji


Diiris melintang buah/biji sampel setipis mungkin

- Diamati dibawah mikroskop cahaya komponen jaringan


penyusun kulit buah
- Disebutkan berapa lapis kulit buahnya
- Disebutkan jaringan penyusun kulit buah
- Diperhatikan pula bijinya dan jaringan penyusun biji
- Kemudian preparat direaksikan dengan reagen KI
Diamati perubahan yang terjadi dan dibuat skema dan gambarnya

4.6. Stuktur Anatomi Kacang Hijau dan Kacang Merah


Diiris preparat melalui hilusnya

- Diamati dibawah mikroskop cahaya bagian apa saja yang


tampak
- Diidentifikasi jaringan penyusun kulit biji dan kotiledonnya
- Diamati bagian embio apa saja yang tampak

Dibuat skemanya secara lengkap

- Preparat direaksikan dengan reagen Floroglusin dan HCl 25%


- Diamati jaringan penyusun yang bereaksi dengan reagen
tersebut
- Disebutkan apa saja jaringan yang bereaksi dengan reagen
tersebut
- Kemudian direaksikan preparat dengan reagen KI
- Diamati perubahan yang terjadi
Ditentukan jenis biji kacang hijau dan kacang merah dilihat dari
stuktur anatominya

V. Hasil Pengamatan

No Gambar Hasil Pengamatan


1. Mikroskopik Buah Cabe Jawa
(Piperis Retrofractic Fructus)

1. Epikarpium
2. Endokarpium
3. Endosperm
4. Sklereida
5. Perisperm

2. Mikroskopik Biji Pala (Myristica


fragrans)
1. Kristal kalsium oksalat bentuk
prisma
2. Endosperm
3. Serabut
4. Perisperm

3. Mikroskopik Bunga Rosela


(Hibiscus sabdariffa L.)

1. Kristal kalsium oksalat


bentuk roset
2. Sklerenkim
3. Epidermis kelopak bunga
dengan stomata
4. Serabut
5. Berkas pengangkut dengan
penebalan tipe spiral
6. Serbuk sari
VI. Pembahasan
Simplisla adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral.
Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah
terbanyak yang digunakan untuk bahan obat.
Parameter yang dilakukan sebagai standar mutu tanaman, meliputi
pemeriksaan simplisia secara mikroskopik untuk mengamati bentuk sel
dan jaringan yang diuji berupa serbuk, sayatan melintang, radial,
paradermal atau membujur dari simplisia. Adapun reagen-reagen yang
digunakan pada pengamatan kali ini yaitu floroglusin yang dibuat dengan
cara melarutkan 100 mg floroglusin dalam 10 ml alkohol 90%.
Kemudian reagen kloralhidrat yang dibuat dengan cara 50 g kloralhidrat
pekat dalam 20 ml air digunakan untuk menjernihkan sediaan
(melarutkan isi sel), untuk mempercepat kerjanya dapat sedikit
dipanaskan, tetapi kalau terlalu lama dapat merusakkan dinding sel.
Kloralhidrat juga dapat merusak meja benda mikroskop dan pemegang
lensa, oleh karena itu jangan terlalu banyak menggunakannya. Reagen
HCl sebagai pereaksi untuk zat kayu (lignin). Selain itu, HCl juga
digunakan untuk melarutkan kristal kalsium oksalat. Yang terakhir ada
sudan III digunakan untuk menunjukkan zat gabus (suberin).
Pengamatan pertama dilakukan pada buah cabe jawa atau Piperis
Retrofracti fructus. Klasifikasi tumbuhan Piperis Retrofracti Frutctus
yaitu Kingdom Plantae; Subkingdom Tracheobionta; Super Divisi
Spermatophyta; Divisi Magnoliophyta; Kelas Magnoliopsida; Sub Kelas
Magnoliidae; Ordo Piperales; Famili Piperaceae; Genus Piper; Spesies
Piper retrofractum.
Bentuk buah cabe jawa bervariasi dari bulat panjang (conical),
bulat pendek (globular), panjang pipih (foliform), dan panjang kecil
(cylin-drical), Buah cabe jawa mulai dari terbentuk bunga sampai
menjadi buah siap panen, berubah warna yaitu warna hijau pada awal
pembentukan, kemudian berubah putih, dan berubah lagi menjadi hijau
kemudian berwarna kuning kemerahan pada saat siap dipetik (Haryudin :
2009).
Fragmen hasil pengamatan secara mikroskopik terdapatnya
Epikarpium merupakan kulit luar, lapisan tipis dan seringkali kuat atau
kaku seperti kulit dengan permukaan yang licin. Terdapat Endokarpium
yaitu daging buah dalam yang fungsinya untuk melindungi biji. Terdapat
Endosperm yaitu bagian dari biji tumbuhan berbunga yang merupakan
hasil dari perbuahan berganda selain embrio. Fungsinya menyediakan
cadangan energi bagi embrio dalam proses perkecambahan. Terdapat
serabut Sklereida bentuk tereduksi dari sel sklerenkim dengan dinding sel
lignifikasi yang membentuk kumpulan kecil lapisan jaringan. Terdapat
pula Perisperm yaitu jaringan di dalam benih yang mengelilingi embrio
berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.
Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine,
palmitic acids, tetrahydropiperic acids, I-undecylenyl-3,4-
methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak asiri, isobutyideka-trans-2-
trans-4-dienamide, dan sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik,
analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar
mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguniinine. Kegunaan buah
cabe jawa yaitu untuk sebagai bahan obat pada penyakit demam,
persalinan kurang lancar, mulas, kejang perut, kolik, beri-beri, keringat
tidak keluar, lemah syahwat, daunnya untuk obat kumur (radang mulut),
akarnya untuk mengurangi rasa sakit pada radang gusi.
Pengamatan kedua dilakukan pada biji pala atau Myristica
fragrans. Klasifikasi tumbuhan ini yaitu Kindom Plantae; Divisi
Tracheophyta; Kelas Magnoliopsida; Ordo Magnoliales; Famili
Myristicaceae; Genus Myristica; Spesies Myristica fragrans Houtt.
Tumbuhan ini berumah dua (dioecious), sehingga dikenal pohon jantan
dan pohon betina. Daunnya berbentuk elips langsing. Buahnya berbentuk
lonjong seperti lemon, berwarna kuning, berdaging dan beraroma khas
karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak,
kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli
yang berwarna merah. Satu buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Pala dipanen biji, salut bijinya (arillus), dan daging buahnya. Tumbuh ini
dapat mencapai 20 m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun
(Nurdjannah, 2007).
Fragmen hasil pengamatan secara mikroskopik terdapatnya kristal
kalsium oksalat bentuk prisma, endosperm yaitu bagian dari biji
tumbuhan berbunga yang merupakan hasil dari perbuahan berganda
selain embrio, fungsinya sebagai penyedia cadangan energi bagi embrio
dalam proses perkecambahan. Terdapat pula serabut dan perisperm yaitu
jaringan di dalam benih yang mengelilingi embrio dan berfungsi sebagai
penyimpanan cadangan makanan.
Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat
untuk kesehatan. Kulit dan daging buah pala misalnya, terkandung
minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau bunga pala
mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedangkan dari
bijinya sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, muiristisin,
elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena dan asam oleanolat. Hampir
semua bagian buah pala mengandung senyawa kimia yang bermanfaat
bagi kesehatan, diantaranya dapat membantu mengobati masuk angin,
insomnia (gangguan susah tidur), bersifat stomakik (memperlancar
pencernaan dan meningkatkan selera makan), karminatif (memperlancar
buang angin), antiemetik (mengatasi rasa mual mau muntah), nyeri haid
serta rematik (Sutomo, 2006).
Sebagai obat, biji pala bersifat karminatif, stomakik, stimulan,
spasmolitik dan antiemetik atau antimual (Weil, 1966). Minyak pala juga
digunakan dalam industri obat-obatan sebagai obat sakit perut, diare dan
bronchitis. Minyak ini memiliki kemampuan dapat mematikan serangga
(insektisidal), anti jamur (fungisidal), dan anti bakteri. Selain itu minyak
pala dapat dimanfaatkan dalam pembuatan salep untuk menghilangkan
“rasa sakit” (salep gosok atau analgesic ointments), atau ramuan
tonikum. Salep yang mengandung parutan biji pala, dapat mengurangi
penderitaan akibat batuk rejan. Jenis-jenis obat-obatan tertentu
ditingkatkan aromanya dengan minyak pala.
Pengamatan ketiga dilakukan pada Bunga Rosela. Klasifikasi
tumbuhan ini yaitu Superdivision Spermatophyta; Divisi Magnoliophyta;
Kelas Magnoliopsida; Sub Divisi Dilleniidae; Ordo Malvales; Family
Malvaceae; Genus Hibiscus Linn; Species Hibiscus sabdariffa Linn.
Rosela tumbuh tegak, bercabang, dengan tinggi mencapai 3,5 m,
batangnya berwarna hijau atau merah, daunnya berwarna hijau, bunga
berwarna kuning dengan kelopak bunga berwarna merah, tidak berdaging
dan berduri. Batangnya bulat dan berkayu dengan warna beragam, mulai
dari hijau tua sampai merah. Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur,
menjari, terbagi menjadi 3-7 cuping dan pinggirnya bergerigi. Akarnya
mempunyai petiole sederhana. Buahnya berbentuk kapsul, ovoid, tebal
dengan panjang 1-2 cm (Mardiah dkk., 2008).
Fragmen hasil pengamatan secara mikroskopik terdapatnya kristal
kalsium oksalat bentuk roset. Terdapat sklerenkim sebagai jaringan
penguat atau jaringan penyokong dengan dinding sekunder yang tebal
karena mengandung zat lignin. Terdapat pula berupa berkas pengangkut
dengan penebalan tipe spiral dan juga serbuk sari. Kandungan kimia
Rosella tersebar pada bagian-bagian tanaman ini. Dilaporkan pada
ekstrak kelopak bunga Rosella mengandung flavonoid, polisakarida dan
asam-asam organik yang berperan dalam memberikan efek farmakologis
tertentu (Daffalah, 1996, Husaini et al., 2004). Kandungan Rosella
lainnya adalah fenol, antosianin, flavonol, protocatechuic acid (PCA)
(Seca et al., 2001).
Kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) telah
dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional, diketahui dapat
membantu melancarkan peredaran darah dengan mengurangi derajat
kekentalan darah, bisa juga digunakan untuk menangani penyakit
hipertensi, hiperlipidemia, dan anti arterosklerosis (Sarbini, 2005). Pada
beberapa penelitian ekstrak kelopak bunga rosela kering telah dibuktikan
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat dan mengandung vitamin C
dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
manusia terhadap serangan penyakit (Mardiah dkk., 2008).

VII. Kesimpulan
7.1. Hvhj
7.2. Bhj
7.3. hbjhb
VIII. Daftar Pustaka

Cronquist, A., 1981, An Integrated System of Classification of Flowering Plants,


New York, Columbia University Press, 477.

Haryudin, W., Rostiana, O., 2009, Karakteristik Morfologi Tanaman Cabe Jawa
(Piper retrofractum Vahl.) di Beberapa Sentra Produksi, Bul Littro, 20(1),
1-10

Mardiah, dkk., 2009. Budi Daya dan Pengolahan Rosella Si Merah Segudang
Manfaat. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Nurdjanah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Balai Besar Penelitian dan


Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departmen Pertanian. 56 hal.

Rahmat, H., (2009), Identifikasi Senyawa Flavonoid Pada Sayuran Indigeneous


Jawa Barat, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor

Sutomo, B. 2006. Buah Pala, mengobati gangguan insomnia, mual dan masuk
angin. Diakses 30 April 2017
Sudjadi, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 27;220-
255;353-362

Saribini, D., 2005, Optimalisasi Dosis Ekstrak Bunga Rosella Merah (Hibiscus
sabdariffa Linn) sebagai Anti Aterosklerosis untuk Menghambat Aktivasi
NF-kβ, TNF-α dan ICAM-l pada Kultur Sel Endothel yang Dipapar Low
Density Lipoprotein Teroksidasi, Tesis, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

Tjitrosoepomo, gembong. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Yudianto, S. A. (1992). Mengerti Morfologi Tumbuhan (Apa dan Mengapa).


Bandung: Tarsito

Weil, A. T. 1966. The use of Nutmeg as a Psychotropic Agent. Buletin on


Narcotica, Issue 4-002

Anda mungkin juga menyukai