Pendahuluan
Dalam menyambut era baru reformasi ini, ada beberapa fakta mengenai
belum terlaksananya transformasi nilai-nilai Pancasila, hal ini diperkuat dengan
konflik-konflik sosial yang terjadi pada masyarakat yang seolah tidak pernah ada
habisnya, bahkan semakin meningkat mengarah kepada anarkisme. Perang yang
bersifat kedaerahan, kepentingan golongan, korupsi yang merajalela, saling bunuh
dan tikam sesama bangsa, dan hal ini terjadi bukan hanya dikalangan masyarakat
kecil yang minim akan pendidikan. Keributan antar sesama mahasiswa pun saat ini
marak terjadi di setiap kampus seluruh Indonesia, dimana universitas yang
seharusnya menghasilkan pribadi-pribadi yang sopan dan santun dalam beretika
baik dimanapun ia berada menjadi individu-individu yang liar dan brutal seolah
haus akan darah sesama bangsanya.
Pancasila kini seolah tidak pantas lagi dipakai dalam dialektik era
Reformasi, Dimana Pancasila sudah jarang dikutip, Pancasila sudah jarang dipakai
dalam segala aspek ketatanegaraan, dan masyarakat yang terlalu menyambut
gembira demokrasi yang seolah-olah melupakan Pancasila sebagai dasar kehidupan
dalam berbangsa dan bernegara. Beberapa faktor penyebab yang penulis utarakan
diatas merupakan contoh-contoh gejala yang melahirkan penyakit “Amnesia
Nasional” dalam diri masyarakat Indonesia, dimana transformasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak timbul dan
terlihat.
Tinjauan Pustaka
BAB III
Pembahasan
2. landasan kultural
Landasan kultural adalah pengembangan pendidikan Pancasila didasarkan
atas nilai-nilai yang diagungkan, dan karenanya disepakati dalam kehidupan
nasional. Pancasila merupakan salah satu pencerminan budaya bangsa,
sehingga harus diwariskan ke generasi penerus. Secara kultural unsur-unsur
Pancasila terdapat pada adat istiadat, tulisan, bahasa, slogan, kesenian,
kepercayaan, agama, dan kebudayaan Indonesia secara umum. Pendidikan
Pancasila memelihara dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila yang telah
dan terus disepakati tersebut.
3. landasan yuridis
Landasan Yuridis menyangkut aturan perundang-undangan yang mendasari
pelaksanaan Pendidikan Pancasila. Pancasila secara yuridis konstitusional
telah secara formal menjadi dasar negara sejak dituangkannya rumusan
Pancasila dalam pembukaan UUD 1945. Secara hierarkis, landasan yuridis
dapat ditelusuri dari UUD 1945, Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Menteri, Keputusan Direktur Jenderal, dan lain-lain.
4. landasan filosofis
Landasan filosofis adalah penggunaan hasil-hasil pemikiran filsafat
Pancasila untuk mengembangkan Pendidikan Pancasila. Secara praktis nilai-
nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa. Pancasila
yang merupakan filsafat negara harus menjadi sumber bagi segala tindakan
para penyelenggara negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan yang
berlaku bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan pendidikan Pancasila menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem
Pendidikan Nasional yang juga tercantum di dalam SK Dirjen Dikti.
No.38/DIKTI/Kep/2003, ialah guna menunjukan arah tujuan pada moral dan
diharapkan dapat terealisasi di kehidupan bermasyarakat setiap hari. Yakni tingkah
laku yang memperlihatkan iman serta taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(keyakinannya masing-masing), bertingkah-laku kerakyatan dengan selalu
mendahulukan kepentingan umum. Tujuan pendidikan Pancasila menjadi sebuah
sarana dalam mengerti, memahami, serta mendalami makna Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia.
Mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat
amat penting. Hal ini sesuai dengan cita-cita serta tujuan nasional yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Tujuan pendidikan Pancasila secara umum
diantaranya:
1. Memiliki keimanan serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memiliki sikap kemanusiaan yang adil juga beradab kepada orang lain dengan
selalu memiliki sikap tenggang rasa di tengah kemajemukan bangsa.
3. Menciptakan persatuan bangsa dengan tidak bertindak anarkis yang dapat
menjadi penyebab lunturnya Bhinneka Tunggal Ika di tengah masyarakat yang
memiliki keberagaman kebudayaan.
4. Menciptakan sikap kerakyatan yang mendahulukan kepentingan umum dan
mengutamakan musyawarah untuk mencapai keadaan yang mufakat.
5. Memberikan dukungan sebagai cara menciptakan keadaan yang berkeadilan
sosial dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah untuk:
1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa
melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Agar mahasiswa dapat mengembangkan karakter manusia Pancasilais dalam
pemikiran, sikap, dan tindakan.
3. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar
Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta
membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
4. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi
terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD RI
Tahun 1945.
5. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal
dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia.
Penutup
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran