Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN DATA EPIDEMIOLOGI

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

Kelompok 3

Cut Athira Sauma 101811535019

Rinda Istiqumilaily 101811535031

Nadia Firdausi T. 101811535043

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BANYUWANGI

2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………...…………… 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………….…… 2
1.4 Manfaat ...…………………………………………………………………… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Diare ………………………………………………………………...……… 4
2.2 Penyebab Diare ………………………………………………...…………… 4
2.3 Dampak Diare ………………………………………………………………. 5
2.4 Penanggulangan Diare ……………………………………………………… 5
2.5 Pencegahan Diare ………………………………………………………...… 6

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Prevalensi balita yang mengalami kejadian diare …………………..........… 7


3.2 Analisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian diare pada
balita …………………………………………………….................................… 7
3.3 Analisis hubungan antara pengetahuan ibu balita mengenai diare dengan
kejadian diare pada balita …………………………………………………….… 9
3.4 Analisis hubungan antara sikap ibu balita dengan kejadian diare pada balita 11

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………................… 13
4.2 Saran ………………………………………...…………………………...… 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………....… 14

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di
seluruh daerah geografis di dunia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam
bentuk KLB (Kejadian Luar Biasa). KLB diare sering terjadi terutama didaerah
yang pengendalian faktor resikonya masih rendah. Cakupan perilaku hygiene dan
sanitasi yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare (Kemenkes
RI 2011).

Diare merupakan salah satu penyakit menular yang angka kesakitan dan
kematiannya relatif tinggi. Diare adalah berak-berak lembek sampai cair
(mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali
atau lebih dalam sehari) yang ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan
muntah, anorexia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata cekung, membran
mukosa kering, pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya (Nazek, 2007;
Chang, 2008). Penyakit menular ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lingkungan, agen penyebab penyakit, dan pejamu. Penyakit diare masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang
utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk
Indonesia. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap
tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua
tahun.

Penyakit ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yakni kurangnya


ketersediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja, sarana untuk kebersihan
kurang memadai, pembuangan tinja yang tidak higienis, cara pengolahan makanan
yang tidak higienis, kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan yang
kurang dapat memicu terjadinya penyakit diare. Pada proses pengolahan makanan
atau sanitasi makanan yang kurang disebabkan olehtiga faktor yaitu faktor fisik,
faktor kimia, dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik meliputi sirkulasi udara di
ruangan pengolahan makanan. Faktor kimia yaitu adanya zat kimia yang

1
digunakan selama proses pengolahan makanan. Faktor mikrobiologi disebabkan
oleh adanya enterobacter pada makanan.

Kejadian diare pada balita akan menimbulkan efek yang berbahaya


sehingga dapat menimbulkan kematian akibat kekurangan cairan dalam tubuh
balita. Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3. Oleh sebab itu salah satu pencegahan
yang dapat dilakukan adalah mencegah kematian pada balita yang terjadi akibat
penyakit diare. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Higiene sanitasi dengan kejadian diare pada balita di lingkungan Puskesmas Sobo.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah perhitungan prevalensi balita yang mengalami kejadian


diare

1.2.2 Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan ibu balita mengenai diare


dengan kejadian diare pada balita?

1.2.3 Bagaimanakah hubungan antara sikap ibu balita terhadap kejadian diare
pada balita?

1.2.4 Bagaimanakah hubungan antara tindakan pencegahan ibu balita


mengenai kejadian diare pada balita?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Menghitung prevalensi balita yang mengalami kejadian diare
2. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu balita mengenai
diare dengan kejadian diare pada balita
3. Menganalisis hubungan antara sikap ibu balita terhadap kejadian
diare pada balita

2
4. Menganalisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu balita
mengenai kejadian diare pada balita

1.4 Manfaat

1.4.1 Orang Tua Balita

Mampu memberikan tambahan pengetahuan mengenai kejadian diare


pada balita dan pencegahannya.

1.4.2 Puskesmas Sobo

Membantu mengurangi penyakit diare pada balita yang terjadi di


lingkungan Puskesmas Sobo

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare adalah frekuensi pengeluaran dan kekentalan feses yang tidak
normal. Sedangkan menurut WHO diare adalah buang air besar yang lunak
atau cair dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari. Diare masih menjadi
permasalahan kesehatan yang utama khususnya pada anak di dunia. Dari 2
milyar kasus diare di dunia, 1,9 juta anak usia di bawah 5 tahun meninggal
karena diare. Lebih dari setengah kematian pada balita yang diakibatkan oleh
diare terjadi di negara-negara berkembang seperti Afghanistan, Ethiopia,
India, Nigeria, dan Pakistan. Setiap tahunnya terdapat 25,2% balita yang ada
di Indonesia meninggal dunia karena permasalahan diare. Depkes RI
mengungkapkan bahwa diare merupakan pembunuh kedua pada balita di
Indonesia setelah pneumonia. Diare berkontribusi sekitar 18% dari seluruh
kematian balita di dunia atau setara dengan lebih dari 5 ribu balita meninggal
perhari.

2.2 Penyebab Diare


Diare merupakan gejala pada gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh
berbagai agen infeksi seperti bakteri, virus, dan parasit, penyakit, obat yang
dapat menimbulkan kejang perut, serta keracunan makanan. Infeksi dapat
menular dari makanan yang terkontaminasi dan hygiene yang kurang. Diare
yang disebabkan oleh virus yaitu influenza perut dan travelers diarehoa yang
disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus melekat pada sel mukosa usus
hingga rusak dan kapasitas resopsi serta sekresi air dan elektrolit menurun.
Sedangkan diare akibat bakteri ini mulai berkurang prevalensi kasusnya
karena adanya peningkatan derajat hygiene masyarakat. Mukosa usus yang
rusak tersebut dapat menyebabkan mencret berdarah dan berlendir.
Selanjutnya diare akibat parasit biasanya memiliki ciri mencret cairan dan
bertahan lebih lama dengan gejala nyeri perut, demam, muntah, dan letih.
Sementara penyakit yang dapat menyebabkan diare berupa penyakit IBS,
HIV, maupun alergi. Diare akibat obat yaitu seperti digoksin, kinidin, sorbitol

5
yang dapat menimbulkan diare tanpa kejang dan pendarahan. Lalu diare
akibat keracunan makanan disebabkan karena tidak memadainya kebersihan
pada waktu pengelolahan, penyimpanan, dan distribusi dari
makanan/minuman akibat pencemaran luas (Tan dan Kirana, 2008)

2.3 Dampak Diare


Pada umumnya balita yang mengalami diare dapat sembuh sendiri karena
40% diare disebabkan oleh Rotavirus. Namun jika tidak dikenali dan
ditangani secara dini dapat menyebabkan dehidrasi yang akan mengganggu
keseimbangan metabolisme tubuh hingga kematian pada bayi apabila
dibiarkan terus menerus karena kehabisan cairan tubuh akibat asupan cairan
yang tidak seimbang melalui pengeluaran muntah dan berak. Dampak diare
selanjutnya yaitu gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh terhentinya
asupan makanan, namun pengeluaran zat gizi terus berjalan. Apabila
memasuki kondisi ini, obat-obatan belum tentu ampuh untuk dapat
menyembuhkan diare. Adanya perubahan makan, ketidaktahuan orang tua,
kurang gizi, serta penanganan kesehatan yang tidak tepat juga dapat menjadi
faktor timbulnya diare.

2.4 Penanggulangan Diare


Penanggulangan diare harus dilakukan secara tepat dan akurat untuk
mengatasi dampak dari diare yang sudah muncul tersebut seperti dehidrasi
dan gangguan pertumbuhan. Penanggulangan diare yang dapat dilakukan
yakni adalah dengan melanjutkan pemberian ASI, susu formula, serta
makanan padat untuk bayi, pemberian oralit atau larutan gula-garam untuk
mengganti cairan yang hilang, kemudian pemberian makanan seperti biasanya
dan menghindari makanan yang mengandung serat, lalu dapat pula
memberikan zinc selama 10 hari berturut-turut, dan tidak memberikan obat
antidiare pada anak karena dapat menghambat kuman yang akan keluar
(Sofwan, 2010).

6
7
2.5 Pencegahan Diare
Upaya pencegahan diare diantaranya dapat dengan memberikan ASI,
memperbaiki pemberian konsumsi makanan pendamping ASI, menggunakan
air bersih, mencuci tangan menggunakan sabun, membuang tinja bayi dengan
benar, mencuci botol susu dengan benar dan memberikan imunisasi campak
karena dapat mencegah terjadinya diare yang lebih berat (Depkes, 2010).
Diare merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan penderitanya
mengalami dehidrasi dan apabila diare berkepanjangan dapat menyebabkan
anak mengalami kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu diperlukan
penanganan sebagai langkah untuk mencegah terjadinya diare.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Prevalensi balita yang mengalami diare

Diare Frequency Percent Cum


Percent

Yes
40 66,66% 66,66%

No
20 33,33% 33,33%

Total
60 100,00% 100,00%

Berdasarkan pada tabel prevalensi balita yang mengalami diare, diketahui terdapat
40 kasus dari 60 sasaran yang mengalami diare dengan persentase 66,66%.
Sementara 20 dari 60 balita di kelurahan Pakis Kecamatan Sobo Banyuwangi
tidak mengalami diare dengan persentase sebesar 33,33%.

3.2 Analisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian


diare pada balita

Apakah anak Anda pernah mengalami


buang air besar lebih dari 3x sehari
dalam 2 bulan terakhir?

Yes No Total

Baik 30 17 47

Row% 63,83% 36,17% 100,00%

Col% 75,00% 85,00% 78,33%

Buruk 10 3 13

9
Row% 76,92% 23,08% 100,00%

Col% 25,00% 15,00% 21,67%

Total 40 20 60

Row% 66,67% 33,33% 100,00%

Col% 100,00% 100,00% 100,00%

STATISTICAL TESTS Chi-square 1-tailed p 2-tailed p

Chi-square - 0,7856 0,3754347096


uncorrected
Chi-square - Mantel- 0,7725 0,3794435047
Haenszel
Chi-square - corrected 0,3069 0,5796048031
(Yates)
Mid-p exact 0,2024785601

Fisher exact 0,2959910958 0,5128298541

Hipotesis :
H0 : Tidak ada hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian
diare pada balita
Ha : Ada hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian diare
pada balita

H0 ditolak dan Ha diterima apabila < 0,05


H0 diterima dan Ha ditolak apabila > 0,05

10
Dari hasil analisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu terhadap
kejadian diare pada balita didapatkan hasil uji Chi Square sebesar 0,51. Maka
karena hasil uji didapatkan sebesar 0,51 yakni < 0,05 yang disimpulkan bahwa
H0 diterima dan Ha ditolak sehingga artinya tidak terdapat hubungan antara
tindakan pencegahan ibu dengan kejadian diare pada balita.

3.3 Analisis hubungan antara pengetahuan ibu balita mengenai diare dengan
kejadian diare pada balita

Apakah anak Anda pernah mengalami


buang air besar lebih dari 3x sehari
dalam 2 bulan terakhir?

Yes No Total

baik 30 19 49

Row% 61,22% 38,78% 100,00%

Col% 75,00% 95,00% 81,67%

kurang 10 1 11

Row% 90,91% 9,09% 100,00%

Col% 25,00% 5,00% 18,33%

TOTAL 40 20 60

Row% 66,67% 33,33% 100,00%

Col% 100,00% 100,00% 100,00%

STATISTICAL Chi-square 1-tailed p 2-tailed p

11
TESTS
Chi-square - 3,5622 0,0591110541
uncorrected
Chi-square - Mantel- 3,5028 0,0612657967
Haenszel
Chi-square - corrected 2,3516 0,1251563397
(Yates)
Mid-p exact 0,0314806034

Fisher exact 0,0562153632 0,0809241472

Hipotesis :
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita

H0 ditolak dan Ha diterima apabila < 0,05


H0 diterima dan Ha ditolak apabila > 0,05

Dari hasil analisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu terhadap


kejadian diare pada balita didapatkan hasil uji Chi Square sebesar 0,08. Maka
karena hasil uji didapatkan sebesar 0,08 yakni < 0,05 yang disimpulkan bahwa
H0 diterima dan Ha ditolak sehingga artinya tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.

3.4 Analisis hubungan antara sikap ibu balita dengan kejadian diare pada
balita

Apakah anak Anda pernah mengalami


buang air besar lebih dari 3x sehari
dalam 2 bulan terakhir?

Yes No Total

12
baik 31 16 47

Row% 65,96% 34,04% 100,00%

Col% 77,50% 80,00% 78,33%

kurang 9 4 13

Row% 69,23% 30,77% 100,00%

Col% 22,50% 20,00% 21,67%

TOTAL 40 20 60

Row% 66,67% 33,33% 100,00%

Col% 100,00% 100,00% 100,00%

STATISTICAL Chi-square 1-tailed p 2-tailed p


TESTS
Chi-square - 3,5622 0,0591110541
uncorrected
Chi-square - Mantel- 3,5028 0,0612657967
Haenszel
Chi-square - corrected 2,3516 0,1251563397
(Yates)
Mid-p exact 0,0314806034

Fisher exact 0,0562153632 0,0809241472

Hipotesis :
H0 : Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita
Ha : Ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita

13
H0 ditolak dan Ha diterima apabila < 0,05
H0 diterima dan Ha ditolak apabila > 0,05

Dari hasil analisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu terhadap


kejadian diare pada balita didapatkan hasil uji Chi Square sebesar 0, 08. Maka
karena hasil uji didapatkan sebesar 0, 08 yakni < 0,05 yang disimpulkan
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak sehingga artinya tidak terdapat hubungan
antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis
menggunakan uji Chi-Square, didapatkan beberapa kesimpulan yaitu,
diketahui prevalensi balita yang menderita diare sebanyak 40 kasus dari
jumlah sasaran sebanyak 60 balita. Lalu diketahui pula bahwa tidak terdapat
hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian diare pada balita.
Kemudian pada hasil analisis pada hubungan pengetahuan ibu balita dengan
kejadian diare pada balita diperoleh hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya adalah hasil
yang diperoleh dari analisis hubungan antara sikap ibu balita dengan kejadian
diare pada balita diperoleh hasil akhir yaitu tidak terdapat hubungan antara
sikap ibu dengan kejadian diare pada balita.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk para ibu balita memberikan perhatian kepada balita
mengenai kebersihan, dan kebersihan makanan balita untuk mencegah
terjadinya kejadian diare pada balita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arsurya, Y., et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Diare
dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang.Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(2)

Depkes, RI. (2010). Diare final (1).pdf. Diakses dari:


www.depkes.go.id/downloads/buletin%20. Pada 4 November 2012

Dewiyanti, Sulistina (2019) PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN


DIARE PADA ANAK. Undergraduate (S1) thesis, University of
Muhammadiyah Malang.

Dorland WAN. Kamus kedokteran Dorland. Edisi ke-29. H Hartanto,


penterjemah. Jakarta: EGC; 2002.

Farthing M, Salam M, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E,


Ramakrishna BS, Goh K, Thomson A, Khan AG, Krabshuis J, LeMair A.
Acute Diarrhea in adults and children: a global perspective. Australia:
World Gastroenterology Organisation Global Guideline; 2012.

Forfar, Arneils. Textbook of pediatrics. Edisi ke-6. British: Churchill Livingstone;


2003.

15
Kasman. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera
Barat Tahun 2003 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2004.

Kemenkes RI. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI;
2011.

Kosasih, C., et. al. GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE


PADA ANAK USIA BALITA DI KELURAHAN PADASUKA. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 86-97 (2015).

Pencegahan diare secara garis besar terbagi menjadi tiga tingkatan pencegahan
penyakit secara umum yaitu

Sofwan, R. (2010). Cara Cepat Atasi: Diare pada Anak. Jakarta: PT. Buana Ilmu
Populer.

UNICEF. Diarrhoea: why children are still dying and what can be done. 2009
(diunduh 23 Juli 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
http://www.unicef.org/.

UNICEF. Pneumonia and diarrhoea: tackling the deadliest diseases for the world’s
poorest children. 2012 (diunduh 23 Juli 2013). Tersedia dari: URL:
HYPERLINK http://www.unicef.org/

WHO/UNICEF Joint statement. clinical management of acute diarrhea. 2004


(diunduh 20 Juli 2012). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
http://www.who.int/.

World Health Organization (WHO). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.


Tim Adaptasi Indonesia, Diare Akut. Jakarta: WHO Indonesia; 2009.

Yunita, Lulu. Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan Metode Ceramah


terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu dalam Penanganan DIare Balita di
Sekitar UPT TPA Cipayung, Depok. 2016. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

16

Anda mungkin juga menyukai