Kelompok 3
UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………................… 13
4.2 Saran ………………………………………...…………………………...… 13
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di
seluruh daerah geografis di dunia. Masalah diare di Indonesia sering terjadi dalam
bentuk KLB (Kejadian Luar Biasa). KLB diare sering terjadi terutama didaerah
yang pengendalian faktor resikonya masih rendah. Cakupan perilaku hygiene dan
sanitasi yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare (Kemenkes
RI 2011).
Diare merupakan salah satu penyakit menular yang angka kesakitan dan
kematiannya relatif tinggi. Diare adalah berak-berak lembek sampai cair
(mencret), bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali
atau lebih dalam sehari) yang ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan
muntah, anorexia, lemah, pucat, keratin abdominal, mata cekung, membran
mukosa kering, pengeluaran urin menurun, dan lain sebagainya (Nazek, 2007;
Chang, 2008). Penyakit menular ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lingkungan, agen penyebab penyakit, dan pejamu. Penyakit diare masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang
utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk
Indonesia. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap
tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua
tahun.
1
digunakan selama proses pengolahan makanan. Faktor mikrobiologi disebabkan
oleh adanya enterobacter pada makanan.
1.2.3 Bagaimanakah hubungan antara sikap ibu balita terhadap kejadian diare
pada balita?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita
2
4. Menganalisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu balita
mengenai kejadian diare pada balita
1.4 Manfaat
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare adalah frekuensi pengeluaran dan kekentalan feses yang tidak
normal. Sedangkan menurut WHO diare adalah buang air besar yang lunak
atau cair dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari. Diare masih menjadi
permasalahan kesehatan yang utama khususnya pada anak di dunia. Dari 2
milyar kasus diare di dunia, 1,9 juta anak usia di bawah 5 tahun meninggal
karena diare. Lebih dari setengah kematian pada balita yang diakibatkan oleh
diare terjadi di negara-negara berkembang seperti Afghanistan, Ethiopia,
India, Nigeria, dan Pakistan. Setiap tahunnya terdapat 25,2% balita yang ada
di Indonesia meninggal dunia karena permasalahan diare. Depkes RI
mengungkapkan bahwa diare merupakan pembunuh kedua pada balita di
Indonesia setelah pneumonia. Diare berkontribusi sekitar 18% dari seluruh
kematian balita di dunia atau setara dengan lebih dari 5 ribu balita meninggal
perhari.
5
yang dapat menimbulkan diare tanpa kejang dan pendarahan. Lalu diare
akibat keracunan makanan disebabkan karena tidak memadainya kebersihan
pada waktu pengelolahan, penyimpanan, dan distribusi dari
makanan/minuman akibat pencemaran luas (Tan dan Kirana, 2008)
6
7
2.5 Pencegahan Diare
Upaya pencegahan diare diantaranya dapat dengan memberikan ASI,
memperbaiki pemberian konsumsi makanan pendamping ASI, menggunakan
air bersih, mencuci tangan menggunakan sabun, membuang tinja bayi dengan
benar, mencuci botol susu dengan benar dan memberikan imunisasi campak
karena dapat mencegah terjadinya diare yang lebih berat (Depkes, 2010).
Diare merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan penderitanya
mengalami dehidrasi dan apabila diare berkepanjangan dapat menyebabkan
anak mengalami kelainan pertumbuhan. Oleh karena itu diperlukan
penanganan sebagai langkah untuk mencegah terjadinya diare.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Yes
40 66,66% 66,66%
No
20 33,33% 33,33%
Total
60 100,00% 100,00%
Berdasarkan pada tabel prevalensi balita yang mengalami diare, diketahui terdapat
40 kasus dari 60 sasaran yang mengalami diare dengan persentase 66,66%.
Sementara 20 dari 60 balita di kelurahan Pakis Kecamatan Sobo Banyuwangi
tidak mengalami diare dengan persentase sebesar 33,33%.
Yes No Total
Baik 30 17 47
Buruk 10 3 13
9
Row% 76,92% 23,08% 100,00%
Total 40 20 60
Hipotesis :
H0 : Tidak ada hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian
diare pada balita
Ha : Ada hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian diare
pada balita
10
Dari hasil analisis hubungan antara tindakan pencegahan ibu terhadap
kejadian diare pada balita didapatkan hasil uji Chi Square sebesar 0,51. Maka
karena hasil uji didapatkan sebesar 0,51 yakni < 0,05 yang disimpulkan bahwa
H0 diterima dan Ha ditolak sehingga artinya tidak terdapat hubungan antara
tindakan pencegahan ibu dengan kejadian diare pada balita.
3.3 Analisis hubungan antara pengetahuan ibu balita mengenai diare dengan
kejadian diare pada balita
Yes No Total
baik 30 19 49
kurang 10 1 11
TOTAL 40 20 60
11
TESTS
Chi-square - 3,5622 0,0591110541
uncorrected
Chi-square - Mantel- 3,5028 0,0612657967
Haenszel
Chi-square - corrected 2,3516 0,1251563397
(Yates)
Mid-p exact 0,0314806034
Hipotesis :
H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita
Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita
3.4 Analisis hubungan antara sikap ibu balita dengan kejadian diare pada
balita
Yes No Total
12
baik 31 16 47
kurang 9 4 13
TOTAL 40 20 60
Hipotesis :
H0 : Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita
Ha : Ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita
13
H0 ditolak dan Ha diterima apabila < 0,05
H0 diterima dan Ha ditolak apabila > 0,05
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis
menggunakan uji Chi-Square, didapatkan beberapa kesimpulan yaitu,
diketahui prevalensi balita yang menderita diare sebanyak 40 kasus dari
jumlah sasaran sebanyak 60 balita. Lalu diketahui pula bahwa tidak terdapat
hubungan antara tindakan pencegahan ibu dengan kejadian diare pada balita.
Kemudian pada hasil analisis pada hubungan pengetahuan ibu balita dengan
kejadian diare pada balita diperoleh hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya adalah hasil
yang diperoleh dari analisis hubungan antara sikap ibu balita dengan kejadian
diare pada balita diperoleh hasil akhir yaitu tidak terdapat hubungan antara
sikap ibu dengan kejadian diare pada balita.
4.2 Saran
Sebaiknya untuk para ibu balita memberikan perhatian kepada balita
mengenai kebersihan, dan kebersihan makanan balita untuk mencegah
terjadinya kejadian diare pada balita.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arsurya, Y., et al. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penanganan Diare
dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Kota Padang.Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(2)
15
Kasman. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera
Barat Tahun 2003 (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2004.
Kemenkes RI. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI;
2011.
Pencegahan diare secara garis besar terbagi menjadi tiga tingkatan pencegahan
penyakit secara umum yaitu
Sofwan, R. (2010). Cara Cepat Atasi: Diare pada Anak. Jakarta: PT. Buana Ilmu
Populer.
UNICEF. Diarrhoea: why children are still dying and what can be done. 2009
(diunduh 23 Juli 2013). Tersedia dari: URL: HYPERLINK
http://www.unicef.org/.
UNICEF. Pneumonia and diarrhoea: tackling the deadliest diseases for the world’s
poorest children. 2012 (diunduh 23 Juli 2013). Tersedia dari: URL:
HYPERLINK http://www.unicef.org/
16