Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


COR PULMONALE

Oleh:

KARIMAH

( 14.401.19.030 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATANKLIEN DENGAN

COR PULMONALE

Telah di koreksi dan disetujui pada tanggal …………………….. oleh:

Pembimbing

(Nantiya Pupuh Satiti,S.Kep.,Ns.,M.Kep)

NIK: 201404.47

Mengetahui,

Kaprodi D III Keperawatan

Hendrik Probo Sasongko, S. Kep.,Ns.,M.KM

NIK: 201404.48
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaika Asuhan Keperawatan
ini dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN COR
PULMONALE” dapat saya selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan ASKEP ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan.Dan semoga
ASKEP ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan
ilmu keperawatan umumnya.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
BAB 1............................................................................................................................5
PENDAHULUAN........................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................5
B. Batasan Masalah...............................................................................................5
C. Rumusan Masalah............................................................................................5
D. Tujuan................................................................................................................5
BAB 2............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................7
A. KONSEP PENYAKIT......................................................................................7
1. Definisi...........................................................................................................7
2. Etiologi...........................................................................................................7
3. Tanda dan gejala...........................................................................................8
4. Patofisiologi...................................................................................................9
5. Klasifikasi....................................................................................................11
6. Komplikasi...................................................................................................12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................12
1. Pengkajian...................................................................................................12
2. Diagnosa keperawatan................................................................................18
3. Intervensi.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka-angka insidensi prevalensi beraneka ragam serta tidak
sama. Tergantung pada Kondisi dan situasi yang di survey. Di daerah
massachuset angka insidensi kecil yaitu 0,9% sedangkan di Arizona
merupakan 59% dari angka insidensi penyakit jantung seluruhnya,di
belgia, new delhi,praha, inggris angka insidensi berkisar antara 16-33%.
(Wahid & Suprapto, 2013, hal,116)
Eksaserbasi dari kegagalan jantung kanan dan hipertensi pulmonal
selalu menjadi ancaman pada karpulmonal.Selain itu prosesnya terjadi
secara progresif sehingga menimbulkan kegagalan kardiorespiratorius.
(Wahid & Suprapto,2013,hal.116)
Pada cor pulmonale, struktur dan fungsi bilik jantung kanan diperkuat oleh
penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), sumbatan hembusan udara
ke dalam dan keluar dari paru-paru. Jantung mencoba mengimbangi,
mengakibatkan kegagalan jantung bagian kanan.( Digiulio,2014,hal.107)
Pasien mengalami gagal jantung karena gangguan paru-paru utama,
yang menyebabkan hipertensi paru-paru dan peleburan bilik jantung
kanan. Pasien akan mempunyai gejala baik gangguan paru-paru maupun
gagal jantung bagian kanan. PPOK meliputi penyakit paru-paru dan
bronchitis kronis. (Digiulo,2014,hal.107)

B. Batasan Masalah
Masalah pada studi ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada
klien yang menderita penyakit cor pulmonale.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit cor pulmonale
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit cor pulmonale.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan mampu mengaplikasikan
asuhan keperawatan tentang penyakit cor pulmonale.
2. TujuanKhusus
Agar mahasiswa mampu memahami konsep medis dan konsep asuhan
keperawatan pada penyakit cor pulmonale .
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi

Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat


suatu Penyakit yang mengenai
fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan
jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat
penyakit jantung bawaan (Muttaqin, 2012, hal.227)

Korpulmonal adalah kondisi dimana ventrikel kanan jantung


membesar (dengan atau tapa gagal jantung sebelah kanan) sebagai
akibat penyakit yang mengenai struktur atau fungsi paru dan pembuluh
darahnya.(Suprapto,2013,hal.116)

Cor pulmonal (CP) adalah suatu keadaan dimana terdapat


hipertrofi dan atau dilatasi dari ventrikel kanan sebagai akibat dari
hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit intrinsik dari
parenkim paru, dinding thorak maupun vaskuler paru. Karena itu untuk
mendiagnosa CP maka harus di singkirikan adanya stenosis mitral,
penyakit jantung bawaan atau gagal jantung kiri yang juga dapat
mengakibatkan dilatasi atau hipertrofi ventrikel kanan . CP dapat
bersifat akut karena adanya emboli paru yang pasif, dapat juga bersifat
kronis.( Somantri, 2012, hal 103)

Berdasarkan uraian di atas, kor pulmonal adalah suatu keadaan


hipertrofi ventrikel kanan jantung dengan atau tanpa gagal jantung
sebelah kanan sebagai akibat penyakit yang mengenai struktur atau
fungsi paru dan pembuluh darahnya.

2. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah PPOPM, dimana terjadi
perubahan struktur jalan napas dan sekresi yang tertahan mengurangi
ventilator alveolar. Penyebab lainnya adalah kondisi yang membatasi
atau mengganggu fungsi ventilasi yang mengarah pada hipoksia atau
asidosis ( deformitas sangkar iga dan obesitas massif) atau kondisi
yang mengurangi jaring-jaring vascular paru( hipertensi arteri
pulmonal idiopatik primer dan embolus paru. Kelainan tertentu dalam
system persyarafan , otot pernafadan, dinding dada dan percabangan
arteri pulmonal juga dapat menyebabkan terjadi kor pulmonal.
(Muttaqin,2012,hal.227)

3. Tanda dan gejala


a. Manisfestasi umum
Istilah korpumonal menggambarkan hipertrofi ventrikel kanan
yang akhirnya menyebabkan gagal jantung karena penyakit paru
dan hipoksia yang menyertai.Gambaran klinisnya tergantung pada
penyakit primernya juga pengaruhnya terhadap jantung.Grjala-
gejala pada penyakit paru-paru muncul, termasuk batu-batuk
dengan dahak, sesak nafas, bengkak, pembesaran jantung dan gagal
jantung.
b. Manisfestasi klinis
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita
yang satu dengan yang lain tergantung pada penyakit dasar yang
menyebabkan korpulmonal (KP).
1. KP dengan kelaianan jantung kanan: odema pada perut dan
kaki serta merasakan cepat lelah.
2. KP dengan kelainan jantung kiri: sesak nafas, ortopnea,
paroxysmal nocturnal dysnea.
3. KP akibat embili paru: sesak tiba-tiba pada istirahat , kadang-
kadang didapatkan batuk-batuk dan hemoptisis
4. KP dengan PPOM: sesak nafas yang disertai batuk
produktif( banyak sputum)
5. KP dengan hipertens pulmonal primer: sesak nafas dan sering
pingsan jika beraktifitas
c. Gejala Klinis
Berdasarkan perjalanan penyakit karpulmonal dibagi menjadi 5
fase, yaitu:
1. Fase 1: pada fase ini belum Nampak gejala yang jelas, selain
ditemukannya gejala awal penyakit paru obstruksi
menahun(PPOM0), bronchitis kronis, TBC lama,
bronkiektaksis dan sejenisnya, anamnesa pada pasien 50 tahun
biasanya didapatkan adanya kebiasaan banyak merokok.
2. Fase 2: pada fase ini mulai ditemukan tanda-tanda
berkurangnya ventilasi paru. Gejalanya antara lain: batuk lama
berdahak(terutama bronkietaksis), sesak nafas/mengi, sesak
nafas ketika berjalan menanjak atau setelah banyak bicara.
3. Fase 2: pada fase ininnamoak gejala hipoksia yang lebih jelas.
Didapatkan pula berkurangnya nafsu makan, berat badan
berkurang, cepat lelah. Pemeriksaan fisik nampak sianotik,
disertai sesak dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata.
4. Fase 4: ditandai dengan hiperkapnia, gelisah, mudah
tersinggung kadang samnolens pada keadaan yang berat dapat
terjadi koma dan kehilangan kesadaran.
5. Fase 5: pada fase ini nampak kelainan jantung, dan tekanan
arteri pulmonal meningkat. Tanda-tanda peningkatan kerja
ventrikel, namun fungsi venrikel kanan masih dapat
kompensasi. Selanjutnya terjadi hopertrofi ventrikel kanan
kemudian menjadi gagal jantung kanan. Pemeriksaan fisik
nampak sianosik, bendungan vena jugularis, hepatomegaly,
edema tungkai dan kadang ascites.( Wahid &
Soprapto,2013,hal 119)

4. Patofisiologi
Sirkulasi Paru Normal :
Sirkulasi pada orang normal merupakan suatu sistem yang
bersifat high flow low pressure, yaitu suatu sistem dengan aliran
besar tapi tekanan darah, mempunyai resistensi yang rendah dan
cadangan yang besar, sehingga mampu menampung bertambahnya
aliran darah yang banyak tanpa meningkatkan tekanan arteri paru,
atau hanya meningkat sedikit saja pada waktu melakuakan
aktivitas. Hal ini disebabkan adanya dilatasi seluruh pembuluh
darah dan diikutsertakannya pembuluh darah yang tidak diperfusi
pada waktu istirahat.Pembuluh darah paru mempunyai dinding
tipis, eliptikal, dan elastis sehingga dapat menampung kenaikan
200-300% dari curah jantung tanpa mengalami kenaikan tekanan
arteri pulmonalis.
Hipertensi Pulmonal :
Hipertensi pulmonal pada klien dengan penyakit paru
terutama timbul sebagai penyakit akibat hipoksia karena penurunan
fungsi paru atau pengurangan jaringan pembuluh darah paru.
Hipertensi pulmonal akan timbul jika pengurangan jaringan
pembuluh darah paru lebih dari 50%. Peumonektomi satu para
tidak akan disertai kenaikan tekanan arteri pilmonalis. Adanya
kombinasi beberapa factor lain pengurangan vaskularisasi paru,
hipoksia asidosisi, dan polistemia akan menyebabkan tekanan arteri
pulmonalis meningkat dan terjadi hipertrofi diventrikel kanan.
Pengurangan jaringan pembuluh darah paru akan
menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk menurunkan
resistensi selama melakukan aktivitas sedangkan pada waktu
aktivutas, terjadi peningkatan aliran darah, sehingga tekanan arteri
paru akan meningkat. Hipoksemia merupakan vasokontriksi arteri
pulmonis terpenting.
Vasokontriksi terjadi akibat efek langsung hipoksemia pada
otot polos arteri pulmonalis atau tidak langsung melalui
pengelepasan zat vasokatif seperti histamin dari sel mast. Asidosis
akibat hiperkapnea atau sebab lain juga merupakan vasokontrikstor
arteri pulmonalis yang sinergistik dengan hipoksia. Polistemia
karena hipoksia menahun menyebabkan kenaikan viskositas yang
kemudian mengakibatkan hipertensi pulmonal.
Hemodinamik Paru:
Dua faktor yang mempengaruhi tekanan arteri pulmonalis,
yaitu curah jantung dari risestensi atau diameter pembuluh darah
paru.Sebelum timbul kor pulmonal, curah jantung normal pada
waktu istirahat dan meningkat secara normal saat berolahraga.Pada
waktu terjadi kor pulmonal, tekanan arteri paru meningkat
tergantung dari curah jantung vasokontriksi pembuluh darah akibat
hipoksemia.Pada saat timbul gagal jantung kanan, tekanan akhir
diastolik meningkat dan curah jantung normal pada waktu istirahat,
tapi ketika melakukan
aktifitas fisik, curah jantung tidak naik seperti keadaan
normal.Hipoksia menyebabkan oenurunan fungsi jantung. Adanya
hipertensi pulmonal dan penurunan fungsi jantung akibat hipoksia
akan menyebabkan kegagalan jantung kanan.
( Muttaqin,2012,hal.228)
Pathway
Gangguan paru-paru arestriktif,
gangguan paru-paru obstruktif,
Gangguan paru-paru primer

Perubahan anatomi pembuluh Perubahan fungsional paru


darah paru-paru

Hipoksemia dan hipokalemia


Pengurangan jaringan vaskuler
paru-paru

polisitemia asidosis

Peningkatan resistensi
Vasokontriksi
vaskuler paru
arteri pulmonal

Hipertensi pulmonal

Hipertensi ventrikel
kanan

Kor pulmonal

5. Klasifikasi
1. Hipertensi Vena Pulmonalis
Sesak nafas akibat payah jantung kanan dapat disebabkan
hipertensi vena pulmonalis.Penyebab hipertensi vena pulmonalis
ini adalah stenosis mitral atau gagal jantung kiri.Sesak nafas akibat
hipertensi vena pulmonalis ini sering menimbulkan keluhan
orthopnea dan paroxysimal nocturnal dyspnea, sedangkan pada Cp
biasanya kedua hal tersebut biasanya tidak didapatkan. Disamping
itu stenosis mitral maupun gagal jantung kiri, apapun penyebabnya
dapat disebabkan dengan Cp melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang lainnya (Soesetya, 2013,hal.74)
2. Perikarditis konstriktif
Keluhan dan tanda-tanda yang menyerupai gagal jantung dapat
dijumpai pada penedrita pericarditis konstruktif.Tetapi pada
penderita ini pemeriksaan faal parunya normal atau sedikit
terganggu.Demikian pula pemeriksaan analisa gas
darahnya.Hipertrofi ventrikel kana hampir selalu tidak didapatkan
baik pada oemeriksaan fisik, foto thoraks, EKG maupun
ekokardiografi. Pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan
oenebalan pikardium disertai gerakan ventrikel pada saat distol
yang terbatas pada penderita pikardirtis konstriktif(Soesetya,
2013,hal.75)

6. Komplikasi
a. Emfisema
b. Gagal jantung kanan
c. Gagal jantung kiri
d. Hipertensi pilmonal kiri

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Kor pulmonal dapat terjadi pada pasien usia 50 tahum karena sering
didapati dengan kebiasaan sehari-hari yaitu merokok dan terpapar
polusi. Hal ini dapat didasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit
yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal
merupakan dampak dari beberapa penyakit yang menyerang paru-paru
(Suprapto,2013,hal. 119)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Pasien kesulitan bernapas pada saat berolahraga keras berolahraga
keras dan ketika berbaring, karena kenaikannya kebutuhan oksigen.
Batuk produktif karena kondisi pernafasan, emfisema, lelah karena
hipoksemia dan gagal jantung, berat badan naik karena retensi naik,
denyut naik. (Digiulio, 2014,hal.107)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit

Pasien mengalami kekurangan oksigen karhobohidrat naik,


homoglibin naik, oksimetri denyut menunjukkan turunnya saturasi
oksigen, bilik jantung kanan membesar, arteripulmonalis meluas
dan bilik kanan terlihat pada sinar x dada.(Digiulo,2014, hal.108)

3) Riwayat penyakit sekarang


Keluhan sesak nafas merupakan gejala tersering pada penyakit paru
primer.Gejala ini trejadi saat melakukan aktifitas atau bahkan saat
istirahat dan kadang-kadang diperberat dengan posisi tidur.
( Muttaqin, 2012:228)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya

Riwayat merokok merupakan penyebab timbulnya kelainan paru


obstruktif kronik, polusi, udara( asap dari cerobong-cerobong
pabrik didaerah industri dan asap dari kendaraan motor). Selain itu
juga pernah memiliki riwayat penyakit PPOK dan hipertensi
pulmonal.( Suprapto,2013,hal.125)

2) Riwayat penyakit keluarga

Pada banyak kasus kor pulmonal di temukan pada anggota keluarga


tertentu dan ternyata kekurangan alfa-atripsin memegang peran
dalam penentuan predisposisi terjadinya penyakit baru obstruktif
kronik. Riwayat penyakit paru kronik (bronchitis cronik dan
pneumococcs,staphylococcus aureus,pseudomonas,klepsiella)
(suprapto, 2013, hal.125)

3) Riwayat pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminumkan oleh klien pada
masa lalu seperti, pemberian diuretika seperti furosemide atau
hidroklorotiazid diharapkan dapat mengurangi kongesti edema
dengan cara mengeluarkan natrium dan menurunkan volume darah,
sehingga pertukaran udara dalam paru dapat diperbaiki dan
hipoksia maupun beban janrung kanan dapat dikurangi (Wahid dan
Suprapto,2013:124)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Gambaran dari kondisi pasien yaitu mengalami sesak
nafas,batuk yang produktif,lelah karena hipoksia dan gagal
jantung,wheezing respirasi,sianosis pada jari,berat badan naik
karena retensi cairan,frekuensi pernafasan menggunakan otot
bantu pernafasan (digiolio, 2014, hal.108)
b) Tanda-tanda vital
Pernafasan dari 20x / menit
Nadi : diatas 100x / menit ( Digiulio, 2014,Hal.107)
Suhu :< 350C
Tekanan darah : 180/120

2) Body System
a) Sistem pernafasan
Pada pasien KP pemeriksaan dapat berupa sesak nafas akibat
hipertensi vena pulmonal, wheezing respiration, terlihat
penggunaan otot-otot bantu nafas, dahak, pemeriksaan
auskultasi dapat ditemukan suara nafas yang melemah respirasi
lebih dari 20x/menit ( digiulio,2014,hal.107)
b) Sistem kardiovaskuler
Gangguan pari-paru utama dapat menyebabkan kegagalan
jantung. Dan akan menyebabkan hipertensi paru-paru dan
pelebaran bilik jantung kanan.(Digiulio,2014,hal.107)
c) Sistem persarafan
Pada penderita CP dengan Hipertensi pulmonal primer
keluhannya berupa mudah oimgsan ketika beraktifitas, tingkat
kesadaran menurun jika melakukan aktivitas, ditandai dengan
hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang somnolens
pada keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kesadaran.
Selain itu penderita CP juga mudah bingung atau kurang
tanggap( Suprapto,2013,hal. 118)
d) Sistem perkemihan
Penderita CP diberikan diuretik untuk membuang kelebihan
cairan pada pasien dengan cara mengeluarkan natrium melalui
pembuangan urin. (Suprapto,2013,hal.118)
e) Sistem pencernaan
Pada penderita CP kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi karena
penderita CP akan merasa mual dan muntah
(Suprapto,2013,hal. 118)
f) Sistem integument
Pasien CP akan mengalami edema karena menumpukkan
cairan didalam tubuh sehingga resistensi kulit meningkat.
Penyebabnya karena peningkatan tekanan hidrostattik yang
diakibatkan karena gagal jantung kanan (Digiulio ,2014 hal.
107)
g) Sistem muskuloskeletal
Pada penderita CP akan mengalami kondisi seperti cepat
lelah( Suprapto,2013,hal.119)
h) Sistem endokrin
Pasien mengurangi konsumsi sodium pada diet untuk
mengurangi restensi cairan, jika di konsumsi berlebihan akan
merusak ginjal(Digioulio,2014,hal.109)
i) Sistem reproduksi
Pasien penderita CP mengalami hipertrovi dan dilatasi dadri
ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi(Arteri)
pulmonal. Sedangkan hipertensi termasuk salah satu penyakit
yang mempengaruhi sistem reproduksi pada laki-
laki( impoten). Sehingga jika seorang laki-laki mendertita CP
maka kemungkinan akan terjadi penurunan sistem reproduksi
( Muttaqin, 2012, hal. 227)
j) Sistem penginderaan
Pada pasien penderita CP akan mengalami sianosis ( kebiruan
yang trjadi pada bibir dan selaput mata karena hemoglobin di
daerah kapiler kusut, selain itu mata njuga menonjol
(Suprapto,2013,hal. 118)
k) Sistem imun
Penderita CP mengalami lelah karena hipoksia selain itu
penderita CP akan mengalami penurunan imun tubuh karena
kandungan nutrisi yang di konsumsi berkurang akibat nafsu
makan yang menurun. Serta gangguan ADL yang berhubungan
dengan kelemahan fisik umum dan keletihan.
( Suprapto.2013.hal. 118) (Muttaqin, 2012, hal. 230)

e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan EKG
a. Biasanya menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan dan
abnormalitas atrium kanan. Sering pula didapatkan aritmia
ventrikuler dan atau supra ventrikuler. Poor progression of
R pada sandapan precordial merupakan tanda yang sering
kali di salah artikan sebagai infark miokad lama.
b. EKG menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan gelombang P
lancip. Gelombang S dalam tampak pada lead V6. Deviasi
aksis kekanan dan voltase rendah dapat tampak pada pasien
dengan emfesima paru. Hiprtrofi ventrikel kanan jarang
kecuali pada “Hipertensi pulmonal primer” EKG sering
menunjukkan infark miokard. Gelombang Q dapat muncul
oada lead II. III, dan aVF karena posisi ventrikel jantung,
tetapi gelombang Q ini jarang dalam atau dangkal, seperti
pada dapa dapat infark miokad. Aritmia supraventikuler
sering muncul tetapi non spesifik.
c. Adanya hipertrofi atrium, ventrikel kanan atau kedua-
duanya.
2) Pemeriksaan foto thoraks
Tanda yang sering di dapatkan adalah :
a) Kelaianan pada parenkim paru, pleura maupun dinding
thoraks tergantung penyakit dasarnya.
b) Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus di sertai
penurunan gambaran vaskuler paru drastis di daerah
perifer, sehingga menimbulkan gambaran pohon
gundul.
c) Pembesaran ventrikel kanan
d) Pelebaran vena cava superior
e) Jika ada empysema maka diafragma agak rendah, conus
pulmonalis melebar.
3) Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan
ventrikel kanan.Meskipun perubahan volume tidak dapat di
ukur, teknik ini dapat melihatkan pembesaran kavitas
ventrikel kanan dalam hubungannya ventrikel kiri.septum
interventrikel dapat bergeser ke kiri.
4) Biopsi paru
Dapat digunakan untuk menunjukkan vaskulitas pada
beberapa tipe penyakit vaskuler kolagen, artritis
rheumatoid, dan granulomatosis wagener.
5) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada penderita KP pemeriksa fungsi paru menunjukkan
kelainan restriktif atau obstruksi berat ( atau gabungan
keduanya). Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan
adanya hipoksiaatau hiperkapnia/asidosis respiratorik.
Pada beberapa penderita KP AGDnya normal pada saat
istirahat, tetapi pada saat aktivitas AGDnya
menunjukkan adanya hipoksia berat disertai
hiperkapnia, hal ini membuktikan bahwa etiologi sesak
nafasnya adalah kelainan paru. Pada penderita KP
hipoksia yang bermakna( saturasi oksigen arterial 90%)
sering kali menderita polisitemia.
b. Polisitemia ( hemoglobin dan eritrosit meninggi) akibat
PPOM ( penyakit paru obstruksi menahun). Saturasi
oksigen dari 85%, PCO2 dapat meningkat atau normal.
c. Faal paru menurun yaitu :
F.C.V Berkurang (N= 5,80 L).
F.C.V Berkurang (N =4,32 L).
Analisa gas darah
Waktu sirkulasi stadium dekompensata akan
memanjang ( Suprapto,2013,hal. 120-122)

f. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Melalui hiderasi yang adekuat membantu mengencerkan
secret dan mengundetifikasikan pembersih jalan nafas
2) Tinggikan kepala dan tempat tidur dan bantu pasien
memilih posisi yang mudah untuk bernafas
3) Tirai baring: bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
dasar
4) Memberikan penyuluhan agar pasien menghindari segala
jenis polusi udara dan berhenti merokok
5) Latihan pernafasan dan bimbingan ahli fisioterapi
6) Kolaborasi memperbaiki ventilasi dan oksigenasi melalui
pemberian O2
b. Penatalaksanaan medis
Pemberian medikamontosa
1) Bronkodilator
Aminofilin : menghilangkan spasme saluran pernafasan
beta 2 adrenergik selektif ( Turbutalin atau salbutamol)
Dosis : 20-80 mg/PO/IV/IM ( maksimum 600 mg)
(Suprapto,2013,hal.123)
2) Mukolitik dan Ekspektoran
Mukolitik berguna untuk mencairkan dahak dengan
memecahkan ikatan rantai kikianya, sedangkan ekspektoran
untuk mengeluarkan daha dari paru ( Suprapto
2013,hal.123)
3) Antibotika
Pemerian antibiotika di berikan karena biasanya kelaianan
parenkim paru disebabkan oleh mikroorganisme,
diantaranya: Hemophlus influenza dan pneumoccus peka
tehadap gentasimin, steptomisin dan polimiksin
( Suprapto,2013, hal. 123)
4) Oksigenasi
Peningkatan PaCO2 ( tekanan CO2 arterial) asidosis pada
penderita PPOM disebabkan tidak sempurna pengeluaran
CO2 sehingga menimbulkan hiposemia.
Dosis : 20-30% melalui masker venture dan secara
intermiten 1-3 liter permenit ( Suprapto,2013,hal. 123)
5) Diuretik
Diberikan jika terjadi gagal jantung, pemberian digitalis
harus berhati-hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan
kalium rendah mudah terjadi, sehingga mudah terjadi
asidosis respiratorik dan alkalosis metabolik, dan bahaya
intoksikasi lebi besar.
Dosis : 5-20/hari tergantung pada jenis obat
( Suprapto,2013,hal. 124)

2. Diagnosa keperawatan
Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia diagnosis
keperawatan cor pulmonal yang muncul antara lain :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (PPNI, 2016,hal. 18-19)
Definisi : ketidakmampuan dalam membersihkan dahak atau
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten.
1. Penyebab : fisiologi
a) Spasme jalan nafas
b) Hipersekresi jalan nafas
c) Proses infeksi
d) Respon alergi
e) Adanya jalan nafas buatan
2. Situasional
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
3. Gejala dan Tayor Mayor
Objektif
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
e) Meconium di jalan nafas
4. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Dispnea
b) Sulit bicara
c) Ortopnea

Objektif

a) Gelisah
b) Seanosis
c) Bunyi nafas menurun
d) Frekuensi nafas berubah
e) Pola nafas berubah
5. Kondisi klinis terkait
a) Gullian barre syndrome
b) Sklerosisi multple
c) Infeksi salura nafas
d) Myasthenia gravis
e) Stroke
f) Cedera kepala
g) kuadriplegia
b. Defisit Nutrisi ( PPNI,2016,hal. 56-57)
1. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
2. Penyebab :
a) Ketidakmampuan menelan makan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi
f) Faktor psikologi
3. Gejala dan tanda mayor
Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram abdomen
c) Nafsu makan menurun

Objektif

a) Bising usus hiperaktif


b) Otot pengunyah lemah
c) Membran mukosa pucat
d) Sariawan
e) Serum albumin turun
f) Rambut rontok berlebihan
g) Diare
4. Kondisi klinis terkait :
a) Stroke
b) Kanker
c) AIDS
d) Luka bakar
e) Cerebral palsy
f) Cleft plate
g) Cleft lip
h) Infeksi
i) Parkinson
j) Mobius syndrome
k) Penyakit crohn
c. Pola nafas tidak efektif ( PPNI,2016,hal. 26-27)
1. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
2. Penyebab
a) Depresi pusat pernapasan
b) Defomitas dinding dada
c) Defomitas tulang dada
d) Gangguan neuromuscular
e) Terjadi penurunan energy
f) Obesitas
g) Sindrom hipoventilasi
h) Kecemasan
i) Efek agen farmakologis
3. Gejala gan tanda mayor
Subjektif
a) Dispnea

Objektif

a) Oenggunaan otot bantu pernafasan


b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola nafas abnormal
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Ortopnea

Objektif

a) Pernafasan pursed-lip
b) Pernafasan cuping hidung
c) Ventilasi semenit menurun
d) Kapasitas vital menurun
e) Ekskursi dada berubah
f) Kondisi klinis terkait
g) Depresi sistem saraf pusat cedera kepala
h) Trauma thoraks
i) Stroke
j) Kuandriplegia
k) Introksikasi alcohol

3. Intervensi
a. Pola napas(Wilkonson, 2016, hal. 99-103)
1) Tujuan /kriteria evaluasi
Menunjukan pola pernafasan efektif, yang di buktikan oleh
status pernafasan : ventilasi tidak terganggu kepatenan jalan
napas dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentang
normal.
Menunjukan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu yang
di buktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan
1-5:gangguan ekstrem, berat,sedang ringan, tidak ada
gangguan)
Penggunaa otot eksesorius
Suara napas tambahan
Pendeknapas

2) Kriteria hasil
Menunjukkan pernafasan optimal saat dipasangkan ventilator
mekanis
Mempunyai kecepatan dan irama pernafasan dalam batas
normal
Mempunyai fungsi baru dalam batas normal untuk pasien
Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas

Pengisapan jalan napas: mengeluarkan secret jalan napas


dengan cara memasukkan kateter pengisapan ke dalam jalan
napas oral atau trakea pasien

Manajemen asma : mengidentifikasikan, mengobati dan


mencegah reaksi inflamasi/kontriksi di jalan napas.
Pemantauan pernapasan : mengumpulkan dan menganilisi dan
menganalisi data pasien untuk memastikan patenan jalan napas
dan pertukaran gas yang adekuat.

Manajemen anafilaksis : meningkatkan ventilasi dan perfungsi


jaringan yang adekuat untuk individu yang mengalami reaksi
alergi berat.

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


Informasi kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi
untuk memperbaiki pola pernapasan. Uraikan teknik
Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah, meliputu
pengobatan, peralatan pendukung, dan tanda dan gejala yang
dapat di laporkan, sumber-sumber komunitas. Diskusikan cara
menghindari alergen, sebagai berikut. meriksa rumah untuk
adanya jamur di dinding rumah
Tidak menggunakan karpet dilantai
Menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC
Regulasi himodinamik (NIC)
a) Meminimalkan ketakutan berlebihan, prasangka, atau tidak
nyaman.
b) Mengurangi ansietas pada pasien yang mengalami distres akut.
c) Memberikan dukungan dan informasi untuk pasien yang
membuat keputusan perawat kesehatan.
d) Meningkatkan nilai, minat, dan tujuan keluarga
Aktivitas kolaboratif
Konsultasikan dengan ahli terapi, untuk memastikan keadekuatan
dari fungsi ventilator mekanis.
Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernafasan, nilai
DPH, sputum, dan sebagainya, jika perli atau sesuian protokol.
Mengidentifikasi faktor (misal,alergen) yang memicu ketidak
efektifan pola nafas, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk
menghindarinya
b. Ketidak seimbangan nutrisi(Wilkonson, 2016, hal. 283-285)
1) Tujuan: Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan,
yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut sebutkan 1-5 tidak
adekuat, sedikit adekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat adekuat).
Makanan oral,pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi
pariental total
Asupan makanan total
2) Kriteria hasil: \Memperlihatkan berat badan ..............kg atau
bertambah..............kg pada............(sebutkan tanggalnya)
Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
Menoleransi diet yang dianjurkan
Mempertahankan masa tubuh dan berat dalam batas normal
Memiliki nilai laboratorium (misalnya, transfering, albumin, dan
elektrolit) dalam batas normal
Melaporkan tingkat energi yang adekuat
Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Aktivitas umum untuk semua ketidakseimbangan nutrisi
Pengkajian
Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Pantau laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
Managenen nutrisi (NIC)
Ketahui makanan kesukaan pasien
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Ajarkan metode untuk perencanaan makanan
Ajarkan pasien atau keluarga pasien tentang makanan yang bergizi
Manajenen nutrisi (NIC): berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya
Intervensi (NIC)
Bantuan pemberian ASI: mempersiapkan ibu baru untuk
menyusui banyinya
Manajemen diare: menatalaksana dan menghilangkan gejala diare
Manajemen gangguan makan: mencegah dan menangani
pembatasan diet yang diet yang sangat ketat dan sktivitas
berlebihan
Manajemen cairan: meningkatkan keseimbangan cairan dan
mencegah komplikasi akibat dari kadar airan yang tidak normal
Manajemen cairan: atau elektrolit mengatur dan mencegah
komplikasi dari gangguan pada cairan
Interpretasi data laboratorium: menganakisis data secara kritis
data laboratorium pasien untuk membantu membuat keputusan
klinis
Aktifitas kolaboratif
Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan protein
pasien
Laporkan kepada dokter jika pasien menolak makan
Bekerjasama dengan dokter, ahli gizi dan pasien untuk
merencanakan tujuan asupan dan berat badan
Rujuk untuk memperoleh perawatan kesehatan jiwa
c. Kelebihan volume cairan(Wilkonson, 2016, hal. 282)
Definisi:
Terjadi peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan karakteristik
Subjektif:
Ansietas, dispnea atau pendek nafas, gelisah
Objektif:
Suara nafas menjadi tidak normal (rale atau crakle)
Perubahan elektrolit
Anasarka
Ansietas
Anzotemia
Perubahan tekanan darah
Perubahan status mental
Perubahan pola pernafasan
Penurunan hemoglobin dan hematokrit
Edema
Terjadi Peningkatan vena sentral
Asupan melebihi pengeluaran
Disrensi vena jugularis
Oliguria
Orthopnea
Efusi pleura
Refleks hematokrit vena jugularis positif
Mengalami perubahan tekanan arteri pulomonal
Kongisti paru
Gelisah bunyi jantung S3
Perubahan berat jenis urine
Kenaikan berat badan dalam periode singkat
Tujuan atau kriteria evaluasi
Contoh mengunakan bahasa NOC
Kelebihan volume cairan bisa dikurangi, yang dibuktikan dengan
keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa, dan
indikator fungsi ginjal yang adekuat
Keseimbanagan cairan tidak akan terganggu (kelebihan ) yang di
buktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5 gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan)
Keseimbanagan asupan dan haluaran dalam 24 jam
Berat badan stabil
Berat jenis urine dalam batas normal
Keseimbangan cairan tidak akan terganggu (kelebihan) yang
dibuktikan oleh indikatir berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan)
Suara napas tambahan
Asietas, distensi vena leher, dan edema perifer
Contoh lain:
Menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan
dan diet
Menyatakan secara verbal pemahaman tentang obat yang diperoleh
Mempertahankan tanda vital dalam batas normal untuk pasien
Tidak mengalami pendek apas
Hemotrokrit dalam batas normal
Intervensi NIC
Pemantaun elektrolit: mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit
Manajemen cairan: meningkatkan keseimbangan cairan dan
mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau di
luar harapan
Pemantauan cairan: mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk mengatur keseimbangan cairan
Manajemen cairan/elektrolit: mengatur dan mencegah
komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan/atau elektrolit
Manajemen hipervolemia : menurunkan volume cairan intrasel
atau ekstrasel dan mencegah komplikasi pada pasien yang
mengalami kelebihan volume cairan
Manajemen eliminasi urine :mempertahankan pola eleminasi
urine yang optimal
Aktivitas keperawatan
Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral,dan periorbiatal
Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskular yang
diidentifikasikan dengan peningkatan tanda, gawat napas, frekuensi
nadi, dan peningkatan tekanan darah
Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan
sirkulasi dan integritas kulit
Kaji efek pengobatan (misalnya steroid, diuretik, dan litium) pada
edema
Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
Manajemen cairan(NIC)
Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya
Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi
cairan(misalnya peningkatan jenis urine, peningkatan BUN,
penurunan hema tokrit dan peningkatan kadar osmolalitas urine)
Pantau indikasi kelebihan atay retensi cairan (misalnya crackle,
pening kata CVP atau tekanan baji kapiler paru, edema, distensi
vena leher)
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema,
pembatsan diet dan penggunaan, dosis, dan efek samping obat yang
di programkan
Manajemen cairan (NIC)
Anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan kebutuhan
Aktifitas kolaborasi
Lakukan dialisis jika diindikasi
Konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan primer pengenai
pengunaan stoking antiemboli atau balutan ace
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan
kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium
manajemen cairan (NIC):
Konsultasi kedokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan
menetap atau memburuk.
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: RapHa Publishing.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan.


Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Soesetyo. (2013). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Respiratoris. Jakarta:


Salemba Medika.

Somantri. (2012). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.


Jakarta: Salemba Medika.

Suprapto. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Pernapasan.


Jakarta: Trans Info Media.

Wilkonson. (2016). Diagnosa Keperawatan . Jakarta: EGC.


Soal dan jawaban Cor Pulmonal

1. Etiolgi dari penyakit cor pulmonale, kecuali…


a. PPOK
b. Empifisiema
c. Hipertensi pulmonale primer
d. Vasokontriksi pulmonal menyeluruh
e. Edema pembuluh darah perifer
2. Pada pemeriksaan rontgen thorax pada cor pulmonal dapat dilihat…
a. Kontraksi atrium pulmonal dan atrium kanan menonjol
b. Dilatasi atrium pulmonal dan atrium kiri menonjol
c. Kontraksi atrium pulmonal dan atrium kiri menonjol
d. Dilatasi atrium pulmonal dan atrium kanan menonjol
e. Dilatasi atrium kanan dan atrium pulmonal menonjol
3. Penyakit jantung paru disertai dengan…
a. Hipertrofi dan atau dilatasi ventrikel kanan akibat gangguan
fungsi dan atau struktur paru
b. Hiperplasi atau kontraksi ventrikel kiri akibat gangguan fungsi jantung
atau fungsi jantung
c. Hipertrofi atau dilatasi atrium kanan akibat gangguan fungsi dan
struktur paru
d. Hiperplasi atau kontraksi atrium kiri akibat gangguan fungsi dan
struktur jantung
e. Hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat gangguan funfsi dan atau
struktur jantung
4. Penyebab hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan adalah…
a. Hipertensi pulmonal
b. Hipertensi esensial
c. Hipotensi
d. Dehidrasi
e. auskultasi
5. fase awal dari cor pulmonal adalah…..
a. pembesaran ventrikel kiri
b. pembesaran ventrikel kanan
c. pembesaran atrium kiri
d. pembesaran atrium kanan
e. pembesaran pembuluh darah
6. gejala pokok apa saja yang timbul pada penyakit cor pulmonal,kecuali…
a. batuk dengan dahak
b. sesak nafas
c. pembesaran jantung
d. gagal jantung
e. nyeri dada bagian kanan
7. apa saja faktor yang mempengaruhi tekanan arteri pulmonalis…
a. curah jantung dan risetensi
b. curah jantung dan hipertensi
c. curah jantung dan dehidrasi
d. hipertensi dan risetensi
e. hipoksia dan hipertensi
8. apa saja penyebab fisiologi cor pulmonal…
a. hipersekresi jalan nafas dan gangguan jalan nafas
b. respon alergi dan trauma
c. hipersekresi jalan nafas dan adanya jalan nafas buatan
d. adanya jalan nafas buatan dan gangguan jalan nafas
e. jalan nafas buatan dan gangguan jalan nafas
9. kondisi dimana ventrikel kanan jantung membesar(dengan atau tanpa
gagal jantung sebelah kanan) sebagai akibat dari penyakit yang mengenai
struktur atau fumgsi paru dan pembuluh darah disebut dengan…
a. TBC
b. Cor pulmonal
c. Typoid
d. Kontraksi jantung
e. Gagal jantung
10. Adanya hipertensi pulmonal dan penurunan fungsi jantung yang
menyebabkan gagal jantung bagian kanan di akibatkan oleh…
a. Hipertrofi
b. Hyperplasia
c. Hipotrofi
d. Hipoksia
e. hipoksemia

Anda mungkin juga menyukai