Oleh:
KARIMAH
( 14.401.19.030 )
2020
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
COR PULMONALE
Pembimbing
NIK: 201404.47
Mengetahui,
NIK: 201404.48
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaika Asuhan Keperawatan
ini dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN COR
PULMONALE” dapat saya selesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ASKEP ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan.Dan semoga
ASKEP ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan
ilmu keperawatan umumnya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
BAB 1............................................................................................................................5
PENDAHULUAN........................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................5
B. Batasan Masalah...............................................................................................5
C. Rumusan Masalah............................................................................................5
D. Tujuan................................................................................................................5
BAB 2............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................7
A. KONSEP PENYAKIT......................................................................................7
1. Definisi...........................................................................................................7
2. Etiologi...........................................................................................................7
3. Tanda dan gejala...........................................................................................8
4. Patofisiologi...................................................................................................9
5. Klasifikasi....................................................................................................11
6. Komplikasi...................................................................................................12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................12
1. Pengkajian...................................................................................................12
2. Diagnosa keperawatan................................................................................18
3. Intervensi.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka-angka insidensi prevalensi beraneka ragam serta tidak
sama. Tergantung pada Kondisi dan situasi yang di survey. Di daerah
massachuset angka insidensi kecil yaitu 0,9% sedangkan di Arizona
merupakan 59% dari angka insidensi penyakit jantung seluruhnya,di
belgia, new delhi,praha, inggris angka insidensi berkisar antara 16-33%.
(Wahid & Suprapto, 2013, hal,116)
Eksaserbasi dari kegagalan jantung kanan dan hipertensi pulmonal
selalu menjadi ancaman pada karpulmonal.Selain itu prosesnya terjadi
secara progresif sehingga menimbulkan kegagalan kardiorespiratorius.
(Wahid & Suprapto,2013,hal.116)
Pada cor pulmonale, struktur dan fungsi bilik jantung kanan diperkuat oleh
penyakit paru-paru obstruktif kronis (PPOK), sumbatan hembusan udara
ke dalam dan keluar dari paru-paru. Jantung mencoba mengimbangi,
mengakibatkan kegagalan jantung bagian kanan.( Digiulio,2014,hal.107)
Pasien mengalami gagal jantung karena gangguan paru-paru utama,
yang menyebabkan hipertensi paru-paru dan peleburan bilik jantung
kanan. Pasien akan mempunyai gejala baik gangguan paru-paru maupun
gagal jantung bagian kanan. PPOK meliputi penyakit paru-paru dan
bronchitis kronis. (Digiulo,2014,hal.107)
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada
klien yang menderita penyakit cor pulmonale.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit cor pulmonale
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penyakit cor pulmonale.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan mampu mengaplikasikan
asuhan keperawatan tentang penyakit cor pulmonale.
2. TujuanKhusus
Agar mahasiswa mampu memahami konsep medis dan konsep asuhan
keperawatan pada penyakit cor pulmonale .
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
2. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah PPOPM, dimana terjadi
perubahan struktur jalan napas dan sekresi yang tertahan mengurangi
ventilator alveolar. Penyebab lainnya adalah kondisi yang membatasi
atau mengganggu fungsi ventilasi yang mengarah pada hipoksia atau
asidosis ( deformitas sangkar iga dan obesitas massif) atau kondisi
yang mengurangi jaring-jaring vascular paru( hipertensi arteri
pulmonal idiopatik primer dan embolus paru. Kelainan tertentu dalam
system persyarafan , otot pernafadan, dinding dada dan percabangan
arteri pulmonal juga dapat menyebabkan terjadi kor pulmonal.
(Muttaqin,2012,hal.227)
4. Patofisiologi
Sirkulasi Paru Normal :
Sirkulasi pada orang normal merupakan suatu sistem yang
bersifat high flow low pressure, yaitu suatu sistem dengan aliran
besar tapi tekanan darah, mempunyai resistensi yang rendah dan
cadangan yang besar, sehingga mampu menampung bertambahnya
aliran darah yang banyak tanpa meningkatkan tekanan arteri paru,
atau hanya meningkat sedikit saja pada waktu melakuakan
aktivitas. Hal ini disebabkan adanya dilatasi seluruh pembuluh
darah dan diikutsertakannya pembuluh darah yang tidak diperfusi
pada waktu istirahat.Pembuluh darah paru mempunyai dinding
tipis, eliptikal, dan elastis sehingga dapat menampung kenaikan
200-300% dari curah jantung tanpa mengalami kenaikan tekanan
arteri pulmonalis.
Hipertensi Pulmonal :
Hipertensi pulmonal pada klien dengan penyakit paru
terutama timbul sebagai penyakit akibat hipoksia karena penurunan
fungsi paru atau pengurangan jaringan pembuluh darah paru.
Hipertensi pulmonal akan timbul jika pengurangan jaringan
pembuluh darah paru lebih dari 50%. Peumonektomi satu para
tidak akan disertai kenaikan tekanan arteri pilmonalis. Adanya
kombinasi beberapa factor lain pengurangan vaskularisasi paru,
hipoksia asidosisi, dan polistemia akan menyebabkan tekanan arteri
pulmonalis meningkat dan terjadi hipertrofi diventrikel kanan.
Pengurangan jaringan pembuluh darah paru akan
menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk menurunkan
resistensi selama melakukan aktivitas sedangkan pada waktu
aktivutas, terjadi peningkatan aliran darah, sehingga tekanan arteri
paru akan meningkat. Hipoksemia merupakan vasokontriksi arteri
pulmonis terpenting.
Vasokontriksi terjadi akibat efek langsung hipoksemia pada
otot polos arteri pulmonalis atau tidak langsung melalui
pengelepasan zat vasokatif seperti histamin dari sel mast. Asidosis
akibat hiperkapnea atau sebab lain juga merupakan vasokontrikstor
arteri pulmonalis yang sinergistik dengan hipoksia. Polistemia
karena hipoksia menahun menyebabkan kenaikan viskositas yang
kemudian mengakibatkan hipertensi pulmonal.
Hemodinamik Paru:
Dua faktor yang mempengaruhi tekanan arteri pulmonalis,
yaitu curah jantung dari risestensi atau diameter pembuluh darah
paru.Sebelum timbul kor pulmonal, curah jantung normal pada
waktu istirahat dan meningkat secara normal saat berolahraga.Pada
waktu terjadi kor pulmonal, tekanan arteri paru meningkat
tergantung dari curah jantung vasokontriksi pembuluh darah akibat
hipoksemia.Pada saat timbul gagal jantung kanan, tekanan akhir
diastolik meningkat dan curah jantung normal pada waktu istirahat,
tapi ketika melakukan
aktifitas fisik, curah jantung tidak naik seperti keadaan
normal.Hipoksia menyebabkan oenurunan fungsi jantung. Adanya
hipertensi pulmonal dan penurunan fungsi jantung akibat hipoksia
akan menyebabkan kegagalan jantung kanan.
( Muttaqin,2012,hal.228)
Pathway
Gangguan paru-paru arestriktif,
gangguan paru-paru obstruktif,
Gangguan paru-paru primer
polisitemia asidosis
Peningkatan resistensi
Vasokontriksi
vaskuler paru
arteri pulmonal
Hipertensi pulmonal
Hipertensi ventrikel
kanan
Kor pulmonal
5. Klasifikasi
1. Hipertensi Vena Pulmonalis
Sesak nafas akibat payah jantung kanan dapat disebabkan
hipertensi vena pulmonalis.Penyebab hipertensi vena pulmonalis
ini adalah stenosis mitral atau gagal jantung kiri.Sesak nafas akibat
hipertensi vena pulmonalis ini sering menimbulkan keluhan
orthopnea dan paroxysimal nocturnal dyspnea, sedangkan pada Cp
biasanya kedua hal tersebut biasanya tidak didapatkan. Disamping
itu stenosis mitral maupun gagal jantung kiri, apapun penyebabnya
dapat disebabkan dengan Cp melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang lainnya (Soesetya, 2013,hal.74)
2. Perikarditis konstriktif
Keluhan dan tanda-tanda yang menyerupai gagal jantung dapat
dijumpai pada penedrita pericarditis konstruktif.Tetapi pada
penderita ini pemeriksaan faal parunya normal atau sedikit
terganggu.Demikian pula pemeriksaan analisa gas
darahnya.Hipertrofi ventrikel kana hampir selalu tidak didapatkan
baik pada oemeriksaan fisik, foto thoraks, EKG maupun
ekokardiografi. Pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan
oenebalan pikardium disertai gerakan ventrikel pada saat distol
yang terbatas pada penderita pikardirtis konstriktif(Soesetya,
2013,hal.75)
6. Komplikasi
a. Emfisema
b. Gagal jantung kanan
c. Gagal jantung kiri
d. Hipertensi pilmonal kiri
3) Riwayat pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminumkan oleh klien pada
masa lalu seperti, pemberian diuretika seperti furosemide atau
hidroklorotiazid diharapkan dapat mengurangi kongesti edema
dengan cara mengeluarkan natrium dan menurunkan volume darah,
sehingga pertukaran udara dalam paru dapat diperbaiki dan
hipoksia maupun beban janrung kanan dapat dikurangi (Wahid dan
Suprapto,2013:124)
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Gambaran dari kondisi pasien yaitu mengalami sesak
nafas,batuk yang produktif,lelah karena hipoksia dan gagal
jantung,wheezing respirasi,sianosis pada jari,berat badan naik
karena retensi cairan,frekuensi pernafasan menggunakan otot
bantu pernafasan (digiolio, 2014, hal.108)
b) Tanda-tanda vital
Pernafasan dari 20x / menit
Nadi : diatas 100x / menit ( Digiulio, 2014,Hal.107)
Suhu :< 350C
Tekanan darah : 180/120
2) Body System
a) Sistem pernafasan
Pada pasien KP pemeriksaan dapat berupa sesak nafas akibat
hipertensi vena pulmonal, wheezing respiration, terlihat
penggunaan otot-otot bantu nafas, dahak, pemeriksaan
auskultasi dapat ditemukan suara nafas yang melemah respirasi
lebih dari 20x/menit ( digiulio,2014,hal.107)
b) Sistem kardiovaskuler
Gangguan pari-paru utama dapat menyebabkan kegagalan
jantung. Dan akan menyebabkan hipertensi paru-paru dan
pelebaran bilik jantung kanan.(Digiulio,2014,hal.107)
c) Sistem persarafan
Pada penderita CP dengan Hipertensi pulmonal primer
keluhannya berupa mudah oimgsan ketika beraktifitas, tingkat
kesadaran menurun jika melakukan aktivitas, ditandai dengan
hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang somnolens
pada keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kesadaran.
Selain itu penderita CP juga mudah bingung atau kurang
tanggap( Suprapto,2013,hal. 118)
d) Sistem perkemihan
Penderita CP diberikan diuretik untuk membuang kelebihan
cairan pada pasien dengan cara mengeluarkan natrium melalui
pembuangan urin. (Suprapto,2013,hal.118)
e) Sistem pencernaan
Pada penderita CP kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi karena
penderita CP akan merasa mual dan muntah
(Suprapto,2013,hal. 118)
f) Sistem integument
Pasien CP akan mengalami edema karena menumpukkan
cairan didalam tubuh sehingga resistensi kulit meningkat.
Penyebabnya karena peningkatan tekanan hidrostattik yang
diakibatkan karena gagal jantung kanan (Digiulio ,2014 hal.
107)
g) Sistem muskuloskeletal
Pada penderita CP akan mengalami kondisi seperti cepat
lelah( Suprapto,2013,hal.119)
h) Sistem endokrin
Pasien mengurangi konsumsi sodium pada diet untuk
mengurangi restensi cairan, jika di konsumsi berlebihan akan
merusak ginjal(Digioulio,2014,hal.109)
i) Sistem reproduksi
Pasien penderita CP mengalami hipertrovi dan dilatasi dadri
ventrikel kanan sebagai akibat dari hipertensi(Arteri)
pulmonal. Sedangkan hipertensi termasuk salah satu penyakit
yang mempengaruhi sistem reproduksi pada laki-
laki( impoten). Sehingga jika seorang laki-laki mendertita CP
maka kemungkinan akan terjadi penurunan sistem reproduksi
( Muttaqin, 2012, hal. 227)
j) Sistem penginderaan
Pada pasien penderita CP akan mengalami sianosis ( kebiruan
yang trjadi pada bibir dan selaput mata karena hemoglobin di
daerah kapiler kusut, selain itu mata njuga menonjol
(Suprapto,2013,hal. 118)
k) Sistem imun
Penderita CP mengalami lelah karena hipoksia selain itu
penderita CP akan mengalami penurunan imun tubuh karena
kandungan nutrisi yang di konsumsi berkurang akibat nafsu
makan yang menurun. Serta gangguan ADL yang berhubungan
dengan kelemahan fisik umum dan keletihan.
( Suprapto.2013.hal. 118) (Muttaqin, 2012, hal. 230)
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan EKG
a. Biasanya menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan dan
abnormalitas atrium kanan. Sering pula didapatkan aritmia
ventrikuler dan atau supra ventrikuler. Poor progression of
R pada sandapan precordial merupakan tanda yang sering
kali di salah artikan sebagai infark miokad lama.
b. EKG menunjukkan deviasi aksis ke kanan dan gelombang P
lancip. Gelombang S dalam tampak pada lead V6. Deviasi
aksis kekanan dan voltase rendah dapat tampak pada pasien
dengan emfesima paru. Hiprtrofi ventrikel kanan jarang
kecuali pada “Hipertensi pulmonal primer” EKG sering
menunjukkan infark miokard. Gelombang Q dapat muncul
oada lead II. III, dan aVF karena posisi ventrikel jantung,
tetapi gelombang Q ini jarang dalam atau dangkal, seperti
pada dapa dapat infark miokad. Aritmia supraventikuler
sering muncul tetapi non spesifik.
c. Adanya hipertrofi atrium, ventrikel kanan atau kedua-
duanya.
2) Pemeriksaan foto thoraks
Tanda yang sering di dapatkan adalah :
a) Kelaianan pada parenkim paru, pleura maupun dinding
thoraks tergantung penyakit dasarnya.
b) Pelebaran trunkus pulmonalis pada daerah hilus di sertai
penurunan gambaran vaskuler paru drastis di daerah
perifer, sehingga menimbulkan gambaran pohon
gundul.
c) Pembesaran ventrikel kanan
d) Pelebaran vena cava superior
e) Jika ada empysema maka diafragma agak rendah, conus
pulmonalis melebar.
3) Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan
ventrikel kanan.Meskipun perubahan volume tidak dapat di
ukur, teknik ini dapat melihatkan pembesaran kavitas
ventrikel kanan dalam hubungannya ventrikel kiri.septum
interventrikel dapat bergeser ke kiri.
4) Biopsi paru
Dapat digunakan untuk menunjukkan vaskulitas pada
beberapa tipe penyakit vaskuler kolagen, artritis
rheumatoid, dan granulomatosis wagener.
5) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada penderita KP pemeriksa fungsi paru menunjukkan
kelainan restriktif atau obstruksi berat ( atau gabungan
keduanya). Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan
adanya hipoksiaatau hiperkapnia/asidosis respiratorik.
Pada beberapa penderita KP AGDnya normal pada saat
istirahat, tetapi pada saat aktivitas AGDnya
menunjukkan adanya hipoksia berat disertai
hiperkapnia, hal ini membuktikan bahwa etiologi sesak
nafasnya adalah kelainan paru. Pada penderita KP
hipoksia yang bermakna( saturasi oksigen arterial 90%)
sering kali menderita polisitemia.
b. Polisitemia ( hemoglobin dan eritrosit meninggi) akibat
PPOM ( penyakit paru obstruksi menahun). Saturasi
oksigen dari 85%, PCO2 dapat meningkat atau normal.
c. Faal paru menurun yaitu :
F.C.V Berkurang (N= 5,80 L).
F.C.V Berkurang (N =4,32 L).
Analisa gas darah
Waktu sirkulasi stadium dekompensata akan
memanjang ( Suprapto,2013,hal. 120-122)
f. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Melalui hiderasi yang adekuat membantu mengencerkan
secret dan mengundetifikasikan pembersih jalan nafas
2) Tinggikan kepala dan tempat tidur dan bantu pasien
memilih posisi yang mudah untuk bernafas
3) Tirai baring: bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
dasar
4) Memberikan penyuluhan agar pasien menghindari segala
jenis polusi udara dan berhenti merokok
5) Latihan pernafasan dan bimbingan ahli fisioterapi
6) Kolaborasi memperbaiki ventilasi dan oksigenasi melalui
pemberian O2
b. Penatalaksanaan medis
Pemberian medikamontosa
1) Bronkodilator
Aminofilin : menghilangkan spasme saluran pernafasan
beta 2 adrenergik selektif ( Turbutalin atau salbutamol)
Dosis : 20-80 mg/PO/IV/IM ( maksimum 600 mg)
(Suprapto,2013,hal.123)
2) Mukolitik dan Ekspektoran
Mukolitik berguna untuk mencairkan dahak dengan
memecahkan ikatan rantai kikianya, sedangkan ekspektoran
untuk mengeluarkan daha dari paru ( Suprapto
2013,hal.123)
3) Antibotika
Pemerian antibiotika di berikan karena biasanya kelaianan
parenkim paru disebabkan oleh mikroorganisme,
diantaranya: Hemophlus influenza dan pneumoccus peka
tehadap gentasimin, steptomisin dan polimiksin
( Suprapto,2013, hal. 123)
4) Oksigenasi
Peningkatan PaCO2 ( tekanan CO2 arterial) asidosis pada
penderita PPOM disebabkan tidak sempurna pengeluaran
CO2 sehingga menimbulkan hiposemia.
Dosis : 20-30% melalui masker venture dan secara
intermiten 1-3 liter permenit ( Suprapto,2013,hal. 123)
5) Diuretik
Diberikan jika terjadi gagal jantung, pemberian digitalis
harus berhati-hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan
kalium rendah mudah terjadi, sehingga mudah terjadi
asidosis respiratorik dan alkalosis metabolik, dan bahaya
intoksikasi lebi besar.
Dosis : 5-20/hari tergantung pada jenis obat
( Suprapto,2013,hal. 124)
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia diagnosis
keperawatan cor pulmonal yang muncul antara lain :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (PPNI, 2016,hal. 18-19)
Definisi : ketidakmampuan dalam membersihkan dahak atau
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten.
1. Penyebab : fisiologi
a) Spasme jalan nafas
b) Hipersekresi jalan nafas
c) Proses infeksi
d) Respon alergi
e) Adanya jalan nafas buatan
2. Situasional
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
3. Gejala dan Tayor Mayor
Objektif
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
e) Meconium di jalan nafas
4. Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Dispnea
b) Sulit bicara
c) Ortopnea
Objektif
a) Gelisah
b) Seanosis
c) Bunyi nafas menurun
d) Frekuensi nafas berubah
e) Pola nafas berubah
5. Kondisi klinis terkait
a) Gullian barre syndrome
b) Sklerosisi multple
c) Infeksi salura nafas
d) Myasthenia gravis
e) Stroke
f) Cedera kepala
g) kuadriplegia
b. Defisit Nutrisi ( PPNI,2016,hal. 56-57)
1. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
2. Penyebab :
a) Ketidakmampuan menelan makan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi
f) Faktor psikologi
3. Gejala dan tanda mayor
Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram abdomen
c) Nafsu makan menurun
Objektif
Objektif
Objektif
a) Pernafasan pursed-lip
b) Pernafasan cuping hidung
c) Ventilasi semenit menurun
d) Kapasitas vital menurun
e) Ekskursi dada berubah
f) Kondisi klinis terkait
g) Depresi sistem saraf pusat cedera kepala
h) Trauma thoraks
i) Stroke
j) Kuandriplegia
k) Introksikasi alcohol
3. Intervensi
a. Pola napas(Wilkonson, 2016, hal. 99-103)
1) Tujuan /kriteria evaluasi
Menunjukan pola pernafasan efektif, yang di buktikan oleh
status pernafasan : ventilasi tidak terganggu kepatenan jalan
napas dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentang
normal.
Menunjukan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu yang
di buktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut (sebutkan
1-5:gangguan ekstrem, berat,sedang ringan, tidak ada
gangguan)
Penggunaa otot eksesorius
Suara napas tambahan
Pendeknapas
2) Kriteria hasil
Menunjukkan pernafasan optimal saat dipasangkan ventilator
mekanis
Mempunyai kecepatan dan irama pernafasan dalam batas
normal
Mempunyai fungsi baru dalam batas normal untuk pasien
Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas
PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.