Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORARGIK

OLEH:
I Gede Bagas Sunaryawan
NIM. 20121110013

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS
STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN STROKE NON HEMORAGIK

A. Definisi
a) Stroke dikenal juga dengan istilah Gangguan Peredaran darah Otak (GPDO)
yang merupakan suatu tanda atau gejala akibat adanya gangguan aliran darah
pada salah satu bagian otak yang menimbulkan gangguan fungsional otak
berupa defisit neurologis atau kelumpuhan saraf (Safrita Yet al, 2013).
b) Stroke non hemoragik adalah gangguan peredaran darah di otak atau dikenal
dengan stroke iskemik yang merupakan kematian jaringan otak karena
pasokan darah yang tidak adekuat. Gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu. (Wikipedia, 2010).
c) Jadi stroke non hemoragi merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu

Gambar 1. Iskemia Jaringan Otak karena penyumbatan pembuluhdarah


oleh thrombus
B. Anatomi Fisiologi
Otak manusia kira-kira mencapai 2% dari berat badan dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan
sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak bertanggung jawab terhadap
bermacam-macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk
melakukan gerakan-gerakan yang disadari, dan kemampuan untuk melaksanakan
berbagai macam proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional,
intelegensi, berkomuniasi, sifat atau kepribadian, dan pertimbangan. Otak terletak
dalam rongga cranium , terdiri atas semua bagian system saraf pusat (SSP) diatas
korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari cerebrum cerebellum, brainstem, dan
limbic system (Derrickson &Tortora, 2013). Otak merupakan organ yang sangat
mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron telah di otak mati tidak mengalami
regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu
bagian-bagian otak mengambil alih fungsi dari bagianbagian yang rusak

Gambar 2.1 Anatomi Otak


1. Otak Besar (Serebrum)
Merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak besar
mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat pendengaran, dan Lobus
frontalis yang berfungsi sebagai pusat kepribadian dan pusat komunikasi.
2. Otak Kecil (Serebelum)
Mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot dan tonus otot,
keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak
kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan cepat.
3. Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah berfungsi penting
pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.
4. Otak Depan (Diensefalon)
Terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima semua rangsang
dari reseptor kecuali bau, dan hipotalamus yang berfungsi dalam pengaturan suhu,
pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif.
5. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan.
Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

C. Klasifikasi
Kurang lebih 80% dari semua penyakit stroke adalah stroke iskemik akut yang
dihasilkan oleh oklusi trombotik atau embolik dari arteri serebral. Sekitar 20%
disebabkan oleh pendarahan intraserebral atau subarachnoid (Alawneh, 2010).
Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori, diantaranya:
berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam dua tipe,
yaitu: ischemic stroke atau infark atau non-hemorrhagic stroke dimana stroke
yang disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak
yang sebelumnya mengalami proses aterosklerosis.
Stroke iskemik terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. stroke infark embolik adalah Stroke iskemik yang disebabkan karena
embolik yang pada umumnya berasal dari jantung
2. stroke infark trombotik adalah Stroke iskemik yang disebabkan karena
trombosis pada arteri karotik interna secara langsung masuk ke arteri
serebri madia
3. stroke hipoperfusi  disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah
servikokranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai faktor seperti
aterotrombosis, emboli, atau ketidakstabilan hemodinamik yang
menimbulkan gejala serebral fokal, terjadi mendadak, dan tidak
menghilang dalam waktu 24 jam atau lebih

Tipe kedua adalah hemorrhagic stroke yang disebabkan karena adanya


kerusakan dari pembuluh darah di otak. Pendarahan dapat disebabkan oleh
lamanya tekanan darah tinggi dan aneurisma otak. Ada dua jenis stroke
hemorage, yaitu:
1. stroke subarachnoid
2. stroke intraserebral (Arifianto, 2014).

D. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Gejala yang paling umum dari stroke adalah munculnya secara mendadak mati
rasa pada wajah maupun setengah anggota badan atau merasa kelemahan pada
lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Gejala lain yang dapat terjadi
ialah kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, kesulitan
melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan, pusing, kehilangan
keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya,
pingsan atau tidak sadarkan diri. Efek dari stroke tergantung pada bagian dari otak
yang terluka dan seberapa parah itu dipengaruhi. Stroke yang sangat parah dapat
menyebabkan kematian mendadak (WHO, 2014).
Gejala stroke tergantung dari bagian otak yang rusak. Dalam beberapa kasus,
seseorang bahkan mungkin tidak menyadari bahwa ia telah mengalami stroke.
Gejala biasanya terjadi tiba-tiba dan tanpa tanda yang terlihat, atau dapat membuat
seseorang meninggal langsung pada hari pertama atau dua. Gejala paling parah
biasanya ketika stroke pertama terjadi, tetapi dapat juga memburuk dalam waktu
lambat. Sakit kepala dapat terjadi terutama jika stroke disebabkan oleh
pendarahan di otak. Sakit kepala seperti tiba-tiba dan terasa berat, dapat terjadi
ketika sedang berbaring , bangun dari tidur dan saat mengubah posisi atau ketika
membungkuk, ketegangan, serta batuk (Ingale V.B, 2013).

E. Etiologi

a. Penyebab Stroke
1) Tombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak) 🡪 oklusi vaskuler
hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari trombosit, fibrin,
sel eritrosit, dan leukosit. Thrombus yang lepas dan menyangkal pembuluh
darah lebih distal disebut embolus
a) Aterosklerosis
b) Vaskulitis : arteritis temporalis, poliarteritis nodosa
c) Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik)
d) Gangguan darah : polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit)
2) Embolisme (bekuan darah atau material lain) 🡪 kelainan dari arteri ukuran
besar atau sedang yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di
intracranial oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan
darah, kolesterol, lemak, fibrin, trombosit, udara, tumor, metastase,
bakteri, benda asing
a) Sumber di jantung : fibrilasi atrium, infark miokardium, penyakit
jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati
iskemik.
b) Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri : bifurkasio karotis
komunis, arteri vertebralis distal.
c) Hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.
3) Vasospasme serebrum setelah PSA
4) Iskemik (penurunan aliran darah ke otak)

b. Faktor Risiko Timbulnya Stroke


1) Beberapa faktor resko untuk stroke yang tidak dapat diubah :
a) Umur : Semakin tua seseorang, semakin besar resiko terserang stroke.
b) Jenis kelamin : Pria memiliki kemungkinan lebih besar mengalami
stroke daripada wanita
c) Mempunyai sejarah kesehatan keluarga penderita stroke
d) Pernah mengalami stroke sebelumnya
e) Mempunyai displasia fibromuskular, yaitu gangguan medus dimana
beberapa arteri yang membawa darah ke seluruh tubuh tidak
berkembang sebagaimana mestinya. Jaringan fibrosa tumbuh di
dinding arteri, menyebabkan merteka sempit. Akibatnya, aliran darah
melalui arteri berkurang yang dapat menyebabkan stroke.
f) Mempunyai lubang di jantung. Semua orang dilahirkan dengan
penutup di jantung dan seharusnya bisa membuka dan menutup dengan
sendirinya segera setelah lahir. Pada beberapa orang, penutup ini terus
terbuka diantara kedua bilik jantung (atrium kiri dan kanan).
Pembukaan ini daoat memungkinkan bekuan darah daru satu bagian
tubuh melakukan perjalanan sampai ke otak dan menyebankan stroke.

2) Faktor resiko yang dapat diubah dengan perawatan medis :


a) Menderita diabetes mellitus
b) Menderita migrain
c) Menderita tekanan darah tinggi
d) Menderita koelsterol tinggi
e) Menderita masalah sirkulasi darah
3) Faktor resiko untuk stroke yang bisa dikendalikan oleh perubahan gaya
hidup :
a) Merokok: Nikotin meningkatkan tekanan darah dan karbon monoksida
sehingga mengurangi jumlah oksigen ke otak dan asap rokok membuat
darah menjadi lebih kental dan lebh mungkin untuk membeku.
b) Mengonsumsi alkohol: Bisa meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan pendarahan di otak
c) Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan resiko anda mengalami
stroke
d) Kurang olahraga: Dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan
kadar dalam rentang normal.
e) Pola makan yang buruk: Diet lemak dapat menyebabkan kondisi
terjadinya stroke.

F. Patofisiologi
Darah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dengan berbagai macam
sel di dalamnya. Dalam keadaan fisiologik, jumlah darah yang mengalir ke otak
adalah 50-60 ml/100gram otak/menit atau 700 -840 ml/menit. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran darah otak adalah :

a. Faktor sistemik
1) TD sistemik normalnya naik turun karena adanya termoregulasi
2) Diameter pembuluh darah 🡪resistensi vascular terbesar terjadi di
pembuluh darah kecil🡪 lumen menyempit akan mengganggu aliran
darah otak
3) Kualitas darah :
4) Viskositas darah 🡪 Hct naik, viskositas darah naik🡪 resistensi
serebrovaskuler naik 🡪 aliran darah otak turun
5) Eritrosit 🡪 peningkatan agregasi RBC dan penurunan deformitas
eritrosit
6) Platelet

b. Faktor intrinsik
Autoregulasi 🡪 kemampuan pembuluh darah arteriol otak untuk
mempertahankan aliran darah otak meskipunterjadi perubahan pada tek
perfusi otak. Autoregulasi baik bila systole 60-200, diastole 60-120

c. Faktor biokmiawi
1) CO2 naik🡪vasodilatasi🡪resistensi serebral turun🡪 aliran darah otak naik
2) O2 turun <50 mmhg 🡪 vasodilatsi 🡪 aliran darah otak naik
3) H+ turun(asidosis)🡪 daerah iskemik akan berubah jadi infark
4) Ion K 🡪 mencapai ruang ekstravaskuler saat aktivasi kortikal dan
mencapai otot-otot PD melalui difusi 🡪 bertanggung jawab trhp
peningkatan perfusi regional.
G. Patway
Faktor risiko

Fragmen/ debris Arteriosklerosis Plak, ateromatosa sinus


carotis, arteri carotis
interna

Thrombus

Emboli

Oklusi pembuluh darah


otak
Oklusi Pembuluh Darah
Otak
iskemia
Kelumpuhan di satu sampai Hambatan mobilitas
Pasokan darah keempat ekstremitas fisik
berkurang

Pembentukan a.vertebralis
energy/ATP berkurang (memperdarahi daerah penurunan reflek batuk Penumpukan sekret

Kelemahan, pons dan medulla batang


keletihan otak)
Ketidakefektifan
Imobilitas Penurunan kesadaran bersihan jalan nafas

a.cerebri posterior Lidah jatuh ke belakang


Afasia
Penekanan pada bagain Penurunan kemampuan
kulit dalam waktu yang dalam pergerakan
lama Hambatan
Pemenuhan kebutuhan Kelumpuhan saraf komunikasi verbal
dibantu
Aliran darah dan
oksigen
Haygiene mandi dibantu
a.cerebri media Hemiparesis atau Kerusakan integritas
monoparesis kulit
Gesekan dan penekanan
Defisit Perawatan kontralateral
terus-menerus
diri :mandi Kelumpuhan
kontralateral yg lebih
besar pd tungkai

Deficit sensorik
kontralateral
Luka

a.cerebri anterior
Kerusakan integritas Pembentukan
kulit energy/ATP berkurang Perubahan sensori
persepsi

Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Respon tubuh Pompa NA, K gagal Ketidakmampuan
menginterpretasikan
rangsangan

Ca intrasel ditingkatkan Edema interstitium sel Perfusi serebral menurun


neuron membengkak Disorientasi waktu,
tempat, orang, visual

Oksitoksisitas terjadi
Infark serebral Gangguan Sensori
Persepsi

Release neurotransmitter
eksitatorik, ex glutama
dalam jumlah berlebih Kerusakan dan kematian
neuron progressif

Rangsang aktivitas
kimiawi dan listrik sel
otak lain dengan melekat Aktivasi enzim Nitrix Release nitrix oxide
ke reseptor molekul lain oxide
G. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
● Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
● Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar
dimengerti, kadang tidak bisa bicara.
● Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi
bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
● Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan
jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping
itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed
rest 2-3 minggu.
● Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis.
● Rambut : umumnya tidak ada kelainan.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
● Kepala : bentuk normocephalik.
● Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu
sisi
● Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998).
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

h. Pemeriksaan neurologi
● Pemeriksaan nervus cranialis.
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
● Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi
tubuh.
● Pemeriksaan sensorik
Terjadi hemihipestesi.
● Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli
dengan refleks patologis (Juwono, 1996).

H. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan pungsi lumbal: menunjukkan


adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli cerebral, dan
TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunukkan adanya hemoragic subarachnoid atau perdarahan
intrakranial. Kadar protein total meninggkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
b. Pemeriksaan radiology:
1) Angiografi cerebral : membantu menentukan penyebab srtoke secara
spesifik, seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi
atau ruptur
2) CT Scan : Menunjukkan adanya edema hematoma, iskemia dan
adanya infark.
3) MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragic, mal
formasi arteriovena (MAV).
4) Ultrasonografi Dopler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis, arteriosklerotik)EEG : m.
5) Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6) Sinar-X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombisis serebral, klasifikasi partial
dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

I. Penatalaksanaan
a. Terapy Farmakologi
Anti koagulasi dapat diberikan pada stroke non hemoragic, meskipun
heparinisasi pada pasien dengan stroke iskemik akut mempunyai potensi
untuk menyebabkan komplikasi hemoragic. Heparinoid dengan berat
molekul rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada penggunaan heparin
dan dapat menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya.
HBMR ini masi dalam tahap percobaan, tetapi uji klinik sangat baik dan
cukup memberi harapan. Heparinoids harus diberikan dalam 24 jam sejak
awitan gejala-gejala dan diberikan secara intravena, seperti halnya
pemberian heparin. Obat ini memberikan efek anti trombotik, namun
menyebabkan perubahan yang tidak signifikan dalam masa protrombin
pasien serta masa tromboplastin parsial.

b. Intervensi Pembedahan
Episode iskemik transien sering dipandang sebagai peringatan bahaya
stroke karena oklusi pembuluh darah. Sebagian pasien dengan panyakit
aterosklerosis pembuluh ekatrakranial atau intrakranial dapat menjadi
calon yang akan mengalami pembedahan. Endarterektomi dapat
memberikan keuntungan pada pasien dengan penyempitan pembuluh.

Pembedahan bypass kranial mencakup pembentukan anastomosis arteri


ekstrakranial yang memperdarahi kulit kepala ke arteri intrakranial distal
ke tempat yang tersumbat. Prosedur ini sering dilakukan bila keterlibatan
intrakranial adalah anastomosis arteri temporalis superior ke arteri serebral
mediana (STA-MCA). Sehungga terbentuk kolateral ke area otak yang
diperdarahi oleh arteri serebra mediana. Banyak tindakan anastomosis
STA-MCA dilakukan dengan harapan dapat mencegah stroke dimasa
mendatang pada orang-orang dengan iskemia serebral fokal umilateral
yang menunjukkan TIA.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGI

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari
proses keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga
didapatkan informasi yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji dalam  kasus ini
antara lain;
a. Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga Negara,
bahasa yang digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat, hubungan
dengan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang sangat dirasakan pasien saat pengkajian :
● Apa hal yang membuat pasien datang ke rumah sakit
● Hal yang mengganggu keadaan umum pasien
c. Riwayat Penyakit (Keluhan) Sekarang
● Adanya perilaku protektif/perasaan tidak tenang
● Peningkatan tekanan darah, nadi , pernapasan
● Wajah menyeringai
● Prilaku distraksi seperti menangis dan merintih
● Faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
● Perjalanan nyeri, pengobatan, dan efek samping; perjelas jika tidak
realistis
● Tingkat ansietasi: ringan, sedang, berat, panik.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
● Apakah pasien pernah masuk rumah sakit sebelumnya
● Kapan, dimana dan berapa lama penyakit yang pernah dialami oleh klien
● Obat – obatan apa yang biasa dikonsumsi dan berapa lama obat – obatan
tersebut dikonsumsi
● Apakah ada alergi obat atau tidak
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Genogram: Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
( Minimal 3 generasi)
f. Pengkajian
1) Persepsi terhadap kesehatan
Sebelum sakit :
- Bagaimana persepsi klien tentang kesehatannya
- Apakah klien rajin berkonsuktasi tentang kesehatanya
- Apakah pasien merawat diri dengan baik sebelumnya
Saat sakit :
- Apakah pasien mau kooperatif dalam setiap tindakan
- Bagaimana klien dapan memandang dirinya saat sakit
2) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit :
- Apakah pasien dapt melakukan ADL secara mandiri
- Apakah klien sering melakukan olahraga/latiahan fisik
Saat sakit :
- Apakah pasien dapat melakukan ADL mandiri
- Apakah pasien dibantu dalam melakukan ADL
3) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :
- Berapa lama pasien tidur dalam satu hari
- Apakah pola tidur masih dalam rentang normal ( 7-8 jam)
- Apakah pasien tidur dengan baik
- Apakah pasein memiliki riwayat insomnia
Saat sakit
- Bagaiman apola tidur klien
- Apakah pasien dapat tidur dengan baik
- Apakah pasien tidur dengan waktu yang cukup
4) Pola nutrisi-metabolik
Sebelum sakit :
- Bagaimana pola konsumsi pasien
- Apakah pasien mengkonsumsi makanan yang tinggi serat
- Apakah klien dapat menghabiskan makanan dalam satu porsi
- Apakah pasien BAB lancar
Saat sakit :
- Apakah ada mual muantah yang menyertai klien
- Apakah pasien makan sesuai dengan diet yang disarankan
- Apakah pasien dapat menghabiskan makanan yang disediakan
5) Pola eliminasi
Sebelum sakit :
- Apakah pasien dapat BAB/ BAK dengan baik setiap hari
- Apakah konsistensi BAB (lembek,berwana kecoklatan,tidak berlendir)
- Apakah pasien BAK dangan baik (urin kuning jernih, bau urea, tidak
bercampur darah)
Saat sakit :
- Bagaimana frekuensi BAB/BAK klien
- Apakah konsistensi feses padat/cair
- Berapa kali pasien BAB dalam sehari
- Apakah BAB disertai darah
- Apakah BAK disertai darah
6) Pola kognitif-perseptual
Sebelum sakit :
- Apakah klien dapat menggunakan indranya dengan baik
Saat sakit :
- Apakah klien dapat menggunakan indranya dengan baik
- Bagaimana respon klien terhadap nyeri
7) Pola konsep diri
Sebelum sakit :
- Apakah Pasien dapat dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuannya
- Apakah Pasien dapat mencapai apa yang dia inginkan
- Apakah Pasien dapat melahsanakan peran berhubungan dengan baik
Saat sakit :
- Apakah Pasien dapat dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuannya
setelah sakit
- Apakah Pasien dapat mencapai apa yang dia inginkan setelah sakit
- Apakah Pasien dapat melahsanakan peran berhubungan dengan baik
setelah sakit
8) Pola koping
Sebelum sakit :
- Apakah klien dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
Saat sakit :
- Apakah klien dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
9) Pola seksual-reproduksi
- Apakah pasien sudah berkeluarga
- Apakah pasien sudah memiliki anak
- Bagaimana hubungan pasien dengan pasanganya
10) Pola peran-berhubungan
Sebelum sakit :
- Apakah pasien meniliki hubungan baik dengan kelurga
- Apakah pasien dapat menjalankan peran nya dalam keluarga
Saat sakit :
- Apakah pasien meniliki hubungan baik dengan kelurga
- Apakah pasien dapat menjalankan peran nya dalam keluarga
11) Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit :
- Apakah klien beribadah dengan baik
- Apakah kepercayaaan yang dianut pasien
Saat sakit :
- Apakah pasien dapat melahsanakan ibadah di tempat tidur
- Apakah pasien mampu melaksanakan ibadahnya

g. PEMERIKSAAN FISIK
1) Kepala : bagaimana bentuk kepala, berambut/alopesia,apakah
ada benjolan di kepala
2) Kulit dan Kuku: bagaimana elastisitas kulit, apakah terdapat luka pada
kulit, apakah terdapat benjolan pada kulit,pada kuku apakah terjadi
kebiruan (hyopoksia), apakah CVR < 2 detik (normal)
3) Mata
- Apakah bentuk mata simetris
- Bagaimana warna sclera, ada normal berwana putih
- Bagaimana konjungtiva apakah pucat (tanda anemis)
4) Hidung
- Bagaimana kepatenan hidung pasien
- Apakah bentuk hidung simetris
- Apakah ada massa di hidung
5) Telinga
- Apakah pasien dapat mendenger dengan baik
- Apakah ada massa dalam telinga
- Apakah ada serumen
6) Mulut
- Apakah ada luka di mulut
- Apakah mulut pasien bau ( tanda infeksi kuman )
- Apakah ada pembengkakan di mulut
- Bagaimana mukosa mulut apakah kering atau tidak
7) Leher
- Apakah ada benjolan di sekitar leher
8) Paru-Paru
I : bentuk dada (simetris/ tidak), ekspansi, sifat
pernapasan,frekuensi 16-20x/menit
Pa : apakah ada nyeri tekan, ekspoansi dada
Pe : sonor (normal)
A : vesikuler
9) Jantung
I : bentuk dada (simetris , normal )
Pa : Denyut apeks ( letak dan kekuatan ), meningkat bila curah jantung
besar, hipertrofi  jantung
Pe : Dalnes/pekak (noemal )
A :  BJ I (S1)  : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
 BJ II (S2) : penutupan katub Aorta dan Pulmonal  = DUB
10) Abdomen
I : keadaan kulit, bentuk ,gerakan abdomen,pembesaran organ atau
tumor
A :mendengarkan peristaltic usus, mendengarkan pembuluh darah
Pe : thympani
Pa : apakah ada benjolan

11) Ekstremitas
a. Superior
b. Inferior
c. Kekuatan otot
Derajat kekuatan otot
- Derajat 5 : Kekuatan normal dimana seluruh gerakan dapat
dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang
dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan.
- Derajat 4 : Dapat melakukan Range of motion (ROM) secara
penuh dan dapat melawan tahanan ringan.
- Derajat 3 : Dapat melakukan ROM secara penuh dengan
melawan gaya berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan
tahanan.
- Derajat 2 : Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat
melakukan ROM secara penuh.
- Derajat 1 : Kontraksi otot minimal terasa/ teraba pada otot
bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan.
- Derajat 0 : Tidak ada kontraksi otot sama sekali

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan akibat penurunan reflex batuk atau adanya obtruksi oleh lidah akibat
penurunan kesadaran ditandai dengan bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun.
b. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan emboli,
masa protrombin abnormal, aterosklerosis ditandai dengan peningkatan dan
dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular,
penurunan kekuatan otot ditandai dengan adanya hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
d. Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan penurunanan motivasi,
gangguan muskulo skeletal, gangguan neuro muscular ditandai dengan
ketidakmampuan mengakses kamar mandi, ketidakmampuan mengeringkan
tubuh, ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi, ketidakmampuan
menjangkau sumber air, ketidakmampuan membasuh tubuh.
e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan system saraf
pusat, penurunan sirkulasi ke otak ditandai dengan suara pello, tidak mampu
mengucapkan kata dengan baik.
f. Gangguan sensori persepsi (penglihatan, pendengaran, gustatori, taktil,
olfaktori) berhubungan dengan perubahan integritas sensori, perubahan
penerimaan, pengiriman sensori persepsi ditandai dengan Penglihatan
berkurang, kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral (sisi yang sama), gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
g. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
h. Risiko cidera berhubungan dengan kelemahan.

3. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Airway


bersihan jalan keperawatan selama …x… Management:
nafas berhubungan jam, diharapkan jalan nafas
dengan sekresi pasien bersih dengan kriteria 1. Kaji dan pantau pernapasan,
reflek batuk dan sekresi.
yang tertahan hasil : 2. Posisikan tubuh dan kepala
akibat penurunan untuk menghindari
reflex batuk NOC Label: Airway Patency:
obstruksi jalan napas dan
ditandai dengan 1. Pasien memperlihatkan memberikan pengeluaran
bunyi napas kepatenan jalan napas sekresi yang optimal.
tambahan seperti 2. Ekspansi dada simetris. 3. Lakukan suction
3. Bunyi napas bersih saat 4. Auskultasi dada setiap 4
ronkhi pada klien
auskultasi jam
dengan 5. Berikan oksigenasi sesuai
4. Tidak terdapat tanda
peningkatan advis
distress pernapasan.
produksi sekret 6. Pantau AGD dan Hb sesuai
dan kemampuan indikasi
batuk yang 7. Kolaborasi pemberian
menurun Bronkodilator

Risiko Setelah diberikan asuhan NIC Label: Perfusi


ketidakefektifan keperawatan selama ….x… Management:
perfusi jaringan jam diharapkan pasien
otak berhubungan menunjukan peningkatan 1. Tentukan factor factor
yang berhubungan dengan
dengan emboli, perfusi dengan kriteria hasil :
situasi individu/ penyebab
masa protrombin koma / penurunan perfusi
abnormal, NOC Label: Status Perfusi
serebral dan potensial
aterosklerosis. 1. Terpelihara dan PTIK
meningkatnya tingkat 2. Monitor dan catat status
kesadaran, kognisi dan neurologist secara teratur.
fungsi sensori / motor. 3. Monitor tanda tanda vital
2. Menampakan stabilisasi 4. Bantu meningkatakan
tanda vital dan tidak ada fungsi, termasuk bicara
PTIK. jika pasien mengalami
3. Peran pasien gangguan fungsi
menampakan tidak 5. Kepala dielevasikan
adanya kemunduran perlahan lahan pada posisi
/kekambuhan. netral.
6. Pertahankan tirah baring,
sediakan lingkungan yang
tenang , atur kunjungan
sesuai indikasi
7. Berikan suplemen oksigen
sesuai indikasi
8. Berikan medikasi sesuai
indikasi :
● Antihipertensi
● Vasodilator perifer,
missal cyclandelate,
isoxsuprine.

Hambatan Setelah dilakukan asuhan NIC : Exercise Theraphy Joint


mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 5 Mobility
berhubungan jam diharapkan rentang 1. Monitor tanda-tanda
dengan gangguan vital
mobilitas pasien baik dengan
neuromuscular, 2. Monitor lokasi dari
penurunan kriteria hasil
ketidaknyamanan atau
kekuatan otot NOC : Joint Movement
nyerisaat pergerakan
ditandai dengan Passive. 3. Tentukan pembatasann
adanya hemiplegia 1. Pasien nyaman pergerakan dan efek
(paralisis pada 2. Pasien mencoba dari pergerakan
salah satu sisi) berpartisipasi 4. Tentukan tingkat
karena lesi pada 3. Tanda –Tanda vital motivasi untuk
sisi otak yang dalam batas normal memelihara pergerakan
berlawanan (TD: 120/80mmhg, N: tulang sendi
60-100x/mnt, RR:12- 5. Lindungi pasien dari
20x/mnt, S: 36,5oC)
4. Pergertakan pada ankle trauma
5. Pergerakan pada lutut 6. Dorong pasien
6. Pergerakan pada siku meakukan pergerakan
7. Pergerakan pada ROM
punggung 7. Bantu untuk passive
8. Pengetahuan tentang ROM
kesehatan : manfaat 8. Anjurkan pasien untuk
perubahan posisi duduk dan merubah
9. Peningkatan motivasi posisi di bed
untuk sembuh 9. Jelaskan pada keluarga
tentang tujuan
pergerakan
10. Kolaborasi dengan
terapis dalam
pengelolaan program
pergerakan
Defisit perawatan Setelah diberikan asuhan NIC : Care Assistance Bathing
diri mandi keperawatan selama ... x ... 1. Pantau integritas kulit
berhubungan menit/jam diharapkan pasien
dengan perawatan diri pasien 2. Pertimbangkan
budaya pasien ketika
penurunanan adekuat. Dengan kriteria
mempromosikan
motivasi, hasil: aktivitas perawatan
gangguan muskulo NOC: diri : mandi
skeletal, gangguan 1. Activity Intolerance 3. Sediakan artikel
neuro muscular 2. Mobility: physical pribadi yang
ditandai dengan impaired diinginkan (sikat gigi,
3. Self care deficit sabun mandi,
ketidakmampuan
hygiene deodorant)
mengakses kamar
4. Sediakan lingkungan
mandi, yang terapeutik
ketidakmampuan Kriteria Hasil: (hangat, santai dan
mengeringkan 1. Mandi sendiri atau dengan personal)
tubuh, bantuan tanpa kecemasan 5. Bantu pasin mandi
2. Terbebas dari bau badan 6. Berikan bantuan
ketidakmampuan
dan memepertahankan kulit sampai pasien
mengambil utuh. sepenuhnya dapat
perlengkapan 3. Memepertahankan melakukan perawatan
mandi, kebersihan area perineal diri mandiri
ketidakmampuan dan anus.
menjangkau 4. Berpakaian dan
sumber air, melekaskan pasien sendiri.
5. Makan dan minum sendiri,
ketidakmampuan
meminta bantuan bila
membasuh tubuh. perlu.

Hambatan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Komunikasi


komunikasi verbal keperawatan selama …x… Management:
berhubungan jam, komunikasi pasien tidak 1. Kaji tipe dan derajat
dengan perubahan ada hambatan dengan criteria disfungsi.
sistem saraf pusat, hasil : 2. Bedakan antara afasia
dengan disatria
penurunan
NOC Label: Kemampuan 3. Mintalah pasien untuk
sirkulasi ke otak mengikuti perintah
ditandai dengan Komunikasi
sederhana, ulangi dengan
suara pello, tidak ● Pasien mampu kata/kalimat yang
mampu mengidentifikasikan sederhana
mengucapkan kata pemahaman tentang 4. Tunjukkan objek dan
dengan baik. masalah komunikasi minta pasien untuk
menyebutkan nama
benda tersebut.
5. Berikan metode
komunikasi alternative
6. Bicaralah dengan nada
normal dan hindari
percakapan yang cepat
7. Anjurkan
pengunjung/orang
terdekatmempertahankan
usahanya untuk
berkomunikasi dengan
pasien.
8. Hargai kemampuan
pasien sebelum terjadi
penyakit, hindari
“pembicaraan yang
merendahkan” pada
pasien atau membuat hal-
hal yang menentang
kebanggaan pasien.
9. Konsultasikan dengan
rujuk ke ahli wicara.
Gangguan sensori Setelah diberikan asuhan NIC Label: Sensori Persepsi
persepsi keperawatan selama …x… Management:
(penglihatan, jam, diharapkan sensori
pendengaran, persepsi pasien normal 1. Lihat kembali proses
patologis kondisi
kinestetik, dengan criteria hasil : individual.
gustatori, taktil, 2. Evaluasi adanya
olfaktori) NOC Label: Sensori Persespi
gangguan pengelihatan.
berhubungan Status 3. Dekati pasien dari daerah
dengan perubahan ● Tingkat kesadaran dan penglihatan yang norma.
integritas sensori, 4. Ciptakan lingkugan yang
fungsi perseptual tidak
sederhana, pindahkan
perubahan memburuk
perabotan yang
penerimaan, membahayakan
pengiriman sensori 5. Kaji kesadaran sensorik,
persepsi ditandai seperti membedakan
dengan panas/dingin,
Penglihatan tajam/tumpul posisi
berkurang, bagian tubuh/otot rasa
persendian.
kehilangan sensor
6. Berikan stimulasi
pada sisi kolateral terhadap rasa sentuhan,
pada ekstremitas seperti berikan pasien
dan pada muka suatu benda untuk
ipsilateral (sisi menyentuh, meraba.
yang sama), 7. Lindungi pasien dari suhu
gangguan rasa yng berlebihan, kaji
adanya lingkungan yang
pengecapan dan
membahayakan.
penciuman. 8. Bicara dengan tenang,
perlahan, dengan
menggunakan, kalimat
yang pendek.
Pertahankan kontak mata.
9. Lakukan validasi terdapat
persepsi.

Risiko kerusakan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Integrity Skin


integritas kulit
keperawatan selama …x… Management:
berhubungan jam, diharapkan Tidak terjadi
dengan imobilisasi kerusakan integritas kulit 1. Inspeksi seluruh area
kulit, catat adanya
fisik ditandai
pada pasien, dengan kriteria kemerahan,
dengan adanyahasil: pembengkakan.
dekubitus akibat 2. Lakukan masase dan
kurangnya NOC Label: Integruty Skin lubrikasi pada kulit
mobilisasi. Status: dengan
lotion/minyak.Lindungi
1. Tidak ada lesi sendi dengan
2. Tidak ada bullae menggunakan bantalan
busa, wool.
3. Lakukan perubahan
posisi sesering mungkin
di tempat tidur/sewaktu
duduk.
4. Bersihkan dan keringkan
kulit khususnya pada
daerah dengan
kelembaban
5. Jaga alat tenun terbebas
dari lipatan dan kotoran.
Risiko cidera Setelah diberikan asuhan NIC label: Environment
berhubungan keperawatan selama …x…
dengan kelemahan jam, diharapkan Tidak terjadi Management
kerusakan integritas kulit
pada pasien, dengan kriteria 1. Sediakan lingkungan yang
hasil: aman untuk pasien.

NOC Label: Risk Kontrol 2. Identifikasi kebutuhan


keamanan pasien, sesuai
1. Klien terbebas dari dengan kondisi fisik dan
cidera fungsi kognitif pasien dan
2. Klien mampu riwayat penyakit terdahulu
menjelaskan cara
pasein.
3. Klien mampu
menjelasakan factor 3. Menghindarkan
risiko dari lingkungan
lingkungan berbahaya.

4. Memasang side rall


tempat tidur

5. Menyediakan tempat tidur


yang nyaman dan bersih.

6. Membatasi pengunjung

7. Mengontrol lingkungan
dan kebisingan

8. Memindahkan barang-
barang yang
membahayakan.

4. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang
telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal,
pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi
a. Bersihan jalan nafas kembali efektif
b. Perfusi jaringan otak kembali efektif
c. Mobilitas fisik pasien meningkat
d. Perawatan diri mandi pasien terpenuhi
e. Komunikasi verbal pasien tidak terhambat
f. Persepsi sensori pasien baik
g. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
h. Tidak terjadi cidera
DAFTAR PUSTAKA

Alawneh, J.A., Clatworthy P.L., Morris, R.S., Warburton E., 2010. Stroke
management. Clinical Evidence. Vol. 6 No. 201

Arifianto, S.A., Moechammad, S. & Onny, S., 2014. Klasifikasi Stroke Berdasarkan
Kelainan Patologis dengan Learning Vector Quantization. Jurnal EECCIS.
8(2):117-22

Derrickson, B. H., & Tortora, G. J. (2013). Principle of anatoomy and physiology, 14


edition. Hoboken: Wiley, p 650-655.

Dinata, C.A., Safrita, S., 2013. Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada pasien
rawat inap di bagian penyakit dalam rsud kabupaten solok selatan periode 1
Januari 2010-31 Juni 2012, Jurnal Kesehatan Andalas.

Gun, B.M., P.N. Jagtap, V.B. Ingale, R.Y. Patil. 2013. Stroke: A Brain Attack.
Journal of Pharmacy 3(8): 1-23

Gund B M, gtap P N, Ingale V B, Patil R Y. (2013). Stroke: a brain attack. Journal of


Pharmacy, 3(8), pp.1-23

Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and


classification 2018-2020. Jakarta: EGC
Moorhead Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian
edition. Indonesia: Mocomedia.
Organisation WH. WHO: Stroke, Cerebrovascular accident. Stroke.
doi:http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/index.html.

Wikipedia. 2010. Stroke Nonhemoragik ,(online). (www.wikipedia.com,Diakses pada


tanggal 5Mei 2012).
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. B
DENGAN STROKE NON HEMORAGIK
TANGGAL 26 OKTOBER 2021

OLEH:
I PUTU AGUS PUTRA UTAMA
NIM. 20093110034

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS
STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
2021
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. B
DENGAN STROKE NON HEMORAGIK
TANGGAL 26 OKTOBER 2021

1. IDENTITAS
Identitas klien
Nama : Ny. B
Umur : 79 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Br. Galiukir kelod, Desa kebon padangan,
pupuan tabanan
Status Pernikahan : Menikah

2. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan tubuh sebelah kanan masih terasa lemah, suara masih
agak pelo, sebelumnya pasien pernah dirawat karena stroke.
b. Data Obyektif
Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 36,5 OC
Nadi : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
ROM terbatas, pasien masih tampak kesulitan menggerakan anggota tubunya
sebelah kanan, mobilisasi pasien dibantu dengan tongkat dan juga keluarga.
Suara pasien masih terdengar pelo

● Kekuatan otot : 4444 5555


444 5555
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah
No. Tanggal Data Fokus Etiologi
Keperawatan

1 Selasa, DS : Pasien mengatakan Oklusi pembuluh darah Hambatan


tubuh bagian kanan masih mobilitas fisik
26/10/
terasa lemah
2021
Kelumpuhan ekstremitas
DO : Pasien tampak sulit
mengangkat bagian tubuh
kanan, kekuatan otot sebelah
kanan 4
3 Selasa DS: Pasien mengatakan suara Iskemia Hambatan
pelo, dan sulit untuk komunikasi verbal
26 /10/
mengungkapkan apa yang
2021
diinginkan Afasia

DO: Pasien berbicara pelo,

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 .Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular,


penurunan kekuatan otot ditandai dengan adanya hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.

2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan system saraf


pusat, penurunan sirkulasi ke otak ditandai dengan suara pello, tidak mampu
mengucapkan kata dengan baik.
4. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari/ No. Rencana Keperawatan

Tang Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


gal Hasil

Sela 1 Setelah dilakukan NIC : Exercise Theraphy Joint


sa asuhan keperawatan Mobility
26/1 selama 1x45 menit Membantu latihan
0/20 diharapkan rentang 1. Monitor tanda-tanda ROM dapat
21 mobilitas pasien baik vital meningkatkan
dengan kriteria hasil 2. Monitor lokasi dari pergerakan tubuh
ketidaknyamanan atau
NOC : Joint nyerisaat pergerakan
Movement Passive. 3. Tentukan pembatasann
pergerakan dan efek
1. Pasien nyaman dari pergerakan
2. Pasien 4. Tentukan tingkat
mencoba motivasi untuk
berpartisipasi memelihara pergerakan
3. Tanda –Tanda tulang sendi
vital dalam 5. Lindungi pasien dari
batas normal trauma
(TD: 6. Dorong pasien
120/80mmhg,
meakukan pergerakan
N: 60-
ROM
100x/mnt,
7. Bantu untuk passive
RR:12-
ROM
20x/mnt, S:
8. Anjurkan pasien untuk
36,5oC)
duduk dan merubah
4. Pergertakan
posisi di bed
pada ankle
9. Jelaskan pada keluarga
5. Pergerakan
tentang tujuan
pada lutut
pergerakan
6. Pergerakan
pada siku Kolaborasi dengan terapis
7. Pergerakan dalam pengelolaan program
pada punggung pergerakan
8. Pengetahuan
tentang
kesehatan :
manfaat
perubahan
posisi
9. Peningkatan
motivasi untuk
sembuh

Sela 2 Setelah diberikan NIC Label: Komunikasi Melatih untuk


sa asuhan keperawatan Management: mengikuti perintah
26/1 selama 1x45 menit, sederhana dapat
0/ komunikasi pasien 1. Kaji tipe dan derajat melatih pasien untuk
2021 membaik dengan disfungsi. mengungkapkan
criteria hasil : 2. Bedakan antara afasia kalimat-kalimat
dengan disatria sederhana
NOC Label: 3. Mintalah pasien untuk
Kemampuan mengikuti perintah
Komunikasi sederhana, ulangi
Pasien mampu dengan kata/kalimat
mengidentifikasikan yang sederhana
pemahaman tentang 4. Tunjukkan objek dan
masalah komunikas minta pasien untuk
menyebutkan nama
benda tersebut.
5. Berikan metode
komunikasi alternative
6. Bicaralah dengan nada
normal dan hindari
percakapan yang cepat
7. Anjurkan
pengunjung/orang
terdekatmempertahank
an usahanya untuk
berkomunikasi dengan
pasien.
8. Hargai kemampuan
pasien sebelum terjadi
penyakit, hindari
“pembicaraan yang
merendahkan” pada
pasien atau membuat
hal-hal yang
menentang
kebanggaan pasien.
5. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

TGL Dx

Sela 1 09:00 a. memonitor DS: pasien mengatakan


sa/2 tanda-tanda masih lemah pada tubuh
6/ vital baggian kanan
10/2 b. membantu
DO :klien tampak
021 pasien untuk
kesulitan menggerakkan
melakukan
anggota tubuh bagian
ROM pasif
kanan
c. mendorong
pasien agar mau A : masalah belum

melakukan teratasi

pergerakan
P : lanjutkan intervensi,
ROM
membantu pasien latihan
d. melindungi
ROM
pasien dari
trauma
e. berkolaborasi
dengan tim
terapis dalam
pengelolaan
program
pergerakan

Sela 2 10:00 Meminta pasien untuk DS: Pasien berbicara


sa , mengikuti perintah sederhana, dengan suara pelo
26/1 ulangi dengan kata atau
DO: Suara pasien pelo
0/ kalimat sederhana
2021 A: masalah belum
Menunjukkan objek dan
meminta pasien untuk teratasi
menyebutkan nama benda
P: lanjutkan intervensi
tersebut

Berbicralah dengan nada


normal dan hindari berbicara
dengan cepat

Menganjurkan orang terdekat


atau pengunjung untuk
mempertahankan usahanya
untuk berkomunikasi dengan
pasien

6. EVALUASI

No Hari/ No. Jam Evaluasi Paraf


Dx
Tanggal

1 Selasa 1 11:00 DS: Pasien mengatakan masih lemah separuh


26/10/ tubuh kanan
2021
DO: pasien nampak kesulitan menggerakkan
anggota tubuh bagian kanan,

A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
2 Selasa/ 2 DS: Pasien berbicara pelo
26/10/
DO: Pasien nampak berbicara pelo
2021
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

7.FOTO

GAMBAR. Pengukuran tekanan darah pada pasien post stroke

Anda mungkin juga menyukai