Berpikir Kritis - Berpikir Kritis Dan Praktik SSSP
Berpikir Kritis - Berpikir Kritis Dan Praktik SSSP
Berpikir Kritis:
Berpikir Kritis dan “Saya Sadar, Saya Berpikir”
Kita akan menggunakan definisi berpikir kritis yang dirumuskan oleh Brooke Noel Moore
dan Richard Parker (ilmuwan psikologi, peneliti berpikir kritis). Moore dan Parker
mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut:
“as the careful, deliberate determination Keputusan seseorang yang penuh sadar
of whether one should accept, reject, or dan hati-hati untuk menerima, menolak,
suspend judgment about a claim and the atau menangguhkan penilaian terhadap
degree of confidence with which one suatu klaim
accepts or rejects it.”
DAN
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016
Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)
Apa hasilnya? 1. Penilaian terhadap suatu klaim: saya terima, saya tolak, saya
tangguhkan
2. Keyakinan kita thd penilaian tersebut: saya ragu - saya yakin.
Apa yang khas Ketika menilai suatu klaim, proses berpikir kita harus cermat
tentang berpikir kritis (deliberate) dan berhati-hati (careful)
Bagian 2:
Mengapa berpikir kritis penting dalam elearning
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016
Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)
Bagian 3:
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir”
❏ Latih sesering mungkin. Tepatnya, mulai sekarang, setiap anda melakukan ini,
ucapkan juga dalam hati, “Saya sedang ber-saya-sadar-saya-berpikir, nih”
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016
Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)
Bagian 4:
Contoh Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir”
Catatan:
❏ Berikut ini beberapa contoh isi pikiran “Saya Sadar, Saya Berpikir”
❏ Untuk kebutuhan pelatihan ini, isi pikirannya saya elaborasi (cukup detil)
❏ Topik isi pikiran dalam contoh ini dipilih acak (random).
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016
Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)
Contoh 1:
Saya jadi sadar tentang video pembelajaran yang saya buat….
Saya Sadar Saya Berpikir
Saya jadi sadar bahwa video-video yang Saya jadi terpikir untuk membuat video
saya buat memang disimak murid-murid yang fokus ke kebutuhan murid-murid
saya, tapi pemahaman mereka tidak jauh saya di kelas. Saya akan sebarkan kuis
meningkat. Mereka ternyata melihat lewat Google Form. Lewat Google Form
video-video yang saya buat karena saya akan tahu rincian subtopik yang
mereka merasa itu adalah tugas saya mereka belum paham. Di Google Form
untuk mereka. Isinya sendiri seperti kurang saya juga akan memberikan murid
berdampak. kesempatan bertanya. Dari data ini lah
saya tahu konten video apa yang saya
perlu buat untuk pembelajaran
murid-murid saya.
Contoh 2:
Saya jadi sadar tentang cara saya menggunakan aplikasi ….
Saya Sadar Saya Berpikir
Saya jadi sadar bahwa mempelajari terlalu Saya jadi terpikir bahwa saya hanya butuh
banyak aplikasi malah menjadi distraksi beberapa aplikasi. Saya sudah harus tahu
buat saya. Waktu saya malah jadi tersita persis dampak dari setiap aplikasi
untuk trial dan error setiap membuat tersebut. Kalau begitu begini deh. Aplikasi
materi baru. Saya malah kekurangan apapun yang saya gunakan, harus saya
waktu untuk membuat materi: kurang gunakan dengan konsisten. Setiap aplikasi
banyak, kurang menjawab kebutuhan ini harus berdampak di minimal satu dari
murid. tiga tujuan ini: (1) meningkatkan jumlah
dan kualitas materi ajar saya, (2)
meningkatkan kualitas interaksi saya
dengan murid, dan antara sesama murid,
serta (3) meningkatkan kualitas karya
murid.
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016
Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)
Contoh 3:
Saya jadi sadar tengan Eross-nya Sheila on 7.
Saya baru sadar bahwa lagu Eross Chandra Saya jadi terpikir mungkin Eross tumbuh di
masih berumur 20 tahun-an ketika menulis keluarga yang begitu dekat dengan kakek
lirik lagu ‘Saat Aku Lanjut Usia”. Lirik lagu neneknya. Mungkin bukan hanya
tersebut padahal menggambarkan sangat serumah, tapi bisa melihat bagaimana
konkret bagaimana pasangan lansia yang kakek-nenek mereka berduaan sehari-hari.
masih saling mencintai saling Mungkin juga Eross bisa ngobrol akrab
menunjukkan kasih sayangnya satu sama dengan mereka. Ini mungkin mengapa lirik
lain. Setiap deskripsi rasa fisik menjadi ‘Saat Aku Lanjut Usia” bisa sebegitu visual
lansia (rambut rontok, perut buncit, tubuh dan verbal dari sudut pandang lansianya
linu, dll) dan kebutuhan psikologi lansia sendiri. Saya juga jadi terpikir, keluarga itu
(dipijat, ditemani, dipeluk, digenggam mungkin sebegitu jadi bagian penting
tangannya, saling menopang, saling setia, yang positif sehari-hari sekali yang buat
dan lain-lain) seperti ditulis seseorang Eross. Saat usianya baru 20 tahun-an, nilai
yang benar-benar sudah mengalami cinta dan kasih sayang yang dia hayati
sendiri menjadi lansia. Bagaimana ya bukan sebatas cinta romantis seperti
seorang yang umurnya masih 20 tahun orang-orang seumurnya (paling tidak
bisa menulis lirik tentang menjadi usia 60 orang seumurnya yang menulis lagu cinta).
tahun sebegitu berempatinya?
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.