Anda di halaman 1dari 6

Adi Respati

Head of Program, Websis for Edu


Apple Professional Learning Specialist
Instagram: @adihrespati
Email: adih@websis.co.id

Berpikir Kritis:
Berpikir Kritis dan “Saya Sadar, Saya Berpikir”

Bagian 1: Tentang Berpikir Kritis

Apa itu berpikir kritis?


Istilah berpikir kritis sudah menjadi kosakata sehari-hari. Kita sangat familiar dengan istilah
ini sampai-sampai kebanyakan orang memahami istilah ini secara subjektif. Biasanya,
istilah berpikir kritis dikaitkan dengan kemampuan ‘menganalisis’, ‘membangun konsep’, ‘....
dalam memecahkan masalah’, dan lain-lain. Semua istilah yang terkait ‘berpikir’ tersebut
BUKAN berpikir kritis, TAPI proses berpikir yang berkaitan dengan berpikir kritis.

Kita akan menggunakan definisi berpikir kritis yang dirumuskan oleh Brooke Noel Moore
dan Richard Parker (ilmuwan psikologi, peneliti berpikir kritis). Moore dan Parker
mendefinisikan berpikir kritis sebagai berikut:

“as the careful, deliberate determination Keputusan seseorang yang penuh sadar
of whether one should accept, reject, or dan hati-hati untuk menerima, menolak,
suspend judgment about a claim and the atau menangguhkan penilaian terhadap
degree of confidence with which one suatu klaim
accepts or rejects it.”
DAN

derajat keyakinannya dalam ia menerima


atau menolak klaim tersebut.

Istilah kunci dalam definisi berpikir kritis


Karena ada beberapa istilah yang tumpang tindih ketika diterjemahkan, ada baiknya kita
rinci setiap kata kata. Ini akan memudahkan anda menghayati definisi berpikir kritis.
❏ Determination = keputusan
❏ Deliberate = sengaja, sadar, cermat
❏ Careful = berhati-hati
❏ Accept = menerima
❏ Reject = menolak
❏ Suspend = menangguhkan
❏ Judgment = penilaian

Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016

Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)

❏ Claim = klaim, pernyataan.


❏ Confidence = keyakinan diri, keyakinan

Bagaimana cara memahami berpikir kritis?


Apa itu berpikir kritis? 1. Menilai suatu klaim
2. Keyakinan kita terhadap penilaian tersebut

Apa hasilnya? 1. Penilaian terhadap suatu klaim: saya terima, saya tolak, saya
tangguhkan
2. Keyakinan kita thd penilaian tersebut: saya ragu - saya yakin.

Apa stimulus berpikir Klaim dari luar.


kritis? Bisa pernyataan argumen dari orang lain, informasi dari berita,
persuasi iklan, lirik lagu, jalan cerita suatu film, apapun.

Apa yang khas Ketika menilai suatu klaim, proses berpikir kita harus cermat
tentang berpikir kritis (deliberate) dan berhati-hati (careful)

Apakah semua orang bisa berpikir kritis?


Ya. Semua orang bisa berpikir kritis karena adalah salah satu bentuk higher order thinking
yang alamiah (secara genetik diwariskan dari generasi ke generasi). Namun demikian,
tidak semua orang rajin berpikir kritis. Analoginya, semua manusia memiliki otot, tapi tidak
semua manusia ‘berotot’.

Bagian 2:
Mengapa berpikir kritis penting dalam elearning

Mengapa berpikir kritis penting dalam elearning?


Perhatikan langkah-langkah argumen ini:
❏ Adopsi teknologi dalam pembelajaran hanya berdampak signifikan jika
mempraktikkan student-centered learning.
❏ Semua metode student-centered learning menuntut murid harus terampil berpikir
kritis.
❏ Murid hanya berpikir kritis jika orang dewasa di sekitarnya juga berpikir kritis.
❏ Guru adalah “orang tua” murid dalam konteks belajar di sekolah.

Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016

Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)

Apakah ada hubungannya dengan Kerangka SAMR?


YA. Tingkat Modification dan Redefinition hanya tercapai jika teknologi digunakan untuk
kegiatan-kegiatan pembelajaran yang intensif berpikir kritis.

Bagian 3:
Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir”

Apakah praktik ini?


Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” adalah latihan prasyarat untuk berpikir kritis. Ini bukan
latihan untuk anda bisa berpikir kritis, tapi latihan untuk membuat berpikir kritis menjadi
INSTING anda.

Bagaimana praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir ini akan efektif?


❏ Lakukan dengan sadar. Semua orang secara naluriah sudah mempraktikkan ini
dalam ucapan dan berpikir sehari-hari. Bedanya, dalam praktik ini anda harus
cermat (deliberate) dan hati-hati (careful).

❏ Latih sesering mungkin. Tepatnya, mulai sekarang, setiap anda melakukan ini,
ucapkan juga dalam hati, “Saya sedang ber-saya-sadar-saya-berpikir, nih”

❏ Eksperikan melalui medium apapun:


❏ Entry di buku catatan harian (journal, notebook, apapun)
❏ Pos di media sosial (refleksi di Instagram, YouTube, Facebook).
❏ Berpendapat di chat group (Telegram, WhatsApp).

Apa komponen ‘Saya Sadar, Saya Berpikir”


Saya Sadar Saya Berpikir

Apa istilah I notice I wonder


aslinya?

Dimensi tingkah Observasi Insight


laku apa yang
dilatih?

Apa yang dilatih? _ Tingkah laku observasi _ Berpikir induktif / deduktif


_ Sensitivitas alat indera _ Berpikir konvergen / divergen

Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016

Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)

Bentuk ekspresi? Pernyataan. _ Pernyataan.


_ Pertanyaan

Seperti apa “Saya baru ngeh deh, “Saya jadi kepikiran,


variasinya? bahwa….” jangan-jangan…”
“Saya jadi sadar bahwa, ….” “Saya jadi kepikiran, mungkin …”
“Eh, ternyata …” “Jangan-jangan….”
(dan lain-lain) “Apa iya ya bahwa …”
“Lho berarti…”

Seperti apa jika saya mau latihan?


❏ Praktikkan secara lantang
(outloud: lisan dan/atau
tulisan)

❏ Tabel seperti di samping ini


akan membantu.

❏ Tapi semakin efektif jika anda


modifikasi sesuai preferensi
anda.

Bagian 4:
Contoh Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir”

Catatan:
❏ Berikut ini beberapa contoh isi pikiran “Saya Sadar, Saya Berpikir”
❏ Untuk kebutuhan pelatihan ini, isi pikirannya saya elaborasi (cukup detil)
❏ Topik isi pikiran dalam contoh ini dipilih acak (random).

(lihat halaman selanjutnya)

Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016

Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)

Contoh 1:
Saya jadi sadar tentang video pembelajaran yang saya buat….
Saya Sadar Saya Berpikir

Saya jadi sadar bahwa video-video yang Saya jadi terpikir untuk membuat video
saya buat memang disimak murid-murid yang fokus ke kebutuhan murid-murid
saya, tapi pemahaman mereka tidak jauh saya di kelas. Saya akan sebarkan kuis
meningkat. Mereka ternyata melihat lewat Google Form. Lewat Google Form
video-video yang saya buat karena saya akan tahu rincian subtopik yang
mereka merasa itu adalah tugas saya mereka belum paham. Di Google Form
untuk mereka. Isinya sendiri seperti kurang saya juga akan memberikan murid
berdampak. kesempatan bertanya. Dari data ini lah
saya tahu konten video apa yang saya
perlu buat untuk pembelajaran
murid-murid saya.

Contoh 2:
Saya jadi sadar tentang cara saya menggunakan aplikasi ….
Saya Sadar Saya Berpikir

Saya jadi sadar bahwa mempelajari terlalu Saya jadi terpikir bahwa saya hanya butuh
banyak aplikasi malah menjadi distraksi beberapa aplikasi. Saya sudah harus tahu
buat saya. Waktu saya malah jadi tersita persis dampak dari setiap aplikasi
untuk trial dan error setiap membuat tersebut. Kalau begitu begini deh. Aplikasi
materi baru. Saya malah kekurangan apapun yang saya gunakan, harus saya
waktu untuk membuat materi: kurang gunakan dengan konsisten. Setiap aplikasi
banyak, kurang menjawab kebutuhan ini harus berdampak di minimal satu dari
murid. tiga tujuan ini: (1) meningkatkan jumlah
dan kualitas materi ajar saya, (2)
meningkatkan kualitas interaksi saya
dengan murid, dan antara sesama murid,
serta (3) meningkatkan kualitas karya
murid.

Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.
Hak Cipta untuk gagasan dan program dalam dokumen ini adalah milik Websis For Edu © 2016

Semangat Guru:
Seri Pelatihan Nonteknis Adaptasi Teknologi
Episode 2: Critical Thinking (Berpkir Kritis dan Teknologi)

Contoh 3:
Saya jadi sadar tengan Eross-nya Sheila on 7.

Saya Sadar Saya Berpikir

Saya baru sadar bahwa lagu Eross Chandra Saya jadi terpikir mungkin Eross tumbuh di
masih berumur 20 tahun-an ketika menulis keluarga yang begitu dekat dengan kakek
lirik lagu ‘Saat Aku Lanjut Usia”. Lirik lagu neneknya. Mungkin bukan hanya
tersebut padahal menggambarkan sangat serumah, tapi bisa melihat bagaimana
konkret bagaimana pasangan lansia yang kakek-nenek mereka berduaan sehari-hari.
masih saling mencintai saling Mungkin juga Eross bisa ngobrol akrab
menunjukkan kasih sayangnya satu sama dengan mereka. Ini mungkin mengapa lirik
lain. Setiap deskripsi rasa fisik menjadi ‘Saat Aku Lanjut Usia” bisa sebegitu visual
lansia (rambut rontok, perut buncit, tubuh dan verbal dari sudut pandang lansianya
linu, dll) dan kebutuhan psikologi lansia sendiri. Saya juga jadi terpikir, keluarga itu
(dipijat, ditemani, dipeluk, digenggam mungkin sebegitu jadi bagian penting
tangannya, saling menopang, saling setia, yang positif sehari-hari sekali yang buat
dan lain-lain) seperti ditulis seseorang Eross. Saat usianya baru 20 tahun-an, nilai
yang benar-benar sudah mengalami cinta dan kasih sayang yang dia hayati
sendiri menjadi lansia. Bagaimana ya bukan sebatas cinta romantis seperti
seorang yang umurnya masih 20 tahun orang-orang seumurnya (paling tidak
bisa menulis lirik tentang menjadi usia 60 orang seumurnya yang menulis lagu cinta).
tahun sebegitu berempatinya?

Praktik “Saya Sadar, Saya Berpikir” diadopsi dari praktik umum (bukan eksklusif karya Websis for Edu).
Pemaparan tentang berpikir kritis di naskah ini diracik oleh Websis for Edu © 2021.
Naskah ini disusun khusus untuk pelatihan “Semangat Guru: Seri Kemampuan Nonteknis dalam Adaptasi Teknologi”.
Naskah hanya diberikan kepada peserta pelatihan. Harap digunakan bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai