Anda di halaman 1dari 76

BAB II

FISIOLOGI DAN BIOMEKANIKA

1. FISIOLOGI KERJA
a. Landasan Teori
Fisiologi kerja merupakan study tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja. Fisiologi kerja
mempelajari fungsi tubuh manusia pada saat bekerja dan merupakan dasar
perkembangnya ergonomi. Dengan diketahuinya fisiologi kerja
diharapkan mampu meringankan beban kerja seorang pekerja dan
meningkatkan produktivitas kerja.
Kerja fisik (physical work) adalah kerja yang memerlukan energi fisik
otot manusia sebagai sumber tenaga. Kerja fisik juga sering disebut
sebagai manual operating dimana performansi kerja sepenuhnya akan
tergantung pada manusia, baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga
(power) ataupun pengendali kerja (control). Dalam hal kerja fisik ini
konsumsi energi merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai penentu
berat atau ringannya kerja fisik tersebut.
Aktivitas otot yang akan mengubah fungsi-fungsi faal dalam tubuh
adalah sebagai berikut:
- Denyut jantung
- Tekanan darah
- Komposisi kimia dalam darah dan tubuh
- Temperatur tubuh
- Laju penguapan
- Ventilasi paru-paru
- Konsumsi oksigen
Pekerjaan fisik merupakan sesuatu yang dapat dilakukan apabila
memiliki energi karena berguna untuk mendukung kontraksi otot. Tubuh
manusia membutuhkan energi untuk menjaga fungsi-fungsi dasar
kehidupannya meskipun tidak ada kegiatan yang dilakukan sama sekali.
Energy expenditure terendah yang diperlukan untuk menjaga fungsi-fungsi
dasar tersebut disebut metabolisme basal. Beberapa penelitian fisiologi
kerja menunjukkan bahwa energi yang dikeluarkan untuk bekerja
berbanding lurus dengan jumlah konsumsi oksigen dan denyut jantung
(Wickens, 2004).
Konsumsi Energi yang dikeluarkan dapat dihitung dengan persamaan
EE = -20,4022 + (0,4472 HR) – (0,1263 w) + (0,074 A)
Dimana:
EE: Pengeluaran Energi/Energy Expenditure (Kkal/menit)
HR: Kecepatan Denyut Jantung (Denyut/menit)
w: Berat Badan (Kg)
A: Usia (tahun)
Dr.Lucien Brouha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam
reaksi fisiologi, untuk menentukan berat ringannya suatu pekerjaan seperti
pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja dan Reaksi Fisiologi
Detak Konsumsi
Energy Expenditure
Tingkat Pekerjaan jantung Oksigen
Kkal/menit Kkal/ 8jam Detak/menit Liter/menit
Unduly Heavy > 12,5 > 6000 > 175 > 2,5
Very Heavy 10 - 12,5 4800 - 6000 150 - 175 2 - 2,5
Heavy 7,5 - 10 3600 - 4800 125 - 150 1,5 - 2
Moderate 5 - 7,5 2400 - 3600 100 - 125 1 - 1,5
Light 2,5 - 5 1200 - 2400 60 - 100 0,5 - 1
Very Light < 2,5 < 1200 < 60 < 0,5
(sumber: Dr.Lucien Brouha,Sutalaksana 1979)
Untuk mengetahui konsumsi energi pada waktu kerja biasanya
ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu pengukuran kecepatan
denyut jantung. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan
metode untuk menilai cardiovasculair strain atau %CVL (Kilbon, 1992).
Peningkatan denyut jantung mempunyai peran yang sangat penting
didalam peningkatan cardio output dari istirahat sampai kerja maksimum,
didefinisikan sebagai Heart Rate Reserve dalam (Rodahl, 1989).
Penentuan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut
nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena
beban cardiovasculair strain atau %CVL yang dihitung berdasarkan rumus
dari Manuaba dan Vanwonterghem (1996) sebagai berikut:

Denyut nadi maksimum laki-laki adalah 220 sedangkan perempuan adalah


200. Dari perhitungan %CVL tersebut kemudian akan dibandingkan
dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi CVL
%CVL Klasifikasi %CVL

< 30% Tidak Terjadi Kelelahan

30% - 60% Diperlukan Perbaikan

60% - 80% Kerja dalam Waktu Singkat

80% - 100% Diperlukan Tindakan Segera

> 100% Tidak Diperbolehkan Beraktivitas

(sumber: Kilbon, 1992)


Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi,
maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam
bentuk sebagai berikut:
KE = E akhir – E awal
Dimana:
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu
E akhir : Kecepatan denyut jantung setelah bekerja
E awal : Kecepatan denyut jantung sebelum bekerja
b. Data Pengamatan

Tanpa Beban
Laki-laki Perempuan
Rata- Rata- Rata- Rata-
  Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
rata rata rata rata
  1 2 3 1 2 3   1 2 3 1 2 3
Operator
Naik Operator 1 95 96 97 96 134 129 137 133,333 90 82 84 85,333 115 87 91 97,666
1
Turun
Operator
Tangg Operator 2 89 88 88 88,333 108 108 105 107 106 106 106 106 120 122 137 126,333
2
a
Waktu Operator 1 1,14 1,11 1,04 1,0966 Waktu Operator 1 1,19 1,17 1,08 1,146
Waktu Operator 2 1,2 1,17 1,16 1,1766 Waktu Operator 2 1,17 1,14 1,06 1,123

Dengan Beban 6 Kg
Laki-laki Perempuan
Rata- Rata-
Rata- Rata-
Sebelum Sesudah rata Sebelum Sesudah rata
rata rata
     

  1 2 3 1 2 3   1 2 3 1 2 3
Operator Operator
105 98 97 100 118 112 122 117,33 90 82 83 85 92 103 114 103
1 1
Naik Operator Operator
Turun 88 87 89 88 115 107 107 109,66 104 97 110 103,66 120 133 140 131
2 2
Tangga
Waktu Operator 1 1,21 1,26 1,16 1,21 Waktu Operator 1 1,26 1,24 1,22 1,24
Waktu Operator 2 1,26 1,25 1,23 1,24 Waktu Operator 2 1,21 1,3 1,18 1,23
c. Pengolahan Data
1) Operator Laki-laki 1
a) Tanpa Beban
Berikut merupakan pengolahan data operator laki-laki 1 saat
melakukan aktivitas turun naik tangga dengan tidak membawa
beban.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga tanpa membawa beban yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melaukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga tanpa membawa beban, yang mana biasanya
energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas akan lebih
besar daripada sebelum melakukan pekerjaan.
(3) Konsumsi Energi
Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga.
(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.
Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator
laki-laki 1.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x96)-(0,1263x64)+(0,074x21)
= 15.999 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x133.33)-(0,1263x64)+(0,074x21)
= 32.695 kkal/menit
Denyut nadi maksimum:
Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 – umur
KE = Et – Ei
= 32.695-15.999
= 16.695 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
32.695−15.999
= ×100 %
( 220−21 )−15.999
= 9.123 %
Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi untuk operator laki-laki 1 sebesar 16.695
kkal/menit dan CVL sebesar 9.123 %. Berdasarkan tabel klasifikasi
beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar nilai
konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator satu tergolong sangat berat. Sedangkan
untuk besar nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang
dilakukan tidak terjadi kelelahan untuk itu tidak perlu dilakukan
perbaikan.
b) Beban 6 Kg
Berikut merupakan pengolahan data operator laki-laki 1 saat
melakukan aktivitas turun naik tangga dengan membawa beban
sebesar 6 kg.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melaukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg, yang mana
biasanya energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas
akan lebih besar daripada sebelum melakukan pekerjaan dan
lebih besar daripada denyut nadi tanpa membawa beban
(3) Konsumsi Energi
Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga saat membawa beban
sebesar 6 kg.
(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.

Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator


laki-laki 1.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x100)-(0,1263x64)+(0,074x21)
= 17.788 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x117.333)-(0,1263x64)+(0,074x21)
= 25.540 kkal/menit
Denyut nadi maksimum:
Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 – umur
KE = Et – Ei
= 25.540 – 17.788
= 7.751 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
25.540 – 17.788
= ×100 %
( 220−21 )−25,540
= 4.277%
Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi saat melakukan aktivitas turun naik tangga
dengan membawa beban untuk operator laki-laki 1 sebesar 7.751
kkal/menit dan CVL sebesar 4.277%. Berdasarkan tabel klasifikasi
beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar nilai
konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator satu tergolong berat. Sedangkan untuk
besar nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang dilakukan
tidak mengakibatkan terjadinya kelelahan.

2) Operator Laki-laki 2
a) Tanpa Beban
Berikut merupakan pengolahan data operator laki-laki 2 saat
melakukan aktivitas turun naik tangga dengan tidak membawa
beban.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga tanpa membawa beban yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melaukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga tanpa membawa beban, yang mana biasanya
energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas akan lebih
besar daripada sebelum melakukan pekerjaan.
(3) Konsumsi Energi
Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga.
(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.
Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator
laki-laki 2.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x88,333)-(0,1263x65)+(0,074x20)
= 12.370 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x107)-(0,1263x65)+(0,074x20)
= 20.718 kkal/menit

Denyut nadi maksimum:


Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 - umur
KE = Et – Ei
= 20.718 – 12.370
= 8.347 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
20.718 – 12.370
= ×100 %
( 220−20 )−12.370
= 4.449%
Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi untuk operator laki-laki 2 sebesar 8.347
kkal/menit dan CVL sebesar 4.449%. Berdasarkan tabel klasifikasi
beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar nilai
konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator satu tergolong berat. Sedangkan untuk
besar nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang dilakukan
tidak mengakibatkan kelelahan.
b) Beban 6 Kg
Berikut merupakan pengolahan data operator laki-laki 2 saat
melakukan aktivitas turun naik tangga dengan membawa beban
sebesar 6 kg.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melaukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg, yang mana
biasanya energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas
akan lebih besar daripada sebelum melakukan pekerjaan dan
lebih besar daripada denyut nadi tanpa membawa beban.
(3) Konsumsi Energi
Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga saat membawa beban
sebesar 6 kg.
(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.
Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator
laki-laki 2.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x88,333)-(0,1263x65)+(0,074x20)
= 12.221 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x105)-(0,1263x65)+(0,074x20)
= 21,911 kkal/menit
Denyut nadi maksimum:
Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 - umur
KE = Et – Ei
= 201,911 – 12.221
= 9,689 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
201,911 – 12.221
= ×100 %
( 220−20 )−12.221
= 5,159%
Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi saat melakukan aktivitas turun naik tangga
dengan membawa beban untuk operator laki-laki 2 sebesar
9,689kkal/menit dan CVL sebesar 5,159%. Berdasarkan tabel
klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar
nilai konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator satu tergolong berat. Sedangkan untuk
besar nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang dilakukan
tidak mengakibatkan terjadinya kelelahan.

3) Operator Perempuan 1
a) Tanpa Beban
Berikut merupakan pengolahan data operator perempuan 1
saat melakukan aktivitas turun naik tangga dengan tidak membawa
beban.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga tanpa membawa beban yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melaukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga tanpa membawa beban, yang mana biasanya
energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas akan lebih
besar daripada sebelum melakukan pekerjaan.
(3) Konsumsi Energi
Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga.
(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.
Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator
perempuan 1.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x85,333)-(0,1263x51)+(0,074x20)
= 19,006 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x97,667)-(0,1263x51)+(0,074x20)
= 24,522 kkal/menit

Denyut nadi maksimum:


Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 - umur
KE = Et – Ei
= 24,522 – 19,006
= 5,515 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
24,522 – 19,006
= ¿ ×100 %
( 200−20 )−19,006 ¿
= 3,426%
Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi untuk operator perempuan 1 sebesar 5,515
kkal/menit dan CVL sebesar 3,426%. Berdasarkan tabel klasifikasi
beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar nilai
konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator satu tergolong sedang. Sedangkan untuk
besar nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang dilakukan
tidak mengakibatkan kelelahan.
b) Beban 6 Kg
Berikut merupakan pengolahan data operator 1 saat
melakukan aktivitas turun naik tangga dengan membawa beban
sebesar 6 kg.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melaukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg, yang mana
biasanya energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas
akan lebih besar daripada sebelum melakukan pekerjaan dan
lebih besar daripada denyut nadi tanpa membawa beban.
(3) Konsumsi Energi
Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga saat membawa beban
sebesar 6 kg.

(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.
Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator
perempuan 1.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x85)-(0,1263x51)+(0,074x20)
= 12,648 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x103)-(0,1263x51)+(0,074x20)
= 20,698 kkal/menit
Denyut nadi maksimum:
Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 - umur
KE = Et – Ei
= 20,698 – 12,648
= 8,050 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
20,698 – 12,648
= ×100 %
( 200−20 )−12,648
= 4,809%

Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi saat melakukan aktivitas turun naik tangga
dengan membawa beban untuk operator perempuan 1 sebesar 8,050
kkal/menit dan CVL sebesar 4,809%. Berdasarkan tabel klasifikasi
beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar nilai
konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator satu tergolong sangat berat. Sedangkan
untuk besar nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang
dilakukan tidak mengakibatkan terjadinya kelelahan.

4) Operator Perempuan 2
a) Tanpa Beban
Berikut merupakan pengolahan data operator perempuan 2
saat melakukan aktivitas turun naik tangga dengan tidak membawa
beban.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga tanpa membawa beban yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melakukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga tanpa membawa beban, yang mana biasanya
energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas akan lebih
besar dari pada sebelum melakukan pekerjaan.

(3) Konsumsi Energi


Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga.
(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.

Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator


perempuan 2.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x106)-(0,1263x51)+(0,074x20)
= 22,850 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x126,33)-(0,1263x44)+(0,074x19)
= 31,943 kkal/menit
Denyut nadi maksimum:
Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 - umur
KE = Et – Ei
= 31,943 – 22,850
= 9,093 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
31,943 – 22,850
= ×100 %
( 200−19 ) −22,850
= 5,749%
Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi untuk operator laki-laki 1 sebesar 9,093
kkal/menit dan CVL sebesar 5,749%. Berdasarkan tabel klasifikasi
beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar nilai
konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator dua tergolong berat. Sedangkan untuk besar
nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang dilakukan tidak
mengakibatkan kelelahan.
b) Beban 6 Kg
Berikut merupakan pengolahan data operator perempuan 2
saat melakukan aktivitas turun naik tangga dengan membawa
beban sebesar 6 kg.
(1) Energi Expenditure Sebelum Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator saat sebelum melakukan
aktivitas turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg yang
nantinya akan dibanding dengan energi yang dikeluarkan
sesudah melaukan aktivitas turun naik tangga.
(2) Energi Expenditure Sesudah Bekerja
Energi Expenditure sebelum bekerja adalah besarnya
energi yang dikeluarkan operator setelah melakukan aktivitas
turun naik tangga dengan membawa beban 6 kg, yang mana
biasanya energi yang dikeluarkan setelah melakukan aktivitas
akan lebih besar daripada sebelum melakukan pekerjaan dan
lebih besar daripada denyut nadi tanpa membawa beban.
(3) Konsumsi Energi
Konsumsi Energi merupakan banyaknya energi yang
dibutuhkan akibat dari hilangnya energi yang digunakan saat
melakukan aktivitas turun naik tangga saat membawa beban
sebesar 6 kg.
(4) CVL
Cardiovascular Strain atau CVL yang dinotasikan
dalam persentasi merupakan perhitungan untuk
mengklasifikasikan beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum. Data denyut nadi yang akan diolah didapatkan dari
data mahasiswa teknik industri angkatan 2015 Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang mengikuti Praktikum
Perancangan Teknik Industri II Modul Fisiologi dan
Biomekanika.

Berikut merupakan hasil perhitungan data dari operator


perempuan 2.
Diketahui:
Ei = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x103,667)-(0,1263x51)+(0,074x20)
= 21,806 kkal/menit
Et = -20,4022+(0,4472HR)-(0,1263W)+(0,074A)
= -20,4022+(0,4472x131)-(0,1263x44)+(0,074x19)
= 34,029 kkal/menitDenyut nadi maksimum:
Laki-laki = 220 – umur
Perempuan = 200 - umur
KE = Et – Ei
= 34,029 – 21,806
= 12,223 kkal/menit
Et− Ei
%CVL = × 100 %
Denyut Nadi Maksimum−Ei
34,029 – 21,806
= ×100 %
( 200−19 ) −103,6
= 7,678 %

Analisis:
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan
besar konsumsi energi saat melakukan aktivitas turun naik tangga
dengan membawa beban untuk operator perempuan 2 sebesar
12,223 kkal/menit dan CVL sebesar 7,678 %. Berdasarkan tabel
klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis yang dilihat dari besar
nilai konsumsinya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas yang
dilakukan oleh operator satu tergolong sangat berat. Sedangkan
untuk besar nilai CVL diklasifikasikan bahwa aktivitas yang
dilakukan diperlukan perbaikan sehingga tidak mengakibatkan
kelelahan pada operator.
d. Uji Two Way Anova
Uji two way anova merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
kesamaan variansi atau variansi yang dimiliki data yang akan diolah itu
variansinya sama.
1) Uji Two way Anova Konsumsi Energi
a) Data Pengamatan
Tabel 2.3 Data Pengamatan Konsumsi Energi
Operator Tanpa Beban Beban 6 kg
Laki-laki 1 16.69546667 7.751466667
Laki-laki 2 8.347733333 9.689333333
Perempuan 1 5.515466667 8.0496
Perempuan 2 9.093066667 12.22346667

b) Langkah Pengerjaan
Berikut merupakan langkah pengerjaan dari pengolahan data
denyut jantung mahasiswa yang akan diolah menggunakan spss.
(1) Aturlah data yang telah didapatkan pada excel sedemikian
mungkin sehingga terlihat rapi. Mencari rata-rata dari denyut
nadi dan rata-rata waktu dengan menggunakan excel
dengancara =AVERAGE (data)
Gambar 2.1 Tampilan Menghitung Rata-rata Denyut Jantung

(2) Mencari Konsumsi energi dengan cara =Energi sesudah-


Energi Sebelum sehingga dapat dianalisis apakah dari data
yang didapatkan dapat melihat fisiologis operator saat bekerja.

Gambar 2.2 Tampilan Menghitung Konsumsi Energi


(3) Mencari nilai CVL dengan cara =((energi sesudah-energi
eebelum)/((energi maksimum-umur)-energi sebelum)) × 100%
Gambar 2.3 Tampilan Menghitung Nilai CVL

(4) Setelah mengetahui konsumsi energi dan CVL, maka


dilakukan uji f dengan menggunkan spss. Masukkan variable
view energi, waktu, beban dan gender sehingga judul akan
terlihat pada data view.

Gambar 2.4 Tampilan Memasukkan Variable view pada SPSS


(5) Mengubah values 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan
pada variable gender, dan mengubah values 1 untuk tanpa
beban dan 2 untuk beban 6 kg pada variable beban.

Gambar 2.5 Tampilan Mengubah Value pada Variable Gender

(6) Pilih data view, kemudian copy paste data yang telah dibuat di
excel pada data view

Gambar 2.6 Tampilan Copy Paste Data kedalam SPSS


(7) Mengolah data view dengan cara pilih analyze kemudian
general linear dan pilih univariate. Univariate digunakan
karena data yang uji hanya satu yaitu energi.
Gambar 2.7 Mengolah Data dengan Metode Univariate

(8) Memasukkan energi sebagai dependent variable dan masukkan


beban serta gender sebagai fixed factor, setelah itu pilih OK
maka output akan keluar.

Gambar 2.8 Memasukkan Input pada Pop-up Univariate


c) Ouput
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Energi

Type III Sum Mean


Source of Squares Df Square F Sig.

Corrected Model 29,695a 3 9,898 ,764 ,571

Intercept 748,180 1 748,180 57,741 ,002

Beban ,469 1 ,469 ,036 ,858

Gender 7,225 1 7,225 ,558 ,497

Beban * Gender 22,001 1 22,001 1,698 ,263

Error 51,830 4 12,958

Total 829,705 8

Corrected Total 81,526 7

d) Analisis Univariate
(1) Pengaruh Gender terhadap Konsumsi Energi
H0 : Tidak ada pengaruh gender terhadap konsumsi energi.
H1 : Ada pengaruh gender terhadap konsumsi energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,497 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value
> dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh
gender terhadap konsumsi energi.
(2) Pengaruh Pembebanan terhadap Konsumsi Energi
H0 : Tidak ada pengaruh beban terhadap konsumsi energi.
H1 : Ada pengaruh beban terhadap konsumsi energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,858 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value>
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh
beban terhadap konsumsi energi.
(3) Interaksi Gender dan Pembebanan terhadap Energi
H0 : Tidak ada interaksi gender dan beban terhadap energi.
H1 : Ada interaksi gender dan beban terhadap energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,263 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value>
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada interaksi
gender dan beban terhadap energi.

2) Uji Two Way Anova Waktu


a) Data Pengamatan
Tabel 2.4 Data Hasil Waktu Pengamatan

Operator Tanpa Beban Beban 6 Kg


(detik) (detik)
Laki-laki 1 1.096666667 1.21
Laki-laki 2 1.176666667 1.246666667
Perempuan 1 1.146666667 1.146666667
Perempuan 2 1.123333333 1.23

b) Langkah Pengerjaan
Berikut merupakan langkah pengerjaan dari pengolahan data
denyut jantung mahasiswa yang akan diolah menggunakan spss.
(1) Aturlah data yang telah didapatkan pada excel sedemikian
mungkin sehingga terlihat rapi. Mencari rata-rata dari denyut
nadi dan rata-rata waktu dengan menggunakan excel dengan
cara =AVERAGE(data)
Gambar 2.9 Tampilan Menghitung Rata-rata
(2) Mencari Konsumsi energi dengan cara =Energi sesudah-
Energi Sebelum sehingga dapat dianalisis apakah dari data
yang didapatkan dapat melihat fisiologis operator saat bekerja.

Gambar 2.10 Tampilan MengitungKonsumsi Energi


(3) Mencari nilai CVL dengan cara =((energi sesudah-energi
eebelum)/((energi maksimum-umur)-energi sebelum)) × 100%
Gambar 2.11Tampilan Menghitung Nilai CVL
(4) Setelah mengetahui konsumsi energi dan CVL, maka
dilakukan uji f dengan menggunkan spss. Masukkan variable
view energi, waktu, beban dan gender sehingga judul akan
terlihat pada data view.

Gambar 2.12 Tampilan Memasukkan Variable View Pada


SPSS

(5) Mengubah values 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan


pada variable gender, dan mengubah values 1 untuk tanpa
beban dan 2 untuk beban 6 kg pada variable beban.
Gambar 2.13 Tampilan Mengubah Value pada Variable
Gender
(6) Pilih data view, kemudian copy paste data yang telah dibuat di
excel pada data view.

Gambar 2.14 Tampilan Copy Paste Data kedalam SPSS

(7) Mengolah data view dengan cara pilih analyze kemudian


general linear dan pilih univariate. Univariate digunakan
karena data yang uji hanya satu yaitu energi.
Gambar 2.15 Tampilan Mengolah Data Menggunakan Metode
Univariate
(8) Memasukkan waktu sebagai dependent variable dan masukkan
beban serta gender sebagai fixed factor, setelah itu pilih OK
maka output akan keluar.

Gambar 2.16 Tampilan Memasukkan waktu sebagai dependent


variable

c) Output
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Waktu

Type III Sum of Mean


Source Squares df Square F Sig.

Corrected Model ,018a 3 ,006 5,854 ,060

Intercept 11,210 1 11,210 10690,4 ,000


38

Beban ,018 1 ,018 17,517 ,014

Gender 1,250E-5 1 1,250E-5 ,012 ,918

Beban * Gender 3,472E-5 1 3,472E-5 ,033 ,864

Error ,004 4 ,001

Total 11,233 8

Corrected Total ,023 7

d) Analisis Univariate
(4) Pengaruh Gender terhadap Waktu
H0 : Tidak ada pengaruh gender terhadap waktu.
H1 : Ada pengaruh gender terhadap waktu.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,918 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai p-value
> dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh
gender terhadap waktu.
(5) Pengaruh Pembebanan terhadap Waktu
H0 : Tidak ada pengaruh beban terhadap waktu.
H1 : Ada pengaruh beban terhadap waktu.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,014 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value <
dari α sehingga H0 ditolak, yang artinya ada pengaruh gender
terhadap waktu.
(6) Interaksi Gender dan Pembebanan terhadap Waktu
H0 : Tidak ada interaksi gender dan beban terhadap waktu.
H1 : Ada interaksi gender dan beban terhadap waktu.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,864 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value >
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada interaksi
gender dan beban terhadap waktu.
e. Uji T-Test
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana
pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikatnya.Uji ini dapat dilakukan dengan
mambandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom
signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan Uji
F.(Sumber: Riduwan, 2004).
1) Uji T Beban dan Konsumsi Energi
a) Data Pengamatan Uji T Beban dan Konsumsi Energi
Tabel 2.5 Data Pengamatan Uji T Beban dan Konsumsi Energi
Beban Energi
1 16.69546667
1 8.347733333
1 5.515466667
1 9.093066667
2 7.751466667
2 9.689333333
2 8.0496
2 12.22346667
Keterangan:
1 = Tanpa beban
2 = Beban 6 kg

b) Langkah Pengerjaan
Berikut merupakan langkah pengerjaan uji t-test beban dan
konsumsi pada spss.
(1) Aturlah data yang telah didapatkan pada excel sedemikian
mungkin sehingga terlihat rapi. Mencari rata-rata dari denyut
nadi dan rata-rata waktu dengan menggunakan excel dengan
cara =AVERAGE(data)

Gambar 2.17 Tampilan Mencari Rata-rata Denyut Nadi


(2) Mencari Konsumsi energi dengan cara =Energi sesudah-
Energi Sebelum sehingga dapat dianalisis apakah dari data
yang didapatkan dapat melihat fisiologis operator saat bekerja.

Gambar 2.18 Tampilan Mencari Konsumsi Energi

(3) Mencai nilai CVL dengan cara =((energi sesudah-energi


eebelum)/((energi maksimum-umur)-energi sebelum)) × 100%
Gambar 2.19 Mencari Nilai CVL
(4) Setelah mengetahui konsumsi energi dan CVL, maka
dilakukan uji t dengan menggunkan spss. Masukkan variable
energi dan beban sehingga judul akan terlihat pada data view.

Gambar 2.20 Tampilan Uji T di SPSS


(5) Mengubah values 1 untuk tanpa beban dan 2 untuk beban 6 kg
pada variable beban.

Gambar 2.21 Tampilan SPSS Mengubah Values 1 dan 2


(6) Pilih data view, kemudian copy paste data yang telah dibuat di
excel pada data view.
Gambar 2.22 Tampilan Mengisi Data View
(7) Mengolah data view dengan cara pilih analyze kemudian
compare means dan pilih independent t-test. Independent t-test
digunakan karena data yang akan diuji t hanya satu dan tidak
memiliki pasangan.

Gambar 2.23 Tampilan Mengolah Data dengan Metode t-test


(8) Memasukkan energi sebagai sebagai test variable dan
masukkan beban sebagai grouping variable, setelah itu pilih
OK maka output akan keluar.

Gambar 2.24 Test Variable Dan Grouping Variable


(9) Mengubah define groups, group 1 menjadi 1 dan group 2
menjadi 2, lalu pilih OK dan ouput akan keluar.

Gambar 2.25 Tampilan Mengubah Define Groups


c) Output
Independent Samples Test

Energi

Equal
Equal variances
variances not
assumed assumed

Levene's Test for F 1,620


Equality of
Variances Sig. ,250

t-test for Equality of T ,186 ,186


Means
Df 6 4,068

Sig. (2-tailed) ,858 ,861

Mean Difference ,48447 ,48447

Std. Error Difference 2,59898 2,59898

95% Confidence Lower -5,87500 -6,68442


Interval of the
Upper 6,84393 7,65335
Difference

d) Analisis:
(1) Levene’s Test for Equality of Variances
H0 : Tidak ada variansi antara beban dan energi.
H1 : Ada variansi antara beban dan energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,250 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value >
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada variansi
atau homogen antara beban dan energi.
(2) T-Test for Equality of Means
H0 : Tidak ada pengaruh antara beban dan energi.
H1 : Ada pengaruh antara beban dan energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,858 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value >
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh
antara beban dan energi.
2) Uji T Beban dam Waktu
a) Data Pengamatan Uji T Beban dan Waktu
Tabel 2.6 Data Pengamatan Uji T Beban dan Waktu
Beban Waktu
1 1,096666667
1 1,176666667
1 1,146666667
1 1,123333333
2 1,21
2 1,246666667
2 1,24
2 1,23
Keterangan:
1 = Tanpa beban
2 = Beban 6 kg
b) Langkah Pengerjaan
(1) Aturlah data yang telah didapatkan pada excel sedemikian
mungkin sehingga terlihat rapi. Mencari rata-rata dari denyut
nadi dan rata-rata waktu dengan menggunakan excel dengan
cara =AVERAGE(data)

Gambar 2.26 Tapilan Mencari Rata-rata Denyut Nadi


(2) Mencari Konsumsi energi dengan cara =Energi sesudah-
Energi Sebelum sehingga dapat dianalisis apakah dari data
yang didapatkan dapat melihat fisiologis operator saat bekerja.

Gambar 2.27 Mencari Konsumsi Energi


(3) Mencari nilai CVL dengan cara =((energi sesudah-energi
eebelum)/((energi maksimum-umur)-energi sebelum)) × 100%

Gambar 2.28 Tampilan Mencari Nilai CVL


(4) Setelah mengetahui konsumsi energi dan CVL, maka
dilakukan uji t dengan menggunkan spss. Masukkan variable
view energi dan beban sehingga judul akan terlihat pada data
view.

Gambar 2.29 Melakukan Uji t dengan spss


(5) Mengubah values 1 untuk tanpa beban dan 2 untuk beban 6 kg
pada variable beban.

Gambar 2.30 Mengubah values pada variable beban


(6) Pilih data view, kemudian copy paste data yang telah dibuat di
excel pada data view.

Gambar 2.31 Tampilan Data View pada SPSS


(7) Mengolah data view dengan cara pilih analyze kemudian
compare means dan pilih independent t-test. Independent t-test
digunakan karena data yang akan di uji t hanya satu dan tidak
memiliki pasangan.

Gambar 2.32 Tampilan Mengolah Data dengan Metode t-test


(8) Memasukkan energi sebagai sebagai test variable dan
masukkan beban sebagai grouping variable, setelah itu pilih
OK.

Gambar 2.33 Variable dan Grouping Variable


(9) Mengubah define groups, group 1 menjadi 1 dan group 2
menjadi 2, lalu pilih OK dan ouput akan keluar.

Gambar 2.34 Tampilan Mengubah Define Groups


c) Output
Independent Samples Test

Waktu

Equal
Equal variances
variances not
assumed assumed

Levene's Test for F 2,343


Equality of Variances
Sig. ,177

t-test for Equality of t -5,097 -5,097


Means
df 6 4,262

Sig. (2-tailed) ,002 ,006

Mean Difference -,09583 -,09583

Std. Error Difference ,01880 ,01880

95% Confidence Lower -,14184 -,14679


Interval of the
Upper -,04983 -,04488
Difference

d) Analisis:
(1) Levene’s Test for Equality of Variances
H0 : Tidak ada variansi antara beban dan waktu.
H1 : Ada variansi antara beban dan waktu.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,177 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai p-value
> dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada variansi
atau homogen antara beban dan energi.
beban dan waktu
(2) T-Test for Equality of Means
H0 : Tidak ada pengaruh antara beban dan energi.
H1 : Ada pengaruh antara beban dan energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,02 dan α sebesar 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value > dari
α sehingga H0 ditolak, yang artinya H1 diterima atau ada
pengaruh antara beban dan energi.
3) Uji T Gender dan Konsumsi Energi
a) Data Pengamatan Uji T Gender dan Konsumsi Energi
Tabel 2.7 Data Pengamatan Uji T Gender dan Konsumsi Energi
Gender Energi
1 16.69546667
1 7.751466667
1 8.347733333
1 9.689333333
2 5.515466667
2 8.0496
2 9.093066667
2 12.22346667
Keteranga :
1 = laki-laki
2 = perempuan

b) Langkah Pengerjaan
(1) Aturlah data yang telah didapatkan pada excel sedemikian
mungkin sehingga terlihat rapi. Mencari rata-rata dari denyut
nadi dan rata-rata waktu dengan menggunakan excel dengan
cara =AVERAGE(data)

Gambar 2.35 Tampilan Mencari Rata-rata pada Data Awal


(2) Mencari Konsumsi energi dengan cara =Energi sesudah-
Energi Sebelum sehingga dapat dianalisis apakah dari data
yang didapatkan dapat melihat fisiologis operator saat bekerja.

Gambar 2.36 Tampilan Mencari Konsumsi Energi


(3) Mencari nilai CVL dengan cara =((energi sesudah-energi
eebelum)/((energi maksimum-umur)-energi sebelum)) × 100%

Gambar 2.37 Tampilan Mencari Nilai CVL


(4) Setelah mengetahui konsumsi energi dan CVL, maka
dilakukan uji t dengan menggunkan spss. Masukkan variable
view energi dan gender sehingga judul akan terlihat pada data
view.

Gambar 2.38 Tampilan Uji T dengan Menggunakan SPSS


(5) Mengubah values 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan
pada variable gender.

Gambar 2.39 Tampilan Mengubah Values 1 dan Variabel


Gender 2
(6) Pilih data view, kemudian copy paste data yang telah dibuat di
excel pada data view.

Gambar 2.40 Tampilan Data View pada SPSS


(7) Mengolah data view dengan cara pilih analyze kemudian
compare means dan pilih independent t-test. Independent t-test
digunakan karena data yang akan diuji t hanya satu dan tidak
memiliki pasangan.

Gambar 2.41 Tampilan Mengolah Data View dengan SPSS


(8) Memasukkan energi sebagai test variable dan masukkan
gender sebagai grouping variable, kemudian ubah define
groups.

Gambar 2.42 Tampilan Memasukkan Energi dan Gender ke


SPSS
(9) Mengubah define groups, group 1 menjadi 1 dan group 2
menjadi 2, lalu pilih OK dan ouput akan keluar.

Gambar 2.43 Tampilan Mengubah Define Groups


c) Output
Independent Samples Test

Energi

Equal
Equal variances
variances not
assumed assumed

Levene's Test for F ,648


Equality of Variances
Sig. ,452

t-test for Equality of t ,764 ,764


Means
df 6 5,252

Sig. (2-tailed) ,474 ,478

Mean Difference 1,90060 1,90060

Std. Error Difference 2,48832 2,48832

95% Confidence Lower -4,18811 -4,40457


Interval of the
Upper 7,98931 8,20577
Difference

d) Analisis:
(1) Levene’s Test for Equality of Variances
H0 : Tidak ada variansi antara beban dan energi.
H1 : Ada variansi antara beban dan energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,452 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value >
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada variansi
atau homogen antara beban dan energi.
(2) T-Test for Equality of Means
H0 : Tidak ada pengaruh antara beban dan energi.
H1 : Ada pengaruh antara beban dan energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,474 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value >
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh
antara beban dan energi.
4) Uji T Gender dan Waktu
a) Data Pengamatan Uji T Gender dan Waktu
Tabel 2.8 Data Pegamatan Uji T Gender dan Waktu
Gender Waktu
1 1,096666667
1 1,21
1 1,176666667
1 1,246666667
2 1,146666667
2 1,146666667
2 1,123333333
2 1,23
Keterangan:
1 = laki-laki
2 = perempuan

b) Langkah Pengerjaan
(1) Aturlah data yang telah didapatkan pada excel sedemikian
mungkin sehingga terlihat rapi. Mencari rata-rata dari denyut
nadi dan rata-rata waktu dengan menggunakan excel dengan
cara =AVERAGE(data)

Gambar 2.44 Tampilan Mencari Rata-rata pada Data Awal


(2) Mencari konsumsi energi dengan cara =Energi sesudah- Energi
Sebelum sehingga dapat dianalisis apakah dari data yang
didapatkan dapat melihat fisiologis operator saat bekerja.

Gambar 2.45 Tampilan Mencari Konsumsi Energi


(3) Mencai nilai CVL dengan cara =((energi sesudah-energi
eebelum)/((energi maksimum-umur)-energi sebelum)) × 100%

Gambar 2.46 Tampilan Mencari Nilai CVL


(4) Setelah mengetahui konsumsi energi dan CVL, maka
dilakukan uji t dengan menggunkan spss. Masukkan variable
view energi dan beban sehingga judul akan terlihat pada data
view.

Gambar 2.47 Tampila Melakukan Uji T dengan SPSS


(5) Mengubah values 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan
pada variable gender.

Gambar 2.48 Tampilan Values dan Variable Gender.


(6) Pilih data view, kemudian copy paste data yang telah dibuat di
excel pada data view.

Gambar 2.49 Tampila Data View Pada Excel


(7) Mengolah data view dengan cara pilih analyze kemudian
compare means dan pilih independent t-test. Independent t-test
digunakan karena data yang akan diuji t hanya satu dan tidak
memiliki pasangan.

Gambar 2.50 Tampilan Mengolah Data View dengan T-test


(8) Memasukkan energi sebagai test variable dan masukkan beban
sebagai grouping variable. Kemudian mengubah define
groups.

Gambar 2.51 Tampilan Memasukkan Energi Sebagai Test


Variable dan Grouping Variable
(9) Mengubah define groups, group 1 menjadi 1 dan group 2
menjadi 2, lalu pilih OK dan ouput akan keluar.

Gambar 2.52 Tampilan Mengubah define groups


c) Output
Independent Samples Test

Waktu

Equal
Equal variances
variances not
assumed assumed

Levene's Test for F ,050


Equality of Variances

Sig. ,831

t-test for Equality of t -,058 -,058


Means
df 6 5,956

Sig. (2-tailed) ,956 ,956

Mean Difference -,00250 -,00250

Std. Error Difference ,04339 ,04339

95% Confidence Lower -,10868 -,10888


Interval of the
Upper ,10368 ,10388
Difference

d) Analisis:
(1) Levene’s Test for Equality of Variances
H0 : Tidak ada variansi antara beban dan energi.
H1 : Ada variansi antara beban dan energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,831 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value >
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada variansi
atau homogen antara beban dan energi.
(2) T-Test for Equality of Means
H0 : Tidak ada pengaruh antara beban dan energi.
H1 : Ada pengaruh antara beban dan energi.
Apabila p-value > α maka H0 diterima.
Apabila p-value < α maka H0 ditolak.
Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,956 dan α sebesar
0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa nilai p-value >
dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh
antara beban dan energi.

2. BIOMEKANIKA
a. Landasan Teori
Menurut Frankel dan Nordin biomekanika menggunkan konsep fisika dan
teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya
yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari . Biomekanika juga
merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya juga
lingkungan kerja untuk meningkatkan performansi dan meminimasi
kemungkinan cidera.
Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja.
Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini biomekanika mengukur kekuatan, ketahanan
fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu.
Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih baik dimana kekuatan dan
ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum (Caffin dan
Anderson, 1984).
Titik berat bahasan biomekanika adalah pada fisik manusia khususnya pada
saat manusia melakukan kegiatan material secara manual (manual material
handling) yang biasanya tanpa menggunakan alata bantu apapun. Contoh dari
MMH adalah pekerjaan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan
membawa (Ayoub dan Demsey, 1999).
Aktivitas MMH yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan
kecelakaan kerja. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar
salah satunya keluhan muskoloskeletal yaitu keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam
jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan inilah yang biasa disebut sebagai
muskoloskeletal. Saat melakukan pengangkatan, organ tubuh yang mendapat
pengaruh paling besar adalah tulang belakang karena saat melakukan
pengangkatan struktur tulang belakang mengalami tekanan yang berlebihan,
meskipun pengangkatan manual tersebut dilakukan tidak terlalu sering hal
tersebut tetap saja memberikan pengaruh buruk terhadap struktur tulang
belakang. (Grandjean. 1993)
Untuk mengetahui batas beban yang berhubungan waktu bekerja, maka
digunakan rumus:
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-(0,0032 x A))
x FM x CM
Dimana:
RWL = Recommended Wight Limit
LC = Konstanta beban (23 Kg)
HM = Faktor pengali horizontal (25/H)
VM = Faktor pengali vertikal (1-(0,003 x (V-69))
DM = Faktor pengali perpindahan (0,82 + (4,5/D))
AM = Faktor pengali asimetris (1-(0,0032 x A))
FM = Faktor pengali frekuensi (tabel)
CM = Faktor pengali kopling (tabel)
Beban Aktual
LI =
RWL
Dimana:
LI = Lifting indeks
LI ≤ 1 : pekerjaan aman
1≤ LI≤ 3 : pekerjaan mungkin beresiko
LI ≥ 3 : pekerjaan beresiko
Tabel Pengali Kopling
Coupling Type V< 75 V ≥ 75
Good 1 1
Fair 0,95 1
Poor 0,9 0,9
(sumber : waters et al, 1994)
Tabel Pengali Frekuensi

Freq. Work Duration


Lift/mi
n ≤ 1 jam 1-2 jam  2-8 jam 
V< 75 V ≥ 75 V< 75 V ≥ 75 V< 75 V ≥ 75
0,2 1 1 0,95 0,95 0,85 0,85
0,5 0,97 0,97 0,92 0,92 0,81 0,81
1 0,94 0,94 0,88 0,88 0,75 0,75
2 0,91 0,91 0,84 0,84 0,65 0,65
3 0,88 0,88 0,79 0,79 0,55 0,55
4 0,84 0,84 0,72 0,72 0,45 0,45
5 0,8 0,8 0,6 0,6 0,35 0,35
6 0,75 0,75 0,5 0,5 0,27 0,27
7 0,7 0,7 0,42 0,42 0,22 0,22
8 0,6 0,6 0,35 0,35 0,18 0,18
9 0,52 0,52 0,3 0,3 0 0
10 0,45 0,45 0,26 0,26 0 0,13
11 0,41 0,41 0 0,23 0 0
12 0,37 0,37 0 0,21 0 0
13 0 0,34 0 0 0 0
14 0 0,31 0 0 0 0
15 0 0,28 0 0 0 0
> 15 0 0 0 0 0 0
(sumber : waters et al, 1994)
b. Data Pengamatan
c. Pengolahan Data
1) Posisi Berdiri
a) Posisi Berdiri dengan Beban 5 Kg
Tabel 2.9 Data Aktual
Posisi Berdiri
5 Kg
Variabel
Berdiri Optimal
Awal Akhir
H 39 56
V 115 181
D 66 66
A 0 0
F 0,26 0,26
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/39) x (1-(0,003 x (115-69))) x (0,82 + (4,5/66)) x(1-
(0,0032 x 0)) x 0,26 x 1
= 11,28
Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
11,28
= 0,44

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/56) x (1-(0,003 x (181-69))) x (0,82 + (4,5/66)) x
(1-
(0,0032 x 0)) x 0,26 x 1
= 1,57
Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
1,57
= 3,17
Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 11,28 dan lifting indeks awal 0,44 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 1,574 dan lifting indeks akhir sebesar 3,175,
yang mana pekerjaan yang dilakukan operator beresiko terhadap
kondisi fisik operator. Oleh karena itu diperlukan perbaikan faktor
pengali untuk mengurangi resiko kerja.
b) Rekomendasi Usulan Posisi Berdiri
Tabel 2.10 Data Usulan Posisi Berdiri Beban 5 kg
Posisi Berdiri
5 Kg
Variabel
Berdiri Optimal
Awal Akhir
H 30 40
V 100 110
D 10 10
A 0 0
F 0000,75 0,75
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/30) x (1-(0,003 x (100-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x(1-
(0,0032 x 0)) x 0,75 x 1
= 22,07
Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
22,07
= 0,22

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/40) x (1-(0,003 x (110-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x
(1-
(0,0032 x 0)) x 0,75 x 1
= 12,008
Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
12,008
= 0,416

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan dari usulan yang
diberikan didapatkan nilai RWL awal sebesar 22,07 dan lifting
indeks awal 0,22 yang mana pekerjaan yang dilakukan oleh
operator aman. Sedangkan untuk RWL akhir sebesar 12,008 dan
lifting indeks akhir sebesar 0,416, yang mana pekerjaan yang
dilakukan oleh operator aman.

2) Posisi Berdiri
a) Posisi Berdiri dengan Beban 10 Kg
Tabel 2.11 Data Aktual
Posisi Berdiri

10 Kg
Variabel
Berdiri Optimal

Awal Akhir
H 39 56
V 115 181
D 66 66
A 0 0
F 0,26 0,26
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/39) x (1-(0,003 x (115-69))) x (0,82 + (4,5/66)) x(1-
(0,0032 x 0)) x 0,26 x 1
= 11,28
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
11,28
= 0,88

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/56) x (1-(0,003 x (181-69))) x (0,82 + (4,5/66)) x
(1-
(0,0032 x 0)) x 0,26 x 1
= 1,57
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
1,57
= 6,35

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 11,28 dan lifting indeks awal 0,88 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 1,57 dan lifting indeks akhir sebesar 6,35, yang
mana pekerjaan yang dilakukan operator beresiko terhadap kondisi
fisik operator. Oleh karena itu diperlukan perbaikan faktor pengali
untuk mengurangi resiko kerja.
b) Rekomendasi Usulan Posisi Berdiri
Tabel 2.12 Data Usulan Posisi Berdiri Beban 10 kg
Posisi Berdiri

10 Kg
Variabel
Berdiri Optimal

Awal Akhir
H 30 40
V 120 130
D 10 10
A 0 0
F 0,35 0,35
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/30) x (1-(0,003 x (120-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x(1-
(0,0032 x 0)) x 0,35x 1
= 20,6

Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
20,6
= 0,48

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/40) x (1-(0,003 x (130-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x
(1-
(0,0032 x 0)) x 0,35 x 1
= 5,22
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
5,22
= 1,91

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 20,6 dan lifting indeks awal 0,48 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 5,22 dan lifting indeks akhir sebesar 1,91, yang
mana pekerjaan yang dilakukan operator mungkin beresiko
terhadap kondisi fisik operator namun tetap dapat dilakukan.

3) Posisi Membungkuk
a) Posisi Membungkuk dengan Beban 5 kg
Tabel 2.13 Data Aktual Posisi Membungkuk dengan Beban 5 kg
Variabel Posisi Membungkuk
5 Kg
Berdiri Optimal
Awal Akhir
H 39 76
V 17 147
D 130 130
A 0 0
F 0 0
C 1 1

(1) RWL dan LI Awal


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/39) x (1-(0,003 x (17-69))) x (0,82 + (4,5/130)) x
(1-
(0,0032 x 0)) x 0 x 1
= 14,56
Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
23,66
= 0,34

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/76) x (1-(0,003 x (147-69))) x (0,82 + (4,5/130))
x(1-
(0,0032 x 0)) x 0,26 x 1
=0
Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
0
=~
Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 14,56 dan lifting indeks awal 0,34 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 0dan lifting indeks akhir tak terhingga nilainya,
yang mana pekerjaan yang dilakukan operator beresiko terhadap
kondisi fisik operator. Oleh karena itu diperlukan perbaikan faktor
pengali untuk mengurangi resiko kerja.

c) Rekomendasi Usulan Posisi Membungkuk


Tabel 2.14 Data Usulan Posisi Membungkuk dengan Beban 5 kg
Posisi Membungkuk
5 Kg
Variabel
Berdiri Optimal
Awal Akhir
H 30 40
V 58 70
D 12 12
A 0 0
F 0,45 0,45
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/30) x (1-(0,003 x (58-69))) x (0,82 + (4,5/12)) x (1-
(0,0032 x 0)) x 0,45x 1
= 23,66
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
23,66
= 0,211

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/40) x (1-(0,003 x (70-69))) x (0,82 + (4,5/12)) x (1-
(0,0032 x 0)) x 0,45 x 1
= 7,706
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
7,706
= 0,648S

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 23,66 dan lifting indeks awal 0,211 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 7,706 dan lifting indeks akhir sebesar 0,648,
yang mana pekerjaan yang dilakukan operator aman untuk
dilakukan.
4) Posisi Membungkuk
a) Posisi Membungkuk dengan Beban 10 kg
Tabel 2.15 Data Aktual Posisi Membungkuk dengan Beban 10 kg
Posisi Membungkuk

10 Kg
Variabel
Berdiri Optimal

Awal Akhir
H 39 76
V 17 147
D 130 130
A 0 0
F 0 0
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/39) x (1-(0,003 x (17-69))) x (0,82 + (4,5/130)) x(1-
(0,0032 x 0)) x 0 x 1
= 14,56
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
14,56
= 0,68

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/76) x (1-(0,003 x (147-69))) x (0,82 + (4,5/130))
x(1-
(0,0032 x 0)) x 0,26 x 1
=0
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
0
=~

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 14,56 dan lifting indeks awal 0,68 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 0 dan lifting indeks akhir sebesar ~ , yang
mana pekerjaan yang dilakukan operator beresiko untuk dilakukan
sehingga perlu dilakukan perbaikan.
b) Rekomendasi Usulan Posisi Membungkuk
Tabel 2.16 Data Usulan Posisi Membungkuk dengan Beban 10 kg
Posisi Membungkuk
5 Kg
Variabel
Berdiri Optimal
Awal Akhir
H 30 40
V 58 70
D 12 12
A 0 0
F 0,45 0,45
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/30) x (1-(0,003 x (58-69))) x (0,82 + (4,5/12)) x (1-
(0,0032 x 0)) x 0,45x 1
= 23,66
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
23,66
= 0,422

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/40) x (1-(0,003 x (70-69))) x (0,82 + (4,5/12)) x (1-
(0,0032 x 0)) x 0,45 x 1
= 7,706
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
7,706
= 1,297

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 23,66 dan lifting indeks awal 0,422 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 7,706 dan lifting indeks akhir sebesar 1,297,
yang mana pekerjaan yang dilakukan operator mungkin beresiko
untuk dilakukan namun masih dapat dikerjakan.
5) Posisi Memutar
a) Posisi Memutar dengan Beban 5 kg
Tabel 2.17 Data Aktual Posisi Memutar dengan Beban 5 kg

Posisi Memutar
5 Kg
Variabel
Berdiri Optimal
Awal Akhir
H 48 65
V 88 142
D 54 54
A 90 0
F 0,45 0,45
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/48) x (1-(0,003 x (88-69))) x (0,82 + (4,5/54)) x (1-
(0,0032 x 90)) x 0,45x 1
= 9,171

Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
9,171
= 0,5451

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/65) x (1-(0,003 x (142-69))) x (0,82 + (4,5/54)) x
(1-
(0,0032 x 0)) x 0,45 x 1
= 2,8084
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
7,706
= 1,7803

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 9,171 dan lifting indeks awal 0,5451 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 2,8084 dan lifting indeks akhir sebesar 1,7803
yang mana pekerjaan yang dilakukan operator mungkin beresiko
untuk dilakukan sehingga dibutuhkan perbaikan.
b) Rekomendasi Usulan Posisi Memutar
Tabel 2.18 Data Usulan Posisi Memmutar dengan Beban 5 kg
Posisi Memutar
5 Kg
Variabel
Berdiri Optimal
Awal Akhir
H 40 50
V 70 80
D 10 10
A 90 0
F 0,75 0,75
C 1 1

(1) RWL dan LI Awal


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/40) x (1-(0,003 x (70-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x (1-
(0,0032 x 90)) x 0,75x 1
= 15,129
Beban Aktual
LI =
RWL
5
=
15,129
= 0,330
(2) RWL dan LI Akhir
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/50) x (1-(0,003 x (80-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x (1-
(0,0032 x 0)) x 0,45 x 1
= 10,592
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
10,592
= 0,472

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 15,129 dan lifting indeks awal 0,330 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 10,592 dan lifting indeks akhir sebesar 0,472
yang mana pekerjaan yang dilakukan operator aman untuk
dikerjakan.

6) Posisi Memutar
a) Posisi Memutar dengan Beban 10 kg
Tabel 2.19 Data Aktual Posisi Memmutar dengan Beban 10 kg
Posisi Memutar  
10 Kg
Berdiri Optimal
Variabel
 
 
Awal Akhir
H 48 65
V 88 142
D 54 54
A 90 0
F 0,45 0,45
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/48) x (1-(0,003 x (88-69))) x (0,82 + (4,5/54)) x (1-
(0,0032 x 90)) x 0,45x 1
= 9,171
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
9,171
= 1,090

(2) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/65) x (1-(0,003 x (142-69))) x (0,82 + (4,5/54)) x
(1-
(0,0032 x 0)) x 0,45 x 1
= 2,808
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
2,808
= 3,5056

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 9,171 dan lifting indeks awal 1,090 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator mungkin beresiko.
Sedangkan untuk RWL akhir sebesar 2,808 dan lifting indeks
akhir sebesar 3,5056 yang mana pekerjaan yang dilakukan
operator mungkin beresiko maka dibutuhkan usulan.
b) Rekomendasi Usulan Posisi Memutar
Tabel 2.20 Data Usulan Posisi Memmutar dengan Beban 10 kg
Posisi Memutar

10 Kg
Variabel
Berdiri Optimal

Awal Akhir
H 40 50
V 70 80
D 10 10
A 90 0
F 0,75 0,75
C 1 1
(1) RWL dan LI Awal
RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/40) x (1-(0,003 x (70-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x (1-
(0,0032 x 90)) x 0,75x 1
= 15,129
Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
15,129
= 0,6609

(3) RWL dan LI Akhir


RWL = 23 x (25/H) x (1-(0,003 x (V-69))) x (0,82 + (4,5/D)) x (1-
(0,0032 x A)) x FM x CM
= 23 x (25/50) x (1-(0,003 x (80-69))) x (0,82 + (4,5/10)) x (1-
(0,0032 x 0)) x 0,75 x 1
= 10,592

Beban Aktual
LI =
RWL
10
=
10,592
= 0,944

Analisis:
Berdasarkan hasil dari dari perhitungan didapatkan nilai RWL
awal sebesar 15,129 dan lifting indeks awal 0,6609 yang mana
pekerjaan yang dilakukan oleh operator aman. Sedangkan untuk
RWL akhir sebesar 10,592 dan lifting indeks akhir sebesar 0,944
yang mana pekerjaan yang dilakukan operator aman untuk
dikerjakan.

1. Kesimpulan
a. Fisiologi Kerja
1) Hasil perhitungan konsumsi energi dan cvl
a) Hasil konsumsumsi energi dan cvl oleh operator laki-laki 1 tanpa
beban sebesar 16,695 kkal/menit dan 9,12% maka masuk kedalam
klasifikasi terlalu berat dan tidak terjadi kelelahan. Sedangkan
dengan beban 6 Kg sebesar 7,751 kkal/menit dan 4,277% yang
termasuk kedalam klasifikasi berat dan tidak terjadi kelelahan.
b) Hasil konsumsumsi energi dan cvl oleh operator laki-laki 2 tanpa
beban sebesar 8,347 kal/menit dan 4,50% maka masuk kedalam
klasifikasi berat dan tidak terjadi kelelahan. Sedangkan dengan
beban 6 Kg sebesar 9,687 kkal/menit dan 5,160% yang termasuk
kedalam klasifikasi berat dan tidak terjadi kelelahan.
c) Hasil konsumsumsi energi dan cvl oleh operator perempuan 1
tanpa beban sebesar 5,515 kkal/menit dan 3,425% maka masuk
kedalam klasifikasi sedang dan tidak terjadi kelelahan. Sedangkan
dengan beban 6 Kg sebesar 8,050 kkal/menit dan 4,801% yang
termasuk kedalam klasifikasi berat dan tidak terjadi kelelahan.
d) Hasil konsumsumsi energi dan cvl oleh operator perempuan 2
tanpa beban sebesar 9,093 kkal/menit dan 5,750 maka masuk
kedalam klasifikasi berat dan tidak terjadi kelelahan. Sedangkan
dengan beban 6 Kg sebesar 12,223 kkal/menit dan 7,678% yang
termasuk kedalam klasifikasi sangat berat dan tidak terjadi
kelelahan.
2) Uji two way anova
a) Hasil dari pengolahan data Pengaruh Gender terhadap Konsumsi
Energi yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai p-value
sebesar 0,497 dan α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
dketahui bahwa nilai p-value > dari α sehingga H0 diterima, yang
artinya tidak ada pengaruh gender terhadap konsumsi energi.
b) Hasil dari pengolahan data Pengaruh Pembebanan terhadap
Konsumsi Energi yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai p-
value sebesar 0,858 dan α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
dketahui bahwa nilai p-value> dari α sehingga H0 diterima, yang
artinya tidak ada pengaruh beban terhadap konsumsi energi.
c) Hasil dari pengolahan data Interaksi Gender dan Pembebanan
terhadap Energi yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai p-
value sebesar 0,263 dan α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
dketahui bahwa nilai p-value> dari α sehingga H0 diterima, yang
artinya tidak ada interaksi gender dan beban terhadap energi.
d) Hasil dari pengolahan data Pengaruh Gender terhadap Waktu yang
telah dilakukan, maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,918 dan α
sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai p-
value > dari α sehingga H0 diterima, yang artinya tidak ada
pengaruh gender terhadap waktu.
e) Hasil dari pengolahan data Pengaruh Pembebanan terhadap Waktu
yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai p-value sebesar 0,014
dan α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dketahui bahwa
nilai p-value < dari α sehingga H0 ditolak, yang artinya ada
pengaruh gender terhadap waktu.
f) Hasil dari pengolahan data Interaksi Gender dan Pembebanan
terhadap Waktu yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai p-
value sebesar 0,864 dan α sebesar 0,05. Berdasarkan hasil tersebut
dketahui bahwa nilai p-value > dari α sehingga H0 diterima, yang
artinya tidak ada interaksi gender dan beban terhadap waktu.
3) Uji t
b. Biomekanika
a) Posisi berdiri origin dengan beban 5 kg pada data awal LI sebesar 0,44
yang berarti aman.
b) Posisi berdiri origin dengan beban 10 kg pada data awal LI 0,88 yang
berarti aman.
c) Posisi berdiri destination dengan beban 5 kg pada data awal LI 3,17
yang berarti setelah itu dilakukan perbaikan sehingga nilai LI berubah
menjadi 0,416 yang berarti aman.
d) Posisi berdiri destination dengan beban 10 kg pada data awal LI 6,35
yang berarti setelah itu dilakukan perbaikan sehingga nilai LI berubah
menjadi 0,48 yang berarti aman.
e) Posisi membungkuk origin dengan beban 5 kg pada data awal LI 0,34
yang berarti aman
f) Posisi membungkuk origin dengan beban 10 kg pada data awal LI 0,68
yang berarti aman
g) Posisi membungkuk destination dengan beban 5 kg pada data awal LI
dengan hasil tak hingga yang berarti dilakukan perbaikan dan setelah
dilakukan perbaikan didapatkan LI sebesar 0,648 yang berarti aman.
h) Posisi membungkuk destination dengan beban 10 kg pada data awal LI
dengan hasil tak hingga yang berarti dilakukan perbaikan dan setelah
dilakukan perbaikan didapatkan LI sebesar 1,297 yang berarti
mungkin beresiko dilakukan namun masih dapat dilakukan.
i) Posisi asimetri origin dengan beban 5 kg pada data awal LI 0,5451
yang berarti aman.
j) Posisi asimetri origin dengan beban 10 kg pada data awal LI 1,090
yang berarti dilakukan perbaikan sehingga didapatkan LI sebesar
0,6609 yang berarti aman.
k) Posisi asimetri destination dengan beban 5 kg pada data awal LI
1,7803 yang berarti diperlukan perbaikan sehingga didapatkan LI
sebesar 0,330 yang berarti sudah aman.
l) Posisi asimetri destination dengan beban 10 kg pada data awal LI
3,5056 yang berarti diperlukan perbaikan sehingga didapatkan LI
0,944 yang berarti aman.

Anda mungkin juga menyukai