Anda di halaman 1dari 3

Sengketa Klaim Asuransi Sosial

“KECELAKAAN TUNGGAL” Apa Itu ?

Seorang Ahliwaris dari Singkawang, dalam menanggapi surat penolakan klaimnya oleh PT Asuransi Jasa
Raharja, mengutip alasan penolakan klaimnya antara lain sebagai berikut :

1. Bahwa sesuai Laporan Polisi berdasarkan hasil pemeriksaan TKP dan survey oleh petugas PT
Asutransi Jasa Raharja disimpulkan bahwa pengendara/pembonceng sepeda motor KB 2628 Y
dipersangkakan terjadinya kecelakaan tunggal dan bukan kecelakaan yang disebabkan oleh
kendaraan lain.
2. Sesuai ketentuan Pasal 4 Undang-Undang No.34 Tahun 1964 juncto PP No.18 Tahun 1965 tentang
Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dengan kesimpulan pihak Kepolisian bahwa kecelakaan tersebut
disebabkan oleh kurang hati-hatinya pengendara sepeda motor.
3. Mengapa pihak Kepolisian Singkawang dan pihak Asuransi tidak menyadari bahwa infra struktur jalan
dan jembatan di Kalbar buruk sehingga rawan kecelakaan yang mengakibatkan banyak jatuh korban
?
4. Bahwa dari kesimpulan-kesimpulan tersebut diatas sangatlah melukai rasa keadilan bagi kami
ahliwaris yang ditinggalkan karena pada waktu almahrum mengendarai sepeda motornya, ia
memiliki SIM C yang didalamnya terdapat asuransi serta STNK yang di dalamnya terdapat Iuran
Wajib Asuransi. Lantas buat apa premi asuransi yang dipungut melalui SIM dan STNK tersebut?
5. Bahwa setiap manusia hidup di dunia ini tidak menghendaki kematian akibat kecelakaan kendaraan
bermotor. Untuk itu sekali lagi kami mengharapkan perhatian dari bapak agar kiranya pengajuan
klaim asuransi kami tersebut diatas bisa diterima.

Keluhan Ahliwaris tentang apa gunanya membayar premi asuransi melalui SIM dan STNK adalah wajar. Dan hal
ini telah terjadi semata-mata karena ia tidak memahami dengan benar tentang jaminan yang dapat diterima
bila terjadi suatu kecelakaan lalu- lintas. Hal ini terasa tidak aneh, karena dapat dipastikan, banyak diantara
kita pun dalam keadaan serupa.

Apa yang dijamin ?

 S I M – premi asuransi yang dibayar melalui SIM adalah untuk asuransi terhadap “kecelakaan
yang terjadi sewaktu Pemegang SIM sedang mengemudikan kendaraan di jalan umum a.l.
disebabkan oleh tabrakan, slip/tergelincir dan lain sebagainya dan akibat hit and run (tabrak
lari) yang mengakibatkan luka badan, cacat tetap dan/atau meninggal dunia”.(Dikutip dari
Kartu Asuransi Kecelakaan Diri Pengemudi) Jaminan ini diberikan oleh PT Asuransi Bhakti
Bhayangkara dengan limit untuk SIM C : Meninggal Dunia atau Cacat Tetap masing-masing sebesar
Rp.1juta dan Biaya Perawatan Rp.100 ribu.
 S T N K - iuran yang dibayar melalui STNK ditulis dalam STNK dengan singkatan : SWDKLLJ yang
berarti Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu - Lintas Jalan. Penanggungnya adalah PT Asuransi
Jasa Raharja. Jaminan yang diberikan didasarkan pada Undang-Undang No.34 Tahun 1964 tentang
Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan yang dalam pasal 4 menyatakan : “Setiap orang yang menjadi
korban mati atau cacat tetap akibat kecelakaan yang disebabkan alat angkut lalu-lintas jalan
tersebut dalam pasal 1, Dana akan memberi kerugian kepadanya atau kepada ahliwarisnya
sebesar jumlah yang ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah”. Peraturan Pemerintah
No.18 Tahun 1965 dalam Pasal 10 ayat 1 a berbunyi : “Setiap orang yang berada di luar alat
angkutan lalu-lintas jalan yang menimbulkan kecelakaan, yang menjadi korban akibat
kecelakaan dari penggunaan alat angkutan lalu-lintas jalan tersebut sebagai demikian, diberi
hak atas suatu pembayaran dari Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan, kecuali dalam hal-hal
yang tercantum dalam pasal 13”.
Apa yang dapat diklaim oleh Ahliwaris dari Singkawang ?

Ahliwaris dari Singkawang dapat mengklaim santunan Meninggal Dunia dari PT Asuransi Bhakti Bhayangkara
berdasarkan Kartu Asuransi Kecelakaan Diri Pengemudi (AKDP) atas nama pengemudi sepeda motor.
Tentu saja klaim itu harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen seperti : Surat Keterangan dari pihak
berwenng, Surat Keterangan Dokter, Fotocopy SIM dan Kartu Asuransi AKDP dan surat-surat terkait lainnya
yang diminta oleh asuransi.

Mengklaim kepada Asuransi Jasa Raharja boleh saja, tetapi seperti telah terbukti, klaim ditolak berdasarkan
PP No. 18 tahun 1964 pasal 10 ayat 1 a disebut diatas. Orang-orang yang mendapatkan jaminan berdasarkan
Undang-Undang No. 14 Tahun 1964 dan PP No.18 Tahun 1965 ialah mereka yang berada di jalan dan di luar
alat angkutan yang menyebabkan kecelakaan.

Penyebab kecelakaan haruslah alat angkutan lalu-lintas jalan dan korban haruslah berada diluar alat angkutan
ybs. Artinya korban haruslah telah ditabrak atau diserempet atau dibentur oleh alat angkutan lalu-lintas jalan.
Pada kenyataannya, dari peristiwa di Singkawang ini korban tidak ditabrak, tidak diserempet atau tidak
dibentur oleh alat angkutan lalu lintas jalan. Artinya ia menjadi korban akibat kecelakaan yang disebabkan oleh
dirinya sendiri dan bukan oleh orang lain. Oleh karenanya klaim ahli warisnya ditolak.

Mungkin, karena kecelakaan yang timbul menyangkut dirinya sendiri maka kecelakaan yang dialaminya itu
disebut kecelakaan tunggal. Seandainya ada alat angkutan lalu-lintas jalan yang lain yang menjadi penyebab
dalam suatu kecelakaan, akankah ia dinamakan kecelakaan ganda? Wallahu alam !!

Kiranya, baik untuk dicatat, bahwa ceritera tentang penolakan klaim ini tidak diterima langsung oleh BMAI dari
ahliwaris yang mengklaim, melainkan melalui surat dari Sekretariat Kabinet Republik Indonesia yang ditujukan
kepada : Direktur Utama PT Asuransi Jasa Raharja dan kepada Kepala Badan Mediasi Asuransi Indonesia.
Ternyata surat tanggapan Ahliwaris disebut diatas telah diberi tembusan kepada antara lain : Bapak Presiden
RI melalui PO Box 9949 Jakarta 10000, Ibu Menteri Keuangan RI.
Kita patut berterima kasih dan berbangga bahwa kehadiran BMAI dengan mengemban misi mediasi mendapat
perhatian dan kepercayaan dari Lembaga-Lembaga Tinggi negeri kita..

FL.22/04/09

Anda mungkin juga menyukai