Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI KREATIVITAS

RUANG KUTILANG RUMAH SAKIT JIWA

PROVINSI LAMPUNG

Disusun Oleh :

1. Theresia (2011515008)
2. Sauki Rizkon (2011515086)
3. Ricky Febriandi (2011515051)
4. Vennyta Sari (2011515069)
5. Erli Apri Yansya (2011515084)
6. Made Dodi Hermawan (2011515062)
7. Sholihin (2011515076)
8. Julia Anggraini (2011515074)
9. Lisa Rahma Pertiwi (2011515078)
10. Lina Putriani (2011515034)

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
KREATIFITAS KELOMPOK

BERKEBUN : BERCOCOK TANAM DALAM POT

A. Topik : Berkebun Bercocok Tanam Bungga Didalam Pot


B. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang ditunjukkan
pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas kehidupan dan
disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis, bukan sebagai akibat
dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan masyarakat (Stuart, 2013).
Prevalensi gangguan jiwa didunia pada tahun 2014 diperkirakan
mencapai 516 juta jiwa (WHO,2015). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 sebesar 1,7 per mil. Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun
2010, menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai
2,5 juta. Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehata(Depkes),ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini.
(Riskesdas Tahun 2013), pravelensi gangguan mental di Indonesia 6,0%.
Provinsi dengan gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara
Timur. Jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah dari tahun ke tahun
terus meningkat. Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Tengah menyebutkan
jumlah gangguan jiwa pada tahun 2013 adalah 121.962 penderita. Sedangkan
pada tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi 260.247 orang dan pada tahun
2015 bertambah menjadi 317.504 (Wibowo, 2016).
Berdasarkan data RIKESDAS 2018 di kota Lampung sendiri terdapat 3,2%
penduduk usia lebih dari 15 tahun yang mengalami depresi, dan terdapat
6,0% pravelensi Rumah Tangga dengan anggota rumah tangga (ART)
gangguan jiwa skizofrenia. Selain itu peningkatan angka penderita gangguan
jiwa terjadi pada pasien rawat jalan maupun inap. Jika dirata-rata terdapat dua
orang per hari yang masuk Rumah Sakit Jiwa Lampung, data klien rawat inap
tahun 2016 sebanyak 115 ruang. Pada tahun 2015 data rawat inap 1.329 dan
rawat jalan 37.490 , dan pada 2016 sebanyak 2.020 orang rawat inap dan
32.391 rawat jalan. Dirumah Sakit Jiwa Kota Bandar Lampung juga tercatat
pada semester satu tahun 2017 terdapat 19.426 pasien dan pada tahun 2018
semester 1 tercatat 20.072 pasien gangguan jiwa rawat jalan (Tribun Lampung,
2018).
Sebagian manusia terkadang mengalami masalah kejiwaan, dimana pada
masa ini seseorang mengalami penurunan kemampuan, baik fisik, mental dan
social secara bertahap sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi dan
itu adalah masa yang kurang menyenangkan. Anggapan terhadap klien dengan
gangguan jiwa adalah bingung dan tidak peduli terhadap lingkungan, kesepian
dan tidak bahagia, pikun, dan tidak berguna bagi masyarakat. Namun
kenyataannya tidak semua klien dengan gangguan jiwa seperti demikian.
Oleh karena itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi
klien dengan gangguan jiwadalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa
putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan akibat dari ketidakmampuan dan kelainan
yang dideritanya. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi
dalamperawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhandan ketenangan para klien dengan gangguan jiwa. Menurut
Kaplan & Saddock 2010), tindakan keperawatan spesialis yang dibutuhkan
pada klien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif, terapi
interpersonal, terapi tingkah laku, terapi keluarga dan terapi okupasi
(berkebun ).Pemberian terapi okupasi (berkebun) dapat membantu klien
mengembangkan mekanisme koping dalam memecahkan masalah
Terapi kreativitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut klien dengan
gangguan jiwa (ODGJ) dapat beradaptasi terhadap situasi, lebih mampu merawat
diri sendiri, banyak aktivitas dan lebih mandiri. Salah satu terapi kreativitas pada
klien dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah terapi berkebun berocok tanam
bungga di dalam pot yaitu terapi dengan menggunakan berkebun berocok tanam
bungga di dalam pot secara terapeutik yang bertujuan untuk melatih kemampuan
klien agar bisa mandiri dan memiliki kreatifitas setelah klien keluar dan memulai
bergabung dengan masyarakat yang ada dilingkungannya. Terapi ini sangat
bermanfaat bagi klien agar klien merasa mempunyai kemampuan yang bisa
diterapkan dalam masyarakat dan kehidupan sehari-hari, kreatifitas ini akan
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan  pengarahan mahasiswa dan
berdiskusi satu sama lain. Selain itu terapi krtifitas juga dapat meningkatkan
fungsi fisik, psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi sosial serta meningkatkan
hubungan yang terapeutik, juga dapat memperbaiki, memelihara dan
meningkatkan status fisik dan mental.
Terapi berkebun berocok tanam di dalam pot dimulai dengan membangun
hubungan dan kepercayaan serta rasa aman dan membuat klien dengan gangguan
jiwa merasa lebih baik dengan memanfaatkan waktu luangnya, terutama ketika
berada dirumah. Jenis terapi berkebun berocok tanam bungga di dalam pot
adalah: kegiatan bercocok tanam, merawat dan memelihara tanaman sehingga
energi yang di keluarkan akan menghasilkan keringat.
Terapi berkebun berocok tanam bungga di dalam pot bukan hanya dapat
membantu penyembuhan pasien terapi berkebun dengan konsep healing garden
ini dapat meningkatkan kualitas lingkungan medis yang baik, terapi ini juga tidak
hanya dapat dinikmati dari aspek desain tetapi juga untuk pelayanan kesehatan.
Maka dari itu kami mahasiswa Universitas Mitra Indonesia angkatan 2020
berjumlah 10 orang di ruang kutilang tertarik untuk melakukan terapi kreativitas
dengan berkebun berocok tanam bungga di dalam pot dengan 6 pasien kooperatif.
Manfaat taman tersebut dapat memberikan kesembuhan seperti penurunan
depresi, memberikan kenyamanan dan memperbaiki mental dan emosi.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Setelah selesai mengikuti terapi Kreativitas berocok tanam bungga di dalam
pot klien mampu
beradaptasi terhadap situasi, lebih banyak aktivitas dan lebih mandiri.
2. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti terapi Kreativitas berocok tanam bungga di dalam pot
diharapkan klien dapat:
a. Meningkatkan interaksi social dengan orang lain, meningkatkan rasa kasih
sayang terhadap seseorang dan lingkungan.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan kecemasan.
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yangdihadapi.
d. Meningkatkan kontrol diri dan perasaan berharga.
e. Mengubah perilaku.
f. Mengembangkan kreatifitas.
g. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.

D. Kriteria Klien
a. Klien yang sudah mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien yang sudah diajarkan cara menghardik secara individu
c. Klien sudah mampu berkomunikasi
d. Klien bersedia mengikuti terapi aktivitas
E. Proses Seleksi
Sebelum diadakan terapi Kreativitas, Perawat menyeleksi klien yang tidak
bisa mengikuti terapi, dengan konta indikasi sebagai berikut :
a. Klien dengan gangguan perilaku kekerasan
b. Klien dengan gangguan orientasi realita (orang, tempat, & waktu)
c. Klien dengan gangguan resiko bunuh diri
F. Aktivitas dan indikasi
Klien yang mempunyai indikasi mengikutikreatifitas kelompok klien dengan
isolasi sosial, harga diri rendah, halusinasi, defisit perawatan diri.
Hal yang harus diperhatikan:
1. Jika klien pergi atau meninggalkan ruangan terapis mengingatkan kontrak yang
telah disepakati.
2. Jika pasien diam fasilitator membujuk klien untuk berbicara jika klien tetap
tidak mau berbicara terapis atau leader meningkatkan motivasi klien dengan
mengatakan “ Yang lain bisa pasti Bapak/ Ibu bisa “
3. Jika klien melakukan hal –hal yang tidak di inginkan (mengamuk,
mengganggu pasien lain, ribut ) terapis mengingatkan tentang aturan
permainan.

G. Data Klien
N Nama Kondisi
o
1. Ryan Kooperatif
2. Eryanto Kooperatif
3. Agus Kooperatif
4. M. Nazi Kooperatif
5. Ahmad Mukmin Kooperatif
6. Feriadi Kooperatif

H. Jadwal Kegiatan
Hari / tanggal : 26 Februari 2021
Tempat : Ruang Kutilang
Lama : 60 menit
Waktu : 14.00 WIB
Jumlah klien : 6 Orang
I. Metode Pelaksanaan
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi tanya jawab.
3. Bermain peran.
J. Media
1. Pot Bunga
2. Tanaman
3. Tanah untuk menanam
4. Pupuk
5. Scop
6. APD ( Hanscoon dan masker )
K. Materi
Terlampir
L. Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi
a. Leader : Lina Putriani
b. Co leader : Sauki Rizkon
c. Fasilitator : Sholihin
Julia Anggraini
Ricky Febriandi
Theresia
Erli Apri Yansya
Vennyta Sari
d. Observer :Lisa Rahma Pertiwi
Made Dodi Hermawan
e. Uraian Tugas
1) Tugas leader
a) Membuka acara kreatifitas kelompok.
b) Memperkenalkan anggota terapis.
c) Menjelaskan tujuan aktifitas.
d) Memberikan kesempatan kepada klien untuk saling mengenal.
e) Menjelaskan aturan permainan.
f) Memberikan reinforcement.
g) Mengaktifkan kelompok.
h) Menutup jalannya kreatifitas.
2) Tugas Co Leader
a) Mendampingi dan membantu tugas leader.
b) Mengingatkan leader bila diskusi menyimpang
3) Tugas Fasilitator
a) Mempertahankan keikutsertaan klien.
b) Memfasilitasi dan memodifikasi klien untuk ikut serta.
4) Tugas Observer
a) Mengobservasi jalan diskusi.
b) Mencatat perilaku verbal selama kegiatan berlangsung.
c) Melaporkan jalannya kegiatan kreatifitas kelompok

M.Setting Tempat

Co Leader Leader

Fasilitator pasien Fasilitator


pasien pasien

pasien
Observer Observer

pasien pasien pasien


Fasilitator Fasilitator

Fasilitator Fasilitator
N. Antisipasi Kegiatan
1. Klien bersedia mengikuti kreatifitas kelompok.
2. Jika klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus izin terapis.
3. Jika klien yang direncanakan tiba-tiba tidak mau ikut, perawat perlu
menanyakan alasannya. Jika sulit diberi pengertian tidak dilibatkan dalam
kelompok.
4. Jika ada klien yang mengganggu jalannya acara terapis akan dikeluarkan dari
kelompok.
5. Jika ada dalam anggota saling mempertahankan argumentasinya Leader dan
Co leader berperan dalam meluruskannya.
1. Proses Evaluasi.
Evaluasi Struktur
a. Peserta maksimal 7 orang.
b. Setting tempat klien baik berbentuk huruf U dengan suasana tenang dan
tidak ada yang mondar-mandir dan tetap menjaga jarak karena sedang masa
pandemi Covid 19.
c. Alat dan bahan lengkap tersedia
2. Evaluasi Proses
a. Klien tidak ada yang meninggalkan ruangan.
b. Semua klien aktif dan dapat memberikan tanggapan dengan segera secara
keseluruhan.
3. Evaluasi Hasil
a. 80% Klien dapat berkerja sendiri
b. 80% klien yang hadir aktif bekerja
c. 80% klien mampu mendemonstrasikan bercocok tanam
d. 80 % klien mampu mengungkapkan perasaanya setelah bercocok tanam
O. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a) Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Memperkenalkan diri terapis
3) Klien memperkenalkan diri
b) Evaluasi / validasi
c) Menanyakan perasaan klien saat ini
d) Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkebun.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu berkebun.
b) Terapis membagikan alat/media untuk tiap klien.
c) Terapis meminta klien untuk mulai berkebun.
d) Setelah semua klien selesai berkebun, terapis meminta masing-masing klien
untuk memperlihatkan yang telah dibuatnya.
e) Kegiatan point e dilakukan sampai semua klien mendapat giliran.
f) Setiap kali klien selesai memperlihatkan, terapis mengajak klien lain
bertepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kreatifitas
kelompok.
2) Terapis memberiikan pujian atas keberhasilan kelompok.
3) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan.
b) Kontrak Yang Akan Datang
1) Menyepakati pembuatan kreatifitas kelompok yang baru.
2) Menyepakati waktu dan tempat berikutnya.
5. Evaluasi dan Dokumentasi
a) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses kreatifitas kelompok berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan kreatifitas kelompok. Untuk kreatifitas kelompok berkebun,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mampu mengikuti kegiatan dan
memperlihatkan hasil kegiatannya.

Lampiran Materi :

Budaya Tanaman Hias Dalam Pot

Memilih alternatif untuk mengembangbiakkan tanaman hias dalam pot memang


merupakan pilihan yang tepat apabila Anda tidak memiliki lahan yang cukup untuk
bercocok tanam. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling sederhana jika
dibandingkan dengan beberapa teknik bercocok tanam yang lain dimana sekarang ini
tengah marak berkembang di dunia pertanian. Agar tanaman hias dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, berikut adalah cara-cara yang dapat Anda lakukan:

Memilih Pot Atau Media Tanam

Pastikan bahwa pot yang akan Anda gunakan mempunyai lubang di bagian
bawahnya. Lubang ini berfungsi agar ketika menyiram tanaman, airnya tidak
tergenang pada tanah.
Sebelum melakukan penanaman bibit, pemilihan media dan wadahnya merupakan
salah satu komponen yang penting. Anda harus dapat menyesuaikan
ukuran pot dengan tanaman yang sekiranya ingin dibudidaya. Kemudian, Anda harus
memeriksa juga bagian bawah pot apakah sudah ada lubang yang digunakan untuk
respirasi atau belum. Jika lubang ini belum tersedia, sebaiknya berikan lubang
minimal lima buah agar aliran air lebih lancar.

Memberikan Lapisan Pada Pot

Lapisan dalam pot yang dimaksud di sini adalah, sebelum memasukkan media


tanam, Anda harus melapisi pot dengan bahan-bahan seperti batu kecil atau sabut
kelapa. Bahan-bahan tersebut nantinya akan dijadikan sebagai penahan untuk
tumbuh kembang akar dan batang sehingga tanaman hias tidak akan mudah
tumbang.Campurkan Tanah Dengan Nutrisi Sebagai Media
Langkah selanjutnya adalah mengisi pot dengan media tanam yakni tanah yang
sudah dicampurkan dengan beberapa pupuk alami seperti pupuk kandang dan pupuk
urea. Isi pot dengan tanah kurang lebih 1/3 bagian kemudian masukkan tanaman
yang ingin ditanam. Isi kembali dengan tanah namun jangan sampai mencapai
puncak pot. Sisakan kurang lebih 2cm agar ketika disiram, air tidak akan meluber.

Penempatan dan Penggantian Pot

Tanaman yang mendapat cahaya matahari secara langsung akan tumbuh lebih subur
dan sehat dibandingkan dengan tanaman yang kurang mendapatkan asupan cahaya
matahari langsung.

Menanam tanaman hias dalam pot juga harus memperhatikan peletakkan potnya. Hal
ini dimaksudkan agar tanaman hias Anda mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Sinar matahari sangat berguna bagi tanaman untuk proses fotosintesis. Sedangkan
untuk perawatannya tidak berbeda jauh dengan tanaman pada umumnya yakni
membutuhkan air dan pupuk. Kemudian yang tidak kalah penting adalah Anda harus
mengganti pot ketika tanaman hias sudah bertambah besar agar tidak roboh.

Ada beragam tanaman hias yang dapat dikembangbiakan dalam pot. Baik
itu tanaman hias berbunga maupun tanaman hias yang hanya berupa daun. Cara
menanam dan merawat tanaman hias dalam pot juga tidak terlalu sulit dan tidak
berbeda jauh dengan mengembangbiakkan tanaman hias pada umumnya. Cara ini
bisa dijadikan salah satu alternatif apabila sekiranya Anda tidak memiliki lahan yang
cukup untuk melakukan hobi bercocok tanam Anda.

Anda mungkin juga menyukai