Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Sumberdaya Perairan Estuaria

Kelompok 7

Henry. N (09.101020.018)
Syahril. T (09.101020.008)

Mata kuliah : Manajemen Sumberdaya Perikanan 1


Dosen Pembimbing : Dori Rahmawani, S.Pi.,M.Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BORNEO

TARAKAN

2011
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang mempunyai


wilayah pantai dan laut yang cukup luas. Memiliki sekitar 17.508 pulau besar dan
kecil dtivi tas muara lebih tinggi dari pengan luas wilayah laut sekitar 5,8 juta km2
dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km serta 472 sungai besar dan sungai kecil
(Departeman kehutanan, 1999 dalam Rustam 2001).
Pada muara-muara sungai terbentuk ekosistem estuaria yang merupakan
percampuran air tawar dan air laut yang menjadikan wilayah ini unik dengan
terbentuknya air payau dengan salinitas yang berfluktuasi. Perbedaan salinitas
mengakibatkan terjadinya lidah air tawar dan pergerakan massa di muara. Aliran tawar
dan air laut yang terus menerus membawa mineral, bahan organik, serta sedimen dari
hulu sungai menuju laut dan sebaliknya dari laut ke muara. Unsur hara ini
mempengaruhi produktivitas wilayah perairan muara. Karena itu, produktivitas muara
lebih tinggi dari produktivitas ekosistem laut lepas dan perairan tawar.
Estuaria merupakan ekosistem khas yang pada umumnya terdiri atas hutan
mangrove, gambut, rawa payau dan daratan lumpur. Ekosistem ini mempunyai fungsi
yang sangat penting untuk mendukung berbagai kehidupan. Wilayah estuaria
merupakan habitat yang penting bagi sejumlah besar udang dan ikan untuk emijah dan
membesarkan anak -anaknya. Beberapa larva ikan yang dipijahkan di laut lepas juga
bermigrasi ke estuaria pada fase larvanya. Wilayah ini dapat dianggap sebagai wilayah
perairan peralihan (ekoton) antara habitat air tawar dengan habitat laut yang sangat
dipengaruhi oleh pasang surut dan karakter lokasinya serta morfologisnya yang landai.
Wilayah estuaria sangat rentang terhadap kerusakan lingkungan dan perubahan alami
atau buatan. Pembuanagn limbah, penggunaan perairan sebagai sarana pengangkutan,
serta berubahnya sistem daerah aliran sungai, merupakan sebagian dari penyebab
degradasi kualitas ekosistem estuaria

B. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Estuaria

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut,
sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Bengen,
2002; Pritchard, 1976). Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan
suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000a),
antara lain:
1) Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan
menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan
cirri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya;
2) Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan
khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut;
3) Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas
mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya; dan
4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut,
banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria
tersebut.

Estuaria merupakan salah satu bentuk dari ekosistem lahan basah, dimana lahan
basah di Indonesia luasnya adalah 38 juta ha (wibowo, et al, 1996 dalam Rustam 2001).
Kawasan lahan basah termasuk mengalami kerusakan yang sangat serius karena. Secara
umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain: sebagai sumber zat hara
dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasangsurut (tidal circulation),
penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai
tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat
untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi
sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia
untuk tempat pemukiman, tempatpenangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur
transportasi, pelabuhan dankawasan industri (Bengen, 2004). Secara umum estuaria
dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut :
1. Sebagai tempat pemukiman.
2. Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
3. Sebagai jalur transportasi.
4. Sebagai pelabuhan dan kawasan industry.
5. Sebagai areal hutan.
6. Sebagai tempat pariwisata.
7. Sebagai tempat perkebunan.

B. Sifat-Sifat Fisik Estuaria

Salinitas
Fluktuasi salinitas pada daerah estuaria akan sangat bergantung pada musim
topografi estuaria, pasang surut, dan jumlah air tawar yang masuk. Daerah yang
perbedaan pasang surutnya cukup besar, akan memiliki fluktuasi salinitas yang
maksimum. Selain itu, gaya Coriolis akibat rotasi bumi berpengaruh terhadap
membeloknya aliran air laut di belahan bumu utara dan selatan yang juga berdampak
pada penyebaran salinitas pada daerah estuaria.
Perubahan salinitas musiman di estuaria merupakan akibat perubahan penguapan
musiman dan/atau perubahan aliran air tawar musiman. Daerah dimana debit air tawar
berkurang karena musim kering, salinitas tertinggi bisa diperoleh lebih jauh ke arah hulu.
Ketika debit air tawar mulai naik, gradien salinitas bergeser ke hilir ke arah mulut
estuaria. Oleh karena itu, pada berbagai musim, suatu titik tertentu di estuaria dapat
mengalami salinitas yang berbeda-beda.
Pada substrat terdapat air “interstitial” yang tertahan di dalam pori-pori yang terdapat
diantara partikel, perubahan salinitas jauh lebih lambat dari pada air di atasnya. Air serta
lumpur dan pasir disekitarnya bersifat “buffer” terhadap air yang ada di atasnya.

Substrat
Daerah estuaria sebagian besar didominasi oleh substrat berlumpur yang dibawa oleh
air laut maupun air tawar dai daratan. Pengandapan (sedimentasi) partikel bergantung
pada arus dan ukuran partikel. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat. Oleh
keran itu, substrat pada tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar (pasir atau kerikil).
Diantara partikel yang mengendap di estuaria kebanyakan bersifat organik. Sehingga
sangat kaya akan bahan organik yang dapat menjadi cadangan makanan yang besar bagi
organisme estuaria.
Suhu
Suhu air di estuaria lebih berfariasi dari pada di perairan pantai di dekatnya. Hal ini
disebabkan oleh volume air di estuaria yang relatif kecil sedangkan luas permukaan lebih
besar, sehingga air di estuaria dapat lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Faktor lain
yang mempengaruhi suhu adalah masuknya air tawar. Suhu air tawar di sungai dan kali
sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dari pada suhu air laut. Sehingga
ketika air tawar masuk ke estuaria akan terjadi perubahan suhu.

Aksi Ombak dan Arus


Dangkalnya perairan estuaria pada umumnya merupakan penghalang terbentuknya
ombak yang besar. Sehingga pada umumnya estuaria merupakan tempat yang airnya
tenang. Arus di estuaria teriutama disebabkan oleh kegiatan pasang-surut dan aliran
sungai. Sebagian besar estuaria, terjadi pemasukan air tawar secara terus-menerus padsa
bagian hulu. Air ini pada akhirnya akan mengalir keluar estuaria atau menguap untuk
mengimbangi air yang masuk. Selang waktu yang dibutuhkan sejumlah massa air tawar
untuk keluar dari estuaria disebut waktu penggelontoran (flushing time). Selang waktu
ini dapat menjadi tolak ukur keseimbangan suatu sistem estuaria. Wakti penggelontoran
yang lama, penting artinya untk pemeliharaan komunitas plankton estuaria.

Kekeruhan
Kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Pengaruh ekologi
utama dari kekruhan yaitu penurunan penetrasi cahaya. Hal ini akan berdampak pada
menurunya fotosintesi fitoplankton dan tumbuhan bentik, yang berakibat menurunnya
produktifitas.

Oksigen
Masuknya air tawar dan air laut secara teratur ke dalam estuaria, bersama-sama
dengan pengadukannya dan pencampuran oksigen oleh angin, membawa oksigen yang
cukup dalam kolom air. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya
suhu dan salinitas, jumlah oksigen dalam air akan berfariasi sesuai dengan variasi
parameter tersebut di atas.
C. Tipe – tipe Estuaria

Estuaria didefinisikan sebagai tempat atau daerah pertemuan air tawar dan air asin.
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan percampuran antara air
laut dan air tawar yang berasal dari sungai, sumber air tawar lainnya (saluran air tawar
dan genangan air tawar). Lingkungan estuaria merupakan peralihan antara darat dan laut
yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya
terlindung dari pengaruh gelombang laut. Lingkungan estuaria umumnya merupakan
pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu
karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Perairan estuaria mempunyai Salinitas
yang lebih rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5 – 25
ppm.
Sebagai akibat geomorfologi suatu estuariaa, sejarah geologi daerah tersebut, dan
keadaan iklim yang menonjol, maka terdapat tipe estuaria yang berbeda, masing-masing
memperlihatkan keadaan fisik dan kimia yang berbeda. Estuaria ini dapat
dikelompokkan menjadi beberapa tipe dasar, tipe yang paling umum adalah
1. Estuariaa daratan pesisir (coastal plain estuaria) yang terbentuk pada akhir zaman es
ketika permukaan laut naik menggenangi lembah sungai di pantai yang rendah
letaknya. Contohnya seperti teluk Chesapeaka dan muara sungai Delaware dan
Hudson.
2. Estiaria Tektonik, pada estuariaa ini laut menggenangi kembali daratan karena
turunnya permukaan daratan, bukan sebagai akibat naiknya permukaan laut.
Contohnya seperti Teluk San Fransisco.
Teluk Semi Tertutup atau gobah, dimana benting pasir terbentuk sejajar dengan garis
pantai dan sebagian memisahkan perairan yang terdapat di belakangnya dari laut. Hal ini
menciptakan suatu gobah yang dangkal dibelakang benting pasir, yang menampung debit
air tawa dari daratan. Tipe ini umum terdapat disepanjang pantai Texas di pantai Teluk
Florida dan di barat lautb Eropa (Belanda).
Fjord, merupakan lembah yang diperdalam akibat glasier dan kemudian digenangi air
laut. Bentuk ini banyak dijumpai di pantai Norwegia, Chile, dan Columbia Inggris.
Sedangkan klasifikasi Estuaria menurut Anonim (2002) : Estuaria berstartifikasi
nyata atau estuariaa baji garam, yang dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air
tawar dan air asin. Estuariaa ini banyak ditemukan di daerah dimana alir air tawar dari
daratan (biasanya melalui sungai besar) lebih dominan ketimbang penyusupan (intrusi)
air asin dari laut yang dipengaruhi oleh pasang surut.
Estuariaa campuran sempurna atau estuariaa homogen vertikal, banyak dipengaruhi
oleh pasang surut sehingga tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi.
Estuariaa berstratifikasi sebagian/parsial atau estuariaa berstratifikasi moderat.
Paling umum dijumpai, biasanya aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut
lewat arus pasang. Percampuran air teruatama oleh karena adanya aksi pasng surut
secara terus-menerus, dan akan tercipta pola lapisan air dan massa air yang kompleks.
Menurut Dyer, K.R (1973) estuari dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu estuari positif
dan estuari negatif. Estuari positif adalah suatu estuari dimana air tawar yang masuk dari
sungai dan hujan lebih banyak dibandingkan dengan penguapan, sehingga salinitas
permukaan lebih rendah daripada laut terbuka. Estuari negatif adalah kebalikannya, yaitu
dimana penguapan lebih besar daripada aliran sungai dan hujan, karena itu akan terjadi
keadaan hypersaline (asin berlebih).

C. Ekologi Estuaria

Secara singkat dapat dikatakan bahwa peran ekologis estuariaa yang penting ialah:
a. Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuariaa yang jauh dari
garis pantai maupun yang berdekatan dengannya, lewat diangkutnya zat hara dan
bahan organik tersebut oleh sirkulasi pasang surut (tidal circulation);
b. Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting yang
bergantung pada dasar estuariaa sebagai tempat berlindung dan tempat mencari
makanan (feeding ground); dan
c. Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup di lepas pantai,
tetapi yang bermigrasi ke perairan yang dangkal dan terlindung untuk bereproduksi
dan /atau sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground) anak mereka.
Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif. Produktifitas hayatinya
setara denga prokduktivitas hayati hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu karang.
Produktivitas hayati estuaria lebih tinggi ketimbang produktivitas hayati perairan laut dan
ketimbang perairan tawar. Detritus berperan dalam pembentukan substrat untuk sumber
pertumbuhan bakteri dan laga, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi binatang
pemakan suspensi dan detritus. Estuari merupakan penimbun bahan-bahan organik yang
dibawa oleh sungai dari daratan ataupun dibawa masuk dari laut.
Ada bebrapa penyebab sehingga produktivitas hayati estuaria sangat baik yaitu:
1. Estuaria berperan sebagai jebak zat hara. Dimana ada tiga cara ekosistim estuaria
menyuburkan diri yaitu: dipertahankan dan cepat di daur-ulang zat-zat hara oleh
hewan-hewan detritus yang hidup di dasar estuaria seperti bermacam kerang dan
cacing. Produksi detritus, yaitu partikel-partikel sersah daun tumbuhan akuatik
makro seperti lamun, yang kemudian di makan olh bermacam ikan dan udang
pemakan detritus. Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat
aktivitas mikroba (organisme renik seperti bakteri) lewat akar tumbuhan yang masuk
jauh kedalam dasar estuaria, atau lewat hewan penggali liang di dasar estuaria seperti
bermacam cacing.
2. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dari kenyataan bahwa tumbuhan
terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya demikian rupa sehingga proses
fotosintesis terjadi sepanjang tahun.
3. Arti penting pasang surut dalam menciptakan suatu ekosistim akuatik yang
permukaan airnya berfluktuasi.

D. Adaptasi Organisme Estuaria

1. Adaptasi Morfologis
Adaptasi ini menunjukkan kehidupan pada kondisi dengan fluktuasi suhu dan
salinitas. Misalnya membuat lubang di dalam lumpur, memilikirumbai-rumbai halus
dari rambut atau setae, untuk menjaga agar lubang pernapasan tidak tersumbat oleh
lumpur. Remane dan Schlieper (1971) melaporkan bahwa ukuran badan organisme
estuaria umumnya lebih kecil dari pada kerabatnya yang sepenuhnya hidup di air laut
dan berkurangnya jumlah ruas tulang punggung di antara ikan-ikan.
2. Adaptasi Fisiologis
Pada organisme laut yang masuk ke daerah estuari, konsentrsi garam internalnya
lebih tinggi dari pada konsentrasi garam air estuaria, sehingga air cenderung melewati
selaput, masuk ke dalam tubuh untuk menyamakan konsentrasi. Pengaturan dilakukan
melalui pengeluaran kelbihan air tanpa kehilangan garam atau pengantian garam yang
hilang dengan penyerapan iondari lingkungan secra aktif. Untuk binatang air tawar,
terjadi proses sebaliknya.
Pada binatang bertubuh lunak tertentu, seperti cacing polichaeta, respon
pengaturan osmosisnya relatif lambat. Organisme ini dapat mentolerir kisaran
konsentrasi internal yang lebar, untk jangka waktu tertentu. Sedangkan pada molluska
bivalvi biasanya merupakan osmoregulator yang buruk dan tanggap terhadap
penurunan salinitas yang drastis dengan menutup diri di dalam cangkangnya untuk
menghindrai pengenceran cairan tubuhnya yang brlebihan dngan air.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Salah satu bentuk adapatsi yang dilakukan adalah dengan membuat lubang di
dalam lumpur. Terdapat dua keuntungan dari tingkah laku ini, pertama yaitu dengan
keberadaannya di dalam lumpur berarti nenbuka kesempatan untuk berhubungan
dengan iar interstitial yang memilki variasi salinitas dan suhu yang lebih kecil dari pda
air di atasnya; kedua, untuk menghindar dari pemangsa, seperti burung, ikan, atau
kepiting.
Adaptasi lainnya adalah mengubah posisi pada substrat dengan cara bergerak ke
hulu atau ke hilir estuari untuk menjaga organisme tetap berada pada daerah denga
variasi salinitas minimal.
Beberapa jenis ikan memanfaatkan banyaknya makanan dan sedikitnya pemangsa
di daerah estuaria yang memungkinkan memanfaatkan estaria sebagai daerah asuhan,
sebagai contoh dalah balanak (Mugil sp.) ikan bas bergaris (Roccus saxatilis) dan
sejenis ikan sebelah (Platichthys flesus), yang memasuki estuaria sebagai juvenil dan
bermigrasi kembali ke laut ketika dewasa.

E. Peranan Estuaria

Peranan Estuaria dikenal sebagai daerah/ wilayah perairan yang subur dan
mempunyai produktifitas yang tinggi sebagai pendukung fito-zoo plankton.
Odum (1971): perairan estuaria merupakan perangkap nutrien yang menyebabkan
produktifitasnya tinggi dan subur sehingga merupakan daerah asuhan  (Nurcery Ground)
berbagai jenis organismo.
Mc Connughey (1974): sekitar 90% jenis ikan niaga yang pada waktu dewasa hidup
di air tawar atau air laut bebas memanfaatkan estuaria sebagai tempat perawatan telur,
mengasuh larva dan tempat mencari makan.
Hurabarat dan Evans (1985): ada 4 faktor yang menyebabkan daerah estuaria
mengalami nilai produktifitas yang tinggi:
a. Terjadinya penambahan bahan –bahan organik secara terus-menerus yang berasal
dari aliran sungai.
b. Perairan estuaria umumnya dangkal sehingga cukup menerima sinar matahari untuk
mendukung kehidupan organisme.
c. Perairan estuaria merupakan daerah yang relatif kecil menerima aksi gelombang
sehingga detritus dapat menumpuk di dalamnya.
d. Aksi pasang surut selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berada di dalamnya.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang
hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut
dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan
osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem
estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram
(Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang
niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan
memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi
tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di
pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi
penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya
sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan
berlindung kapal, terutama di saat-saat laut berombak besar. Perkembangan industri
pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan
estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air
yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat-alat
tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.
Mengingat banyaknya perikanan komersial yang tergantung pada ekosistem estuari
ini maka perlindungan ekosistem ini merupakan salah satu persyaratan ekonomik yang
utama agar perkembangan ekonomi di wilayah ini dapat dijaga kelanjutannya. Banyaknya
jenis pemanfaatan wilayah di ekosistem estuari ini menyebabkan sering terjadinya
bertentangan kepentingan dan kerusakan ekosistem yang berharga ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://insidewinme.blogspot.com/2008/03/ekosistem-estuaria.html

http://mspuh.wordpress.com/2010/02/08/sumberdaya-perairan-estuaria-editor-dedy-
kurniawan/

http://www.scribd.com/doc/39573497/Laporan-Presentasi-Estuaria

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/ekosistem-estuari.html

Anda mungkin juga menyukai