Anda di halaman 1dari 7

PROGRES 2

TUGAS TEORI FOTOGRAFI

NAMA NIM
Teguh Julianto Imanuel 1180150221

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI S.1

FAKULTAS FILM DAN TELEVISI

INSTITUT KESENIAN JAKARTA

2021

TOPIK
Mayoritas dari penghuni kolong jembatan di Jakarta merupakan orang yang berasal dari luar

Jakarta, dengan recana mengadu nasib di ibu kota membuat sebagian masyarat tidak dapat

mencukupi kehidupannya dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pendidikan. Dengan itu

masyarakat yang tidak mampu memeli rumah memilih untuk tinggal di pinggiran Jakarta salah

satunya di kolong jebatan. Meskipun lahan tersebut milik Negara para masyarakat itu tidak

memiliki pilihan lain karena kurangnya biaya. Dengan bermodalkan rumah semi permanen

dengan atap terpal dan tembok alakadarnya menjadi tempat tinggal.

Deskripsi secara umum pada status sosial merupakan golongan yang didapatkan oleh kelompok

masyarakat dalam sebuah lingkungan meliputi pada pergaulan, cara mereka menjalani

kehidupan, keuangan, hak-hak dalam bermasyarakat dan kebijakan-kebijakan tertentu. Foto-foto

yang bisa kita lihat mengenai status sosial berbagai macam dan dapat dijumpai pada media

apapun, salah satu contohnya pada media berita online yang membahas tentang foto sel tahanan

penjabat kasus korupsi yang memiliki fasilitas mewah. Foto sel tahanan mewah itu menjadi

sorotan bahwa status sosial sangat menentukan kehidupan bagi yang memiliki kekuasaan.

Deskripsi secara khusus pada status sosial pada bahasan kali ini mengkerucut kepada golongan

kelas bawah, lebih tepatnya orang-orang yang bermukim di bawah kolong jembatan pada daerah

kota Jakarta. Foto ini akan membahas berbagai macam aktifitas warga yang tinggal di kolong

jembatan yang serba kekurangan.

Masyarakat yang tinggal di kolong jembatan sekitar Jakarta menjadi representasi golongan kelas

bawah dalam foto essay kali ini. Penghuni kolong jembatan dipilih karena menurut penulis
merupakan hal yang menarik untuk dibahas dan juga penulis ingin menantang diri untuk bisa

berbaur di lingkungan tersebut dan dapat menangkap momen-momen yang tidak biasa dilihat.

Representasi foto essay pada kelas bawah menjadikan wahana yang fleksibel untuk penulis dan

dapat menceritakan berbagai macam kejadian-kejadian yang akan terjadi dan akan ditangkap

oleh penulis ketika melakukan sesi pemotretan.

Ruang dan waktu dalam foto essay kelas bawah ini dilakukan diberbagai macam kawasan

perumahan yang ada di kolong jembatan sekitar kota Jakarta, salah satu tempatnya yaitu kolong

jembatan di daerah kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Pemotretan dilakukan pada sore hari ketika

masyarakat sedang berinteraksi dan bermain di kawasan kolong jembatan.

Fungsi sosial pada foto essay kelas bawah ini menjadi pengingat untuk kita bahwa sebagai

manusia kita bisa lebih bersyukur atas fasilitas yang memadai yang bisa kita gunakan sekarang

dan mengurangi mengeluh atas apa yang terjadi kepada kita.

REFERESI
Erik Prasetya merupakan pelopor street photographer di Indonesia, lahir di Pdang pada 15

febuari 1958. Erik Prasetnya menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung dengan

jurusan Pertambangan, dan mulai mengeluti dunia fotografi pada umur 10 tahun ketika

mendapatkan kamera pertamanya. Erik Prasetya sangat tertarik untuk mengabadikan setiap

momen dengan belajar cuci dan cetak foto di kamar gelap milik anak teman ibunya. Pada 1990

Erik Prasetya memutuskan untuk memotret di kawasan Sudirman, Thamrin, Jakarta Pusat.

Pendekatan fotogrfi yang dilakukan yaitu street photography yang di masa tersebut belum

popular di Indonesia.

Erik Prasetya menjelaskan pada eranya dulu tepatnya pada tahun 1997 menjelang krisis moneter

di Indonesia, Erik Prasetya bersama dengan Sebastiao Salgado fotografer dunia yang kala itu

dibantu Erik untuk memotret kota Jakarta. Kesulitan untuk memotret suasana kota Jakarta setiap

kali ingin memotret suatu tempat, di mal atau di taman kota dia harus meminta izin bahkan

dilarang. Karena di masa presiden Suharto semua dikontrol, maka dari itu street photography

tidak pernah berkembang baik di masa presiden Suharto. Fotografi jalanan membutuhkan

kedalaman, ketika fotografer blusukan dan menampilkan sesuatu yang tidak berkenan bagi

penguasa tindakan itu dianggap subversif.  

Selain menjadi fotografer lepas di Tempo Erik tetap memotret untuk memenuhi kebutuhan

finansialnya seperti memotret pernikahan, iklan atau pabrik. Hingga pada satu titik Erik

merasakan bosan karena rutinitas yang berulang dengan selera klien dan membuat Erik

membangun proyek pribadinya yaitu Thamrin – Sudirman tahun 90an. Erik mulai memotret

perubahan Thamrin – Sudirman dan menjadi sebuah proyek yang panjang hingga 20 tahun

kemudian. Tepat pada tahun 2010 buku Estetika Banal terbit dan banyak dijadikan sebagai

pondasi dan pegangan Sstreet photography di Indonesia.


Faktor yang penulis sukai terhadap Erik Prasetya merupakan gaya dalam memotret yang

memiliki spontanitas yang belum bisa dimiliki oleh penulis. Hal tersebut sulit menurut penulis

karena spontanitas dalam street photography dirasa canggung ketika dilakukan. Karena

ketakutan yang ada dalam pikiran apa subjek yang dipotret akan menyukainya atau tidak dan

memikirkan memikirkan pertimbangan lainya seperti perasaan canggung. Maka dari itu penulis

lebih sering melakukan proses pendekatan secara singkat terlebih dahulu untuk meminta subjek

akan dipotret. Tetapi seiring berjalannya waktu penulis dapat melakukan spontanitas dalam

memotet street photography karena penulis ingin mendapatkan momen yang kemungkinan besar

tidak dapat diulang. Keberanian memotret secara spontanitas cukup lama didapatkan penulis

karena penulis memerlukan adaptasi dalam memotret secara spontan.

Seperti yang tercantum pada buku Erik Prasetya yang berjudul On Street Photography, ada

berbagai cara untuk memotret street yaitu pendekatan secara langsung seperti berbicara kepada

subjek atau memotret secara langsung seperti pencopet.

Dalam karya ini gaya street photography digunakan karena menurut penulis memiliki

fleksibilitas dalam mengambil gambar dan penulis ingin mengutamakan momen yang akan

didapatkan ketika memotret di kolong jematan kota Jakarta.

REPRESENTASI DALAM FOTOGRAFI


Representasi dalam fotografi menurut penulis merpakan cara pandang seorang fotografer

terhadap lingkukan di sekitarnya. Dengan memperhatikan sekitar dengan berbagai macam

keunikan yang terjadi setiap harinya dan sebenarnya tidak perlu jauh-jauh keluar rumah. Pada

lingkukan rumah contohnya memiliki berbagai macam keunikan yang terjadi setiap harinya.

Ketika kepekaan terhadap sosial dilatih terus menerus oleh fotografer, diri ini akan merasaakan

lebih dari pandangan orang pada umumnya. Memperhatikan yang dimaksud oleh penulis juga

bukan sekedar memandang sesuatu tetapi memikirkan sesuatu tanpa ada kejadian didepan

matanya. Jadi bukan hanya sekedar melihat pandangan hanya sekilas dari kamera melainkan

memandang menggunakan mata tanpa bantuan kamera.

Representasi relasi dalam foto memiliki arti memiliki pemahaman tersendiri bagi setiap pemotret

dan pemandangnya. Ketika pemotret memiliki arti ‘A’ dalam karyanya tetapi pemandang akan

merepresentasikan arti dari foto tersebut bisa menjadi ‘A’ ‘B’ ‘C’ dan sebagainya. Pandangan

subjek yang melihat karya tersebut akan mengolah foto tersebut sesuai dengan pengetahuan yang

pemandang miliki. Hal tersebut menurut penulis wajar-wajar saja karena setiap orang data

dengan bebas mengartikan arti dalam sebuah karya yang sedang dilihatnya.

Poin utama dari pemikiran penulis merupakan referensi merupakan hal yang sangat penting

untuk dimiliki oleh seorang seniman apapun. Dengan memiliki segudang referensi yang didapat

dari mana saja dapat membuat kita peka terhadap karya yang akan kita buat nantinya. Referensi

dan pengetahuan menjadi pendukung utama ketika kita sedang melakukan pemikiran terhadap

karya tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Rumah kolong jembatan di Jakarta :

https://kumparan.com/kumparannews/kehidupan-di-kolong-jembatan-1rzQkVhjZEO/full

Referensi :

https://inet.detik.com/fotostop-news/d-2948327/erik-prasetya-sang-pelopor-streetphotography-

tanah-air

https://www.photodemos.org/author/eric_prasetya/

buku On Street Photography

Anda mungkin juga menyukai