PNEUMONIA
Disusun oleh :
SURAKARTA
2018
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang sering
terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong,2008). Pneumonia disebabkan
oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikroplasma), fungi, parasit,
atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden,2009)
Pneumonia adalah salah satu penykit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari salah satu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mikroplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radanng
paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat dari gambaran
radiologis (NANDA,2016).
B. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi penumonia berdasarkan rentang usianya
a. Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan
1.) Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih.
2.) Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.
b. Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – < 5 tahun
1.) Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah.
2.) Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan – <1 tahun 50 kali per
menit, untuk usia 1 tahun – <5 tahun 40 kali per menit.
3.) Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.
2. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acquired pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised
3. Berdasarkan bakteri penyebab:
a. Pneumonia bakteri/tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan
dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa
saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol,
pasien yang terkebelakang mental, pasien pasca operasi, orang yang
menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan
terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya
karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan
cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
b. Pneumonia Akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan
bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi
bisa menyebabkan pneumonia juga).
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda
terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan
berwarna hijau atau merah tua
c. Pneumonia jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita
dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
4. Berdasarkan predileksi infeksi:
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak
infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang
disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.
Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah
dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap
udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu.
Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain
(super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah
sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah
beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh.
C. ETIOLOGI
Secara umum individu yang terserang pneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus,
gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat. Penyebab Pneumonia yang biasa ditemukan menurut (Wijayaningsih,
2013 ) antara lain:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus
Aureus, Haemophilus, influenza Basillus Friendlander (Klebsial Pneumonia),
Mycobacterium Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Mycroplasma Pneumonia
4. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices
Dermatices, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
5. Aspirasi benda asing : makanan kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing.
6. Pneumonia Hipostatik
7. Sindrom Loeffler
Leukositosis
Kapasitas vital
compliance
menurun, Suhu tubuh meningkat
hemoragik
Ketidakefektifan pola
Ketidakefektifan bersihan
nafas
jalan nafas
G. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran pernapasan.
Saluran napas atau akut selama beberapa hari selain didapatkan menggigil, demam
paling sering terjadi pada anak usia 6 bulan- 3 tahun dengan suhu tubuh meningkat
dapat mencapai 40oC, sesak nafas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita ditemui
gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makandan sakit kepala.
Tanda dan gejala berupa : Batuk non produktif, ngus (nasal discharge), suara
napas lemah, retraksiintercosta, penggunaan otot bantu napas, demam, ronchii,
cyanosis, thorak photo menunjukkan infiltrasimelebar, batuk, sakit kepala,
kekakuan dan nyeri otot, sesak nafas, menggigil, berkeringat, lelah. Keadaan berat
pada bayi meurun karena tidak dapat / minum serta menyusui atau memuntahkan
semua,kejang,latergis, atau tidak sadar,sianosis, distress serta pernapasan yang
berat. Pernapasan pada anak umur 2 bulan- 11 bulan > 50 x/menit dan pada anak
usia1 tahun-5 tahun > 40 x/menit
H. FAKTOR RISIKO
1. Merokok merupakan faktor resiko untuk terkena pneumonia
2. Memiliki kondisi klinis lain, terutama penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
atau asma
3. Bayi kurang dari 2 tahun atau lansia > 64 tahun
4. Memiliki gangguan system kekebalan tubuh
5. Meminum obat proton pump ( prilosic atau protosix ) yang mengurangi jumlah
asam lambung
6. Pecandu alcohol
7. Seseorang yang terserang batuk dan flu
I. KOMPLIKASI
Komplikasi dari pneumonia adalah: (Wong, 2009)
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih
sering virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
3. Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah netrofil). Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-
40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
4. LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat,
aspirasi biopsi jaringan paru
5. Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
6. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronskoskopi
fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab,
seperti bakteri dan virus. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi
paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau
mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sulit.
7. Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan
(hipokemia).
8. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubella).
10. Biopsy paru untuk menagakkan diagnosa
K. PENATALAKSANAN
Penatalaksanaan pneumonia menurut Wijayaningsih (2013)
1. Farmakologi
a. Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicilin,
gentamicin.
b. Pemilihan jenis antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita,
dan dugaan kuman penyebab:
Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia,
hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak diketahui
penyebabnya, maka seca praktis dipakai kombinasi: penisilin prokai 50.000-
100.000 KI/kg/24 jam IM, 12 kali sehari dan kloramfenikos 50-100
mg/kg/24jam IM/IV, 4 kali sehari dan kloksasilin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali
sehari dan kloramfenikol (dosis sama dengan di atas.
Anak-anak < 5tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh: streptokokus
pneumonia: pensilin prokain IM atau fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/24
jam oral, 4 kali sehari, eritromisin atau kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2
kali sehari. Oksigen 1-2 L/m. IVFD dekstrose 5% ½ Nacl O.225% 350cc/24
jam. ASI/Pasi 8x20 cc per sonde B. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik
yang sesuai dengan penyebabnya.
2. Non farmakologi:
a. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
b. Simptomatik terhadap batuk.
c. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif.
d. Bila terdapat obsturksi jalan nafas, dan lendir serta ada febris, diberikan
bronkodilator.
e. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Demografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama: Saat dikaji biasanya penderita pneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
3. Riwayat penyakit sekarang :Penyakit pneumonia mulai dirasakan saat penderita
mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada
saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dan banyak sekali. Penderita
biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan
peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels dan ronchi, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu :Biasanya penderita pneumonia sebelumnya belum
pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya pneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/asap.
5. Riwayat penyakit keluarga:Biasanya penyakit pneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok.
6. Pola pengkajian
a. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (Hijau, dan putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia
berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam
jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji), pengunaaan oksigen pada malam hari
atau terus-menerus.
Tanda: lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung)
Dada: dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk
barel), gerakan difragma minimal
Bunyi nafas : Krekels lembab, ronchi, kasar
Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
b. Sirkulasi
Gejala: pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda: peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia Distensi vena leher
(penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan
diameter AP dada). Warna kulit/membrane mukosa : normal atau abu-
abu/sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
c. Makanan/cairan
Gejala: Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda:turgor kulit buruk berkeringat, palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
d. Aktifitas/istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan, dan malaise. ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari-hari karena sulit bernafas. ketidakmampuan untuk tidur,
perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat istirahat atau
respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda: keletihan, gelisah/insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot.
e. Integritas ego
Gejala: peningkatan faktor resiko
Tanda: perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang
f. Personal Hygiene
Gejala: penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktifitas
sehari- hari
Tanda: kebersihan buruk, bau badan.
g. Keamanan
Gejala: riwayat alergi atau sensitife terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya
infeksi berulang.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijayaningsih (2013) untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan
dapat melalui beberapa pemeriksaan penunjang, sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi ssatu atau
beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate.
b. Pemeriksan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000
/mm3.
c. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien
mengalami imunodefiensi.
d. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.
e. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi jarum,
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk
menanganinya.
B. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan secret
2. Hipertermi b.d proses penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,
muntah
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d proses inflamasi dalam alveoli
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
C. INTERVENSI
No NOC NIC Rasional
.
1. Kriteria hasil: Pasien a. Kaji atau pantau a. Mengetahui frekuensi
menunjukkan perilaku pernafasan klien pernafasan klien
mencapai bersihan b. Auskultasi bunyi sebagai indikasi dasar
jalan nafas, bunyi nafas tambahan gangguan pernafasan
nafas bersih, tidak ada (ronchi, wheezing) b. Adanya bunyi nafas
dispnea, dan sianosis. c. Anjurkan keluarga tambahan yang
untuk memberikan menandakan adanya
posisi yang nyaman, gangguan pernafasan
misalnya posisi semi c. Posisi semi fowler
fowler. memungkinkan
d. Berikan O2 sesuai ekspansi paru lebih
kebutuhan maksimal
e. Terapi inhalasi dan d. Mempertahankan
latihan nafas dalam kadar O2 dalam
dan batuk efektif tubuh
f. Pemberian cairan e. Nafas dalam
peroral /IV sesuai usia memudahkan
anak, tawarkan air ekspansi maksimum
hangat daripada paru-paru/jalan nafas
dingin lebih kecil.Batuk
g. Kolaborasi dengan adalah mekanisme
dokter dalam membersihkan jalan
pengisapan lendir nafas alami,
sesuai indikasi membantu silia
mempertahankan
jalan nafas paten
f. Cairan khususnya
yang hangat
memobilisasi serta
mengeluarkan lender
g. Merangsang batuk
serta membersihkan
jalan nafas secara
mekanik pada pasien
yang tidak mampu
melakukan
pernafasan karena
batuk tidak efektif
atau penurunan
kesadaran
Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik,edisi 5. Jakarta :EGC
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10.
Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika