NIM : 858920986
belajar diatur secara saksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh
ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Ateng 1993,
(http://www.rancahbetah) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan
mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional. Pendidikan
jasmani di sekolah dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan
karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat 3 tahapan, yaitu:
a. tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usia 5 – 7 tahun); b. tahapan masa
kanak-kanak akhir (middle childhood); dan c. tahapan awal dari pra-adolesen (yang bisa
dimulai pada usia 8 tahun atau ratarata usia 10 tahun) Demikian juga dalam perkembangan
motorik dan keterampilan. Anak-anak usia sekolah dasar mengalami masa-masa
perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia-usia 5 – 8 tahun,
anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar
seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (non-locomotor)
dan gerak memakai anggota badan (manipulative). Pada usia di atasnya, anak-anak mulai
matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulatif lanjutan, hingga
kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk
pembinaan
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. 2.1.3 Kurikulum Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Kurikulum di Indonesia telah banyak mengalami
perubahan. Kurikulum yang terakhir dan masih digunakan hingga saat ini adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada dasarnya kurikulum disusun dengan
memperhitungkan berbagai asumsi kepercayaan serta nilai-nilai yang diyakini bermanfaat
untuk diberikan kepada para siswa. Kurikulum biasanya memuat tentang standar isi dan
materi pokok. Depdiknas (2004:53) materi pokok program pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan di sekolah dasar sesuai kurikulum, terdiri dari berbagai aktivitas jasmani, seperti
(1) aktivitas permainan dan olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) aktivitas uji diri, (4)
aktivitas ritmik (seni gerak), (5) aktivitas air, (6) aktivitas fisik di alam terbuka/bebas.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV, V, dan VI Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar 1. Mempraktekkan gerak dasar 1.1 Mempraktikkan gerak dasar dalam
permainan sederhana dan permainan bola kecil sederhana dengan olahraga dan nilai-nilai
yang peraturan yang dimodifikasi, serta nilai terkandung di dalamnya kerjasama tim,
sportivitas, dan kejujuran**) 1.2 Mempraktikkan gerak dasar atletik sederhana, serta nilai
semangat, percaya diri dan disiplin**) 1.3. Mempraktikkan gerak dasar permainan bola besar
sederhana dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerja sama, sportivitas, dan
kejujuran**) 2. Mempraktikkan latihan untuk 2.1 Mempraktikkan aktivitas permainan
meningkatkan kebugaran dan sederhana untuk melatih daya tahan nilai-nilai yang terkandung
di dan kekuatan otot, serta nilai kerja dalamnya keras, dan disiplin 2.2 Mempraktikkan
aktivitas permainan untuk melatih kelenturan dan koordinasi, serta nilai kerja keras, dan
disiplin 3. Mempraktikkan berbagai bentuk 3.1 Mempraktikkan kombinasi gerak senam
latihan senam lantai yang lebih lantai tanpa alat dengan memperhatikan kompleks dan nilai-
nilai yang faktor keselamatan, dan nilai disiplin serta terkandung di dalamnya keberanian 3.2
Mempraktikkan kombinasi gerak senam lantai dengan alat dengan memperhatikan faktor
keselamatan, dan nilai disiplin serta keberanian 4. Mempraktikkan keterampilan 4.1
Mempraktikkan gerak ritmik gerak ritmik terstruktur secara diorientasikan pada arah, ruang
dan beregu tanpa dan dengan waktu secara beregu menggunakan menggunakan musik dan
nilaimusik,serta nilai estetika nilai yang terkandung 4.2 Mempraktikkan keterampilan gerak
didalamnya ritmik terstruktur secara beregu tanpa menggunakan musik, serta nilai estetika 5.
Menerapkan budaya hidup sehat 5.1 Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekolah 5.2
Membiasakan membuang sampah pada tempatnya
Dalam KTSP (2006) dikemukakan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-
KMP) untuk pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bertujuan membentuk karakter
peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini
dicapai melalu muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan
kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan muatan local yang relevan. 2.2
sekolah dasar sebagai berikut. 1. Pertumbuhan fisik atau jasmani a) Perkembangan fisik atau
jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif
sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-
anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain
disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup
dan lain-lain. b) Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya
dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang
menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak. 13
c) Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang
berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan
yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. d) Orang tua harus selalu memperhatikan
berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan
penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan
kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang
dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana. 2. Perkembangan intelektual dan emosional
a) Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain
kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya
perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki
kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan
teman-temannya. b) Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya
perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru
di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras,
budaya, etnik dan bangsa. c) Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya
gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak 14
dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan
orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak.
Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan
tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak
sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan
emosional anak. d) Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali
bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. e)
Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak,
biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog
dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan
anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan
bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.
Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan
ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak
orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali
mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu
di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan 15
lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai
aktivitas dalam masyarakat. 2.3 Permainan Bola Voli pada Mata Pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan merupakan mata pelajaran yang memiliki kontribusi besar untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan dapat tercapai, jika materi-materi dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan diajarkan dengan baik dan benar. Permainan bola besar merupakan salah satu
bentuk aktivitas fisik yang jika dilakukan akan dapat menghasilkan keterampilan gerak.
Permainan bola voli adalah jenis permainan bola besar. Permainan ini dimainkan dengan
menggunakan teknik permainan, yakni: (1) Servis, (2) Passing, (3) Smash, (4) Bloking.
Permainan bola voli dapat digunakan pada mata pelajaran pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan di sekolah dasar. Karena dengan anak melakukan teknik-teknik dasar
dalam
permainan
bola
voli,
Pentingnya Modifikasi Peralatan dan Peraturan Permainan Bola Voli Modifikasi Permainan
Bola Voli pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Muhajir (dalam
Mile 2006:13) mengemukakan pengertian permainan voli
sebagai suatu cabang olahraga berbentuk memvoli bola di udara bolak balik di atas jaring/net,
dengan maksud dapat menjatuhkan bola dalam petak lapangan lawan untuk mencari
kemenangan. Memvoli dan memantulkan bola di udara dapat mempergunakan bagian tubuh
mana saja asalkan perkenaannya harus sempurna ( tidak double/ganda ). Permainan voli
dimaikan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 6 orang pemain inti. Permainan
bola voli merupakan salah satu jenis permainan bola besar yang dapat digunakan pada mata
pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Namun, permainan bola voli pada mata
pelajaran harus dimodifikasi, baik prasarana, sarana (alat dan fasilitas), dan peraturan
permainan. Selain itu perlunya modifikasi permainan bola voli dalam pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan disebabkan oleh siswa yang secara fisik dan emosional belum matang
jika dibandingkan dengan orang dewasa. Beberapa kasus yang tidak tepat dan tidak
diharapkan dalam pendidikan jasmani oleh siswa yaitu: menggunakan alat-alat dan peraturan
orang dewasa. Dengan adanya modifikasi alat-alat dan peraturan memungkinkan siswa lebih
cepat mengembangkan kekuatan secara baik. Sebab setiap partisipasinya mendorong untuk
bekerja sama dan merasa senang.
Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan. Lutan, 1998 (dalam
Samsudin 2008:72) mengemukakan tujuannya, yakni: (1) siswa memperoleh kepuasan dalam
mengikuti pelajaran, (2) meningkatkan kemungkinkan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan
(3) siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Berkaitan dengan modifikasi
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, komponen-komponen penting
yang dapat dimodifikasi. Menurut Aussie 1996 (dalam Samsudin 2008:77), meliputi: Ukuran,
berat atau bentuk peralatan yang digunakan, Lapangan permainan, Waktu permainan atau
lamanya permainan, Peraturan permainan, Jumlah pemain.
Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani bukanlah pendidikan terhadap badan, atau bukan merupakan
pendidikan tentang problem manusia dan kehidupan. Jika kita perhatikan kembali secara
seksama model pemebalajaran pendidikan jasmani, Gambar 1 di bagian depan, maka dapat
diketahui bahwa tujuan pendididkan jasmani terdiri dari empat ranah, yakni: (1) jasmani, (2)
psikomotorrik, (3) afektif, dan (4) kognitif. Keempat ranah tersebut merupakan tujuan
sementara jika dipandang bahwa pendidikan jasmani itu merupakan bagian integral dari
pendidikan, dan tujuan pendidikan itu merupakan pelengkap atau penguat tujuan
ppendidikan.
Apabila anak aktif melakukan pendidikan jamani, misalnya anak bermain kejar –
mengejar, maka pada kegiatan yang tidak mereka sadari akan menjadi penyebab terjadinya
perubahan-perubahan. Setiap perubahan pada setiap peserta didik, akan terjadi penambahan
kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai, peningkatan fungsi alat-alat pernafaan,
kelentukan sendi-sendi tubuh, terutama sendi-sendi tungkai dan lengan.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dengan baik dan lancar,
maka guru pendidikan jasmani harus betul-betul mengetahui interaksi edukatif berikut ini
(Winarno Surachmad, 1980).
a. Keadaan anak (jenis kelamin, atau kemampuan anak, karakteristik dari
perkembangan anak).
b. Penentuan bahan pelajaran yang tepat.
c. Tempat pelaksanaan ( lapangan terbuka, ruang senam, kolam renang, lapangan
halaman bermain).
d. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran (rasa sosial, kemampuan
motorik).
e. Kemampuan motorik, afektif atau kognitif.
f. Tersedianya media atau alat pembelajaran pendidkan jasmani.
g. Penentu pembelajaran dan metode penyampaian (bentuk metode penyampaian
bermain, kriteria, gerak dan lagu, meniru, lomba, tugas, komando, latihan, dan
modifikasi).
h. Adanya penilaian proses dan hasil interkasi.
Pencapaian pembelajaran akan lancar dan berhasil bila interkasi edukatif tersebut diatas
sebagai butir yang saling terkait antara satu butir dengan butir yang lain.
Tujuan umum pendidikan jasmani di Sekolah Dasar adalah memacu kepada pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk
dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan
hidup sehat. Sebagai gambaran tujuan tersebut adalah:
Johan Huizinga, seorang profesor, teoritisi budaya cumsejarahwan Belanda pada tahun 1938
menulis sebuah buku Homo Ludens; a Study of PlayElement in Culture. Dari buku itu
kemudian populer istilah Homo Ludens untuk menyebut manusia sebagai “makhluk
bermain”, makhluk yang suka bermain atau menciptakan permainan. Huizinga bahkan
menyatakan bahwa “Play is older than culture”.
Terlepas dari kontroversi pernyataan itu, nyatanya dalam setiap komunitas baik primitif
maupun modern selalu terdapat permainan sebagai bagian dari kebudayaan manusia, tiap
zaman memiliki tipikal permainannya sendiri. Tentu saja, karena permainan adalah bagian
dari kebudayaan, jenis permainan itu terkait erat dengan perkembangan budaya masyarakat
setempat, termasuk perihal pendidikan.
1. Pengetahuan (Knowledge)
Kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Contoh: menyatakan
kebijakan.
1. Pemahaman (Comprehension)
Kemampuan memahami materi tertentu. Contoh: menuliskan kembali atau
merangkum materi pelatihan.
1. Penerapan (Application)
Kemampuan untuk menerapkan informasi/konsep dalam praktek/situasi nyata yang
baru. Contoh: menggunakan pedoman/aturan dalam menghitung gaji pegawai.
1. Analisa (Analysis)
Kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Contoh:
menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan
keuangan.
1. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk memproduksi. Contoh: Menyusun kurikulum pelatihan dengan
mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.
1. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan menilai ‘manfaat’ suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan
kriteria yang jelas. Contoh: membandingkan hasil ujian peserta pelatihan dengan
kunci jawaban.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan,
nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Ranah Afektif dibagi dalam
lima kategori yaitu:
1. Penerimaan (Receiving)
Kemampuan memperhatikan/menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang
lain. Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang.
1. Responsive (Responding)
Kemampuan berpartisipasi aktif dalam pelatihan dan selalu termotivasi untuk segera
bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam
diskusi kelas.
1. Karakterisasi (Characterization)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup seseorang. Kemampuan memperbaiki
hubungan intrapersonal, interpersonal dan sosial. Contoh: menunjukkan rasa
percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motorik dan
kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya.
Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik
pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang
sederhana hingga tingkat yang rumit yaitu: persepsi, kesiapan, respon terpimpin,
mekanisme, respon tampak yang kompleks, penyesuaian dan penciptaan.
Contoh Gerak Lokomotor, Non-lokomotor, dan Manipulatif dalam Olahraga Sepak Bola
Contoh gerak lokomotor dalam sepak bola: Berlari untuk mengejar bola Melakukan tekel
Melompat Contoh gerak non-lokomotor dalam sepak bola: Membungkuk Menekuk lutut atau
mengayunkan kaki Memutar sendi tangan atau kaki Menggelengkan kepala untuk melihat
bola Memutar badan Contoh gerak manipulatif dalam sepak bola: Menendang bola Melempar
bola Menangkap bola Baca juga: Mengenal Sistem Pertahanan Zone Marking pada Sepak
Bola Kasti Contoh gerak lokomotor pada kasti: Berlari menuju base Berjalan Melompat
Contoh gerak non-lokomotor pada kasti: Mengayunkan tangan Membungkuk Memutar badan
Contoh gerak manipulatif pada kasti: Memukul bola Melempar bola Menangkap bola Bola
Basket Contoh gerak lokomotor dalam bola basket: Berlari dan berjalan tanpa bola Melompat
menuju ring Contoh gerak non-lokomotor dalam bola basket: Menekuk lutut sebelum
mengumpan Menekuk siku sebelum menangkap bola Memutar badan Contoh gerak
manipulatif dalam bola basket: Menangkap bola Memantulkan bola Mengumpan bola kepada
rekan setim (passing) Menembakkan bola ke dalam keranjang (shooting)