Anda di halaman 1dari 8

Resume Materi Pertemuan 9-15

Dan Makalah Tentang Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas dalam menempuh Mata kuliah PABK pengelolaan
kelas oleh Dosen Pengampu :

Widyawati,S.Kp

Oleh

Putri Ratna Safitri

191FK01091

2C

PROGRAM D3 KEPERAWATAN

BHAKTI KENCANA UNIVERSITY

2020/2021
1. MERANGKUM MENGGUNAKAN BAHASA SENDIRI MATERI (PERTEMUAN 9-15)

 PEMBERANTASAN KORUPSI (PERTEMUAN 9)


Konsep Pemberantasan Korupsi. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tentang Pemberantasan Korupsi
yang berbunyi: Mengingat korupsi indonesia terjadi secara sistematik dan meluas sehingga
tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah melanggar aklak sosial dan
ekonomi masyarakat secara luas, maka pemberantasan korupsi perlu dilakukan dengan
cara luar biasa. Strategi pemberantasan korupsi bukan hal yang sederhana. Karena itu,
perlu di sesuaikan dengan konteks masyarakat dan organisasi yang ditangani serta
karakteristik pihak terkait dan lingkungannya. Terdapat 6 (enam) strategi nasional yang
telah di rumuskan, sedangkan Komisi Pemberantasan Korupsi mengelompokkannya
menjadi 3 (tiga) strategi, yaitu: penindakan (represif), perbaikan sistem, edukasi dan
kampanye. Dalam menjerat terdakwa korupsi didapatkan beberapa bukti yaitu keterangan
aksi, surat, dan keterangan terdakwa, juga diperoleh dari alat bukti lain yang berupa
informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat
optik atau yang serupa dengan itu tetapi tidak terbatas pada data penghubung eletronik
(electronic data interchange), surat elektronik (e-mail), telegram, teleks, dan faksimili, dan
dari dokumen, Berdasarkan survey Corruption perception index 2013 ditemukan ada enam
negara dengan tingkat korupsi terendah. Monopoli terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, sehingga diperlukan kemampuan
untuk meminimalisir pengendalian tersebut dengan desentrasilsasi tugas. maka diperlukan
strategi pemberantasan korupsi melalui e-government. Adanya diskreksi (wewenang) yang
dimiliki oleh pejabat pemerintah membuka peluang lebih besar untuk terjadi korupsi. .
Terdapat beberapa langkah untuk mengurangi adanya penyalahan wewenang dan korupsi
yaitu (1) mempersingkatkan perizinan, penyederhanakan jumlah perizinan (2)
menghadirkan e-government sebagai salah satu cara mengurangi diskreksi pejabat.
Lemahnya akuntabilitas terlihat dari cara pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh pejabat publik dan hal ini dapat diatasi melalui teknologi informasi dan
komunikasi. Akuntabilitas terbagi atas 3 komponen penting, yaitu partisipasi warga
negara dalam proses politik dan pemerintah, birokrasi yang efektif, dan implementasi
peraturan perundang-undangan. prinsip-prinsip good governance dalam rangka
memberantas korupsi, diantaranya pengadaan barang dan jasa, perpajakan, dan juga
perizinan. Salah satu strategi pemberantas korupsi dalam penelitian Hardjaloka (2014)
adalah dengan E-government. E -government merujuk kepada pengunaan teknologi
khususnya internet dan teknologi komunikasi serta word wide web (www) dalam
menyelenggarakan pelayanan pemerintah secara elektronik kepada masyarakat, dunia
usaha, organisasi, dan lainnya. E-government menjadi suatu metode pemberantasan
korupsi melalui e-government akan terlihat transparansi, terjadi pengurangan biaya dan
pertumbuhan pendapat. E government memberikan kemudahan akses kepada masyarakat
terhadap proses pelayanan publik dan kinerja pemerintah. Terdapat setidaknya empat
strategi Pemberantasan korupsi yang dapat dilakukan, yakni
(1) strategi terkait masyarakat;
(2) strategi terkait hukum;
(3) strategi terkait pasar; serta
(4) strategi terkait politik. Strategi terkait masyarakat menurut Gillespie dan Okruhlik
ditekankan pada tiga hal utama, yakni norma etika, pendidikan, dan kewaspadaan publik.
Sementara strategi terkait politik menekankan pada tiga perhatian, yakni kewenangan,
akses terhadap proses politik, serta reformasi administrasi/birokrasi. melakukan upaya
reformasi sektor publik yang utama, termasuk di dalamnya kegiatan penguatan
akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan, serta memperkuat aturan hukum,
meningkatkan kualitas UU anti korupsi, penanganan tindakan pencucian uang, dan
mempromosikan tata kelola pemerintahan yang baik, berpendapat bahwa pemberantasan
korupsi membutuhkan pemahaman terhadap penyebab dari munculnya masalah korupsi
tersebut pada sebuah negara/daerah.

 PEMBERANTASAN KORUPSI: PENCEGAHAN KORUPSI DAN UPAYA


PENINDAKAN (PERTEMUAN 10)
Upaya korupsi adalah pemberantasan tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan dengan
menangkap pelaku dan menuntut di pengadilan saja, tetapi perlu dilakukan upaya
pencegahan terhadap perbuatan korupsi tersebut. Asas-asas umum penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (AAUPB) merupakan hukum yang tidak tertulis yang berlaku
sebagai rambu-rambu dalam menjalankan pemerintahan. Faktor penyebab perilaku korupsi
yaitu : (1) Aspek perilaku individu (2) Aspek organisasi (3) Aspek masyarakat (4) Aspek
peraturan perundang-undangan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengikuti
perkembangan pencegahan tindak pidana korupsi tersebut dengan bergabung dalam badan
atau organisasi internasional serta telah menandatangani beberapa konvensi internasional
anti korupsi. Upaya penindakan merupakan upaya represif yang menitik beratkan pada
penumpasan setelah tindak pidana korupsi terjadi. Ada 5 (lima) langkah dalam upaya
penindakan, yaitu: penanganan laporan pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
dan pelaksanaan putusan. Upaya pencegahan korupsi ditujukan untuk mempersempit
peluang terjadinya tindak pidana korupsi pada tatanan kepemerintahan dan masyarakat.
Upaya pencegahan mencakup: pembentukan lembaga-lembaga antikorupsi, pencegahan
korupsi di sektor publik, pencegahan sosial dan perberdayaan masyarakat, pembuatan
instrumen hukum, monitoring, dan evaluasi. Kerjasama internasional sangat penting untuk
mengembangkan strategi global melawan korupsi melalui pembuatan kebijakan
pencegahan korupsi tingkat internasional yang wajib dipatuhi setiap negara. 5 ndikator
yang dapat disebut good governance, yaitu : (1) Melaksanakan hak asasi manusia (2)
Masyarakat berpartisipasi dalam mengambil keputusan politik (3) Melaksanakan hukum
untuk melindungi kepentingan masyarakat (4) Mengembangkan ekonomi pasar atas dasar
tanggung jawab kepada masyarakat; dan (5) Orientasi politik pemerintah menuju
pembangunan. Salah satu kekhawatiran Pejabat pemerintahan dalam bekerja adalah
terjerat kasus korupsi. Dalam tindak pidana korupsi unsur melawan hukum merupakan
genusnya, sedangkan unsur penyalahgunaan wewenang adalah speciesnya. Upaya
pembentukan pemerintahan yang bersih: (1) Adanya keseimbangan kekuatan dalam sistim
politik yang demokratis (2) Adanya pranata negara dan pranata sosial (3) Adanya pranata
hukum yang independen dan imparsial (4) Sumber daya manusia yang berkualitas.
Munculnya perjanjian ekstradisi ini tentunya tidak terlepas dari
implementasi asas hukum internasional sebagaimana disampaikan oleh Hugo Grotius,
yakni asas au dedere au punere.
 NILAI-NILAI ANTI KORUPSI (PERTEMUAN 11)
Korupsi disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan penyebab korupsi dari faktor individu, sedangkan faktor
eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Ada sembilan nilai-nilai antikorupsi
tersebut terdiri dari: (1) Inti (2) Sikap, serta (3) Etos kerja. Inti meliputi : (1) Kejujuran,
adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa, tanpa sifat
jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (2) Kepedulian
adalah sikap memperhatikan dan menghiraukan (3) Kemandirian mahasiswa dituntut
untuk mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri (4) Kedisiplinan
adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (5) Tanggung jawab adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) Sikap meliputi : Keadilan, keberanian, dan
kepedulian, serta Etos kerja meliputi : Kerja keras, kesederhanaan, dan kemandirian.
Dalam penerapan prinsip-prinsip antikorupsi dituntut adanya integritas, objektivitas,
kejujuran, keterbukaan, tanggung gugat, dan meletakkan kepentingan publik di atasn
kepentingan individu. Prinsip yang harus ditegakkan untuk mencegah faktor eksternal
penyebab terjadinya korupsi, yaitu : (1) . Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan
dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai
aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure) (2)
Transparansi disemua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala
bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik (3) Kewajaran untuk mencegah
terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark
up dll (4) Kebijakan dan control kebijakan untuk mengatur tata interaksi agar tidak
terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.

 TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH


(PERTEMUAN 12)
Upaya pencegahan korupsi harus dilaksanakan secara terintegrasi dari semua sektor,
baik formal maupun nonformal. Pengetahuan tentang budaya antikorupsi harus
disebarluaskan kepada masyarakat kampus kesehatan sehingga timbul suatu tekad
bahwa korupsi dibumihanguskan di indonesia. Reformasi birokrasi adalah upaya
pemerintah meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas,
efesiensi, dan akuntabilitas. Kementerian Kesehatan telah melaksanakan upaya
percepatan reformasi birokrasi melalui berbagai cara dan bentuk sebagai tindak lanjut
dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional (Stranas)
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK). Prinsip-prinsip tata kelola yang baik
yaitu : (1) Keterbukaan (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material
dan relevan mengenai organisasi (2) Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan
organisasi terlaksana secara efektif (3) Responsibilitas (Responsibility), yaitu
kesesuaian di dalam pengelolaan organisasi terhadap peraturan perundangundangan
dan prinsip organisasi yang sehat (4) Independensi (Independency), yaitu organisasi
dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip
organisasi (5) Prediktabilitas (Predictability), yaitu implementasi yang konsisten dari
kebijakan pendukung, peraturan dan regulasi (6) Dinamis (Dynamism), yaitu inovasi
atau perubahan positif dalam tata kelola yang dapat meningkatkan efisiensi kinerja
Inspektorat Jenderal. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) adalah proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai, untuk memberikan keyakinan memadai atau
tercapainya tujuan organisasi. Pencanangan Zona Integritas merupakan bagian dari
Gerakan Nasional Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
dan sebagai bentuk implementasi dari pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
 SEJARAH KORUPSI SEJAK DAHULU SAMPAI SEKARANG DAN
JENIS-JENIS KORUPSI (PERTEMUAN 13)
Korupsi di indonesia sudah membudaya sejak zaman dahulu yakni dimulai periode
pra-kemerdekaan, sesudah kemerdekaan, di era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut
hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi,
namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Periodikasi korupsi di indonesia secara
umum dapat dibagi dua, yaitu periode pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan. Jenis-
jenis korupsi Menurut Alatas, jenis tersebut meliputi: (1) Korupsi transaktif, yaitu jenis
korupsi yang berwujud adanya kesempatan timbal balik antara pihak-pihak
bersangkutan guna mengupayakan keuntungan bersama (2) Korupsi ekstortif
(memeras), yaitu bentuk korupsi dimana pihak pemberi dipaksa melakukan penyuapan
guna mencegah kerugian yang akan mengancam diri (3) Korupsi defensif, yaitu
korupsi yang dilakukan oleh pelaku korban korupsi pemerasan (4) Korupsi invensif,
yaitu korupsi berwujud pemberian sesuatu tanpa ada kaitan langsung dengan
keuntungan tertentu (5) Korupsi nepotistik (perkerabatan), yaitu kolusi berupa
penunjukan tidak sah terhadap teman atau kerabat (6) Korupsi otogenik, yaitu yang
dilakukan sendirian tanpa melibatkan orang lain (7) Korupsi suportif (dukungan), yaitu
tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi atau memperkuat korupsi yang sudah
ada (8) Dapat pula ditambahkan jenis korupsi kedelapan yang akhir-akhir ini
berkembang ke permukaan, yaitu suatu jenis korupsi yang disebut korupsi legal, yaitu
suatu kebijakan yang secara hukum adalah sah. Termasuk ke dalam kategori ini adalah
apa yang disebut dengan korupsi demokratis, yaitu kebijakan yang disahkan oleh
legislatif.

 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT KORUPSI DAN


BERDIRINYA LEMBAGA PENEGAK HUKUM, PEMBERANTASAN
(PERTEMUAN 14)
Tindak Pidana Korupsi merupakan extraordinary crime yang berdampak pada banyak
aspek kehidupan. KPK merupakan Independent Agency dan tidak dapat disebut masuk
sebagai bagian pemerintah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kehadiran KPK sebagai lembaga
negara yang khusus menanggani tindak pidana korupsi di Indonesia yang bebas dari
intervensi pihak lain seperti lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif sebenarnya
bukan berarti bahwa KPK mengambil alih semua penanganan kasus korupsi di
Indonesia namun KPK tetap dapat berkoordinasi dengan Kejaksaan Republik
Indonesia serta Kepolisian Republik Indonesia. Dalam membangun tata kelola lembga
penegak hukum tindak pidana korupsi yang sinergis dan efektif di indonesia yang
sinergis dapat dilakukan untuk saat ini adalah mengedepankan dan menguatkan peran
KPK tanpa meninggalkan keberadaan POLRI. Dengan catatan bahwa POLRI dapat
membantu penanganan dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh KPK dalam
bidang penyelidikan dan penyidikan. Semua itu didasari kepada keinginan besar
bangsa indonesia untuk memberantas korupsi. KPK berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3
UU KPK adalah Lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekusaan manapun. Pemberantasan
tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU KPK menyatakan bahwa:
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah
dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan
peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI
(PERTEMUAN 15) MAKALAH
1. Peran Mahasiswa Dalam Keluarga
Salahsatunya adalah, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang nantinya
di harapkan mampu menjadi gerakan sosial pemberantasan korupsi di Indonesia.
Keluarga mampu menjadi grda utama dalam pencegahan anti korupsi, terutama ibu.
Berbicara korupsi, bukan hanya berbicara tentang uang, tetapi perilaku koruptifnya
jadi peran. Keluarga disini adalah menekankan pada nilai-nilai hidup yang
merupakan nilai-nilai anti korupsi. Dalam hal ini, keluarga terutama orangtua,
diharapkan mampu untuk terus menjalankan fungsi keluarga seperti fungsi sosialisasi
nilai, fungsi afeksi, dan fungsi identitas sosial. Karena, ketiga fungsi ini dirasa sangat
penting untuk menjadikan generasi indonesia di masa yang akan datang menjadi
generasi yang jujur. Pendidkan anti korupsi bukan hanya diterapkan di lingkungan
sekolah, akan tetapi juga di dalam lingkup keluarga. Sebab, nilai-nilai dan moral
yang menentang korupsi perlu dibangun sejak dini melalui pendidikan yang ada
dalam keluarga.
2. Peran Mahasiswa Di Masyarakat
Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan memberikan bimbingan dan
penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat melakukan kuliah kerja lapangan atau
kesempatan yang lain mengenal masalah korupsi dan mendorong masyarakat berani
melaporkan adanya korupsi yang ditemuinya pada pihak yang beerwenang.
Mahasiwa juga dapat melakukan strategi investigatif dengan melakukan
pendampingan kepada masyarakat dalam upaya penegakan hukum terhadap pelaku
korupsi seta melakukan tekanan kepada aparat penegak hukum untuk bertindak tegas
terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Tekanan tersebut bisa berupa demostrasi
ataupun pembentukan opini publik.

Anda mungkin juga menyukai