Anda di halaman 1dari 34

Tugas Analisis Instrumen

MAKALAH
Kromotogarafi cair kerja tinggi dan Kromotogarafi gas

OLEH :

Nama : Sarti

Nim : A1L1 19 054


Kelas : Genap (B)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “ Kromotogarafi cair kerja tinggi dan Kromotogarafi gas”. Makalah ini

disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah kimia organk lanjut program

studi S1 Pendidikan Kimia Universitas Halu Oleo.

Dalam menyusun makalah ini penulis banyak memperoleh pengetahuan

serta bimbingan dari berbagai pihak dan juga informasi dari berbagai sumber,

untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan untuk perbaikan makalah ini dan menjadikan makalah ini lebih baik

lagi. Penulis berharap semoga makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi penulis

sendiri khususnya dan bagi yang membaca.

Kendari, 27 Desember 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara

pemisahanberdasarkan partisi cuplikan antara fasa yang bergerak, dapat berupa

gas atauzat cair, dan fasa diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Kita biasanya

menganggap Tswett sebagai penemu kromatografi, yang pada tahun

1903menguraikan karyanya mengenai pemakaian kolom kapur untuk

memisahkanpigmen dalam daun. Istilah ‘kromatografi’ dipakai oleh Tswett

untukmenggambarkan daerah berwarna yang bergerak ke bagian bawah kolom.

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan unsur-unsur yang

akandipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini

membentuksuatu lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang

lainnyamerupakan cairan yang merembes lewat atau melalui fase yang stasioner.

Fasastasioner mugkin suatu zat padat atau suatu cairan, dan fasa yang

bergerakmungkin suatu cairan atau suatu gas. Maka semua jenis kromatografi

yangdikenal, terbagi menjadi empat golongan: cair-padat, gas-padat, cair-cair,

dangas-cair.Pembahasan teknik kromatografi modern, baru lengkap bila disebut

kromatografi cairan kinerja tinggi (HPLC). Kromatografi gas merupakan

pemisahan suatu campuran menjadi komponen-komponen berdasarkan interaksi

fase gerak dan fase diam.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana Kromotogarafi cair kerja tinggi


2. Bagaimana Kromotogarafi gas

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui Kromotogarafi cair kerja tinggi

2. Untuk mengetahui Kromotogarafi gas

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kromotogarafi cair kerja tinggi


Kromatografi Cair Tenaga Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang

tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.

Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada

KCKT digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit

akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatannya untuk sampai ke

detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum

yang puncak-puncaknya terpisah.

Prinsip dasar dari KCKT, dan semua metode kromatografi adalah

memisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi

(kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen

tersebut (kuantitatif). Sebetulnya hanya ada dua hal utama yang menjadi krusial

point dalam metode KCKT. Yang pertama adalah proses separasi/pemisahan dan

yang kedua adalah proses identifikasi. Dua hal ini mejadi faktor yang sangat

penting dalam keberhasilan proses analisa.

Kromatografi merupakan pemisahan fisiko kimiawi. Pemisahan ini dapat

terjadi kalau interaksinya berulang. Kita dapat mengetahuinya dengan kuantitas

ulangan yang dinyatakan dengan teori plate (terjadi pada setiap lempeng,

banyaknya lempeng dinyatakan dengan N).

Dasar yang digunakan dalam pemisahan adalah :

1. Pemisahan secara fisiko - kimiawi yang melibatkan interaksi antar fase gerak,

fase diam, dan sampel.


2. Fase diam dan fase gerak yang digunakan.

Sedangkan Interaksi yang terjadi pada kromatografi, yaitu :

1. Adsorbsi, dengan melihat perbedaan stereochemistry

2. Partisi, dengan melihat kelarutan

3. Afinitas, dengan melihat BM

4. Ion Exchange, berdasrkan perbedaan muatan

1. Jenis-Jenis KCKT

1) Kromatografi padat-cair

Teknik ini tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben yang

polar seperti silika gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah

salah satu bentuk dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati atau dipak dengan

partikel-partikel micro or macro particulate or pellicular (berkulit tipis 37 -44

μ).Sebagian besar dari KCKT sekarang ini dibuat untuk mencapai partikel-

partikel microparticulate lebih kecil dari 20μ . Teknik ini biasanya digunakan

untuk zat padat yang mudah larut dalam pelarut organik dan tidak terionisasi.

Teknik ini terutama sangat kuat untuk pemisahan isomer-isomer.

2) Kromatografi partisi

Teknik ini tergantung pada partisi zat padat diantara dua pelarut yang

tidak dapat bercampur salah satu diantaranya bertindak sebagai rasa diam dan

yang lainnya sebagai fasa gerak. Pada keadaan awal dari kromatografi cair (LSC),

rasa diamnya dibuat dengan cara yang sama seperti pendukung pada kromatografi

gas (GC). Fasa diam (polar atau nonpolar) dilapisi pada suatu pendukung inert
dan dipak kedalam sebuah kolom. Kemudian rasa gerak dilewatkan melalui

kolom. Bentuk kromatografi partisi ini disebut kromatografi cair cair (LLC).

Untuk memenuhi kebutuhan akan kolom-kolom yang dapat lebih tahan

lama, telah dikembangkan pengepakan fase diam yang berikatan secara kimia

dengan pendukung inert. Bentuk kromatografi partisi ini disebut kromatografi fase

terikat (BPC = Bonded Phase Chromatography). BPC dengan cepat menjadi salah

satu bentuk yang paling populer dari KCKT. Kromatografi partisi (LLC dan

BPC), disebut "fase normal" bila fase diam lebih polar dari fase gerak dan "fase

terbalik" bila fase gerak lebih polar dari pada fase diam.

3) Kromatografi penukar ion

Teknik ini tergantung pada penukaran (adsorpsi) ion-ion di antara fase

gerak dan tempat-tempat berion dari pengepak. Kebanyakan mesin-mesin berasal

dari kopolimer divinilbenzen stiren dimana gugus-gugus fungsinya telah

ditambah. Asam sulfonat dan amin kuarterner merupakan jenis resin pilihan

paling baik untuk digunakan Keduanya, fase terikat dan resin telah digunakan.

Teknik ini digunakan secara luas dalam life sciences dan dikenal untuk pemisahan

asam-asam amino. Teknik ini dapat dipakai untuk keduanya kation dan anion.

2. Instrumen KCKT

Komponen-komponen penting dari KCKT dapat dilihat pada Gambar


dibawah ini :
a. Pompa (Pump)

Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui

kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant

pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan

dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa

reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating),oleh

karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk,

menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif

terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.


Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya

terbatas.

b. Injektor (injector)

Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan

disturbansi yang minimum dari material kolom. Ada dua model umum :

a. Stopped Flow

b. Solvent Flowing

Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :

a. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir,

sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan

karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi

b. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan

pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai

60 -70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-

pelarut Kromatografi Cair.Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat

jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.

c. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi

volume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan

menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat

diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop

pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan

masuK ke dalam kolom.


c. Kolom

Kolom adalah jantung kromatografi. Berhasil atau gagalnya suatu analisis

tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan yang sesuai. Kolom

dapat dibagi menjadi dua kelompok :

a. Kolom analitik : Diameter dalam 2 -6 mm. Panjang kolom tergantung pada

jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang

digunakan adalah 50 -100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10

-30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.

b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan

panjang kolom 25 -100 cm.

Kolom umumnya dibuat dari stainlesteel dan biasanya dioperasikan pada

temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama

untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi. Pengepakan kolom

tergantung pada model KCKT yang digunakan (Liquid Solid Chromatography,

LSC; Liquid Liquid Chromatography, LLC; Ion Exchange Chromatography, IEC,

Exclution Chromatography, EC).

d. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di

dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis

kuantitatif).Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise)

yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk semua

tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi

temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh.


Detektor KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm.

Variabel panjang gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa

dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara luas,

terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika

dibandingkan dengan detektor UV. Detektor-detektor lainnya antara lain:

- Detektor Fluorometer - Detektor Spektrofotometer Massa

- Detektor lonisasi nyala - Detektor Refraksi lndeks

- Detektor Elektrokimia - Detektor Reaksi Kimia

e. Sistem penyuntik

Teknik penyuntikan harus dilakukan dengan cepat untuk mencapai

ketelitian maksimum analisis kuantitatif. Yang terpenting sistem harus dapat

mengatasi tekanan balik yang tinggi tanpa kehilangan terokan. Pada saat pengisian

terokan, terokan dialirkan melewati lekuk dan kelebihanya dikeluarkan ke

pembuang. Pada saat penyuntikan, katup diputar sehingga fase gerak mengalir

melewati lekuk ke kolom.

f. Tendon pelarut

Tendon pelarut atau fase gerak mempunyai ciri yaitu bahan tendon harus

lembam terhadap berbagai fase gerak berair dan tak berair. Sehingga baja anti

karat jangan dipakai pada pelarut yang mengandung ion halida dan jika harus

bertekanan, hindari menggunakan gelas. Daya tampung tendon harus lebih besar
dari 500 ml yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang

umumnya 1 – 2 ml/menit.

g. Elusi Gradien

Elusi Gradien didefinisikan sebagai penambahan kekuatan fasa gerak selama

analisis kromatografi berlangsung. Efek dari Elusi Gradien adalah mempersingkat

waktu retensi dari senyawa-senyawa yang tertahan kuat pada kolom. Dasar-dasar

elusi gradien dijelaskan oleh Snyder.

Elusi Gradien menawarkan beberapa keuntungan :

a. Total waktu analisis dapat direduksi

b. Resolusi persatuan waktu setiap senyawa dalam campuran bertambah

c. Ketajaman Peak bertambah (menghilangkan tailing)

d. Efek sensitivitas bertambah karena sedikit variasi pada peak

Gradien dapat dihentikan sejenak atau dilanjutkan. Optimasi Gradien dapat

dipilih dengan cara trial and error. Tabel 3. 1. berikut ini menunjukkan

kompatibilitas dari bermacam-macarn mode kromatografi cair dengan analisis

gradien. Dalam praktek, gradien dapat diformasi sebelum dan sesudah pompa.

Tabel 3. 1 : Mode Kompatibilitas dengan Gradien

Gradien Mode Solven Gradien


Kromatografi Cair padat (LSC) Ya
Kromatografi ekslusi Tidak
Kromatografi Penukar Ion (IEC) Ya
Kromatografi Cair Cair (LLC) Tidak
Kromatografi Fasa Terikat (BPC) Ya

h. Pengolahan Data (Data Handling)


Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk
kromatogram pada rekorder. Suatu tipe Kromatogram dapat dilihat pada Gambar
3. 2 berikut ini

Gambar 3.2 : kromatogram dari senyawa 5’ Nukleotida

Dari Gambar 3.2. waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui /dihitung.
Lni bisa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu komponen, bila
kondisi kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau
proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk memperoleh hasil
secara kuantitatif.

i. Fasa gerak

Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah
salah satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang
sangat luas pada solven yang digunakan untuk KCKT, tetapi ada beberapa sifat
umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tdak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh dengan harga murah
3. Fase dalam KCKT

Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak, KCKT (kolomnya) dibedakan
menjadi:

a. Kromatografi fase normal


Kromatografi dengan kolom konvensional dimana terdiri atas :
 Fase diam : normal (bersifat polar), misalnya Silika gel
 Fase gerak : bersifat non polar
Contohnya adalah sebuah kolom sederhana diisi dengan partikel silika
yang sangat kecil dan pelarut non polar misalnya heksan.
Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat
lebih lama pada silika yang polar dibanding degan senyawa-senyawa
non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan
lebih cepat melewati kolom.
b. Kromatografi fase terbalik
Kromatografi fase terbalik terdiri atas :
 Fase diam yang sifatnya non polar, misalnya Silika gel direaksikan
dengan klorosilan, dan
 Fase gerak yang bersifat polar

Contoh kasusnya yaitu silika yang dimodifikasi menjadi non polar melalui
pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana
baik berupa atom karbon 8 atau 18. Sebagai contoh, pelarut polar digunakan
berupa campuran air dan alkohol seperti metanol.
Dalam kasus ini, akan terdapat atraksi yang kuat antara pelarut polar dan
molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Atraksi yang terjadi tidak
akan sekuat atraksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika
(fase diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu, molekul-
molekul polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya untuk bergerak
bersama dengan pelarut.
Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk
atraksi dengan gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals.
Senyawa-senyawa ini juga akan kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan
pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana halnya senyawa-senyawa tersebut
berada dalam molekul-molekul air atau metanol misalnya. Oleh karenanya,
senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan bergerak
lambat dalam kolom.
Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui
kolom.
Keuntungan kromatografi fase terbalik :
 Senyawa yang polar akan lebih baik pemisahannya
 Senyawa ionic dapat dipisahkan
 Air dapat digunakan sebagi pelarut

4. Prinsip Kerja KCKT

Kerja KCKT pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit berdasarkan

kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu

sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi

lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak.

Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatannya untuk

sampai ke detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada

spektrum yang puncak-puncaknya terpisah.

Urutan skala polaritas : golongan fluorocarbon < golongan hidrokarbon <

senyawa terhalogenasi < golongan eter < golongan ester < golongan keton <

golongan alkohol < golongan asam.

KCKT dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses

kualitatif cara yang paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat
Retention time (RT). Peak yang mempunyai RT yang sama dengan standard

umumnya adalah sebagai peak milik analat. Selain melihat RT hal lain yang perlu

dilihat adalah spektrum 3D dari signal kromatogram. Zat yang sama akan

mempunyai spektrum 3D yang juga sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua

zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan,

meskipun memiliki RT yang sama.

Kemudian melalui analisa kuantitatif dapat diketahui kadar komponen yang

dianalisis di dalam sampel. Yang berperan dalam proses separasi pada system

HPLC adalah kolom. Ada kolom yang digunakan untuk beberapa jenis analisa,

misalnya kolom C18 yang dapat digunakan untuk analisa carotenoid, protein,

lovastatin, dan sebagainya. Namun ada juga kolom yang khusus dibuat untuk

tujuan analisa tertentu, seperti kolom Zorbax carbohydrat (Agilent) yang khusus

digunakan untuk analisa karbohidrat (mono-, di-, polysakarida). Keberhasilan

proses separasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis kolom dan juga fasa

mobil.

Setelah komponen dalam sample berhasil dipisahkan, tahap selanjutnya

adalah proses identifikasi. Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk signal

kromatogram. Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang

menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sample.

Sample yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai

kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak saling

bertumpuk (overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan

konsentrasi. Oleh karena itu biasanya untuk sample jenis ini dilakukan tahapan
preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke HPLC

sudah cukup bersih dari impuritis. Sample farmasi biasanya jauh lebih mudah

karena sedikit mengandung komponen selain zat aktif. Sample ini umumnya

hanya melalui proses pelarutan saja

 Seleksi Tipe KCKT


Analisis (pengguna KCKT) sebelum mengoperasikan KCKT, harus

membuat keputusan tipe yang mana yan gharus dipilih yang dapat memberikan

informasi yang diinginkan.

Skema I : Seleksi tipe KCKT adalah suatu petunjuk umum untuk seleksi

tipe KCKT . Informasi ini akan memudahkan para analis untuk memutuskan

pemelihan tipe KCKT yang memberikan para analis untuk memutuskan pemilihan

tipe KCKT yang memberikan kemungkinan terbaik pada pemisahaan yang

diinginkan. Namun, sampel yang tidak dikenal (unknown) akan menyulitkan

pemilihannya tipe KCKT.

Informasi seperti kelarutan, gugus fungsi yang ada, besarnya Berat Molekul

dapat diperoleh dari pembuat informasi, pemberi sampel, atau data spektroskopik

seperti nucleic magnetic resonance Spectrosphotometer, infra red

spectrophotometer, ultra violet spectrumeter, dan mass Spectrophotometer. Semua

data-data ini dapat digunakan sebagai petunjuk bagi analis memilih tipe HPLC

yang tepat untuk digunakan.


5. Kelebihan dan Kekurangan KCKT

KCKT dapat dipandang sebagai pelengkap Kromatografi Gas (KG).

Dalam banyak hal kedua teknik ini dapat digunakan untuk memperoleh efek

pemisahan yang sama membaiknya. Bila derivatisasi diperlukan pada KG, namun

pada KCKT zat-zat yang tidak diderivatisasi dapat dianalisis. Untuk zat-zat yang

labil pada pemanasan atau tidak menguap, KCKT adalah pilihan utama. Namun

demikian bukan berarti KCKT menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan

yang lebih besar bagi para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer

pada KCKT karena teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas

detektor UV Visibel yang umumnya digunakan.

KCKT menawarkan beberapa keuntungan dibanding dengan

kromatografi cair klasik, antara lain:

 Cepat: Waktu analisis umumnya kurang dari 1 jam. Banyak analisis yang

dapat diselesaikari sekitar 15-30 menit. Untuk analisis yang tidak rumit

(uncomplicated), waktu analisis kurang dari 5 menit bisa dicapai


 Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua rasa

dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang mengalir sedikit

berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama dicapai hanya dengan

rasa diam. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa

diam dan rasa gerak pada KCKT memberikan parameter tambahan untuk

mencapai pemisahan yang diinginkan.

 Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan dalam

KCKT dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9 gram) dari

bermacam- macam zat. Detektor-detektor Fluoresensi dan Elektrokimia

dapat mendeteksi jumlah sampai picogram (10-12 gram). Detektor-

detektor seperti Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll

dapat juga digunakan dalam KCKT.

 Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom

kromatografi klasik, kolom KCKT dapat digunakan kembali (reusable) .

Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sma sebelum dari

jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan jenis solven yang

digunakan.

 Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak

bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya

diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. KCKT dengan tipe

eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat tersebut.

 Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam

KCKT tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen sampel


yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut dapat dengan

mudah sikumpulkan setelah melewati detector. Solvennya dapat

dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk kromatografi penukar ion

memerlukan prosedur khusus.

Dismping kelebihan diatas, KCKT juga memiliki kekurangan, yaitu :

 Mahal

 Sampel yang digunakan jumlahnya sedikit

 Perlu tenaga ahli untuk mengoperasikan

B. Kromotografi gas

Kromatografi Gas adalah jenis umum dari kromatografi yang digunakan

dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis campuran yang dapat

menguap tanpa terjadi dekomposisi. Fase bergerak dalam Kromatografi Gas

adalah gas, yang paling lazim adalah helium, hydrogen, dan nitrogen. Pilihan gas

pembawa tergantung pada karakteristik detector. Fase diamnya bisa berupa zat

padat dikenal dengan Kromatografi Gas-Padat atau Gas-Solid Chromatography

(GSC) dan zat cair yang dikenal dengan Kromatografi Gas-Cair atau GasLiquid

Chromatography (GLC). Alat yang digunakan untuk metode ini disebut gas

chromatograph. Saat ini Kromatografi Gas-Padat sudah jarang digunakan,

sehingga pada umumnya yang disebut dengan Kromatografi Gas adalah

Kromatografi Gas-Cair (GLC). Kromatografi gas kadang dikenal sebagai

Kromatografi Fase Uap atau Vapor-phase Chromatography (VPC). Analisis

Kromatografi Gas dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan


tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Dalam beberapa

situasi Kromatografi Gas dapat membantu dalam mengidentifikasi sebuah

senyawa. Metode ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang

mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester.

Kromatografi gas ini dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan

standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari

kromatogram.

1. Prinsip dasar Kromatografi Gas Prinsip dasar

kromatografi gas adalah sebagai berikut. Gas pembawa yang ada di dalam

silinder baja bertekanan tinggi dialirkan melalui kolom yang berisi fase diam.

Sampel berupa campuran yang akan dipisahkan, biasanya dalam bentuk larutan,

disuntikkan ke dalam aliran gas tersebut. Sampel dimasukkan ke dalam injector

yang dipanaskan agar sampel berubah menjadi gas. Kemudian sampel dibawa

oleh gas pembawa ke dalam kolom dan di dalam kolom terjadi proses pemisahan.

Komponen-komponen campuran yang telah terpisahkan satu per satu

meninggalkan kolom. Suatu detektor diletakkan di ujung kolom untuk mendeteksi

jenis maupun jumlah tiap komponen campuran. Hasil pendeteksian direkam

dengan rekorder terdiri dari beberapa peak. Jumlah peak yang dihasilkan

menyatakan jumlah komponen (senyawa) yang terdapat dalam campuran. Bila

suatu kromatogram terdiri dari 5 peak maka terdapat 5 senyawa atau 5 komponen

dalam campuran tersebut. Sedangkan luas peak bergantung kepada kuantitas suatu
komponen dalam campuran. Karena peak-peak dalam kromatogram berupa

segitiga maka luasnya dapat dihitung berdasarkan tinggi dan lebar peak tersebut.

2. Fungsi Alat Gambar

Skema Peralatan Kromatografi Gas Suatu kromatograf harus memiliki

komponen-komponen penting berikut :

1. Gas Pembawa

Gas pembawa berfungsi sebagai fase bergerak. Gas pembawa adalah gas inert

yang memiliki kemurnian tinggi (direkomendasikan grade Ultra High Purity).

Masalah kemurnian gas yang sangat tinggi tiap detector memberikan kemurnian

gas berbeda. Gas pembawa akan membawa uap sampel masuk ke dalam kolom

untuk dipisahkan komponen-komponen dalam campurannya dan selanjutnya akan

masuk ke dalam detector untuk di deteksi secara individual. Gas pembawa yang

umum digunakan adalah He, N2, H2, dan Ar. Namun untuk detector

konduktivitas termal, He lebih disukai karena konduktivitas termalnya sangat

tinggi. Tekanan gas pembawa bervariasi disesuaikan dengan kondisi kebutuhan

analisis, biasanya tekanan 10-50 psi dengan laju aliran 25-150 ml/menit.

GAS PEMBAWA DETECTOR


Hidrogen TCD
Helium TCD, FID
Nitrogen TCD, FID, ECD, FPD
Argon FID
Argon + Metana 5% ECD
Karbon Dioksida TCD
2. Injector
Injector memiliki fungsi untuk memasukan, menguapkan, dan

mencampurkan uap sampel dengan gas pembawa. Temperature injector diatur

oleh blok pemanas (heater block), umumnya diatur 50oC di atas titik didih

komponen yang dianalisis. Untuk sampel-sampel yang memerlukan perlakuan

khusus bisa menggunakan opsi tambahan, misalnya Pyrolizer, Headspace, atau

Programmable Temperature Vaporized. Sampel larutan bisa langsung diinjeksikan

menggunakan microsyringe, melalui suatu septum carte silicon ke dalam kotak

logam yang panas. Kotak logam tersebut dipanaskan dengan pemanas listrik.

Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:

1. Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan

akan diuapkan dalam injector yang panas dan 100 % sampel masuk

menuju kolom.

2. Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan

diuapkan dalam injector yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

3. Injeksi tanpa pemecahan (splitness injection), yang mana hampir semua

sampel diuapkan dalam injector yang panas dan dibawa ke dalam kolom

karena katup pemecah ditutup.

4. Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung

semprit dimasukkan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi langsung ke

dalam kolom digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap;

karena kalau penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung

dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang

tinggi.
3. Kolom

Kolom terbuat dari tabung yang dibuat berbentuk spiral terbuka. Baja

tahan karat digunakan untuk tabung kolom kromatograf bila bekerja pada

temperature tinggi. Diameter kolom bervariasi dari 1/16 sampai 3/16. Panjang

umumnya adalah 2 meter.

Kolom pada Gas Kromatograf yang biasa digunakan ada dua jenis kolom

yaitu Packed Column dan Open Tubular Column. Packed Column terbuat dari

stainless steel atau gelas dengan garis tengah 3-6 mm dan panjang 1-5 m. Kolom

diisi dengan serbuk padat halus atau zat padat sebagai zat pendukung yang dilapisi

zat cair kental yang sukar menguap sebagai fase diam. Jenis Packed Column ini

lebih disukai untuk tujuan preparatif karena dapat menampung jumlah sampel

yang banyak. Open Tubular Column lebih kecil dan lebih panjang dari Packed

Column. Diameter kolom terbuka berkisar antara 0,1-0,7 mm dan panjangnya

berkisar antara 15-100 m. Open Tubular Column bisa mencapai 100 m

panjangnya karena bagian dalam kolom tidak terhalang oleh fasa diam. Dengan

panjangnya kolom diharapkan kolom akan lebih efisien. Dengan penggunaan

kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi. Akan tetapi, Open Tubular

Column tidak dapat menampung volume sampel yang banyak.

Kolom yang berfungsi sebagai fase diam merupakan jantung dari

kromatograf. Dalam kolom terjadi proses pemisahan komponen-komponen dalam

campuran berdasarkan perbedaan afinitas masing-masing komponen terhadap fase

diam dan fase gerak. Komponen-komponen akan mengalami tiga kondisi yaitu
terbawa dengan pembawa, terdistribusi secara dinamis antara gas pembawa dan

kolom, serta tertahan atau larut dalam kolom.

Selain itu, proses pemisahan dalam kolom dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti sifat kimia sampel, material kolom, dimensi kolom, laju aliran gas

pembawa, suhu oven kolom, dll. Secara umum semakin mirip polaritas sampel

dengan fase diam maka semakin kuat interaksi antara keduanya sehingga sampel

akan tertahan lebih lama dalam kolom dengan kata lain waktu retensi semakin

lama. Semakin panjang kolom, semakin panjang lintasan yang dilalui oleh sampel

maka waktu retensi yang digunakan semakin lama. Semakin cepat laju aliran gas

pembawa dalam migrasi sampel dalam kolom maka semakin cepat waktu retensi.

sama halnya dengan suhu oven kolom, semakin tinggi suhu oven maka semakin

lemah interaksi antara fase diam, sekain cepat waktu retensi yang diperlukan.

Semua variable tersebut dikombinasilakn sehingga didapatkan kondisi analisis

yang menghasilkan pemisahan yang baik namum memiliki waktu retensi yang

seefektif mungkin.

4. Oven Oven

bertugas memberikan akurasi dan kestabilan suhu yang baik bagi kolom

karena salah satu faktor yang berpengaruh dalam pemisahan komponen sampel di

kolom adalah suhu oven kolom. kolom diletakan dalam oven yang bisa diatur

suhunya sesuai kebutuhan analisis.

5. Fase Stasioner

Fase stasioner akan berinteraksi dengan komponen sampel sehingga terjadi

perbedaan waktu retensi dan terpisahnya komonen-komponen senyawa. Suhu


maksimum yang dibutuhkan oleh suatu kolom tergantung dari penguapan fase

stasioner/fase diamnnya. Banyaknya fase stasioner dalam suatu kolom dinyatakan

dengan persen berat. Pada GSC fase stasionernya berupa bahan padat atau berpori

berbentuk molekul kecil, sedangkan pada GLC fase stasionernya berupa cairan

yang umumnya dilapisikan pada padatan pendukung.

6. Detektor

Detektor berfungsi untuk memberikan respon linear dari komponen-

komponen sampel yang telah dipisahkan dalam kolom. Detector yang peka

terhadap komponen-komponen sampel akan mengubah kepekaan tersebut sebagai

sinyal listrik. Kuat lemahnya sinyal tergantung pada laju aliran komponen sampel.

Komponen-komponen sampel akan masuk secara bergantian ke dalam sistem

detector dan akan dideteksi sesuai prinsip masing-masing detector kemudian

plotinggnya akan membentuk kurva distribusi Gauss. Detektor harus diletakan

dekat kolom baik untuk menghindarkan kondensasi cairan maupun dekomposisi

sampel sebelum mencapai detektor.

Ada beberapa macam detector dalam kromatografi gas yaitu :

1. Flame Ionization Detector (FID), atau biasa disebut sebagai detector

ionisasi nyala adalah detektor general untuk mengukur komponen-

komponen sampel yang memiliki gugus alkil (C-H). Komponen sampel

masuk ke FID dan akan dibakar dalam nyala (campuran gas H2 dan

udara), komponen akan terionisasi kemudian ion-ion yang dihasilkan akan

dikumpulkan oleh ion collector. Arus yang dihasilkan akan diperkuat

kemudian akan dikonversi menjadi satuan tegangan. Semakin tinggi


konsentrasi komponen, makin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga

responnya juga makin besar.

2. Thermal Conductivity Detector (TCD) atau biasa disebut sebagai detektor

hantaran panas adalah detektor yang umum digunakan sebab hampir

semua komponennya memiliki daya hantar panas. TCD bekerja dengan

prinsip mengukur daya hantar panas dari masing-masing komponen.

Mekanismenya berdasarkan teori “Jembatan Wheatstone” di mana ada dua

sel yaitu sel referensi dan sel sampel. Sel referensi hanya dilalui oleh gas

pembawa, sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan komponen

sampel. Perbedaan suhu kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon

listrik antara keduanya dan akan dihitung sebagai respon komponen

sampel. Detektor TCD banyak digunakan untuk analisis gas.

3. Electron Capture Detector (ECD) atau biasa disebut sebagai detector

tangkapan nyala adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan

halogen organik. Secara prinsip, komponen sampel akan ditembak dengan

sumber radioaktif Nikel, dan jumlah elektron yang hilang dari proses itu

dianggap linear dengan konsentrasi senyawaan tersebut.

4. Flame Photometric Detector (FPD) atau biasa disebut sebagai detector

fotometri nyala adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan

sulfur, posfor dan atau timah organik. Prinsipnya adalah pembakaran

senyawaan komponen sehingga mengemisikan energi tertentu yang akan

dilewatkan ke filter tertentu (filter S,P atau Sn) kemudian akan dideteksi

oleh Photomultiflier.
5. Flame Thermionic Detector (FTD) atau biasa disebut sebagai detector

termonik nyala adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan

nitrogen dan atau posfor organik. Prinsipnya adalah pembakaran

senyawaan komponen kemudian direaksikan dengan garam Rubidium dan

respon listrik yang dihasilkan akan diperkuat dan dikonversi menjadi

satuan tegangan.

7. Recorder

Recorder berfungsi merekam hasil dan mencetaknya pada sebuah grafik.

Hasil detektor akan direkam sebagai urutan puncak-puncak, setiap puncak

mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor. Sepanjang anda

mengontrol secara hati-hati. Akurasi suatu kromatogram pada suatu daerah

pembacaan ditentukan oleh pemilihan pencatat sinyalnya. Kadangkala sinyal perlu

diperkuat. Respons melewati skala penuh haruslah 1 detik. Kepekaan perekam

adalah 10 mV dan berjangkauan dari 1-10 mV.

3. Sistem Peralatan

Pada tahun 1950-an, metode Spektrometri Massa dikombinasikan dengan

Kromatografi Gas untuk mengidentifikasi senyawa yang berbeda dalam analisis

sampel. Kombinasi metode ini disebut sebagai Kromatografi Gas-Spektroskopi

Massa atau Gas Chromatography-Mass Spectrometri (GC-MS). Kromatografi gas

(GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri

massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit. Paduan

keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian

senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya.


GC-MS terdiri dari dua instrument yaitu kromtografi gas dan spektometri

massa. Sample pertama-tama dipisahkan menjadi molekul-molekul yang berbeda

bergantung sifat kimia di dalam kolom kromatografi gas. Molekul-molekul

tersebut memiliki waktu retensi yang berbedabeda dan secara bergantian

memasuki spektometri massa. Di dalam spektrometri massa awalnya molekul-

molekul tersebut akan melewati ruang ion yang dimana di tempat tersebut

molekul akan diserang oleh banyak sekali electron dan beberapa dari tumbukan

tersebut memiliki energi yang cukup untuk melepaskan satu atau lebih elector dari

molekul sehingga memnyebabkan molekul menjadi kation. Kation yang keluar

dari ionization chamber kemudian melewati tiga celah. Pada celah pertama ion

dikenakan tegangan 1000 volt sampai melewati celah ketiga dengan tegangan 0

volt. Celah kedua, yang merupakan celah pertengahan mimiliki tegangan diantara

1000 – 0 volt. Semua kation yang melalui celah ini dipercepat untuk mendapatkan

berkas cahaya yang fokus. Setelah melalui proses percepatan, kemudian kation

dibelokkan oleh medan magnet. Jumlah medan magnet yang digunakan

bergantung pada massa kation. Kation yang ringan mengalami pembelokkan yang

lebih dibandingkan dengan kation yang berat. Selain itu yang mempengaruhi

jumlah medan magnet yang digunakan yaitu muatan ion. Ion-ion yang dipisahkan

berdasarkan massnya selanjutnya dideteksi beratnya. Detektor hanya bisa

mendeteksi ion sehingga partikel netral tidak akan terdeteksi. Recorder akan

mencatat massa kation yang berhasil dipisahkan.

5. Treatment Sample
Treatment sample pada penggunaan instrument GC/MS kali ini

berdasarkan jurnal yang berjudul “Identification of volatile organic compounds

(VOCs) in plastic product using gas chromatography and mass spectrometry

(GC/MS)”

1. Material EPS (Expanded Polystyrene) yang didapatkan dari berbagai toko

di daerah Cartagea City yang digunakan pada piring , wadah makanan, dan

wadah sup. Sampel tersebut dipotong kecil-kecil (≅ 0.05 g) dan diletakan

dalam 4 mL headspace amber glass vial berwarna hitam, 13 x 425 caps,

PTFE/silicone septum.

2. Solid phase microextraction (SPME) digunakan untuk mengekstaksi analit

menggunakan 100 µm polydimethylsiloxane (PDMS). SPME adalah

metode ekstraksi tanpa pelarut yang dibuat dalam lapisan serat silica

dengan lapisan tipis sebagai sorbent, untuk ekstraksi analit menguap dari

matriks sampel. Dengan SPME dapat digunakan untuk analisis sampel

dengan jumlah ppm dan ppb, beberapa dengan aplikasi dapat digunakan

untuk sampel hingga ppt.

3. Mula-mula serat SPME dikondisikan pada suhu 250oC selama 30 menit

kemudian ditempatkan pada vial yang berisi sampel.

4. Vial tersebut kemudian dipanaskan pada temperature spesifik (55-

85oC,dengan penambahan 10oC) selama 30 menit. Temperatur yang

digunakan berdasarkan temperature dari makanan yang ditempatkan pada

wadah yang dijadikan sampel.


5. Segera mungkin saat proses ekstraksi selesai, serat SPME dipindahkan

dari vial dan dimasukkan ke dalam injector kromatografi gas.

6. GC/MS yang digunakan yaitu Agilent 7890A Gas Chromatograph

dikombinasikan dengan Agilent 5975C mass spectrometer lengkap dengan

HP-5 capillary column, dengan panjang 30 m, dan ketebalan film 0.25 μm.

Temperatur pada kolom telah diprogram dari 50 °C (2 min) sampai 120

°C, dengan kenaikan 15 °C per minute, dan suhu tertinggi mencapai 300

°C, dengan kenaikan temperatue 5 °C per minute. Gas pembawanya

berupa Helium dengan laju aliran 1 mL/minute

7. Temperatur sumber ion pada spektrometer massa konstan pada 230oC.

Spektrometer massa beroperasi dibawah mode ionisasi electron 70 eV.

8. Spektrum massa dan jumlah ion kromatogram diperoleh dari scanning

otomatis massa range (m/z).

9. VOCs teridentifikasi dengan membandingkan spektrum massa dengan

yang tersedia pada Nist08 spectra library. Komposisi bahan kimia tercatat

sebagai presentase daerah relatif setelah diperoleh jumlah semua daerah

peak pada kromatogram.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kromatografi Cair Tenaga Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang

tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.

Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada

KCKT digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak.

Kromatografi gas adalah suatu metode untuk memisahkan dan

menganalisis suatu campuran yang gampang menguap tanpa terjadi dekomposisi.


Prinsip dasar dari kromatografi gas yaitu dengan menginjeksi campuran ke dalam

injector kemudian campuran tersebut dibawa oleh gas pembawa menuju kolom

tempat terjadinya pemisahan dan akan dibaca oleh detector. Kromatografi gas

dapat digabungkan dengan spectrometer massa sehingga dapat menghasilkan hasil

yang lebih akurat. Kromatografi Gas dapat dilakukan analisis kualitatif dan

kuantitatif.

B. Saran

Saran yang berikan pada makal ini adalah bahwa materi tentang

kromotografi cair kerja tinggi dan kromotografi gas ini sebaiknya harus lebih

banyak dipelajari karena materinya terbilang cukup rumit dan mencari informasi

lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Putra L., 2004, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi, Jurnal
Perpustakaan digital Universitas Sumatera Utara.

Himawan J., 2010, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, diakses pada tanggal 10
November 2013.

Riyadi W, 2009, Identifikasi Signal Kromatogram HPLC, diakses pada tanggal 10


November 2013.
Day dan Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6. Jakarta :
Erlangga.
Dislitbangau. -. Definisi, instrumentasi, prinsip kerja, dan metode analisis gas
cromatography mass spectrometry (gcms). Diakses dari
https://www.academia.edu/23727442/DEFINISI_INSTRUMENTASI_PRI
NSIP_KERJA_
DAN_METODE_ANALISIS_GAS_CROMATOGRAPHY_MASS_SPE
CTROMETRY_ GCMS pada 1 Maret 2017.
Hartanto, Riyan. 2011. Makalah Kromatografi Gas. Diakses dari
https://www.academia.edu/7293749/MAKALAH_KROMATOGRAFI_G
AS_Disusun_ole h?auto=download pada tanggal 23 Februari 2017.
Irawan, Yogi. 2014. Makalah Kromatografi Gas. Diakses dari
https://www.academia.edu/6376243/Kromatografi_Gas pad atanggal 28
Februari 2017.
Irmawati, Hajar. 2013. Makalah Kromatografi Gas. Diakses dari
http://www.slideshare.net/HajarIrmawati/makalah-kromatografi-gas pada
tanggal 23 Februari 2017. Wikipedia. Gas Chromatography. Diakses dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Gas_chromatography#cite_note-Pavia-1
pada tanggal 2 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai