Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPA SD YANG INOVATIF

Dosen Pengampu: Pinkan Amita T P, M.Pd

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

1. Elen Dwi Rahayu(1902101031)


2. Evita Dwi Agustina(1902101037)
3. Thitania Ambar W (1902101038)
4. Endah Nur Aini (1902101042)
5. Sinta Yuni Nur Rahmah (1902101045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt. atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pembelajaran IPA SD dengan judul ”Model-
Model Pembelajaran Ipa SD Yang Inovatif”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Madiun, 22 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LatarBelakang 1

1.2 RumusanMasalah 2

1.3 TujuanMakalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Model Pembelajaran Langsung 3

2.2 Model CLIS( Children Learning In Science ) 7

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 10

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 13

2.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok 13

BAB III PENUTUP 15

A. Kesimpulan 16
B. Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Secara empiris, rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan karena proses
pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana
kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih
suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktek, cukup
menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau referensi lain. Dalam hal ini siswa
tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir dan
memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di
kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk
memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu perubahan
paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru
(teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih
didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak
bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut di maksudkan untuk
memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai hasil pembaharuan Kurikulum


Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut juga menghendaki, bahwa suatu pembelajaran pada
dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tapi juga aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal
sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman, tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks
yang memerlukan analisis, aplikasi dan sintesis. Untuk itu, guru harus bijaksana dalam
menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang
kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

1
Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan
diterapkannya Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Konstruktif atau lebih tepat dalam
mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Inovasi
ini bermula dan diadopsi dari metode kerja para ilmuwan dalam menemukan suatu pengetahuan
baru.

Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah urgen bagi para pendidik khususnya guru
memahami karakteristik materi, peserta didik dan metodologi pembelajaran dalam proses
pembelajaran terutama berkaitan dengan pemilihan terhadap model-model pembelajaran modern.
Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam
merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan
aktifitas dan kreatif peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan RPP?

2. Apa tujuan dan fungsi dari RPP itu?

3. contoh dari RPP

4. Apa Pengertian Model Pembelajaran Langsung

5. Apa Pengertian Model CLIS( Children Learning In Science )

6. Apa Yang Perlu Dipersiapkan Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

7. Bagaimana Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

8. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

1.3 Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian dari RPP

2. untuk mengetahui tujuan dan fungsi dibuatnya RPP

3. untuk mengetahui contoh dari RPP

4. Untuk mengetahui pengertian dari Model Pembelajaran Langsung


5. Untuk mengetahui pengertian Model CLIS( Children Learning In Science )

6. Untuk mengetahui PersiapanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

7. Untuk mengetahui Langkah-langkahModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

8. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar
Isi dan dijabarkan dalam silabus (Kunandar, 2011: 263).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan
bahwa “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar ”. Menurut
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, komponen RPP adalah: Identitas mata pelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,
alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar.

2.2 Tujuan dan Fungsi dibuatnya RPP

Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk: (1) mempermudah, memperlancar dan
meningkatkan hasil proses belajar-mengajar; (2) dengan menyusun rencana pembelajaran secara
profesional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis,
dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana (Kunandar,
2011: 264).

Fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien (Kunandar,
2011: 264).

Unsur-Unsur yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan RPP


• mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan
submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan di dalam silabus;

• menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup
(life skills) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari;

• menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung;

• penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem pengujian
yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus (Kunandar, 2011: 265).

Langkah-langkah menyusun RPP (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007):

1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran, yang meliputi: sekolah; mata pelajaran; tema; kelas/semester;
alokasi waktu.

2. Menuliskan Standar Kompetensi. SK merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang


menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
suatu mata pelajaran.

3. Menuliskan Kompetensi Dasar. KD adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi.

4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi. Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran.

5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dibuat
berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.

6. Materi Ajar. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk peta konsep sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi Waktu. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.

8. Menentukan metode pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD atau indikator yang telah ditetapkan.

9. Penilaian Hasil Belajar. Prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

10. Menentukan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan
KD, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Merumuskan kegiatan pembelajaran seperti di bawah ini

a) Pendahuluan. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b) Inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan inti ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Menurut Nursyam (2009:
1), eksplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tercipta suasana kondusif yang
memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan penggunaan panca indera
dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep,
dan/atau prinsip sesuai dengan kompetensi mata pelajaran. Elaborasi adalah kegiatan pembelajaran
yang memberikan kesempatan peserta didik mengembangkan ide, gagasan, dan kreasi dalam
mengekspresikan konsepsi kognitif melalui berbagai cara baik lisan maupun tulisan sehingga timbul
kepercayaan diri yang tinggi tentang kemampuan dan eksistensi dirinya. Konfirmasi adalah kegiatan
pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam kegiatan eksplorasi dan
elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul motivasi yang tinggi untuk mengembangkan
kegiatan eksplorasi dan elaborasi lebih lanjut.

c) Penutup. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman/kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak
lanjut.

Pedoman Pada Prinsip Pengembangan RPP

Menurut Trianto (2010: 108), secara umum dalam mengembangkan RPP harus berpedoman pada
prinsip pengembangan RPP, yaitu sebagai berikut:

1) Kompetensi yang direncanakan dalam RPP harus jelas, konkret, dan mudah dipahami.

2) RPP harus sederhana dan fleksibel.

3) RPP yang dikembangkan sifatnya menyeluruh, utuh, dan jelas pencapaiannya.

4) Harus koordinasi dengan komponen pelaksana program sekolah, agar tidak mengganggu jam
pelajaran yang lain.

10 Prinsip Penyusunan RPP

1. Pertama, setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial
(KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).

2. Kedua, satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

3. Ketiga, memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.
4. Keempat, berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat
belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

5. Kelima, berbasis konteks. Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai
sumber belajar.

6. Keenam, berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.

7. Ketujuh, mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk
belajar secara mandiri.

8. Kedelapan, memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran. RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

9. Kesembilan, memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan. RPP


disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian
kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

10. Kesepuluh, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.3 Contoh dari RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kelas/Semester : III (tiga) / 1 (satu)

Alokasi Waktu : 2 X 35 menit

A. Standar Kompetensi

1. Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan
pada makhluk hidup.

B. Kompetensi Dasar

1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.


C. Indikator

1. Menyebutkan 6 ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

2. Menjelaskan 6 ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

3. Menunjukkan gambar yang termasuk ke dalam ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui bermain peran, siswa dapat menyebutkan 6 ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

2. Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan 6 ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

3. Melalui pengamatan gambar, siswa dapat menunjukkan ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

E. Karakter yang Dikembangkan

1. Disiplin

2. Kerjasama

3. Tanggung jawab

4. Keberanian

5. Jujur

F. Materi Pelajaran

1. Bagian dari ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

2. Pengertian masing-masing dari ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

3. Gambar yang termasuk ke dalam ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup.

G. Metode Pembelajaran

1. Inkuiri

2. Tanya jawab

3. Ceramah

4. Pemberian tugas

H. Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (15% x 70 menit)

a. Guru mengucapkan salam (Melatih disiplin)

b. Mengkondisikan siswa siap belajar ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup dengan menyiapkan alat
tulis (Melatih disiplin dan tanggung jawab)
c. Guru mengajak siswa untuk berdoa dan meminta salah seorang siswa memimpin doa (Melatih
disiplin)

d. Guru mengecek kehadiran siswa (Melatih disiplin)

e. Guru melakukan apersepsi sebagai awal komunikasi sebelum melaksanakan pembelajaran inti
dengan melakukan tanya jawab mengenai jenis-jenis makhluk hidup. Contoh “Di dunia ini banyak sekali
makhluk hidup. Coba kalian sebutkan! Ya, betul. Makhluk hidup meliputi tumbuhan, hewan, dan
manusia. Apakah kalian bernapas, makan, dan selalu bergerak? Bagaimana kalau kalian sehari berhenti
bernapas dan makan? Apa yang terjadi? Selain bernapas dan makan, makhluk hidup juga tumbuh dan
berkembang. Apakah kalian punya adik? Bagaimana adik bayi kalian? Coba kalian perhatikan. Apakah
setiap hari adik kalian tumbuh besar? (Melatih motivasi dan menghargai pendapat orang lain)

f. Guru memotivasi belajar siswa dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu ciri-ciri dan
kebutuhan makhluk hidup (Melatih motivasi)

g. Melakukan penilaian atau evaluasi awal belajar untuk mengetahui indikator yang telah dimiliki
dengan mengerjakan soal (melatih tanggung jawab dan jujur)

2. Kegiatan Inti (60% x 70 menit)

a. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok (Melatih disiplin)

b. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing (Melatih disiplin)

c. Guru membagikan skenario yang harus diperankan siswa (Melatih tanggung jawab)

d. Siswa dibawah bimbingan guru menemukan satu ciri dan kebutuhan makhluk hidup yang
diperankan setiap kelompok (terdapat 6 ciri dan kebutuhan makhluk hidup) bersama kelompoknya
masing-masing di tulis dalam bagan yang sudah tersedia (Melatih kerjasama dan tanggung jawab)

e. Siswa di bawah bimbingan guru mengumpulkan hasil penemuan yang telah ditulisnya dalam bagan
(Melatih tanggungjawab dan disiplin)

f. Guru meluruskan kesalahpahaman yang terjadi dalam proses penemuan ciri-ciri dan kebutuhan
makhluk hidup (Melatih disiplin)

g. Siswa dibawah bimbingan guru melakukan Tanya jawab untuk menjelaskan ciri-ciri dan kebutuhan
makhluk hidup (Melatih keberanian)

h. Siswa di bawah bimbingan guru mengamati beberapa gambar untuk menunjukkan ciri-ciri dan
kebutuhan makhluk hidup (Melatih keberanian dan menghargai pendapat orang lain)

3. Kegiatan Akhir (25% x 70 menit)

1. Siswa dibawah bimbingan guru menyimpulkan 6 ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup (Melatih
tanggung jawab)

2. Siswa mengerjakan test tulis berupa soal-soal yang harus dikerjakan secara individu (Melatih
kejujuran)
3. Siswa dengan bimbingan guru melakukan kegiatan Tanya jawab mengenai hal-hal yang belum
diketahui oleh siswa tentang materi yang sudah dipelajari (Melatih keberanian)

4. Memberikan tindak lanju dengan PR menuliskan kebutuhan yang menjadi kebiasaan di rumahnya
(Melatih tanggung jawab dan keberanian)

5. Siswa diinstruksikan untuk mengkondisikan diri merapikan tempat duduk (Melatih tanggung
jawab)

6. Siswa bersama guru berdo’a untuk menutup pembelajaran (Melatih tanggung jawab)

I. Alat, Media, dan Sumber Pembelajaran

1. Alat dan Media : Gambar, teks skenario

2. Sumber : Diktat kecil guru

J. Penilaian

1. Penilaian Proses

Penilaian proses belajar untuk melihat karakter siswa dengan menggunakan lembar pengamatan.

2. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dengan mengerjakan soal test tulis.

3. Instrumen Penilaian

a. Lembar pengamatan proses siswa belajar

b. Lembar soal test tulis

4. Kunci Jawaban

a. Pengamatan proses belajar dengan memperhatikan aspek: disiplin, kerja sama, tanggung jawab,
keberanian, jujur.

b. Penilaian hasil mengerjakan soal test tulis.

5. Kriteria Penilaian

1. Aspek Penilaian

a. Penilaian setiap aspek menggunakan kriteria:

Nilai 5 (Baik Sekali) jika maksimal

Nilai 4 (Baik) jika hampi maksimal

Nilai 3 (Cukup) jika sebagian besar baik


Nilai 2 (Kurang) jika sebagian kecil baik

Nilai 1 (Sangat Kurang) jika tidak ada yang baik

b. Penialain mengerjakan soal test tulis

Setiap soal jika benar diberi nilai 1 (terdapat 5 soal evaluasi)

Skor = Jawaban benar x 1

Contoh : Skor = 5 x 1 = 5

2. Rata-rata nilai akhir desimal 0,5 atau lebih nilainya dibulatkan ke atas dan kurang dari 0,5 nilainya
dibulatkan ke bawah

3. Nilai akhir penilaian menggunakan rumus:

N1 adalah rata-rata nilai proses belajar

N2 adalah rata-rata nilai hasil mengerjakan test tulis

NA adalah nilai akhir

2.4 Model Pembelajaran Langsung

1. Ruang Lingkup pengajaran Langsung

a. Istilah dan pengertian

Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah ( Arends, 1997 ). Antara lain training model, active,
mastery teaching, explicit instruction.

b. Ciri-ciri model pengajaran langsung ( dalam Kardi & Nur, 2000: 3 ) adalah sebagai berikut :

I. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur
penilaian belajar.
II. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran ; dan
III. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

c. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997 :3 ) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktek, dan menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada
siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien
mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.

Sintaks Model Pengajaran langsung tersebut disajikan dalam 5[lima] tahap, seperti ditunjukan
pada table 3.1 berikut.

Tabel 1

Sintaks Model Pengajaran Langsung

Fase Peran Guru


Fase 1 Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan
Menyampaikan tujuan
siswa untuk belajar.
dan mempersiapkan
siswa
Fase 2 Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Mendemonstrasikan
.
pengetahuan dan
keterampilan
Fase 3 Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal .
Membimbing pelatihan
Fase 4 Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan
balik
Fase 5 Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan pelatihan khusus pada
Memberikan kesempatan
penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
untuk pelatihan lanjutan
kehidupan sehari-hari.
dan penerapan.
Sumber: Kardi & Nur (2000:8)

Pada fase persiapan, guru memotifasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang
dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik
terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu
selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau
keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.

d. Lingkungan belajar dan system pengeloloaan

Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak
guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi
didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama ( Kardi & Nur, 2000:8 ).

Menurut Kardi dan Nur (2000: 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama
oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui
memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana. Ini tidak berarti
bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan
baik.

2.5 Pelaksanaan Pengajaran Langsung

1. Tugas – tugas perencanaan

Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini paling sesuai
untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca,
matematika, musik dan pendidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok
untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains.

2. Merumuskan tujuan

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model Mager dalam Kardi dan Nur
( 2000: 18). Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik.
Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri dari tiga
bagian yaitu: perilaku siswa, situasi pengetesan dan kriteria kinerja. Singkatnya menurut Mager
tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas
tentang situasi penilaian ( kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang
diharapkan ( kriteria keberhasilan).

3. Memilih isi

Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan
menguasai sepenuhnya materi palajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses
menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada
GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu ( Kardi dan Nur, 2000:20).

4. Melakukan analisis tugas


Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang
tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstuktur
dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang melatar belakangi analisis tugas ialah,
bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurun
waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhir penguasaan,
keterampilan dan pengertian kompleks itu lebih dulu harus dibagi menjadi komponen bagian,
sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap ( Kardi dan Nur, 2000:
23)

5. Merencanakan waktu dan ruang

Pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan yang sangat
penting. Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru: memastikan bahwa waktu yang
disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa, dan memotivasi siswa agar mereka
tetap melakukan tugas- tgasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal dengan baik siswa –
siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran.
Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya ( Kardi
dan Nur, 2000:23)

2.6 Model CLIS( Children Learning In Science )

1. Pengertian

Model CLIS ( Children Learning In Science) merupakan model pembelajaran yang berusaha
mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran
serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.

2. Tujuan
Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai
gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta
membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk
menyamakan persepsi. Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah
membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku
teks. Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.

3. Tahap

Model ini terdiri atas 5 tahap, yaitu:

1. Tahap orientasi ( orientation )

Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan untuk memusatkan
perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai fenomena yang
terjadi di alam, kejadian yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi.
Selanjutnya menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas.

2. Tahap pemunculan gagasan ( elicitation of ideas)

Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk memunculkan gagasan siswa
tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran. Cara yang dilakukan bisa dengan meminta
siswa untuk menuliskan apa saja yang mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa
dengan cara menjawab pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini
merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu, tahapan ini dapat juga
dilakukan melalui wawancara internal.
3. Tahap penyusunan ulang gagasan ( restructuring of ideas)

Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran gagasan ( clarification
and exchange), pembukaan pada situasi konflik ( eksposure to conflict situation), serta konstruksi
gagasan baru dan evaluasi ( construction of new ideas and evaluation).

Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk memperjelas atau


mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara
mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu
anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru tidak
membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa.

Pada tahap pembukaan ke situasi konflik, siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian
ilmiah yang sedang dipelajari di dalam buku teks. Selanjutnya siswa mencari beberapa
perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks.

Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mencocokkan
gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagasan baru. Siswa
diberi kesempatan untuk melakukan percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya
dalam kelompok untuk menyusun gagasan baru.

4. Tahap penerapan gagasan (application of ideas)

Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang dikembangkan melalui
percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. Gagasan baru yang sudah direkonstruksi dalam
aplikasinya dapat digunakan untuk menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di
lingkungan.

5. Tahap pemantapan gagasan(reviuw change in ideas)

Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat
konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan
konsep ilmiah akan dengan sadar mengubahnya menjadi konsep ilmiah.
9

2.7 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok kuis dan penghargaan kelompok.

Slavin (dalam Nur,2000:26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh
siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling
membantu.

Seperti halnya pembelajaran lainya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan
persiapan yang matang sebelum kegitan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan –persiapan
tersebut adalah:
a. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat


pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Buku siswa, lembar
kegitan siswa (LKS) beserta lembar jawabanya.

b. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah
heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya relatif
homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis
kelamin dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras, agama, jenis kelamin dan
latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi
akademik.

10

c. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor
awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah
diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.

d. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakuan
untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat
duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas
kooperatif.

e. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu
diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-
masing individu dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langah
kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti
tersajikan dalam tabel.

11

Tabel 2

Fase – fase pembelajaran kooperatif tipe STAD

Fase Kegiatan Guru


Fase 1 Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
Menyampaikan tujuan
belajar.
dan memotivasi siswa
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Fase 2
mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
Menyajikan atau
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
menyampaikan informasi
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
Fase 3 kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Mengorganisasikan siswa Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat


dalam kelompok- mereka mengerjakan tugas mereka.
kelompok belajar. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
diajarkan atau masing-masing kelompok
Fase 4
mempresentasikan hasil kerjanya.
Membimbing kelompok
Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
bekerja dan belajar
maupun hasil belajar individu maupun kelompok.
Fase 5

Evaluasi

Fase 6

Memberikan
penghargaan
( Sumber: Ibrahim, dkk. 2000:10 )

12

2.8 Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

 Langkah-langkah pembelajaran jigsaw

I. Siswa dibagi atas beberapa kelompok ( tiap-tiap kelompok anggotanya 5-6 orang ).
II. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tes yang telah dibagi-bagi
menjadi beberapa sub bab.
III. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab
untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai system
ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang
lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa yang lainnya
mempelajari kulit ,dan lainnya lagi mempelajari hati.

2.9 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kelompok yang paling kompleks dan
paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam
perkembangnya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari universitas Tel Aviv.
Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari
dan bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur
kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga
memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.

Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam
atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannnya kepada
seluruh kelas.

13

Sharan, dkk (1984) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meliputi
6 (enam) fase.

1. Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan
oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok
menjadi kelompok – kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya
heterogen secara akademis maupun etnis.

2. Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran tugas dan tujuan khusus yang konsisten
dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di dalam tahap kedua. Kegitan
pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya
mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di luar
sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila
diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan
merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik
sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5. Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikan dengan cara yang menarik
kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam
pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. Presentasikan dikoordinasi
oleh guru.

14

6. Evaluasi

Dalam hal kelompok – kelompok mengenai aspek yang berbeda dari topik yang sama, siswa dan
guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai satu keseluruhan.
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

15

BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN

Demikian model-model pembelajaran inovatif yang penulis bahas; memang masing-masing


model memiliki sintaks, langkah-langkah yang berbeda-beda, sehingga menuntut kretifitas guru
dalam memilih agar sesuai dengan materi ajar.

Setiap model dikatakan baik bila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Sesuai dengan tujuan yang dirumuskan

b) Dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan guru dan pemimpin

c) Tergantung pula pada kemampuan orang yang belajar

d) Melihat waktu penggunaannya

e) Melihat fasilitas yang ada

Untuk memenuhi kriteria itu, kita telah diperkenalkan dengan bermacam-macam model
pembelajaran. Silahkan dipilih manakah yang cocok untuk materi yang akan diberikan kepada
siswa, dengan harapan hasil interaksi belajar mengajar itu dapat berdaya guna dan berhasil guna
serta memanfaatkan media yang ada.

16

3.2 SARAN
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal ( sekolah ) dewasa ini
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini disebabkan bahwa proses pembelajaran
hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak
didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Rendahnya hasil belajar peserta didik juga proses pembelajaran yang didominasi oleh
pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher – centered
sehingga siswa menjadi pasif.

Oleh karena itu, dianjurkan bagi para guru untuk menerapkan model- model pembelajaran
inovatif dalam proses belajar mengajar sehari-hari agar pembelajaran lebih menyenangkan,
mencerminkan siswa aktif ( student centered ) dan siswa lebih kreatif sehingga dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

Bagi para calon guru diharapkan untuk lebih mendalami teori tentang model-model
pembelajaran inovatif agar dapat diterapkan di sekolah dasar nanti dengan baik dan benar.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Trianto, S. Pd., M. Pd. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Banjarmasin.

2. Dra. Roestiyah N. K. 2008. Strategi Balajar Mengajar. Jakarta.

3. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. 2007. Manjadi Guru Profesional. Bandung

4. Model – model pembelajaran hasil diskusi Worshop

5. https://www.dadangjsn.com/2015/07/download-rpp-tematik-kelas-3-semester-i.html
18

Anda mungkin juga menyukai