Case Report Daud
Case Report Daud
G4P3A0 hamil aterm dengan preeklamsia berat inpartu kala I fase aktif
janin tunggal hidup presentasi kepala.
Disusun Oleh:
H1AP20037
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
ini.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen
penilaian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstertri dan Ginekologi RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Demsi SpOG sebagai pembimbing yang telah bersedia meluangkan
waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta
bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman–teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun
spiritual kepada penulis dalam menyusun laporan kasus ini.
ii
DAFTAR ISI
LAPORAN KASUS..............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
1.1. Anamnesis.............................................................................................1
1.1.1. Identitas pasien...................................................................................1
1.1.2. Riwayat Perkawinan..........................................................................1
1.1.3. Riwayat Reproduksi...........................................................................1
1.1.4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan........................................................1
1.1.5. Riwayat Antenatal Care (ANC).........................................................2
1.1.6. Riwayat Gizi/Sosial Ekonomi............................................................2
1.1.7. Riwayat Penyakit Dahulu..................................................................2
1.1.8. Riwayat Penyakit Keluarga................................................................2
1.1.9. Anamnesis Khusus.............................................................................2
1.4 Diagnosis.....................................................................................................6
1.5 Penatalaksanaan........................................................................................6
1.6 Prognosis.....................................................................................................6
2.1. Preeklamsia........................................................................................12
2.1.1. Definisi..................................................................................................12
iii
2.1.2. Epidemiologi.........................................................................................12
2.1.7. Tatalaksana..........................................................................................23
2.1.8. Komplikasi............................................................................................31
2.1.9. Prognosis...............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................37
iv
BAB I. LAPORAN KASUS
1.1. Anamnesis
1.1.1. Identitas pasien
Nama : Ny. RH
No. MR : 020105
Usia : 37 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Menarch : 15 tahun
1
1.1.4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
Tabel 1.1. Riwayat Kehamilan/Melahirkan
N ♀/ Umur Jenis BBL
Tempat Penolong Usia Anak Sekarang
o. ♂ Kehamilan Persalinan (gr)
1. ♀ Aterm Spontan Rumah Dukun 3000 gr 19 tahun
2. ♂ Aterm Spontan Rumah Dukun 3400 gr 15 tahun
3. ♂ Aterm Spontan Rumah Dukun 3700 gr 10 tahun
4. Hamil ini
2
1.1.8. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan Utama:
Keluar bercak darah dan lendir dari kemaluan sejak ±1 hari SMRS.
3
1.2.2. Status Generalisata
Hidung : Simetris, tidak ada deviasi, tidak ada sekret, tidak ada tanda-
tanda perdarahan
Telinga : Tidak ada sekret dan tidak ada nyeri tekan di mastoid dan
tragus.
Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak pucat, mukosa bibir tidak kering,
tidak ada stomatitis, dan tidak ada ulkus.
Thorax
4
P : Batas kanan: linea sternalis dextra
Superior
Inferior
1.2.3. Status Obstetri
5
1.3. Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium pada Hari Sabtu, 14 Agustus 2021
Parameter yang diperiksa Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,5 g/dL 11,7–15,5 g/dL
Hematokrit 34% 35–47%
Leukosit 12.400 sel/mm3 4.000–10.000/mm3
Trombosit 165.000 sel/mm3 150.000–450.000/mm3
Gula Darah Sewaktu 115 mg/dl 74-106 mg/dl
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
HIV Non Reaktif Non Reaktif
PROTEIN URIN
Protein Urin 1% (++) Negatif
RAPID TEST COV-19
ANTIGEN Negatif Negatif
Swab Test Antigen
Hasil pemeriksaan USG pada hari Jumat, 30 Juli 2021 sebagai berikut.
6
Indeks Gestosis
0 1 2 3
Total Score 5
1.4 Diagnosis
Diagnosis Masuk:
G4P3A0 hamil aterm dengan preeklamsia berat inpartu kala I fase aktif janin
tunggal hidup presentasi kepala.
1.5 Penatalaksanaan
- Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, his, dan denyut jantung janin.
- Pemasangan dower catheter
- MgSO4 40% 4 gr bokong kanan (IM pelan) + 4 gr bokong kiri (IM
pelan) dilanjutkan 4 gr bokong kanan atau bokong kiri per 6 jam
sampai dengan 24 jam post partus
- Nifedipin 3x10 mg (P.O)
- Cek labor darah rutin, kimia darah, dan urin lengkap
- IVFD RL xx gtt/menit
- R/ terminasi per-vaginam
1.6 Prognosis
7
1.7 Laporan follow-up
Follow up Sabtu, 14 Agustus 2021
Pukul 09.00 WIB
O/ S/ keluar lendir dan darah dari
St. Present kemaluan sejak satu hari yang lalu,
KU : Tampak sakit Keluar air-air sejak 4 jam yang lalu
sedang
Sens : Compos mentis A/ G4P3A0 Hamil 38 minggu
TD : 180/100 mmHg dengan PEB Belum Inpartu Janin
HR : 88 x/menit Tunggal Hidup Presentasi Kepala
RR : 20 x/menit
Suhu : 36 °C P/ Observasi KU, TTV, dan
perdarahan
St. Obstetri IVFD RL xx gtt/menit
Pemeriksaan luar: Inj MGSO4 40% 8g Boka
TFU 2 jari di bawah prosessus xipoideus Boki IM dilanjutkan dengan
(36cm), memanjang, punggung kanan, Inj MGSO4 40% 4g Boka
bagian terbawah janin kepala, U 1/5, his Boki IM/ 6 jam
(+) 4x/30’/10”, DJJ 150 x/menit, TBJ Nifedipin 3x10 mg p.o
3565 gram
Pemeriksaan dalam: Vaginal Toucher R/ Persalinan pervaginam
Portio lunak, anterior, eff 100%, Ø 8 cm,
ketuban (-) jernih, Hodge IV, kepala,
penunjuk UUK kiri depan.
Laboratorium: (14-08-2021)
Hemoglobin : 12,5 g/dL
Hematokrit : 34%
Leukosit : 12.400 sel/mm3
Trombosit : 165.000 sel/mm3
Gula Darah Sewaktu : 115 mg/dl
HBsAg : Non Reaktif
HIV : Non Reaktif
Rapid Test Antigen: Negatif
Protein urin : 1% (++)
8
9
10
Laporan Persalinan
Pukul 09.42 WIB VT Ø lengkap. Pasien dipimpin
mengedan
Pukul 10.10 WIB Lahir neonatus hidup, laki-laki,
BBL 3600 gram, A/S 8/9, PB 51 cm
LK/LD 32/33 cm
Pukul 10.15 WIB Plasenta lahir lengkap, Tanpa
robekan jalan lahir. Pendarahan ±
150 cc
Pukul 10.25 WIB Intruksi post partus
Observasi TVI
IVFD + Oksitosin 20 IU, 20
tpm
Laktavit 1x1
Nifedipin 3x10 mg p.o
11
Suhu : 36,5 °C dan urin. Pasien boleh pulang
dengan obat pulang:
Meloxicam 2x1 p.o
St. Obstetri Laktafit 2x1 p.o
Pemeriksaan luar:
Abdomen datar, lemas, simetris, tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, perdarahan tidak aktif,
lokia (+) rubra, vulva dan vagina tenang,
puting susu menonjol, ASI (+).
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Preeklamsia
2.1.1. Definisi
13
2.1.3. Faktor Risiko
14
keluarga dengan preeklamsia. 5
15
arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan
remodeling arteri spiralis sehingga aliran darah utero-plasenta
menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak dari
iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat
menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.6
16
Gambar 2.2 Patogenesis Preeklampsia. Arteri Spiralis pada Keadaan
Normal dan Preeklamsia.
a. Volume plasma
Pada hamil nomal volume plasma meningkat dengan bermakna
(disebut hipervolemia), guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin.
Peningkaan tertinggi volume plasma pada hamil normal terjadi pada
umur kehamilan32 - 34 minggu. Sebaliknya, oleh sebab yang tidak
jelas pada preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 30 %
17
- 40 dibanding hamil normal, disebut hipovolemia. Hipovolemia
diimbangi dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi. Volume
plasma yang menurun memberi dampak yang luas pada organ-organ
penting.6
Preeklampsia sangat peka terhadap pemberian cairan intravena
yang terlalu cepat dan banyak. Demikian sebaliknya preeklampsia
sangat peka terhadap kehilangan darah waktu persalinan. Oleh karena
itu, observasi cairan masuk ataupun keluar harus ketat.6
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan
diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik
menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik,
menggambarkan besaran curah jantung. Pada preeklampsia
peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan 20 ming- gu,
tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II. Tekanan darah
yang tinggi pada preeklampsia bersifat labil dan mengikuti irama
sirkadian normal. Tekanan darah menjadi normal beberapa hari
pascapersalinan, kecuali beberapa kasus preeklampsia be- rat
kembalinya tekanan darah normal dapat terjadi 2 - 4 minggu
pascapersalinan. Tekanan darah bergantung terutama pada curah
jantung, volume plasma, resistensi perifer, dan viskositas darah.6
Timbulnya hipertensi adalah akibat vasospasme menyeluruh
dengan ukuran tekanan darah > 140/90 mmHg selang 6 jam. Tekanan
diastolik ditentukan pada hilangnya suara Korotkoff’s pbase V.
Dipilihnya tekanan diastolik 90 mmHg sebagai batas hipertensi,
karena batas tekanan diastolik 90 mmHg yang disenai proteinuria,
mempunyai korelasi dengan kematian perinatal tinggi. Mengingat
proteinuria berkorelasi dengan nilai absolut tekanan darah diastolik,
maka kenaikan (perbedaan) tekanan darah tidak dipakai sebagai
kriteria diagnosis hipertensi, hanya sebagai tanda waspada.6
18
karena kurang praktis dan sering terjadi kesalahan pengukuran.
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara standar.
c. Fungsi Ginjal
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut:6
- Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia sehingga
terjadi oliguria bahkan anuria
- Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan proteinuria. Proteinuria terjadi jauh pada akhir
kehamilan, sehingga sering dijumpai preeklampsia tanpa
proteinuria, karena janin lebih dulu lahir
- Terjadi Glomerular Capillary Endotheliosis akibat sel endotel
glomerular membengkak disertai deposit fibril
- Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian besar
kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi “nekrosis
korteks ginjal” yang bersifat irreversibel
- Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme
pembuluh darah. Dapat diatasi dengan pemberian dopamin agar
terjadi vasodilatasi pembuluh darah ginjal.
Proteinuria
- Bila proteinuria timbul:6
Sebelum hipertensi, umumnya merupakan gejala penyakit ginjal
Tanpa hipertensi, maka dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan
Tanpa kenaikan TD diastolik >90 mmHg, umumnya ditemukan pada
infeksi saluran kencing atau anemia. Jarang ditemukan proteinuria
pada tekanan diastolik <90 mmHg.
- Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi
proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah
lahir lebih dulu
19
100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak
selang 6 jam dan
(b) pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila
besaran proteinuria >300 mg/24 jam.
Asam urat serum (uric acid serum)
Umumnya meningkat >5 mg/cc. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia,
yang menimbulkan menurunnya aliran darah ginjal dan
mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya
sekresi asam urat. Peninkatan asam urat juga dapat terjadi akibat
iskemia jaringan.
Kretatinin
Terjadi peningkatan kadar kreatinin plasma yang disebabkan
hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun, mengakibatkan
menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga menurunnya sekresi
kreatinin disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat mencapai kadar
kreatininn plasma >1 mg/cc dan biasanya terjadi preeklampsia berat
dengan penyulit pada ginjal.
Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah
ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun
(oliguria), bahkan dapat terjadi anuria. Berat ringannya oliguria
menggambarkan berat ringannya hipovolemia. Hal ini berarti
menggambarkan pula berat ringannya preeklampsia. Pemberian cairan
intravena hanya karena oliguria tidak dibenarkan.
d. Elektrolit
Kadar elektrolit rotal menumn pada wakru hamil normal. Pada
preeklampsia kadar elektrolit total sama seperti hamil normal, kecuali
bila diberi diuretikum banyak, res- triksi konsumsi garam atau
pemberian cairan oksitosin yang bersifat antidiuretik.6
Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat
menimbulkan gangguan keseim- bangan asam basa. Pada waktu terjadi
kejang eklampsia kadar bikarbonat menurun, disetabkan timbulnya
20
asidosis laktat dan akibat kompensasi hilangnya karbon dioksida.
Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan kadar
hamil normal, yaitu sesuai dengan proporsi jumlah air dalam tubuh.
21
Preeklampsi dan eklampsia memberikan pengaruh buruk pada
kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero
plasenta, hipovolemi, vasospasme, dan kerusakan sel endotel
pembuluh darah. Dampak yang dihasilkan berupa Intrauterine growt
restriction (IUGR), oligohidramnion, kenaikan morbiditas, dan
mortalitas janin secara tidak langsung akibat IUGR, preamturitas,
oligohidromnion, dan solusio plasenta.
2.1.6. Diagnosis Preeklampsia
22
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Preeklamsia
Kriteria Preeklampsia Berat
(diagnosis
Kriteria Minimal Preeklamsia
preeklamsia dipenuhi dan jika
didapatkan salah satu kondisi klinis
dibawah ini)
1. Hipertensi : Tekanan darah sekurang- 1. Hipertensi : Tekanan darah ≥ 160
kurangnya 140 mmHg sistolik atau mmHg sistolik dan tekanan darah
90 mmHg diastolik pada dua kali diastolik 110/mmHg pada dua kali
pemeriksaan berjarak 15 menit pemerikaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama menggunakan lengan yang sama
2. Protein urin : Protein urin melebihi 2. Trombositopenia : Trombosit < 100.000
300 mg dalam 24 jam atau tes urin / mikroliter
dipstik > positif 1 3. Gangguan ginjal : Kreatinin serum
Jika tidak didapatkan protein urin, diatas 1,1 mg/dL, atau didapatkan
hipertensi dapat diikuti salah satu peningkatan kadar kreatinin serum dari
dibawah ini: sebelumnya pada kondisi dimana tidak
3. Trombositopenia : Trombosit < ada kelainan ginjal lainnya
100.000 / mikroliter 4. Gangguan Liver :Peningkatan
4. Gangguan ginjal : Kreatinin serum konsentrasi transaminase serum 2 kali
diatas 1,1 mg/dL, atau didapatkan normal dan atau adanya Nyeri
peningkatan kadar kreatinin serum epigastrik persisten/ regio kanan atas
dari sebelumnya pada kondisi abdomen(akibat teregangnya kapsula
dimana tidak ada kelainan ginjal Glisson)
lainnya 5. Edema paru
5. Gangguan Liver :Peningkatan 6. Gejala Neurologis : Stroke, nyeri
konsentrasi transaminase serum 2 kepala, gangguan visus
kali normal dan atau adanya Nyeri
epigastrik persisten/ regio kanan atas Gangguan sirkulasi Uteroplasenta :
abdomen(akibat teregangnya kapsula oligohidramnion, Fetal Growth Restriction
Glisson) (FGR) atau didapatkan adanya absent or
6. Edema paru reversed and diastolic velocity (ARDV)
23
7. Gejala Neurologis : Stroke, nyeri
kepala, gangguan visus
Gangguan sirkulasi Uteroplasenta :
oligohidramnion, Fetal Growth
Restriction (FGR) atau didapatkan
adanya absent or
reversed and diastolic velocity (ARDV)
2.1.7. Tatalaksana
24
konsumsi labetalol dan nicardipine untuk mencegah komplikasi akut
dari hipertensi. Pada pasien dengan eklamsia atau preeklamsia berat
(dengan atau tanpa hemolisis, peningkatan enzim hati, dan sindrom
trombosit rendah) pemberian magnesium sulfat
25
Gambar 2.4 Tatalaksana Preeklamsia Derajat Berat
26
menggeser kalsium, sehingga aliran rangsang tidak terjadi (terjadi
kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium).1
Regimen pada penderita preeklampsia diawali dengan loading dose
8 gr 40% IM bokong kanan dan kiri diikuti dosis pemeliharaan 4 gr
40% tiap 6 jam bergantian salah satu bokong. Pada preeklamsia
pemberian regimen MgSO4 dapat juga diawali dengan loading dose 4
gram MgSO4 intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit,
diikuti maintenance dose diberikan infus 6 gram dalam larutan
Ringer/6 jam; atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6 jam.1
Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi
seperti depresi pernapasan, setelah 24 jam pascapersalinan atau 24
jam setelah kejang berakhir.1
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
Tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% = 1 g (10 % dalam 10 cc) diberikan i.v 3 menit.
Refleks patella (+) kuat.
Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres
napas. Magnesium sulfat dihentikan bila terdapat tanda-tanda
intoksikasi, setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang
berakhir.
2. Pemberian Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan
intraventrikular, yang akhirnya menurunkan kematian neonatus.
Kortikosteroid perlu diberikan bila usia kehamilan kurang dari 35
minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason atau betametason.
Pemberian siklus tunggal kostikosteroid adalah ; deksametason 4 x 6 mg
i.m dengan jarak pemberian 12 jam, betametason 2 x 12 mg i.m dengan
jarak pemberian 24 jam.1
3. Obat Antihipertensi
27
c. Nifedipine
Nifedipine dosis 30–60 mg dengan sediaan slow-release dapat
digunakan sebagai pengobatan lini pertama pada gejala preeklamsia
ringan karena dipercaya aman, efektif dan tidak bersifat teratogenic
pada ibu hamil. Namun,dalam penanganan preeklamsia gejala berat,
nifedipine digunakan sebagai pengobatan lini kedua dengan dosis 10-20
mg dalam sediaan immediate-release. 5 Nifedipine merupakan calcium
channel blocker yang bekerja pada otot polos arteriolar dan
menyebabkan vasodilatasi dengan menghambat masuknya kalsium ke
dalam sel. Berkurangnya resistensi perifer akibat pemberian calcium
channel blocker dapat mengurangi afterload, sedangkan efeknya
ditemukan minimal pada sirkulasi vena. Nifedipin juga bersifat
natriuretik yang dapat meningkatkan produksi urin sehingga
menurunkan tekanan darah. Dosis pemberian maksimum 120 mg dalam
24 jam.1
d. Metildopa
Metildopa, agonis reseptor alfa yang bekerja di sistem saraf pusat,
adalah obat antihipertensi yang paling sering digunakan untuk wanita
hamil dengan hipertensi kronis. Metildopa mempunyai safety margin
luas (paling aman). Walaupun metildopa bekerja terutama pada sistem
saraf pusat, namun juga memiliki sedikit efek perifer yang akan
menurunkan tonus simpatis dan tekanan darah arteri. Frekuensi nadi,
cardiac output, dan aliran darah ginjal relatif tidak terpengaruh. Efek
samping pada ibu antara lain letargi, mulut kering, mengantuk, depresi,
hipertensi postural, anemia hemolitik dan drug-induced hepatitis."
Metildopa biasanya digunakan sebagai terapi lini kedua pada
preeklamsia ringan yang dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau
3 kali sehari, dengan dosis maksimum 3 g per hari. Efek obat maksimal
dicapai 4-6 jam setelah obat masuk dan menetap selama 10-12 jam
sebelum diekskresikan lewat ginjal. Alternatif lain penggunaan
metildopa adalah intra vena 250-500 mg tiap 6 jam sampai maksimum 1
g tiap 6 jam untuk krisis hipertensi. Metildopa dapat melalui plasenta
28
pada jumlah tertentu dan disekresikan di ASI.1
e. Labetalol
Labetalol menurunkan tekanan darah dengan cara memblokir
reseptor β- dan α- adrenergik. Labetalol juga dapat menjaga aliran darah
uteroplasenta tetap baik jika dibandingkan dengan golongan β bloker
lainnya. Apabila dibandingkan dengan metildopa dan nifedipine,
labetalol memiliki onset kerja yang lebih cepat dan
29
Gambar 2. 5 Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa Gejala Berat
30
2.1.8. Komplikasi
31
2.1.9. Prognosis
32
BAB III. PEMBAHASAN
33
kehamilan definite dengan ditemukannya denyut jantung janin menggunakan
Doppler. Berdasarkan pemeriksaan fisik tersebut, maka dapat dikatakan pasien
dalam keadaan inpartu, fase laten persalinan, dan terdapat janin tunggal hidup.
Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, his, dan denyut jantung janin adalah
untuk mengetahui pemantauan kondisi ibu dan janin agar tetap stabil
34
Nifedipin diberikan dalam dosis 10 – 20 mg per oral, diulangi setelah 30
menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Rencana terminasi pervaginam.
Penatalaksanaan post partus pada Ny. RH berupa observasi tanda vital
ibu, IVFD RL + drip oksitosin 20 IU gtt xx/ menit, Inj. MgSO4 40% 4
gram tiap 6 jam IM bokong kanan atau bokong kiri sampai dengan 24 jam
post partum, Meloxicam 1x7,5 mg P.O, lacktavit 1x1 P.O dan nifedipin
3x10 mg P.O
Meloxicam, diberikan sebagai analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
pasca persalinan. Pemberian lactafit adalah suplemen penunjang produksi
air susu ibu (ASI) pasca persalinan. Jadi, pemberian obat pada kasus ini
sudah tepat.
35
BAB IV. KESIMPULAN
1. Preeklamsia adalah hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia
kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan fungsi organ. Preeklamsia
berat didefinisikan sebagai preeklamsia dengan tekanan sistolik ≥
160mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
lebih dari 5 g/24 jam
2. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaaan penunjang.
3. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat dengan diberikan MgSO 4
sebagai profilaksis eklampsia, nifedipine sebagai antihipertensi, serta
persalinan pervaginam sebagai sikap.
36
DAFTAR PUSTAKA
37