Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

PERTUSIS

Disusun Oleh :
Kelompok V

1. Jelina Jini (202013006)


2. Winny Shalsadila (202013014)
3. Depi Ratnasari (202013021)

Dosen pembimbing : Meily Nirnasari,S.Kep,Ns,M.Biomed

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN
TANJUNGPINANG
TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................ii
BAB I.PENDAHULUAN.....................................................................................................................................iii
1...Latar Belakang..........................................................................................................................................1
2...Tujuan Penelitian......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................2
1 Definisi Pertusis.........................................................................................................................................2
2.Etiologi.......................................................................................................................................................2
4. Tanda dan gejala........................................................................................................................................2
3.Patofisiologi Pertusis..................................................................................................................................3
4. Petwhay.....................................................................................................................................................4
5 Kompelikasi ...............................................................................................................................................4
6. Pemeriksaan diaknosa................................................................................................................................4
7. pelaksanaan...............................................................................................................................................5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................................6
1.Pengkajian..................................................................................................................................................6
2.Diagnosa Keperawatan...............................................................................................................................7
3.Rencana Keperawatan................................................................................................................................8
4.Implementasi ...............................................................................................................................................9
5.Evaluasi......................................................................................................................................................10
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................................................11
Kesimpulan.................................................................................................................................................... 11
Saran...............................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................... 12
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, sebelum ditemukannya


vaksin, angka kejadian dan kematian akibat menderita pertusis cukup tinggi.Ternyata
80% anak-anak dibawah umur 5 tahun pernah terserang penyakit pertusis, sedangkan
untuk orang dewasa sekitar 20% dari jumlah
penduduk total.
Dengan kemajuan perkembangan antibiotic dan program imunisasi maka
mortalitas dan morbiditas penyakit ini mulai menurun.Namun demikian penyakit ini
masih merupakan salah satu masalah kesehatan terutama mengenai bayi- bayi
dibawah umur.
Pertusis sangat infesius pada orang yang tidak memiliki kekebalan.Penyakit ini .
orang tersebut kebal terhadap penyakit untuk beberapa tahun tetapi tidak seumur
hidup, kadang – kadang kembali terinfeksi beberapa tahun kemudian.Pada saat ini
vaksin pertusis tidak dianjurkan bagi orang dewasa.Walaupun orang dewas sering
sebagai penyebab pertusis pada anak – anak, mungkin vaksin orang dewasa
dianjurkan untuk masa depan.

B. TUJUAN MAKALAH TENTANG PENYAKIT PERTUSIS

1. Memahami definisi pertussis


2. Mengetahui etiologi terjadinya pertussis
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya pertussis
4. Mengeidentifikasi manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien anak
5. pertussis Mengidentifikasi penatalaksanaan klien anak dengan pertussis
6. Merumuskan asuhan keperawatan pada klien anak dengan pertussis
7. meliputi WOC, analisis data, pengkajian, diagnosis, intervensi
BAB II

TINJAUAN TEORITAS
A. DEFINISI

Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang
rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak (Behrman, 1992)
Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan
ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal
disertai nada yang meninggi (Rampengan, 1993).

Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis,
nama lain penyakit ini adalah tussis quirita, whooping coagh, batuk rejan (Mansjoer, 2000).

Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas yang
menimbulkan Serangan batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan inspirasi berbising
(Ramali, 2003)
Pertusis adalah infeksi bakteri pada saluran pernafasan yang sangat menular dan menyebabkan
batuk yang biasanya diakhiri dengan suara pernapasan dalam bernada tinggi atau melengking
.

B. ETIOLOGI
Pertusis biasanya disebabkan diantaranya sebagai berikut :

1. Bordetella pertussis (Hemophilis pertusis).


2. Suatu penyakit sejenis telah dihubungkan dengan infeksi oleh bordetella para
3. pertusis, B. Bronchiseptiea dan virus.

Adapun cirri-ciri organisme ini antara lain :

1. Berbentuk batang (coccobacilus)


2. Tidak dapat bergerak
3. Bersifat gram negative.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul
5. Mati pada suhu 55 º C selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º- 10º C)
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik
7. Tidak sensitive terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin

Menghasilkan 2 macam toksin antara lain :

a. Toksin tidak yahan panas (Heat Labile Toxin)


b. Endotoksin (lipopolisakarida)

C. TANDA DAN GEJALA


Masa tunas 7 – 14 hari penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih dan terbagi dalam
3 stadium, yaitu :

1. tadium kataralis Lamanya 1 – 2 minggu

Pada permulaan hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk-
batuk ini makin lama makin bertambah berat dan terjadi serangan dan malam. Gejala lainnya
ialah pilek, serak dan anoreksia. Stadium ini menyerupai influenza.

2. Stadium spasmodik Lamanya 2 – 4 minggu


Pada akhir minggu batuk makin bertambah berat dan terjadi paroksismal berupa
batuk-batuk khas. Penderita tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka melebar.
Batuk sedemikian beratnya hingga penderita tampak gelisah gejala – gejala masa inkubasi 5 –
10 hari. Pada awalnya anak yang terinfeksi terlihat seperti terkena flu biasa dengan hidung
mengeluarkan lendir, mata berair, bersih, demam dan batuk ringan. Batuk inilah yang
kemudian menjadi parah dan sering. Batuk akan semakin panjang dan seringkali berakhir
dengan suara seperti orang menarik nafas (melengking). Anak akan berubah menjadi biru
karena tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama rangkaian batuk. Muntah-muntah dan
kelelahan sering terjadi setelah serangan batuk yang biasanya terjadi pada malam hari. Selama
masa penyembuhan, batuk akan berkurang secra bertahap.

3. Stadium konvalesensi Lamanya kira-kira 4-6 minggu


Beratnya serangan batuk berkurang. Juga muntah berkurang, nafsu makan pun timbul
kembali. Ronki difus yang terdapat pada stadium spas,odik mulai menghilang. Infaksi
semacam “Common Cold” dapat menimbulkan serangan batuk lagi.

D. PATOFISIOLOGI

Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas. Dan organisme hanya akan
berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa berhubungan dengan epitel bersilia
dan menghasilkan toksisn seperti endotoksin, perttusinogen, toxin heat labile, dan kapsul
antifagositik, oleh limfosist dan leukosit untuk polimorfonuklir serta penimbunan debrit
peradangan di dalam lumen bronkus. Pada awal penyakit terjadi hyperplasia limfoid penbronklas
yang disusun dengan nekrosis yang mengenai lapisan tegah bronkus, tetapi bronkopnemonia
disertai nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkhiolus dan
atelaktasis terjadi akibat dari penimbunan mucus.
Akhirnya terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan:
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan
ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-
alat makan yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang
yang menderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah
batuk penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusis dapat
menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

E. PETWHAY
F. KOMPLIKASI

a. Alat Pernafasan Dapat terjadi otitis media (sering pada bayi), bronkitis,
bronkopneumania, atelektasis yang disebabkan sumbatan mukus, emfisema (dapat juga
terjadi emfisema mediastrum, leher kulit pada kasus yang berat, bronkrektasis,
sedangkan tuberkulosis yang sebelumnya telah ada dapat terjadi bertambah berat.
b. Alat Pencernaan Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolaapsus
rektum atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal,
ulkus pada ujung lidah karena lidah terosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan
batuk,stomatitis
c. Sususnan saraf Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat
muntah-muntah kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak. Mungkin pula
terjadi perdarahan otak
d. Lain -lain Dapat pula terjadi pendarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan
subkonjungtiva

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah leukosit meninggi
kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan limfositosis, diagnosis, dapat diperkuat
dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yang dikeluarkan pada waktu
batuk.Secara laboratorium diagnosis pertusis dapat ditentukan berdasarkan adanya kuman
dalam biakan atau dengan pemeriksaan imunofluoresen

H. PENATALAKSANAAN

1. Anti mikroba
Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang dini. Eritromisin
merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling efektif dibandingkan
dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang dianjurkan 50mg/kg
BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari.

2. Kortikosteroid
a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian
diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8
c. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari. Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada
bayi muda dengan seragan proksimal.

Salbutamol Efektif terhadap pengobatan pertusis dengan cara kerja :

a. Beta 2 adrenergik stimulant


1. Mengurangi paroksimal khas
2. Mengurangi frekuensi dan lamanya whoop
3. Mengurangi frekuensi apneu

b. Terapi suportif
1. Lingkungan perawatan penderita yang tenang
2. Pemberian makanan, hindari makanan yang sulit ditelan, sebaiknya makanan cair,
3. bila muntah diberikan cairan dan elektrolit secara parenteral
4. Pembersihan jalan nafas
5. Oksigen
1. Vaksin DPT
Vaksin jerap DPT ( Difteri Pertusis Tetanus ) adalah vaksin yang terrdiri
dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan bakeri pertussis yang telah
diinaktivasi.

 Indikasi

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap pertusia. Cara


pemberian dan dosis:
1) Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar menjadi
homogen.
2) Disuntikan secara IM denagn dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis.
3) Dosis pertama diberikan umur 2 bulan,dosis selanjutnya diberikan 1
bulan
4) Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang tekah dibuka hanya boleh digunakan 4
minggu
 Efek Sampingnya
panas Kebanyakan anak menderita panas pada sore hari setelah mendapat
imunisasi DPT, tetapi panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari. Bila panas yang
timbul lebih dari 1 hari sesudah pemberian DPT, bukanlah disebabkan oleh
vaksin DPT, mungkin ada infeksi lain yang perlu diteliti lebih lanjut.
Rasa sakit di daerah suntikan. Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan,
bengkak di tempat suntikan. Bila hal tersebut terjadi setelah suntikan berarti ini
disebabkan oleh suntikan DPT. Hal ini perlu diberitahukan kepada
Peradangan Hal ini mungkin sebagai akibat dari: jarum suntik tidak steril,
bisa karena tersentuh tangan atau sterilisasi kurang lama ataupun sebelum
dipakai menyuntik jarum diletakkan di atas tempat yang tidak steril.
Kejang-kejangAnak yang setelah pemberian vaksin DPT mengalami hal ini,
tidak boleh diberi vaksin DPT lagi dan sebagai gantinya diberi DT saja. Kontra
indikasi. Gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertussis. Anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertussis harus
dihindarkan pada dosis kedua dan untuk meneruskan imunisasinya dapat
diberikan DT. (Direktorat Jendral PPM & PL, Departemen Kesehatan RI)
 STRATEGI

1. meningkatkan kualitas pelayanan


2. mengembangkan pelaksanaan program diseluruh unit pelayanan kesehatan
3. meningkatkan kerja sama dengan semua pihak terkait
4. meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
5. melaksanakan desentralisasi melalui titik berat manajemen program
6. di kabupaten atau kota
7. mengembangkan pelaksanan program melalui penelitian.
 Kontraindikasi :
gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala
serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus
dihindarkan pada dosis kedua dan untuk meneryskan iminisasi dapat diberikan
DPT

I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITS


1. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a) Aktivitas / istirahat
DS : Gangguan istirahat tidur, malaise.
DO : Lesu, pucat, lingkar mata kehitam-hitaman.
b) Sirkulasi DS : -
DO : Tekanan darah normal / sedikit menurun, takikardi, peningkatan suhu.
c) Eliminasi
DS : BAB dan BAK normal
DO : BB menurun, turgor kulit kurang, membrane mukosa kering.
d) Makanan dan cairan
DS : Sakit kepala, pusing.
DO : Gelisah
e) Nyeri / kenyamanan
DS : Batuk pada malam hari dan memberat pada siang hari.
DO : Mata tampak menonjol, wajah memerah / sianosis, lidah terjulur dan pelebaran vena
leher saat serangan batuk.
F) Pernafasan
DS : Batuk Pilek
DO :
a. nyaring (whoop) saat inspirasi.
b. Penumpukan lender pada trachea dan nasopharing
c. Penggunaan otot aksesorus pernafasan.
d. Sputum atau lender kental.
.
Pemeriksaan penunjang :
1. Pembiakan lendir hidung dan mulut.
2. Pembiakan apus tenggorokan.
3. Pembiakan darah lengkap (terjadi peningkatan jumlah sel darah putih yang
4. ditandai sejumlah besar limfosit, LEE tinggi, jumlah leukosit antara
20.000-50.000 sel / m³darah.
5. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
6. Tes ELISA (Enzyme – Linked Serum Assay) untuk mengukur kadar
secret Ig A.
7. Foto roentgen dada memeperlihatkan adanya infiltrate perihilus,
atelaktasis atau emphysema

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi mucus
2. Pola napas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ventilasi
3. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d aktivitas batuk yang meningkat.
4. Resiko kekurangan volume cairan b/d intake klien yang kurang
5. Resiko kekurangan nutrisi b/d adanya mual dan muntah
III. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC


No
1 A. Bersihan jalan A. Status respirasi : A. Manajemen jalan napas
kepatenan jalan nafas
napas tidak efektif a) Membuka jalan napas
1. Kecepatan respirasi
b/d sekresi yang menggunakan teknik dorongan
(kondisi yang dialami /
berlebih an dan dengan membuka dagu atau
peningkatan yang
kental rahang
diharapkan) b) Mengeluarkan secret dengan
2. Pasien Irama dorongan batuk atau isapan
c) Dorongan pelan, pernapasan dalam
pernapasan (kondisi
dan batuk
yang dialami pasien / d) Ajarkan batuk efektif
peningkatan yang B. Peningkatan batuk
diharapkan) a) Dorong pasien untuk melakukan
bebrapa pernapasan dalam
3. Dalamnya
b) Bantu pasien untuk duduk dengan
pernapasan (kondisi posisi kepala sedikit fleksi, bahu
rilek,
yang dialami pasien /
c) dan lutut fleksi
peningkatan yang
d) Ajarkan pasien mengikuti batuk
diharapkan) dengan beberapa tarikan napas
maksimal
4. Kemampuan
mengeluarkan sekret C. Memantau pernapasan
5. Batuk
a) Pantau kecepatan, kedalaman, dan
usaha pernapasan
b) Memantau suara pernapasan seperti 10
dengkuraan
2. Pola napas tidak B . Status respirasi B. Manajemen jalan napas
efektif b/d 1. Frekuensi respirasi a) Auskultasi suara napas, tidak
tidak (kondisi yang dialami ada peningkatan atau
pasien / peningkatan penurunan ventilasi dan dan
yang diharapkan) keberadaan suara napas
b) Melakukan terapy fisik dada,
2. Irama pernapasan
dengan tepat
3. Kedalaman pernapasan c) Posisikan pasien dengan potensi
pernapasan maksimal
R. Memantau pernapasan
adekuat nya 4. Auskultasi suara 1. Pantau kecepatan, kedalaman,
nafas dan usaha pernapasan
ventilasi
5. Kepatenan jalan 2. Memantau suara pernapasan
nafas seperti dengkuraan

3 Ganggu an rasa Status kenyamanan: (fisik) Pemberian obat


nyaman b/d a) Pengendalian gejala 1. Menentukan obat yang sesuai,
gejala terkait (kondisi yang dialami dan memberikan obat seual
penyakit karena pasien / peningkatan dengan aturan yang terdapat pada
aktivitas batuk yang diharapkan) resep
b) Relaksasi muscular 2. Pantau efektifitas perkembangan
yang meningk at
c) Posisi nyaman pemberian obat
d) Suhu tubuh 3. Ajarkan anggota keluarga pasien
e) Kepatenan jalan nafas cara pemberian obat yang tepat
Manajemen nyeri
1. Mengamati tindakan nonverbal
dari ketidaknyamanan terutama
itu menghambat komunikasi
efektif
2. Berikan informasi kepada pasien
atau keluarga pasien tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berakhir, dan
mengantisipasi ketidaknyamanan
terhadap proses
4 . Resiko kekuran gan Hydrasi Manajemen cairan
Volume 1. Turgor kulit (kondisi 1. Hitung berat badan dengan tepat
2. Mengurus dengan tepat
yang dialami pasien /
pencatatan intek dan haluaran
peningkatan yang 3. Memantau status hidrasi
4. Memantau tanda tanda vital
diharapkan) dengan tepat
2. Kelembaban membrane
mukosa
Cairan b/d intake klien 4. Intek cairan 5. Memantau status nutrisi
yang kurang 5. Keluaran urine

Keseimbangan cairan

1. Tekanan darah
2. Rata-rata tekana arterial

IV. Implementasi dan evaluasi

NO Diagnosa Implementasi Evaluasi

Bersihan jalan napas Manajemen jalan napas pasien tidak lagi dispnea
1 tidak efektif b/d a. Membuka jalan 1. Kecepatan respirasi
sekresi yang nafas (mengalami
berlebihan dan menggunakan peningkatan yang
kental teknik dorongan diharapkan)
2. Irama pernapasan (mengalami
membuka bagu
peningkatan yang diharapkan)
atau rahang
3. Dalamnya pernapasan
b. Mengeluarkan (mengalami
secret dengan peningkatan yang diharapkan)
dorongan batuk 4. Kemampuan mengeluarkan
secret
atau isapan 5. Batuk
c. Dorongan masalah teratasi, masalah teratasi
pelan,pernafasa
an dan batuk
d. Ajarkan batuk
AL
Peningkatan
batuk
1. Pantau kecepatan, sebagian atau masalah belum
kedalaman, dan usaha
teratasi AQ
pernapasan
2. Memantau suara lanjutkan intervensi atau tidak
pernapasan seperti
dengkuraan
AS. Pola napas tidak Manajemen jalan napas pasien tidak lagi merasa sesak Status
2 efektif b/d tidak 1. Auskultasi suara napas, respirasi
adekuatnya tidak ada peningkatan
1. Frekuensi respirasi (kondisi
ventilasi AU. atau penurunan ventilasi
yang dialami pasien /
dan dan keberadaan suara
peningkatan yang
napas
diharapkan)
2. Melakukan terapy fisik
2. Irama pernapasan
dada, dengan tepat
3. Kedalaman pernapasan
3. Posisikan
4. Auskultasi suara nafas
pasien 5. Kepatenan jalan nafas
dengan masalah teratasi, masalah
potensi teratasi sebagian atau
pernapasan masalah belum teratasi
maksimal lanjutkan intervensi atau tidak
AW.

Memantau
pernapasan
1. Pantau kecepatan,
kedalaman, dan usaha
pernapasan
2. Memantau suara
pernapasan seperti
dengkuraan
Gangguan rasa nyaman Pemberian obat pesien telah merasa nyaman
3 b/d gejala terkait 1. Menentukan obat yang Status kenyamanan: (fisik)
penyakit sesuai, dan memberikan 1. Pengendalian gejala (kondisi
obat seual dengan aturan yang dialami pasien /
yang terdapat pada resep peningkatan yang diharapkan)
2. Pantau efektifitas 2. Relaksasi muscular
perkembangan pemberian 3. Posisi nyaman
obat
3. Ajarkan anggota
keluarga pasien cara
pemberian obat yang
tepat BF.
Manajemen nyeri
1. Mengamati tindakan
nonverbal dari
ketidaknyamanan
terutama itu
menghambat komunikasi karena aktivitas batuk 4. Suhu tubuh
efektif 5. K
yang
2. Berikan informasi kepada
epat
meningkat
pasien atau keluarga pasien
enan
tentang nyeri seperti
jala
penyebab nyeri, berapa
n
lama akan berakhir, dan
nafa
mengantisipasi
s
ketidaknyamanan terhadap
proses BJ.
BK. BM. Manajemen cairan BL. Res iko BN. S: pasien
4 1. Hitung berat badan kekurangan volume tidak merasa kehausan
dengan tepat
cairan b/d intake klien BO. O:
2. Mengurus dengan tepat
pencatatan intek dan yang kurang BP.Hydrasi
haluaran
1. Turgor kulit (kondisi
3. Memantau status hidrasi
4. Memantau tanda tanda yang dialami pasien /
vital dengan tepat
peningkatan yang
5. Memantau status nutrisi
diharapkan)
2. Kelembaban membrane
mukosa
3. Intek cairan
4. Keluaran urine
BQ. Keseimbangan cairan
1. Tekanan darah
2. Rata-rata tekana arterial
BR. A:
masalah teratasi,
masalah teratasi
sebagian atau
masalah belum
teratasi
BS.P: lanjutkan intervensi
atau tidak
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PERTUSIS

Pengkajian

. Data Dasar Pengkajian Pasien

* Aktivitas / istirahat
Gejala : batuk panjang, kelelahan, demam ringan
Tanda : sesak, kelelahan otot dan nyeri

* Makanan / cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual/muntah, penurunan BB
Tanda : turgor kulit buruk, penurunan massa otot.

* Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

* Integritas ego
Tanda : gelisah

* Pernafasan
Gejala : batuk, tarikan nafas panjang
Tanda : muka merah, sianotik

b. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan sputum

15
Intervensi Keperawatan

1. Auskultasi bunyi nafas misal: mengi


Rasional : untuk mengidentifikasi adanya obstruksi jalan nafas yang membahayakan
oksigenasi.

2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan


Rasional : untuk mengetahui adanya penurunan dan peningkatan frekuensi pernafasan.

3. Berikan pasien posisi semi Fowler


Rasional : untuk membantu memaksimalkan ekspansi paru.

4. Ajarkan pasien melakukan batuk efektif


Rasional : untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi
pernafasan.

5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL/hari


Rasional : untuk membantu mengencerkan sekret.

6. Berikan obat sesuai indikasi seperti eritromisin, kodein, ampisilin, dan lain-lain.
Rasional : untuk memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi dan untuk
meringankan batuk.

b. Nyeri berhubungan dengan batuk menetap ditandai dengan:

Nyeri dada
Gelisah

Tujuan:

Tujuan yang diharapkan menyatakan nyeri hilang

16
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan

BW. Kesimpulan yang dapat kami ambil dari penjelasan isi makalah diatas adalah
sebagai berikut :
1. Pertusis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Bordotella
pertusis.
2. Pertusis dapat mengenai semua golongan umurdan terbanyak mengenai anak 1-5
tahun Tiga tahapan dari penyakit pertusis adalah tahap kataralis, paroksimal dan
konvelesensi.
3. Asuhan keperawatan pada penderita pertusis secara garis besar adalah menjaga
kebersihan jalan napas agar terbebas dari bakteri pertusis.

B.Saran
BY. Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan
terhadap penderita pertusis dan diftei. Karena seringkali pada penderita pertusis dan
difteri disertai dengan komplikasi. Keadaan ini akan menyebabkan penderitaan yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, penyakit batuk rejan dan difteri perlu dicegah. Cara
yang paling mudah adalah dengan pemberian imunisasi bersama vaksin lain yang biasa
disebut DPT dan polio.
BZ. Perawat juga harus mampu berperan sebagai pendidik. Dalam hal ini
melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dan imunisasi akan berdaya guna
jika dilakukan sesuai dengan program. Selain itu perawat harus memberikan
pengetahuan pada orang tua mengenai penyakit pertusis secara jelas dan
lengkap.Terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. heather, (2012), Diagnose Keperawatan Definisi Dan


Klasifikasi 2012-2014, EGC, Jakarta
Gloria, M. bulecheck dkk, (2013), Nursing Intervension Classification (NIC),
ed 6, Mosby, California
CM. Sue, Moorhead, (2013), Nursing Outcome Classification (NOC), ed 4,
Mosby, California
http://solikhulhadi98.wordpress.com/2010/09/22/askep-pertusis/
Surya satyanegara, Anton Cahaya Widjaja : editor edisi bahasa Indonesia,
Lilian Juwono,- Jakarta : Arcan, 2004
Corry S Matondang, ISKANDAR Wahidiat, Sudigdo sastroasmoro Jakarta :
PT Sagung Seto , 2000
Robert. M. Kliqman, Amn M. Arvin ; editor edisi Bahasa Indonesia : A.
Samik Wahab – Ed. 15 – Jakarta : EEC, 1999
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, J

18

Anda mungkin juga menyukai