Anda di halaman 1dari 14

INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Dosen Pembimbing :

Edhitta Deviani, S.Kep, M.Si

Oleh :

ASNIDA

19176009

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Indikator Kesejahteraan Masyarakat.

Mungkin dalam perbuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari
segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
guna memperbaiki pembuatan makalah di hari yang akan datang.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Atas semua ini kami mengucapkan terima kasih bagi segala pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Aceh Besar, 04 Nov 2021

Penyusun,

Asnida

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

A. Masyarakat Sejahtra...................................................................................................3
B. Kesejateraan Keluarga...............................................................................................3
C. Jenis Indikator Masyarakat........................................................................................4
D. Indikator Keluarga Sejahtera.....................................................................................5
E. Manfaat Indikator.......................................................................................................6
F. Ukuran-ukuran Indikator...........................................................................................6
G. Indikator Kemiskinan.................................................................................................8
H. Penyebab kemiskinan.................................................................................................8
I. Kriteria Masyarakat Miskin.......................................................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................................10

Kesimpulan............................................................................................................................10

Daftar pustaka........................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma


pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan
masyarakat semakin baik.kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat di
akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang tanpa disertai peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu
kondisi yang menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari
standar kehidupan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar yang


terlihat dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan
(makanan), pendidikan,dan kesehatan, atau keadaan dimana seseorang mampu
memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana
tercukupinya kebutuhan jasmai dan rohani (Todaro dan Stephen C.smith). Menurut Undang-
undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial yaitu kondisi yang menunjukkan
terpenuhinya kebutuhan material,spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak
serta mampu menggembangkan diri.

Untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu masyarakat atau kesejahteraan rumah tangga
suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat 13 dijadikan ukuran , yaitu tingkat
pendapatan keluarga,komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan
pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non-pangan ,tingkat pendidikan keluarganya, dan
tingkat kesehatan keluarga (BPS Indonesia 2014).

Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara lain sosial ekonomi
rumah tangga atau masyarakat, potensi regional (sumber daya alam, lingkungan,
infrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi dan kondisi
kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi an pemasaran [ada skala lokal,
regional dan global (Sururi, 2017).

1
Keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan
masyarakat telah meningkatkan perhatian dunia terhadap aspek sosial dalam pembangunan.
Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti:
pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan dinilai belum cukup untuk
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi tersebut pada
umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based
indicators) (hidayat, 2016).

Tingkat kesejahteraan dapat di nilai dari dua cara, yaitu dengan menggunakan indikator
objektif dan menggunkan indikator subjektif. Indikator ini bukan bermaksud menggantikan
pendapatan dalam mengukur tingkat kesejahteraan, melainkan indikator ini memperluas skala
pengukuran tingkat kesejahteraan dengan pendapatan sebagai indikator objektif dan
memasukan indikator subjektif seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial,
ketersediaan waktu luang, kondisi lingkungan, keharmonisan keluarga, kondisi rumah, dan
kemanan. Indeks kebahagian merupakan indikator subjektif dalam mengukur tingkat
kesejahteraan yaitu ukuran kepuasan seseorang terhadap indikator yang ada di dalam indeks
kebahagiaan tersebut. Sedangkan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dengan indikator
objektif dapat diukur melalui pendapatan.

Di Indonesia pengukuran indeks kebahagiaan mulai dilakukan sejak tahun 2013 dengan
menggunakan indikator kepuasan hidup, yaitu penelitian kepuasan responden terhadap 10
aspek kehidupan sosial meliputi: kesehatan,pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah
tangga,keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah
dan aset, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat
2. Untuk mengetahui indikator kesejahteraan masyarakat
3. Untuk mengetahui kesejahteraan keluarga

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masyarakat Sejahtera

Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma


pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan
masyarakat semkin baik.kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat di
akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang tanpa disertai peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu
kondisi yang menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari
standar kehidupan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar yang


terlihat dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan
(makanan), pendidikan, dan kesehatan, atau keadaan dimana seseorang mampu
memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana
tercukupinya kebutuhan jasmai dan rohani (Todaro dan Stephen C.smith). Menurut Undang-
undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial yaitu kondisi yang menunjukkan
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak
serta mampu menggembangkan diri untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu masyarakat
atau kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan
ukuran, yaitu tingkat pendapatan keluarga, komposisi keluarga, rumah tangga dengan
membandingkan pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non-pangan, tingkat pendidikan
keluarganya, dan tingkat kesehatan keluarga (BPS Indonesia 2014).

B. Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiapkeluarga atau
individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan
memberikan nilai yang berbeda tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan
(BKKBN). Kesejahteraan menurut BPS (2011) adalah suatu kondisi dimana seluruh

3
kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tanggatersebut dapat dipenuhi sesuai dengan
tingkat hidup.

Keluarga Sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yanglayak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,selaras dan seimbang antar anggota
dan antar keluarga dengan masyarakat danlingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2009).

Status kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proporsi pengeluaran rumahtangga


(Bappenas, 2000). Rumah tangga dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsi pengeluaran
untuk kebutuhan pokok sebanding atau lebih rendah dari proporsi pengeluaran untuk
kebutuhan bukan pokok. Sebaliknya rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk
kebutuhan pokok lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan bukan
pokok, dapat dikategorikan sebagai rumah tangga dengan status kesejahteraan yang masih
rendah.

C. Jenis Indikator Masyarakat


a. Indikator input

Berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan


program. Contohnya:

 Rasio murid-guru
 Rasio dokter-penduduk
 Rasio puskesmas-penduduk
b. Indikator proses

Menggambarkan bagaimana proses pembangunan berjalan. Contohnya:

 Rata-rata jml jam kerja


 Rata-rata jml kunjungan ke puskesmas
 % kelahiran yang ditolong dukun
c. Indikator output

4
Menggambarkan bagaimana hasil (output) dari suatu program kegiatan telah berjalan.
Contohnya:

 AKB
 Angka harapan hidup
 TPAK

D. Indikator Keluarga Sejahtera

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan kriteria yang


digunakan untuk mengukur Kesejahteraan Keluarga untuk mengukur kemiskinan,menurut
BKKBN Keluarga sejahtera dikelompokkan menjadi lima tahapan yaitu :

a) Keluarga pra sejahtera Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu kebutuhan dasarnya sebagai keluarga sejahtera I, seperti
kebutuhan akan pengajaran agama,konsumsi pangan dan non pangan serta kesehatan.
b) Keluarga sejahtera tahap I Dapat dikatakan sebagai keluarga sejahtera tahap pertama
apabila keluarga mampu memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, akan tetapi
belum mampu memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, indikatotnya yaitu :
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah berdasarkan agama yang di anutnya.
2. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dipakai di
rumah,bekerja,sekolah maupun bepergian.
3. Seluruh anggota keluarga dapat makan 2 kali sehari atau lebih.
4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah
5. Bila anak atau anggota keluarga sakit dapat dibawa ke sarana atau petugas
kesehatan.
c) Keluarga Sejahtera Tahap III Dapat dikatakan Keluarga Sejahtera Tahap III apabila
keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kriteria dari Keluarga Tahap I
harus juga memenuhi syarat sosial psikologis 6-14 yang terdiri dari :
6. Anggota keluarga dapat beribadah secara teratur
7. Minimal sekali dalam satu minggu seluruh anggota keluarga keluarga dapat
memakan daging,ikan,telur sebagai lauk pauknya.
8. Seluruh anggota keluarga dapat membeli paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun.

5
9. Luas lantai tempat tinggalnya paling kuran apabila dibagi dengan jumlah penghuni
rumah.
10. Anggota keluarga dalam keadaan sehat dalam waktu tiga bulan terakhir.
11. Paling sedikit satu orang dari anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas
sudah mempunyai penghasilan tetap.
12. Semua anggota keluarga yang ber usia 10-60 tahun dapat membaca.
13. Anak yang berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini.
14. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih dalam usia subur harus memakai
alat kontrasepsi.

E. Manfaat Indikator
1. Menilai hasil pembangunan ekonomi.
2. Memantau dampak sosial dari kebijakan dan pengeluaran masyarakat.
3. Mengukur kondisi, keadaan, dan trend kesejahteraan masyakat.
4. Membandingkan antar berbagai masalah sosial, kesenjangan sosial, serta
memantau perkembangannya sepanjang waktu.
5. Memantau kondisi kelompok penduduk pada lapisan masyarakat tertentu yang
mungkin masih membutuhkan perhatian dan bantuan khusus.

F. Ukuran-ukuran Indikator
 Jumlah: lebih sering digunakan ukuran per unit, misal: jumlah murid per kelas,
kepadatan penduduk, dll
 Rasio: menyatakan suatu perbandingan antara dua bilangan (a/b) dan dapat
dinyatakan dalam persentase, misal: rasio jenis kelamin, rasio guru-murid, dll
 Proporsi: menyatakan perbandingan antara suatu bagian bilangan (jumlah) dengan
bilangan/jumlah keseluruhan (a/a+b), apabila dinyatakan dalam perseratus, menjadi
persentase, missal : persentase penduduk miskin, persentase penduduk migran, dll
 Angka/Tingkat : jumlah unit yang mengalami suatu peristiwa/kejadian
dibandingkan dengan jml unit yang berpeluang mengalami/mempunyai resiko
peristiwa tersebut, misal : TPAK, AKB, dll

6
G. Indikator Kemiskinan

Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar dari


kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan. Standar ini disebut sebagai garis
kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan setara 2100 kalori energi per kapita per hari,
ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok
(BPS, 1996).

BPS telah mengembangkan model penentuan penduduk miskin didasarkan pada


model estimasi konsumsi sebagai berikut:

Ln yvh = xvh β + nv + Evh

Dimana :

Ln yvh : log konsumsi per kapita dari rumah tangga h dalam desa v

Xvh : suatu vektor dari karakteristik observasi, termasuk di dalamnya variabel tingkat
desa

nv : merepresentasikan unsur galat (error term) tingkat desa

Evh : unsur galat rumah tangga, diasumsikan nv tidak berkorelasi antar desa dan
Evh tidak berkorelasi antar rumah tangga.

Variabel yang digunakan untuk sebagai indikator kemiskinan (BPS, 2001)

No Variable
1 Luas tanah bangunan tempat tinggal
2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal
3 Jenis dinding tempat tinggal
4 Fasilitas tempat buang air besar
5 Sumber penerangan
6 Sumber air minum
7 Bahan bakar untuk memasak
8 Konsumsi daging susu ayam / minggu
9 Pembelian pakaian baru untuk setiap anggota rumah
tangga dalam setahun
10 Makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah tangga
11 Kemampuan membayar untuk berobat ke
puskesmas/poliklinik

7
12 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga
13 Pendidikan teringgi kepala keluarga
14 Pemilikan asset / tabungan

H. Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu situasi dimana seseorang yang dalam keadaan serba
kekurangan harta serta benda berharga, hal ini tergantung pada situasi tertentu, biasanya
membandingkan keadaan sekelompok orang dengan kelompok lain di dalam masyarakat,
terjadinya kemiskinan di akibatkan karena akumulasi berbagai persoalan, bukan hanya
semata-mata aspek ekonomi. Sosial, politik, budaya sumberdaya manusia (pendidikan) serta
berbagai aspek lainnya juga berkaitan dengan kemiskinan.

Hal ini biasa di sebut dengan Lingkaran Perangkap Kemiskinan (The Vicious Circle)
yaitu, terjadinya suatu rangkaian ataupun kekuatan yang saling bersangkutan atau yang saling
mempengaruhi satu sama lain sehingga akan menimbulkan keadaan dimana suatu negara
akan tetap berada dalam kondisi miskin dan akan kesulitan untuk mencapai tingkat
pembagunan yang lebih tinggi, Lingkaran perangkap kemiskina ini akan menyebabkan suatu
negara terkesan seolah-olah untuk memberantas kemiskinan merupakan sesuatu yang sangat
sulit, karena adanya keterkaitan dari berbagai aspek yang akan berputar terus menerus.
Dimana masyarakat miskin akan memiliki konsumsi yang rendah, sandang, papan, dan
pangan rendah, hal ini akan mengakibatkan status gizi masyarakat juga rendah, rendahnya
status gizi akan membuat kesehatan masyarakat juga rendah, sedangkan apabila kesehatan
rendah kinerja masyarakat akan menurun dan dengan menurunya kinerja akan mengakibatkan
produksi menjadi rendah, rendahnya produksi akan membuat masarakat berada dalam
kemiskinan, kembali lagi apabila masyarakat dalam keadaan miskin mereka akan memiliki
produktifitas yang rendah darendahnya produktifitas ini akan mengakibatkan pengetahuan
masyarakat juga menurun dengan rendahnya pengetahuan masyarakat akan membuat daya
beli pendidikan dan informasi juga rendah apabila pendidikan masyarakat rendah akan
mengakibatkan pendapatan masyarakat rendah, rendahnya pendapatan masyarakat ini akan
membuat produksi menjadi rendah, rendahnya produksi ini akan membuat masyarakat
kesulitan 24 dalam mengumpulkan modal sehingga tabungan menjadi rendah, dan rendahnya
tabungan akan membuat masyarakat menjadi miskin. Hal ini akan terus berputas sehingga
masyarakat kesulitan dalam mengatasinya.

8
I. Kriteria Masyarakat Miskin Menurut Standar BPS

Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur dan menentukan suatu keluarga dapat
dikatakan miskin (tidak sejahtera) yaitu:

a. Luas latai tempat tinggal delapan meter persegi per orang


b. Jenis lantai terbuat dari tanah,bambu maupun kayu murahan
c. Dinding tempat tinggal terbuat dari bambu,rumbia,kayu dengan kualitas
rendah,tembok tanpa diplester (dihaluskan)
d. Tidak memiliki WC atau menggunakan WC umum
e. Sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik
f. Sumber air minum berasal dari sumur,mata air tidak terlindungi,sungai, maupun air
hujan
g. Bahan bakar untuk memasak berupa kayu bakar,aramg,minyak tanah
h. Seluruh anggota keluarga hanya mampu mengkonsumsi dging,ayam dan susu satu kal
dalam seminggu
i. Seluruh anggota keluarga hanya mampu membeli satu stel pakaian dalam satu tahun
j. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari
k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di layanan kesehatan atau puskesmas
l. Pekerjaan kepala rumah tangga adalah petani yang memiliki luas lahan 500 ,buruh
tani,nelayan,buruh bagunan,buruh perkebunan,ataupun pekerjaan lainnya yang
memiliki penghasilan dibawah Rp.600.000 per bulan. m. Pendidikan tertinggi kepala
rumah tangga yaitu,tidak sekolah,tamat SD,ataupun hanya SD 21 n. Tidak memiliki
tabungan,barang yang jika dijual mudah dengan nilai minimal Rp.500.000. Apabila 9
variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dapat dikatakan sebagai rumah tangga
miskin atau rumah tangga yang tidak sejahtera.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

9
Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma
pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan
masyarakat semkin baik.kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat di
akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang tanpa disertai peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu
kondisi yang menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari
standar kehidupan masyarakat.

Keluarga Sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yanglayak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,selaras dan seimbang antar anggota
dan antar keluarga dengan masyarakat danlingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2009).

DAFTAR PUSTAKA

10
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2007. Indikator Kesejahteraan
Rakyat. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No.52 Tahun 2009 tantang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Lembaga Negara RI Tahun 2009, No.52.
Jakarta: Sekretariat Negara

Sururi, Ahmad. 2017. Pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan


infrastruktur perdesaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecamatan
wanasalam kabupaten lebak. Jurnal administrasi Negara, 3(2). 1-25.

11

Anda mungkin juga menyukai