Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BETON BERTULANG
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah pengetahuan struktur
Dosen Pengampu :
Rino Dwi Sadi, S.T., M.Eng

Disusun Oleh :

IKMAL MALIK
NPM : 2201191033

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BANTEN JAYA
SERANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Seperti substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat
tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat rendah. Beton bertulang adalah suatu
kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat
tarik yang tidak dimiliki beton.

Dalam suatu struktur bangunan beton bertulang khususnya pada kolom akan
terjadi momen lentur dan gaya aksial yang bekerja secara bersama – sama. Momen
- momen ini yang diakibatkan oleh adanya beban eksentris atau adanya gravitasi
dapat menimbulkan beban lateral seperti angin dan gempa atau bisa juga
diakibatkan oleh beban lantai yang tidak seimbang. Maka dari itu, setiap
penampang komponen pada struktur seperti balok dan kolom harus direncanakan
kuat terhadap setiap gaya internal yang terjadi, baik itu momen lentur, gaya aksial,
gaya geser maupun torsi yang timbul sebagai respon struktur tersebut terhadap
pengaruh luar.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Struktur Beton Bertulang

Beton bertulang adalah suatu bahan material yang terbuat dari beton dan baja
tulangan. Kombinasi dari kedua material tersebut menghasilkan bahan bangunan
yang mempunyai sifat-sifat yang baik dari masing-masing bahan bangunan
tersebut.

Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang
tinggi. Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika
dibebani tarik. Sedangkan baja tulangan mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap
beban tarik, tetapi mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang
langsing (akan mudah mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan
menempatkan tulangan dibagian beton yang mengalami tegangan tarik akan
mengeliminasi kekurangan dari beton terhadap beban tarik.

Demikian juga bila baja tulangan ditaruh dibagian beton yang mengalami tekan,
beton disekeliling tulangan bersama-sama tulangan sengkan akan mencegah
tulangan mengalami tekuk. Demikianlah penjelasan tentang mengapa kombinasi
dari kedua bahan bangunan ini menghasil bahan bangunan baru yang memiliki
sifat-sifat yang lebih baik dibanding sifat-sifat dari masing-masih bahan tersebut
sebelum digabungkan. Berikut kita akan paparkan sesuatu yang berhubungan
dengan bahan bangunan beton dan tulangan baja.

2.  Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang Sebagai Suatu Bahan


Struktur
1) Kelebihan yang dimiliki Beton Bertulang yaitu:
 Cukup tahan terhadap api dan air.
 Sangat kaku.
 Pemeliharaan yang mudah.
 Umur bangunan yang panjang
 Mudah diproduksi, terbuat dari bahan-bahan yang tersedia lokal (batu
pecah/kerikil, pasir, dan air), dan sebagian kecil semen dan baja tulangan
yang dapat didatangkan dari tempat lain.
 Dapat digunakan untuk berbagai bentuk elemen struktur (balok, kolom,
pelat, cangkang, dll).
 Ekonomis, terutama untuk struktur pondasi, basement, pier, dll.
 Tidak memerlukan tenaga kerja dilatih khusus.

2) Kelemahan yang dimiliki Beton Bertulang yaitu:


 Mempunyai kekuatan tarik yang rendah sehingga memerlukan baja tulangan
untuk menahan tarik.
 Memerlukan cetakan/bekisting serta formwork sampai beton mengeras, yang
biayanya bisa cukup tinggi.
 Struktur umumnya berat karena kekuatan yang rendah per unit berat
 Struktur umumnya berdimensi besar karena kekuatan yang rendah per unit
volume.
 Properties dan karakteristik beton bervariasi sesuai dengan proporsi
campuran dan proses mixing.
 Berubah volumenya sejalan dengan waktu (adanya susut dan rangkak).

3. Sifat-sifat Beton Bertulang

Pengetahuan yang mendalam tentang sifat-sifat beton bertulang sangat penting


sebelum dimulai mendesain struktur beton bertulang. Beberapa sifat-sifat beton
bertulang antara lain :
1) Kuat Tekan
Kuat tekan beton (f’c) dilakukan dengan melakukan uji silinder beton dengan
ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pada umur 28 hari dengan tingkat
pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari silinder beton ini biasanya
ditempatkan Mdalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan kelembapan
100%. Meskipun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 17 Mpa
hingga 70 -140 Mpa, kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 20 Mpa
hingga 48 Mpa. Untuk aplikasi yang umum, digunakan beton dengan kekuatan 20
Mpa dan 25 Mpa, sementara untuk konstruksi beton prategang 35 Mpa dan 40
Mpa. Untuk beberapa aplikasi tertentu, seperti untuk kolom pada lantai-lantai
bawah suatu bangunan tingkat tinggi, beton dengan kekuatan sampai 60 Mpa telah
digunakan dan dapat disediakan oleh perusahaan-perusahaan pembuat beton siap-
campur (ready-mix  concrete).
Nilai-nilai kuat tekan beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara pembebanannya. Di
banyak Negara, spesimen uji yang digunakan adalah kubus berisi 200 mm. untuk
beton-beton uji yang sama, pengujian terhadap silinder-silinder 150 mm x 300
mm menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya sekitar 80% dari nilai yang
diperoleh dari pengujian beton uji kubus.
Kekuatan beton bisa beralih dari beton 20 Mpa ke beton 35 Mpa tanpa perlu
melakukan penambahan buruh dan semen dalam jumlah yang berlebihan.
Perkiraan kenaikan biaya bahan untuk mendapatkan penambahan kekuatan seperti
itu adalah 15% sampai 20%. Namun untuk mendapatkan kekuatan beton diatas 35
atau 40 Mpa diperlukan desain campuran beton yang sangat teliti dan perhatian
penuh kepada detail-detail seperti pencampuran, penempatan, dan perawatan.

2) Modulus Elastisitas Statis


Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti. Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik
dan perbandingan semen dan agregat. Sebagai tambahan, ada beberapa defenisi
mengenai modulus elastisitas :
a. Modulus awal adalah kemiringan diagram tegangan-regangan pada titik asal
dari kurva.
b. Modulus tangen adalah kemiringan dari salah satu tangent (garis singgung)
pada kurva tersebut di titik tertentu di sepanjang kurva, misalnya pada 50%
dari kekuatan maksimum beton.
c. Kemiringan dari suatu garis yang ditarik dari titik asal kurva ke suatu titik
pada kurva tersebut di suatu tempat di antara 25% sampai 50% dari kekuatan
tekan maksimumnya disebut Modulus sekan.
d. Modulus yang lain, disebut modulus semu (apparent modulus) atau modulus
jangka panjang, ditentukan dengan menggunakan tegangan dan regangan
yang diperoleh setelah beban diberikan selama beberapa waktu.
Peraturan ACI menyebutkan bahwa rumus untuk menghitung modulus
elastisitas beton yang memiliki berat beton (wc) berkisar dari 1500-2500
kg/m3.
Dimana :
wc : berat beton (kg/m3)
fc’ : mutu beton (Mpa)
Ec : modulus elastisitas (Mpa)
Modulus Elastisitas Dinamis.

3) Modulus elastisitas dinamis


Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespondensi dengan regangan-
regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik. Nilainya
biasanya lebih besar 20%-40% daripada nilai modulus elastisitas statis dan kira-
kira sama dengan modulus nilai awal. Modulus elastisitas dinamis ini biasanya
dipakai pada analisa struktur dengan beban gempa atau tumbukan.

4) Perbandingan Poisson
Ketika sebuah beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya
berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan pendekatan longitudinal ini disebut
sebagai Perbandingan Poisson(Poisson’s ratio). Nilainya bervariasi mulai dari
0,11 untuk beton mutu tinggi dan 0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai rata-
rata 0,16.  Sepertinya tidak ada hubungan langsung antara nilai perbandingan ini
dengan nilai-nilai, seperti perbandingan air-semen, lamanya perawatan, ukuran
agregat, dan sebagainya. Pada sebagian besar desain beton bertulang, pengaruh
dari perbandingan poisson ini tidak terlalu diperhatikan. Namun pengaruh dari
perbandingan harus diperhatikan ketika kita menganalisis dan mendesain
bendungan busur, terowongan, dan struktur-struktur statis tak tentu lainnya.

5) Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan
utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh
retak-retak halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima
beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga
memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok
menerima beban
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap
merupakan sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar
retak yang terjadi. Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu akan
mengurangi jumlah lendutan. (Karena kuat tarik beton tidak besar, hanya sedikit
usaha yang dilakukan untuk menghitung modulus elastisitas tarik dari beton.
Namun, berdasarkan informasi yang terbatas ini, diperkirakan bahwa nilai
modulus elastisitas tarik beton sama dengan modulus elatisitas tekannya.)
Selanjutnya, anda mungkin ingin tahu mengapa beton tidak diasumsikan
menahan tegangan tarik yang terjadi pada suatu batang lentur dan baja yang
menahannya. Alasannya adalah bahwa beton akan mengalami retak pada regangan
tarik yang begitu kecil sehingga tegangan-tegangan rendah yang terdapat pada
baja hingga saat itu akan membuat penggunaannya menjadi tidak ekonomis. Kuat
tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimitnya fc’. Meskipun
demikian, kuat tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap akar kuadrat dari
fc’. Kuat tarik ini cukup sulit untuk diukur dengan beban-beban tarik aksial
langsung akibat sulitnya memegang spesimen uji untuk menghindari konsentrasi
tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan beban-beban tersebut. Sebagai
akibat dari kendala ini, diciptakanlah dua pengujian yang agak tidak langsung
untuk menghitung kuat tarik beton. Keduanya adalah uji modulus keruntuhan dan
uji pembelahan silinder. Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat
penting ketika kita sedang meninjau retak dan lendutan pada balok. Untuk tujuan
ini, kita selama ini menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus-
keruntuhan. Modulus keruntuhan biasanya dihitung dengan cara membebani
sebuah balok beton persegi (dengan tumpuan sederhana berjarak 6 m dari as ke as)
tanpa-tulangan berukuran 15cm x 15cm x 75cm. hingga runtuh dengan beban
terpusat yang besarnya sama pada 1/3 dari titik-titik pada balok tersebut sesuai
dengan yang disebutkan dalam ASTM C-78. Beban ini terus ditingkatkan sampai
keruntuhan terjadi akibat retak pada bagian balok yang mengalami tarik.

6) Kuat Geser
Melakukan pengujian untuk memperoleh keruntuhan geser yang betul-betul
murni tanpa dipengaruhi oleh tegangan-tegangan lain sangatlah sulit. Akibatnya,
pengujian kuat geser beton selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai
leleh yang terletak di antara 1/3 sampai 4/5 dari kuat tekan maksimumnya.

7) Kurva Tegangan-Regangan
Hubungan tegangan-regangan beton perlu diketahui untuk menurunkan
persamaan-persamaan analisis dan desain juga prosedur-prosedur pada struktur
beton.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung. 2012.


PERENCANAAN STRUKTUR BETON (hal.5-6). Bandung: ITB.
http://makalahcentre.blogspot.com/2011/01/beton-bertulang.html, diakses pada 15
Mei 2020 pukul 21.49 WIB.

Anda mungkin juga menyukai