Anda di halaman 1dari 29

TUGAS BESAR

Perpetaan Untuk Menentukan Titik Koordinat Berdasarkan GNSS


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpetaan
Dosen Pengampu : Lukman, S.T

Disusun Oleh :

Ikmal Malik (2201191033)

Mariyani (2202191004)

Ponco Satri (2201191024)

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

UNIVERSITAS BANTEN JAYA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................2
BAB 2 DASAR TEORI....................................................................................................3
2.1 Global navigasi satelit system (GNSS)...............................................................3
2.2 Pengertian system informasi geografis...............................................................3
2.3 Import point........................................................................................................4
2.4 Rektifikasi..........................................................................................................5
2.5 Garis kontur........................................................................................................6
2.6 Digitasi...............................................................................................................8
2.7 Peta topgrafi.......................................................................................................8
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................9
3.1 Perangkat lunak yang digunakan........................................................................9
3.2 Tutorial cara pembuatan.....................................................................................9
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................19
4.1 Hasil.................................................................................................................19
4.2 Pembahasan......................................................................................................20
BAB 5 KESIMPULAN..................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi salah satu sarana penyampaian


informasi. Terutama untuk informasi-informasi yang berhubungan dengan data
spasial. System informasi tersebut telah dan sedang dikembangkan oleh
pemerintah-pemerintah dibanyak daerah di Indonesia contohnya SIG Potensi
daerah, untuk menampilkan potensi-potensi daerah diberbagai bidang antara lain
ekonomi sosial dan budaya didaerah tersebut untuk menarik investor.
Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade  belakangan ini  meningkat
dengan sangat drastis. Hal ini berkaitan dengan meluasnya pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) dan perkembangan teknologi dalam memperoleh,
merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan (spasial). Teknologi
tinggi seperti Global Positioning System (GPS),remote sensing dan total station,
telah membuat perekaman data spasial digital relatif lebih cepat dan mudah.
Kemampuan penyimpanan yang semakin besar, kapasitas  transfer data yang
semakin meningkat, dan kecepatan proses data yang semakin cepat menjadikan
data spasial merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari perkembangan
teknologi informasi.

Model dunia nyata dapat memudahkan manusia dalam studi area aplikasi
yang dipilih dengan cara mereduksi sejumlah kompleksitas yang ada. Jika model
dunia nyata ini akan digunakan, model ini harus diimplementasikan di dalam basis
data. Komputer tidak dapat mengerti mengenai esensi dari bentuk bangunan,
batas-batas tanah milik, batas administrasi, garis-garis jalan raya, dll. Untuk
mempresentasikannya komputer hanya memanipulasi objek dasar atau entity yang
memiliki atribut geometri.
1.2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana Pengambilan data koordinat di Excel ?
2 Bagaimana mengolah data excel menjadi titik koordinat di arcgis ?

1
3 Bagaimana cara merektifikasi peta ?
4 Bagaimana membuat contur dan me-layoutkan ?
5 Bagaimana cara menganalisis spatial dari data excel ?
1.3 Tujuan Penelitian
1 Memahami pengambilan titik koordinat.
2 Memahami cara mengolah data excel dengan menggunakan arcgis.
3 Memahami cara merektifikasi pada peta.
4 Memahami cara membuat kontur.

2
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Global navigasi satelit system (GNSS)

GNSS adalah suatu sistem satelit yang terdiri dari konstelasi satelit yang
menyimpan informasi waktu dan lokasi, memancarkan jenis - jenis sinar dalam
berbagai frekuensi secara terusmenerus, yang tersedia di semua lokasi diatas
permukaan bumi. GNSS memiliki peranan penting dalam navigasi. GNSS yang
ada saat ini adalah GPS yang dipunyai dan dikelola oleh Amerika Serikat,
GLONASS (Global Navigation Satellite System) milik Rusia, Galileo milik Uni
Eropa, dan Compass atau Beidou milik Cina. Menurut UNOOSA India dan
Jepang telah meningkatkan kemampuan GNSS regional dengan meluncurkan
sejumlah satelit ke antariksa untuk menambah kemampuan yang sudah disediakan
oleh sistem global dalam menyediakan tambahan cakupan regional.
GNSS yang paling dikenal saat ini adalah GPS. Sistem ini didesain untuk
memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu,
secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, kepada
banyak orang secara simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat banyak
digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi. Di Indonesia
pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait dengan aplikasi-
aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi ataupun perubahan posisi.
Dibandingkan dengan sistem dan metode penentuan posisi lainnya, GPS
mempunyai banyak kelebihan dan menawarkan lebih banyak keuntungan, baik
dalam segi operasionalisasinya maupun kualitas posisi yang diberikan. Pada
dasarnya GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space
segment) yang terutama terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol
(control system segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan
pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai
GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal dan data GPS.

3
2.2 Pengertian system informasi geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem


komputer yang memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan,
menganalisa, dan menampilkan informasi dengan referensi geografis (Budianto.
2010.)

Menurut Esri (1990), bahwa sistem informasi geografis adalah kumpulan


terorganisasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan
personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan,
mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk
informasi yang bereferensi geografis (Prahasta, Eddy. 2006).
2.3 Import point

Point adalah interpretasi data dari hasil pengukuran di lapangan. Point ini
berisikan data koordinat dan elevasi. Jadi, jika kita mengolah data lapangan untuk
selanjutnya di proses dalam penggambaran, maka output akhir dari pengolahan
data itu adalah data XYZ. Berikut jenis – jenis titik atau point.

1 Model data vector titik

Model data vektor titik meliputi semua obyek geografis yang dikaitkan
dengan pasangan koordinat (x,y). Disamping informasi mengenai koordinat x,y,
data-data yang diasosiasikan dengan titik harus disimpan guna menunjukkan jenis
titik yang bersangkutan . Data-data tersebut dapat memuat informasi seperti
ukuran tampilan dan orientasi simbol/titik tersebut. Gambar 1 menunjukkan
contoh model data vektor titik degan asosiasi informasinya.

4
11.05, 112.08, “Masjid”, “Normal”

2 Model data vector garis

Model data vektor garis didefinisikan sebagai semua unsur linear yang
dibangun dengan menggunakan segmen-segmen garis yang dibentuk oleh dua
titik koordinat atau lebih. Semakin pendek segmen-segmen garis, makin banyak
jumlah pasangan-pasangan koordinat (x,y) dan makin halus bentuk kurva yang
direpresentasikan. Korelasi antar data vektor garis yang menunjukkan informasi
yang sama (misal; pada jaringan sungai dan jalan) diperlukan suatu simpul
penghubung yang disebut dengan node. Gambar a menunjukkan model data
vektor garis dengan data asosiasinya, sedangkan Gambar b menunjukkan model
data vektor yang membentuk suatu jaringan.

node

3 Model data vector polygon

Struktur model data poligon bertujuan untuk mendeskripsikan properties


yang bersifat topologi dari suatu area (bentuk, hubungan/relasi dan hirarki)
sedemikian rupa, hingga properties yang dimiliki oleh obyek spasial dapat
ditampilkan dan dimanipulasi sebagai peta tematik. Model data vektor ini

5
merupakan sekumpulan segmen garis yang membentuk kurva tertutup dan
dicirikan dengan suatu nilai yang terdapat dalam seluruh luasan atau area kurva.

2.4 Rektifikasi

Rektifikasi adalah suatu proses melakukan transformasi data dari satu sistem
grid menggunakan suatu transformasi geometrik. Oleh karena posisi piksel pada
citra output tidak sama dengan posisi piksel input (aslinya) maka piksel-piksel
yang digunakan untuk mengisi citra yang baru harus di-resampling kembali.
Resampling adalah suatu proses melakukan ekstrapolasi nilai data untuk piksel-
piksel pada sistem grid yang baru dari nilai piksel citra aslinya. Rektifikasi juga
dapat diartikan sebagai pemberian koordinat pada citra berdasarkan koordinat
yang ada pada suatu peta yang mencakup area yang sama. Bisa dilakukan dengan
input GCP atau rectification  image to map dan diperlukan peta (dengan sistem
koordinat tertentu) atau kumpulan GCP untuk objek yang sudah diketahui pada
citra. Ada beberapa alasan atau pertimbangan, kenapa perlu melakukan rektifikasi,
diantaranya adalah untuk:
1. Membandingkan 2 citra atau lebih untuk lokasi tertentu
2. Membangun SIG dan melakukan pemodelan spasial
3. Meletakkan lokasi-lokasi pengambilan “training area” sebelum melakukan
klasifikasi
4. Membuat peta dengan skala yang teliti
5. Melakukan overlay (tumpang susun) citra dengan data-data spasial lainnya
6. Membandingkan citra dengan data spasial lainnya yang mempunyai skala
yang berbeda.
7. Membuat mozaik citra

6
8. Melakukan analisis yang memerlukan lokasi geografis dengan presisi yang
tepat
2.5 Garis kontur

Garis kontur adalah suatu garis yang menghubungkan tempat–tempat yang


sangat tinggi dan suatu permukaan tanah di dalam peta. Garis kontur ini dapat kita
bayangkan sebagai tepi dari suatu danau atau laut. Kerapatan jarak kontur pada
suatupeta dengan lainya menunjukkan keadaan wilayah yang curam. Sebaliknya
semakin jarang jarak antara garis kontur pada suatu peta menunjukan bahwa
daerah yang disebut termasuk dalam kategori landai
Di dalam pembuatan kontur, terdapat beberapa sifat–sifat garis kontur
yaitu : Jarak horizontal dua buah garis kontur akan semakin rapat dengan kontur
interval. Pada tanah dengan lereng seragam maka garis kontur akan semakin
sejajar dan berjarak satu sama lain. Garis–garis kontur tidak akan berpotongan
satu sama lain kecuali dalam keadaan khusus. Pada permukaan datar atau rata
garis kontur akan merupakan suatu garis lurus, berjarak sama dan sejajar satu
sama lain. Suatu garis kontur tidak akan terletak pada dua buah garis kontur yang
lebih tinggi atau lebih rendah elevasinya. Garisgaris kontur memberikan informasi
yang maksimum tentang daerah peta, dan tidak menyembunyikan rincian peta
lainnya yang penting garis kontur juga memperhatikan elevasi dan konfigurasi
permukaan tanah.
Garis–garis kontur memberikan informasi yang maksimum tentang daerah
peta, dan tidak menyembunyikan rincian peta lainnya yang penting. Garis kontur
juga memperlihatkan elevasi dan konfigurasi permukaan tanah. Elevasi titik–titik
yang tidak terletak diatas garis kontur bisa dicari dengan interpolasi antara dua
garis kontur yang terletak dikedua sisi titik tersebut. Adapun bidang acuan umum
yang sering dipakai adalah bidang permukaan laut rata-rata. Informasi relief
secara absolut memperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang
merupakan garis ketinggian tersebut di atas di suatu bidang tertentu.
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan sebagian bentuk-bentuk
permukaan bumi yang bersifat alami dengan menggunakan garis-garis kontur.
Garis kontur pada peta topografi diperoleh dengan melakukan pengolahan

7
interpolasi linier antara titik-titik ketinggian yang berdekatan. Interpolasi linier
adalah suatu metode atau fungsi matematika yang menduga nilai pada lokasilokasi
yang datanya tidak tersedia atau tidak didapatkan. Interpolasi linier
mengasumsikan bahwa atribut data bersifat kontinu di dalam ruang dan atribut ini
saling berhubungan (dependence).
Pembentukan garis kontur menggunakan data dari pemetaan terestris
memiliki akurasi yang tinggi tetapi pengukuran terestris memiliki beberapa
kelemahan diantaranya membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang besar karena
semakin luas area yang dipetakan semakin banyak pula titik yang harus diukur.
Semakin rapat titik yang diambil, maka semakin akurat pula kontur yang
dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Titik ketinggian (spotheight) yang diambil
dalam pengukuran terestris harus memiliki kerapatan dan persebaran yang baik
untuk mengurangi kesalahan pada interpolasi kontur.
Salah satu solusi untuk memperoleh data ketinggian adalah dengan
menggunakan data foto udara yang dihasilkan dari pemetaan menggunakan
Unmanned Aeral Vehicle (UAV). Data foto udara akan menghasilkan data Digital
Surface Model (DSM) yang kemudian dilakukan filterisasi untuk membentuk
Digital Terrain Model (DTM). Data DTM tersebut digunakan untuk mengekstrak
spotheight untuk mengoptimalisasi kerapatan titik ukur yang kurang. Pembuatan
peta topografi menggunakan metode ini memiliki tingkat ketelitian yang
dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satunya yaitu metode pengolahan,
sehingga sering kali kajian mengenai akurasi berkaitan dengan optimalisasi
pengolahan yang dilakukan.

2.6 Digitasi

Digitasi adalah proses konversi dari peta analog menjadi peta digital dengan
mempergunakan meja digitasi atau software. Cara kerjanya adalah dengan
mengkonversi fitur-fitur spasial yang ada pada peta menjadi kumpulan koordinat
x,y. Untuk menghasilkan data yang akurat, dibutuhkan sumber peta analog
dengan kualitas tinggi. Dan untuk proses digitasi, diperlukan ketelitian dan
konsentrasi tinggi dari operator. Software yang umumnya digunakan dalam
digitasi adalah ARC/INFO. Prosedur dan tata cara pengerjaannya akan diberikan

8
secara detail dengan maksud untuk memberikan garis besar dari konsep GIS dan
melatih cara melakukan proses digitasi peta dengan menggunakan PC
ARC/INFO. \

Proses digitasi pada sistem informasi ini akan dilakukan oleh Image
Processing atau pengolahan citra, sehingga proses ini dapat dilakukan secara
otomatis tanpa perlu adanya tambahan user untuk melakukan proses digitasi ini.
2.7 Peta topgrafi
Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi
dengan menggunakan garis-garis kontur. Garis kontur adalah garis-garis pada peta
yang menunjukkan 5 perbedaan ketinggian suatu tempat. Peta topografi juga
menggambarkan kenampakan alam, misalnya pola aliran sungai dan morfologi,
serta kenampakan buatan manusia, misalnya jalan dan permukiman. Peta
topografi biasanya berskala besar, yaitu 1 : 25.000 atau 1 : 50.000. Sariyono dan
Nursa’ban, 2009).

9
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Perangkat lunak yang digunakan

Pada pembahasan ini peneliti menggunakan perangkat lunak, seperti :


1. Aplikasi ArcGIS 10.6
2. Komputer Amd A8 9500
3. Windows 10 home
4. Data Excel yang siap diolah

3.2 Tutorial cara pembuatan


1. Menginput data excel menjadi titik point koordinat arcgsis

Buka Excel yang sudah ada xyz

10
Save as dengan format CSV (Comma delimited)

Buka ArcGIS 10.6

11
Tampilan awal ArcGIS 10.6, Klik Blank map

Klik browse browser

Cari lokasi file CSV tersebut kemudian klik file CSV tersebut dan Klik Add

12
Klik OK

Dan Ini lah titik – titik koordinat dari data Excel Tersebut

13
Klik kanan pada tulisan koordinat CSV tersebut, pilih data , export data

Simpan file , Klik OK

14
Klik kanan pada file kevling muntil permai , pilih edit features , start editing

Pilih create feature , pilih yang akan di snapping

15
Ini adalah hasil dari titik koordinat tersebut.

2. Cara merektifikasi peta

Pilih customize toolbar , klik georeferencing

16
masukkan titik koordinat X dan Y di tiap sudut

Jika sudah semua di inputkan klik view link tabel , jika total RMS error mendekati
0 maka akan semakin akurat hasil georeferencing kita
3. Membuat garis kontur

Pilih analisis spatial tools pada arch tool, pilih interpolation klik spline, kemudian
klik ok

17
Ini adalah hasil dari spline yang tadi , masih di arch tool yang sama , pilih surface
klik kontur.

Dan ini adalah hasilnya

Dan kita smooth kan dengan tools smooth line

18
Kita masking hasil dari spline dan juga poliygon kevling

Dan ini hasilnya


4. Cara me-layout

Pilih layout view

Klik menu file, pilih page and print setup, kemudian atur kertas jadi A3 klik
OK

19
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Peta setelah di rektifikasi

2. Peta setelah dilakukan proses digitasi

20
3. Garis kontur

4. Peta setelah di analisis spatial

4.2 Pembahasan

1. Georeferencing (rektifikasi)

Praktikum Studio Lab GIS dengan pelatihan georeferencing, digitasi editing


dan layout peta Administrasi kali ini menggunakan system ArcGIS, khususnya

21
ArcCatalog dan ArcMap versi 10.6. pada ketiga rangkaian tersebut memiliki
fungsi atau tujuan-tujuan yang berbeda. Proses dimulai dari tahapan Georeferensi,
karena untuk melakukan tahapan digitasi sebuah peta kita harus melakukan
rektifikasi terlebih dahulu. Proses georeferencing merupakan sebuah proses
pemberian dasar koordinat system atau disebut referensi spasial pada objek berupa
gambar atau raster image yang pada awalnya belum memiliki acuan system
koordinat, kaitannya dalam keperluan referensi gambar.Penentuan dari proses
georeferencing tersebut meliputi penentuan 4 titik control yang pada akhirnya
dilakukan pengikatan koordinat pada raster atau image tersebut agar sesuai dan
memiliki system referensi koordinat.Rektifikasi image tergantung kepada image
itu sendiri. Beberapa kemungkinan georeferensi sebagai berikut:

1. Image memiliki grid sistem koordinat geografis atau terproyeksi.


2. Image tidak memiliki grid sistem koordinat tetapi fitur-fitur
spasialpembanding sesuai peta dasar yang dimiliki cukup lengkap.
3. Image memiliki grid sistem koordinat lokal.
4. Image tidak memiliki grid sistem koordinat, fitur-fitur spasial tidak ada
ataukurang atau image memiliki distorsi signifikan.

Setelah dilakukan proses georeferensi selanjutnya baru kita bisa melakukan


proses digitasi. Digitasi dan proses layout dalam praktikum ini menggunakan
acuan skaladigitasi sebesar 1:250.000 saja. Fase digitasi menggunakan polygon,
dan point. Line digunakan untuk jalan, Sedangkan polygon digunakan untuk
tempat penanda suatu kawasan.Sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat
keakuratan digitasi didasarkan pada:

1. Penggunaan skala, besar semakin detail, kecil semakin tidak mendetail


2. Penggunaan alat, misalkan menggunakan touchpad dan mouse
akanmemiliki perbedaan atas efisiensi dan keakuratan. Menggunakan
mouselebih akurat dibandingkat touchpad.
3. Penggunaan alat seperti digitizer akan mempermudah dan mendetailkanhasil
karena didasarkan gesture tangan, bukan gerakan optic.

22
4. Keadaan personal yang melakukan digitasi, apakah dalam keadaan
yangstabil atau sedang mengalami gangguan, seperti stress atau mata yang
minus.

Selanjutnya melalui proses georefensi, digitasi, melakukan proses editing


untuk menyempurnakan, dan memasukkan data atribut, langkah terakhir adalah
melakukan Layouting Peta. Layout peta merupakan pekerjaan terakhir setelah
inputdata, editing data, analisis data, penambahan label, dan pengaturan legenda
daftarisi telah dilakukan. Melalui fasilitas layout dapat membuat dan mengatur
data manasaja yang akan digunakan sebagai output dari proses atau analisis gis
yangdigunakan serta bagaimana data tersebut akan ditampilkan. Layout ini
akanbermanfaat untuk memperjelas peta dan memperindah secara tampilan, selain
itutujuan yang lebih penting mengenai layout peta adalah sebagai atribut
pelengkapyang mampu menjelaskan isi peta, yang merupakan informasi-informasi
penting.Tanpa adanya layout, sebuah peta tidak akan berarti apa-apa, dan hanya
bermaknasebagai gambar biasa. Adapun layout terdiri dari bagian-bagian seperti
berikut :

1. judul peta adalah bagian yang menunjukkan nama daerah yang dimuat
padapeta tersebut.
2. skala peta adalah bagian yang menunjukkan ukuran perbandingan jarak
petadengan yang sesunggunya.
3. Petunjuk Arah, koordinat/grid, legenda peta, tahun pembuatan, penerbitpeta,
dan index peta.
2. Garis kontur

Membuat peta kontur baik dalam bentuk dua dimensi. Bagian surfer yang
digunakan untuk menampilkan peta kontur adalah surface plot. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Saleh (2011). Sebelum peta terbentuk, data dari pengukuran
gridding dimasukkan ke dalam salah satu bagian surfer yang disebut worksheet.
Worksheet berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan data xyz dari pengukuran
gridding. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saleh (2011), bahwa worksheet

23
merupakan lembar kerja yang digunakan untuk melakukan masukan data xyz.
Setelah data xyz dimasukkan dalam worksheet, data tersebut disimpan dan kembai
digunakan untuk membuat peta kontur.

Peta kontur menunjukkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang


sama. Titik-titik dengan ketinggian yang sama dihubungkan dengan garis-garis
kontinu. Hal ini sesuai dengan peryataan Saleh (2011), yang menyatakan bahwa
garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan
ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinu diatas peta yang
memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama.

Berdasarkan bentuk kontur yang didapatkan, garis kontur memerlihatkan


garis kontinu. Hal ini berarti garisnya tidak putus-putus sehingga membentuk
kurva tertutup. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rivaldi (2010), bahwa salah satu
sifat kontur adalah garis-garis yang membentuk berupa kurva.

Peta kontur juga memperlihatkan perbedaan antara jarak garis kontur satu
dengan yang lainnya. Jarak antar garis dengan garis yang lainnya ada yang rapat
dan ada yang renggang. Garis dengan jarak yang rapat menunjukkan bahwa
permukaan tanah tersebut terjal sedangkan garis kontur yang jarang
memperlihatkan bahwa permukaan tanah tersebut landai. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rivaldi (2010), bahwa sifat-sifat garis kontur diantaranya yaitu garis
kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal dan garis
kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai

Peta kontur memiliki manfaat seperti menentukan potongan memanjang


antara dua tempat, dan menghitung luas daerah genangan dan volume suatu
bendungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salman (2011), bahwa peta kontur
bermanfaat dalam menentukan potongan memanjang (profile, longitudinal
sections) antara dua tempat, menghitung luas daerah genangan dan volume suatu
bendungan, menentukan route atau trace dengan kelandaian tertentu, serta
menentukan kemungkinan dua titik di langan sama tinggi dan saling terlihat.

24
25
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan dari proses membuat kontur pada peta dapat dilakukan sebagai
berikut :
Proses dimulai dari tahapan Georeferensi, karena untuk melakukan tahapan
digitasi sebuah peta kita harus melakukan rektifikasi terlebih dahulu. Proses
georeferencing merupakan sebuah proses pemberian dasar koordinat system atau
disebut referensi spasial pada objek berupa gambar atau raster image yang pada
awalnya belum memiliki acuan system koordinat, kaitannya dalam keperluan
referensi gambar. Penentuan dari proses georeferencing tersebut meliputi
penentuan 4 titik control yang pada akhirnya dilakukan pengikatan koordinat pada
raster atau image tersebut agar sesuai dan memiliki system referensi koordinat.
Rektifikasi image tergantung kepada image itu sendiri.

26
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono,Agung,B. 2013. Pengantar Spasial Analisis. Materi Kuliah SIG Terapan


Jurusan Teknik Geomatika ITS. Surabaya

Prastiawan, Angga. 2013. Pencitraan Data Geolistrik Resistivitas Dengan


Surfer10 Berdasarkan Hasil Inversi Res2dinv Untuk Identifikasi Lapisan
Aspal di Dusun Lagunturu Desa Suandala Kecamatan Lasalimu
Kabupaten Buton. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pusat Penelitian Geografi Terapan.2012. Modul Pelatihan Sistem Informasi


Geografis Tingkat Dasar. Jakarta: Fmipa Geografi UI

Purwantara, Suhadi dan Dyah Respati Suryo Sumunar. 2010. Modul


PraktikumSistem Informasi Geografis. Yogyakarta: LAB FIS UNY

Rivaldi. 2010. Pembuatan Peta Kontor Mengguankan Surfer. http://academia.edu.


Diakses pada hari Rabu, 14 Juli 2021 pada pukul 21.00 WIB

Saleh, Salmani. 2011. Pengenalan Surfer. http://digilib.its.ac.id. Diakses pada hari


Selasa, 14 Juli 2021 pukul 14.00 WIB.

27

Anda mungkin juga menyukai