Disusun Oleh :
Petugas TB UPTD Puskesmas Purabaya
Penyusun
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
ganda (double burden).Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara
penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah.Penyakit menular tidak mengenal
batas wilayah administratif, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan
tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan
pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau Negara ke
daerah atau Negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil
efektif.
Kemajuan diberbagai bidang kehidupan terjadi sebagai akibat dari proses
industrialisasi dan modernisasi. Hal ini turut merubah pola hidup masyarakat yang
pada akhirnya berdampak pada berubahnya pola penyakit di masyarakat. Perubahan
pola penyakit ini terjadi dimana sebelumnya cenderung didominasi oleh penyakit
infeksi maka pada saat sekarang berubah menjadi penyakit degenerative.
Pada sisi lain pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal melakukan
pencegahan terhadap penyakit infeksi masih minim. Di tambah lagi dengan factor
lingkungan yang kurang mendukung sehingga pada akhirnya penyakit infeksi masih
menjadi masalah dan menjadi factor yang turut menentukan derajat kesehatan
Masyarakat.
Salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di
masyarakat adalah penyakit paru-paru khususnya Tuberculosa Paru (TB Paru). Besar
dan luasnya permasalahan akibat TB Paru mengharuskan kepada semua pihak untuk
dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan penanggulangan TB Paru.
Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya dari aspek kesehatan
semata tetapi dari aspek social maupun ekonomi. Dengan demikian TB Paru
merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan meningkatkan kesejahteraan
2.1.2 Topografi
Puskesmas Purabaya berada di wilayah kerja Kecamatan Purabaya Kabupaten
Sukabumi. Kecamatan Purabaya berada di sebelah timur Kabupaten Sukabumi atau
selatan dari Kota Sukabumi, sebagian besar wilayahnya merupakan perbukitan dan
pegunungan, wilayahnya relatif bergelombang yang terdiri dari perbukitan dan lembah
yang cukup terjal dan curam dengan ketinggian ± 925 di atas permukaan laut. Wilayahnya
rawan longsor, suhunya berkisar antara 18-26o C dengan curah hujan dan kelembaban
udara yang cukup tinggi serta sering berkabut.
2.1.3 Demografi
1. JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR
Tabel 02
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur
Di Kecamatan Purabaya Tahun 2018
UMUR 15-44 TAHUN yaitu sebanyak 16.695 jiwa (40,67%), dimana pada usia ini merupakan
usia produktif. GOLONGAN UMUR INI MERUPAKAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF YANG MASIH
MEMPUNYAI PELUANG UNTUK BEREPRODUKSI DAN HARUS MENDAPAT PERHATIAN TERUTAMA DARI
LUAS
JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN
N WILAYA JUMLAH
DESA RUMAH JIWA/RUMA PENDUDUK
O H PENDUDUK
TANGGA H per km2
(km2)
1 Purabaya 13,76 7.515 2.661 2,8 544,5
2 Cimerang 13,08 6.638 2.007 3,3 505,7
3 Citamiang 10,01 4.685 1.547 3,0 465,3
4 Margaluyu 12,91 3.638 1.343 2,7 279,5
5 Cicukang 17,75 6.038 2.159 2,8 338,8
6 Pagelaran 10,17 3.529 1.235 2,8 344,4
7 Neglasari 27,32 9.184 3.020 3,0 335,3
Jumlah 105 41.227 13.972 2,9 391
Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) 54,63
2.1.4 Pendidikan
Data pendidikan penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Purabaya, yaitu
sebanyak 33.383 jiwa atau sebanyak 81,32 % penduduk Kecamatan Purabaya, sudah
melek hurufsebanyak 31.495 jiwa diantaranya merupakan pendidikan tinggi yang
ditamatkan.
Tingkat pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
masyarakat termasuk pengetahuan tentang kesehatan.
Grafik 01
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf
Di Kecamatan Purabaya Tahun 2018
33,383
35,000
31,500
28,000
24,500 94,3 %
21,000 16,932 16,451 15,563
15,932
17,500 31,495
14,000
10,500 94,1 % 94,6 %
7,000
3,500
0
Laki-laki Perempuan Jumlah
Penduduk Berumur 10 tahun ke atas
Penduduk Berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf
Tabel 04
Persentase Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Di Kecamatan Purabaya Tahun 2018
JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL
LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
2.1.5 Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Purabaya Berdasarkan
Kepala keluarga (KK) mayoritas petani, kemudian buruh, peternak, pedagang,karyawan
swasta, PNS dan TNI/POLRI .
Distribusi Kepala keluarga menurut mata pencaharian :
1. Petani : 6.329 orang
2. Buruh : 3.188 orang
3. Peternak : 1.602 orang
4. Pedagang : 1.519 orang
5. Karyawan Swasta : 778 orang
6. PNS : 244 orang
7. TNI/Polri : 12 orang
2.2 Gambaran Umum Puskesmas Purabaya
- Terletak 90 Km dari Kabupaten Sukabumi, tepatnya Jalan Raya Purabaya Km 39,
Telp. ( 0266 ) 340085, letak puskesmas di Desa Purabaya tepatnya di Kp.
Miramontana Rt. 007/002, mudah terjangkau dari 7 desa yang ada karena
terletak berada di tengah-tengah wilayah Kecamatan Purabaya.
- Luas Tanah 5.000 m2
- Luas Bangunan Puskesmas 216 m2
- Luas Bangunan Poned 250 m2
- Luas Bangunan Pemeriksaan HIV AIDS 24 m2
- Luas Bangunan Perawatan 216 m2
- Luas Bangunan Aula / Ruang Pertemuan 66 m2
- Luas Bangunan Rumah Dinas 42 m2
- Puskesmas Pembantu 5 buah :
Pukesmas pembantu Cimerang
A. Penemuan Pasien TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis dan
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
Strategi Penemuan :
1. Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dan promosi aktif, penjaringan
tersangka dilakukan di unit pelayanan kesehatan. Didukung dengan penyuluhan
secara aktif baik oleh petugas maupun oleh masyarakat.
2. Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama pasien BTA positif dan pada
keluarga anak yang menderita TB.
Gejala Klinis :
Batuk berdahak 2-3 minggu atau lebih (batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu batuk bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, bb menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa melakukan
aktifitas, demam meriang lebih dari satu bulan.
Pemeriksaan dahak mikroskopis :
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Spesimen dahak dikumpulkan dalam
dua hari kunjungan yang berurutan berupa SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu).
B. Diagnosis TB
Dlakukan melalui pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu SPS,
pemeriksaan lain seperti foto toraks dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
sesuai dengan indikasinya.
C. Klasifikasi Penyakit
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
Dibagi menjadi 2 yaitu tuberkulosis paru dan ekstra paru
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
Dibagi menjadi dua Tuberkulosis paru BTA positif dan BTA negatif
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
4. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
Dibagi menjadi 6 yaitu Baru, Kambuh, Default, Gagal, Pindahan dan lain-lain.
E. Evaluasi Program
a. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM TB
Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan TB digunakan
beberapa indikator. Indikator penanggulangan TB secara Nasional ada 2 yaitu:
Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate/ CDR)
Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate /SR).
450 431
400
350
300
250
200
150
100 75 83 77
72 67
54
41 39
50 21
11 13 12 6
0 4 1 0 092 0 081 0 370 0 2 0 0 182 0 2 0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Analisa :
Berdasarkan gambaran diatas masih kurangnya cakupan penemuan kasus TB Paru
BTA (+).
Analisa data
Dari data diatas dapat dianalisa untuk penemuan suspek dari target 749 kasus
Tercapai 431 kasus.
Chart Title
300
250
200
150
100
50
700
600
500
431
400
300
200
100 57.54
140
125
120
100
89
80
71.2
60
40
20
89.89
90
89
88
86
84
82
80
80
78
76
d. Gunanya berobat teratur - Pasien tidak akan Setiap pasien Pet. TB Ka. PKM
menghentikan pengobatan Kontrol
walau sudah merasa enak /
merasa sembuh.
b. Kunjungan rumah dilakukan - Untuk lebih menjamin 1 x Sebulan (min 6 Desa Pembina Desa Ka. PKM BOK
bekerjasama dengan Kader pemantauan terhadap kali) dan Bides
PMO dan Perkesmas penderita TB. Paru di masing-
masing Desa.
c. Evaluasi hasil rekomendasi - Untuk mengetahui kemajuan 1x Sebulan Aula PKM Seluruh Staff Ka. PKM BOK
pasca meeting sebelumnya dari berjalannya rencana
program.
d. Melaksanakan Refresing kader
PMO dan TOMA serta TOGA - Meningkatkan pengetahuan 1x Puskesmas Pet TB dan Ka. PKM BOK
kader serta meningkatkan Lintas Program
penemuan kasus serta
meningkatkan angka
kesembuhan pasien.
Penyuluhan Masyarakat
3. (Posyandu / Pertemuan Desa) - Meningkatkan pengetahuan 1 bulan sekali Posyandu/ Pet. TB dan Ka. PKM
BOK
masyarakat Pertemuan Promkes
Desa
A. Kesimpulan
1. Pembuatan Laporan Tahunan Program TB sangat diperlukan baik oleh
Puskesmas maupun bagi pihak yang terkait lainnya, karena dari Laporan
Tahunan ini terangkum semua hasil kegiatan program Ispa sehingga
memudahkan dalam mencari data secara lengkap.
2. Visi dan Misi Puskesmas belum sepenuhnya dipahami oleh seluruh jajaran
karyawan Puskesmas, sehingga dalam implementasi di lapangan sering
terjebak dalam tugas-tugas yang sifatnya rutinitas tanpa sepenuhnya
dilandasi oleh semangat yang terkandung dalam makna visi misi
puskesmas, yang berdampak terhadap kurang maksimalnya kinerja dan
pencapaian program Ispa di puskesmas.
3. Walaupun belum maksimal sebagian besar program Ispa sudah berjalan,
hanya diperlukan upaya peningkatan baik dari kwantitas maupun kwalitas
kegiatan.
4. Sistim Informasi dan Manejemen Kesehatan (SIMKES) Khususnya dalam
kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh petugas masih
sangat lemah, dimana pencatatan yang dibuat masih kurang akurat, tepat
dan cepat. Diperlukan peningkatan sumber daya manusia agar pelaksanaan
SIMKES lebih maksimal.
5. Kemampuan puskesmas untuk melakukan advokasi terhadap sektor lainnya
yang ada di tingkat kecamatan masih kurang optimal, sehingga peran serta
masyarakat didalam konsep pembangunan berwawasan kesehatan masih
disikapi secara pasif oleh masyarakat dan kelembagaan yang ada diluar
kesehatan dan masih ada anggapan bahwa pembangunan kesehatan masih
merupakan tanggungjawab petugas kesehatan/sektor
kesehatan/Puskesmas.
6. Sarana dan prasarana, tenaga serta dana yang masih belum memadai untuk
mengembangkan seluruh upaya pelayanan kesehatan, baik upaya
pelayanan kesehatan wajib maupun pengembangan terutama sarana dan
B. Saran
Kami menyadari bahwa Laporan Tahunan ini masih memerlukan
penyempurnaan, dengan demikian kami sangat terbuka untuk menerima
masukan, petunjuk dan bimbingan dari semua pihak demi perbaikan di masa
yang akan datang.
Demikian Laporan Tahunan Program TB Tahun 2018 ini dibuat, dengan
harapan menjadi sumber data bagi seluruh pihak yang berkepentingan, sebagai
pedoman dalam melakukan upaya peningkatan kinerja pelayanan serta sebagai
dasar dalam menyusun rencana kegiatan yang akan datang.