Anda di halaman 1dari 9

STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

VERO (191200008)

USWATUN HASANAH (191200001)

NURKHALIZAH D. AL (191200013)

TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) PALU

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sosiologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas tentang hubungan-
hubungan sosial atau interaksi sosial, struktur sosial, perilaku sosial dan sebagainya dan
kaitannya dengan pendidikan. Namun dalam pembahasannya, sering kali kita menemukan
istilah yang mungkin bisa dianggap rancu, yaitu sistem sosial dan struktur sosial. Kedua
istilah atau kedua konsep tersebut selalu muncul dalam setiap pembahasan yang bersifat
sosiologis, ada yang menyatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama dan
adapula yang menyatakan berbeda. Dan apakah istilah-istilah tersebut memiliki pengertian
yang sama dengan struktur masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan
bagaimana pengertian sistem sosial, struktur sosial dan struktur masyarakat serta hal-hal yang
berhubungan dengan istilah-istilah tersebut dan hubungannya dengan pendidikan.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian struktur masyarakat?
2. Apa fungsi struktur masyarakat?
3. Bagaimana struktur masyarakat Indonesia?
4. Apa hubungan struktur masyrakat dengan pendidikan?
3. Tujuan
1. Untuk mendiskripsikan pengertian struktur masyarakat
2. Untuk mendiskripsikan struktur masyarakat Indonesia
3. Untuk mendiskripsikan fungsi dari struktur masyarakat
4. Untuk mendiskripsikan hubungan struktur masyarakat dengan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Mayarakaat


Istilah struktur dapat diterjemahkan sebagai susunan, bagan, bangunan, skema atau gambar
konkret tantang sesuatu. Oleh karena itu struktur masyarakat dapat diartikan sebagai susunan
atau bangunan masyarakat yang penggambaran tentang suatu lembaga kemasyarakatan atau
pranata sosial yang berlapis-lapis.
1. Perbedaan struktur social dan sistem sosial
Struktur Sosial dapat diartikan sebagai suatu susunan ( konfigurasi ) dimana orang-orang
dengan kategori-kategori yang berbeda diikat dalam sutau tata hubungan kerja sama
(Zanden,1979:116).
Mengenai bentuk susunan atau konfigurasi dari masing-masing sistem mungkin bisa berbeda
satu sama lain tergantung besar kecilnya cakupan sistem tersebut. Semakin besar cakupan
sistem, semakin rumit dan kompleks bentuk konfigurasinya, dan sebaliknya dalam sistem
sosial yang kecil konfigurasinya akan sederhana. Keluarga adalah salah satu contoh struktur
sosial yang memiiki cakupan sistem paling sederhana.
Keluarga merupakan suatu struktur, karena dalam keluarga yang merupakan sistem sosial
masyarakat terkecil mengandung komponen-komponen yang lebih spesiifik seperti hubungan
antara suami – isteri – anak, sistem perkawinan, sistem pelapisan, sistem peranan keluarga,
sistem hak dan sebagainya.
Masyarakat juga merupakan suatu struktur, karena di dlam masyarakat terdiri dari bagian-
bagian yang membentuk keseluruhan sebagai suatu kesatuan. Masyarakat terdiri dari orang-
orang, kegiatan-kegiatan, kebiasaan, tata cara, nilai jenis kelamin, dan lain-lain yang
membentuk satu kesatuan. Masyarakat juga memiliki lapisan-lapisan, privilese, kekuasaan,
status, kehormatan, dan sebagainya. Dengan memperhatikan bagian-bagian dan lapisan dalam
masyarakat tersebut, maka konfigurasi dalam sisitem tersebut menjadi semakin kompleks.
Kalau kita perhatikan definisi struktur sosial diatas, ternyata mirip sekali dengan definisi
sistem sosial karena dalam struktur sosial kita temui sistem sosial dan dalam sistem sosial ada
seperangkat kegiatan bersama yang memperlihatkan hubungan timbal balik yang disebut
dengan struktur.
Dengan demikian kedua konsep tersebut, yakni sistem sosial dan struktur sosial, tidak dapat
dipisahkan. Struktur memperlihatkan adanya suatu cara hubungan konstan ( sebagai suatu
kerangka ), sedangkan sistem memberikan sifat dan dinamika pada struktur secara
keseluruhan. Dimensi yang memperlihatkan keterkaitan struktur dan sistem ini disebut
dengan dimensi struktural. Istilah perubahan struktural, dapat diartikan sebagai terjadinya
suatu perubahan di dalam kerangka struktur tata hubungan tertentu.
Selanjutnya istilah sosial dalam struktur sosial, bukan hanya menunjukkan pengertian
struktural tetapi juga menggambarkan pengertian kultural. Artinya dalam dimensi struktural
mengandung dimensi kultural. Perlu diketahui bahwa antara masyarakat dan kebudayaan
tidak dapat dipisahkan. Slah satu komponen hasil kebudayaan adalah ide-ide, nilai-nilai,
norma-norma peraturan, dan sebagainya. Nilai-nilai ikut mempengaruhi perilaku seseorang
da untuk menjamin bertahannya suatu sistem nilai tertentu dalam masyarakat maka
diciptakan norma-norma dan sanksi-sanksi yang ikut mengatur perilaku antara satu posisi
dengan posisi yang lainnya dalam satu struktur sosial. Dengan demikian berarti bahwa
dimensi struktur tidak dapat dipisahkan dengan dimensi kultural, maka perubahan struktural
juga mencerminkan perubahan kebudayaan.
Salah satu contoh, seorang pemimpin pada suatu masyarakat tradisional dominasinya kuat
sekali karena ia mempunyai kekuasaan hampir tak terbatas. Sedangkan dominasi pemimpin
pada suatu masyarakat modern sudah jauh sangat berkurang karena kekuasaannya banyak
dibatasi oleh undang-undang, aturan-aturan, da sebagainya. Kesemuanya berlangsung karena
telah terjadi pergeseran makna dan nilai kepemimpinan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi semua konsep atau aspek yang berhubungan dengan itu.

B. Fungsi Struktur Masyarakat


Dengan adanya struktur, maka secara psikologis anggota masyarakat akan merasa berbeda
pada batas-batas kewenangan tertentu dalam melakukan aktivitasnya, setiap individu akan
senantiasa menyesuaikan diri dengan ketertiban dan keteraturan masyarakat yang ada. Jadi
nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan diharapkan dapat berfungsi sebagai pembatas
perilaku individu agar tidak melanggar batas-batas hak dan kepentingan anggota masyarakat
yang lain. Menurut Mayor Polak (1979), struktur berfungsi sebagai pengawasan sosial, yaitu
sebagai penekan terhadap kemungkinan-kemungkinan pelanggaran terhadap norma-norma,
nilai-nilai dan peraturan yang berlaku, sehingga disiplin dalam kelompok cenderung dapat
dipertahankan. Pengawasan dimaksudkan sebagai tujuan untuk mendisiplinkan para anggota
kelompok dan menghindarkan atau membatasi adanya penyelewengan-penyelewengan dari
norma-norma kelompok. Namun secara umum fungsi sosial atau masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Identitas
Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok.
Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya
akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.
2. Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk
melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu
tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan
individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan
berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.
3. Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan
mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa
dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan
dan kedisplinan.
Struktur dalam kehidupan masyarakat dapat juga berfungsi sebagai sebagai dasar untuk
menanamkan suatu disiplin sosial, karena aturan disiplinnya berasal dari dalam kelompok
sendiri, maka perlakua pengawasan dalam kelompoknya cenderung lebih mudah untuk dapat
diterima sebagai kepentingan sendiri. Setiap anggota masyarakat akan mendapat pengetahuan
dan kesadaran terutama perihal sikap, adat kebiasaan dan kepercayaan group. Dengan
demikian, anggota kelompok dapat mengetahui cara-cara bersikap dan berperilaku yang
sesuai dengan ketentuan dan harapan-harapan umum sehingga kemungkinan terjadi
perbedaan-perbedaan paham sedikit dapat dikurangi.
C. Struktur Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia disebut juga masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang terdiri dari
berbagai jenis suku bangsa, adat istiadat, nilai-nilai dan norma-norma berbagai institusi atau
organisasi, budaya, bahasa, agama, dan sebagainya. Dan kesmuanya itu merupakan satu
kesatuan membentuk satu identiatas dan solidaritas yaitu masyarakat indonesia.
Dalam masyarakat juga terdapat banyak kelompok-kelompok atau institusi sosial yang
berbeda satu sama lain, kesemuanya itu merupakan rangkaian yang membentuk struktur.
Masing-masing kelompok atau intitusi berusaha untuk mempengaruhi individu sehingga
menimbulkan persaingan antar kelompok yang mengarah terjadinya konflik. Keadaan
tersebut cukup memprihatinkan. Dengan demikian kemajemukan ini menjadi suatu
peringatan bagi kita akan adanya maslah yang memerlukan perhatian khusus yaitu suku
agama, ras, dan antargolongan. Kepekaaan dalam hal interaksi antar individu dari berbagai
suku bangsa, agama, ras, dan antar golongan masih ada secara laten atau terpendam dalam
masyarakat kita karena masih ada sisa-sisa arsa “curiga” yang melandasi interaksi
antarindividu yang begrasal dari berbagai golongan tersebut.
Rasa curiga dalam interaksi juga disebabkan adanya pandangan-pandangan yang tidak wajar
mengenai golongan lain atau stereotip negatif yang sering kali telah mendarah daging. Rasa
curiga juga disebabkan adanya keprcayaan diterministis bahwa hanya golongan sendirilah
yang sempurna, sehingga hal ini mempengaruhi rasa toleransi. Dalam satu kesatuan besar
yang terdiri dari berbagai suku, ras, golongan yang berbeda tidak tertutup kemungkinan
terjadinya percampuran budaya. Sebaliknya, tidak mustahil terjadi pula dominasi budaya dari
masyarakat yang lebih besar terhadap masyarakat yang lebih kecil, dengan adanya hal sperti
ini maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya suatu disintegrasi.
1. Pelapisan dan Sistem Pelapisan dalam Masyarakat
Menurut Petirim A. Sorokin (Abdul Syani :1994), bahwa Stratifikasi Sosial (Social
Stratification ) adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara
bertingkat (hirerarkhis). Pelapisan masyarakat merupakan pembedaan (diferensiasi) yang
berhubungan dengan pengertian perbedaan tingkat, dimana anggota-anggota masyarakat
berada di dalamnya. Pelapisan dalam masyarakat dapat pula didasarkan atas perbedaan jenis
kelamin, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, pembagian kerja dan
sebagainya.
Dengan istilah sebagaimana digunakan Sorokin, memperinci ciri umum adanya pelapisan
dalam masyarakat kedalam beberapa bagian, yaitu :
1. Pemilikan atas kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan
ukuran, artinya strata dalam kehidupan masyarakat dapat dillihat dari nilai kekayaan
seseorang dalam masyarakat.
2. Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan, misalnya sebagai dokter, dosen, buruh
atau pekerja teknis atau sebagainya semua ini sangat menentukan status seseorang dalam
masyarakat.
3. Kesolehan seseorang dalam bergama, jika seseorang sungguh-sungguh penuh
dengan ketulusan dalam menjalankan agamanya, maka status seseorang tersebut akan
dipandang lebih tinggi oleh masyarakat.
4. Status dasar keturunan, artinya keturunan dari orang yang dianggap terhormat (ningrat)
merupaka ciri seseorang yang memilikistatus tinggi dalam masyarakat.
5. Latar belakang rasial dan lamanya seseorang atau sekelompok orang yang tinggal pada
suatu tempat. Pada umumnya seseorang yang dianggap sebagai pendiri kampung atau
perguruan tertentu, biasanya dianggap masyarakat sebagai oarang yang berstatus tinggi,
terhormat dan disegani
6. Status atas dasar jenis kelamin dan umur seseorang. Pada umumnya seseorang yang
lebih tua umurnya lebih dihormati dan dipandang tinggi statusnya. Begitu juga jenis kelamin
kelamin laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya dalam keluarga dan dalam
masyarakat.
Dari beberapa ciri tersebut kemudian berproses kedalam berbagai kondisi sosial masyarakat,
mislanya perbedaan ciri biologis, etnis, ataupun ras. Jika diantarnya terdapat kelompok yang
mampu menguasai kelompok lainnya, maka terjadilah pembedaan status yang menunjuk pada
eksistensi pelapisan masyarakat.
Semkain kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat, maka sistem
lapisan-lapisan dalam masyarakat semakin kompleks pula. Perwujudannya adalah adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Istilah kelas merupakan pengertian paralel
dengan lapisan tanpa harus terikat dengan perbedaan faktor dasar lapisan. Kelas sosial
sebagaimana dinyatakan oleh Hasan Shadily (1983), adalah sebagai golongan yang terbentuk
karena adanya perbedaan kedudukan yang tinggi dan yang rendah, dan karena adanya rasa
segolongan dalam kelas masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dengan
kelas yang lain.
D. Hubungan Struktur Masyarakat dengan Pendidikan
Pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena pendidikan sebagai prosestransmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-
kekuatanmasyarakat
Hampir segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia merupakan hasil hubungannya dengan
orang lain baik di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Sehingga
segala sesuatu yang telah diketahui oleh individu merupakan hasil dari timbal balik yang
sudah dibentuk oleh struktur masyarakat setempat. Bagi masyarakat sendiri, hakikat
pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar
masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus
diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang
diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan
kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing pereode jaman
kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan
demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Masyarakat berpengaruh
terhadap sekolah dalam Orientasi dan tujuan pendidikan, yaitu sekolah lahir dari, oleh, dan
untuk masyarakat. Adapaun pengaruh masyaraat terhadap lembaga pendidikan ialah:
· Sebagai arah menentukan tujuan
· Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
· Sebagai sumber belajar
· Sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya
· Sebagai laboratorium guna pengembangan dan penelitian sekolah
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas kami dapat menyimpulkan bahwa, Strukur Sosial adalah suatu bentuk
tatanan atau susunan masyarakat dimana orang-orang yang berbeda suku, agama, ras,
maupun antargolongan diikat dalam bentuk tatanan hubungan kerjasama. Sedangkan sistem
sosial dan struktur sosial, tidak dapat dipisahkan. Struktur memperlihatkan adanya suatu cara
hubungan konstan ( sebagai suatu kerangka ), sedangkan sistem memberikan sifat dan
dinamika pada struktur secara keseluruhan.
Adapun yang dimaksud dengan struktur masyarakat yaitu susunan atau bangunan masyarakat
yang penggambaran tentang suatu lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial yang berlapis-
lapis. Secara umum fungsi struktur adalah sebagai identitas sosial, kontrol sosial dan sebagai
pembelajaran sosial.
Sedangkan Pelapisan Masyarakat dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hirerarkhis). Pelapisan masyarakat
merupakan pembedaan (diferensiasi) yang berhubungan dengan pengertian perbedaan
tingkat, dimana anggota-anggota masyarakat berada di dalamnya. Pelapisan dalam
masyarakat dapat pula didasarkan atas perbedaan jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin
dengan yang dipimpin, pembagian kerja dan sebagainya.Pendidikan tidak dapat dipisahkan
kaitannya dengan struktur masyarakat setempat, karena masyarakat mempunyai peranan yang
sangat besar dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Polak, Mayor.1979. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. PT. Ikhtiar Baru: Jakarta.
Shadily, Hasan. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. PT. Bina Aksara: Jakarta.
Syani, Abdul.1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara: Jakarta.
__________.1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Pustaka Jaya: Lampung.

Anda mungkin juga menyukai