Anda di halaman 1dari 5

Nama: Silvi

NIM :12111321798
Kelas :1A Pendidikan Geografi

KLASIFIKASI IKLIM MENURUT MOHR

Mohr tahun 1933 mengajukan klasifikasi iklim di Indonesia yang didasarkan curah hujan. Klasifikasi
iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan jumlah Bulan Basah (BB) yang dihitung sebagai
harga rata-rata dalam waktu yang lama.

Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Dasar
penggolongan iklim menurut Mohr adalah adanya bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan
penelitian tanah, Mohr membagi tiga derajat kelembapan yaitu :

1) Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya > 100 mm dalam 1 bulan. Jumlah curah hujan
melampaui penguapan.
2) Bulan kering adalah bulan yang curah hujannya < 60 mm dalam 1 bulan. Penguapan banyak
berasal dari dalam tanah daripada curah hujan.
3) Di antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan lembab. Bulan lembab tak masuk
dalam hitungan. Curah hujan dan penguapan relatif seimbang.

Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari pengamatan curah hujan selama minimal 10
tahun.

Asumsi untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari.

1. BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; CH > E


2. BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ; CH < E
3. BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100 mm.

Langkah pertama adalah mencari bulan kering dan bulan basah, kemudian langkah kedua
menentukan rata-rata curah hujan bulanan. Langkah ketiga menentukan kelas iklim dari kombinasi
BK dan BB.
Contoh : BK=3, BB=6 berarti termasuk kelas iklim III.

KLASIFIKASI IKLIM SCHMIDT-FERGUSON

Prinsip digunakan hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Mohr, yaitu dengan mengambil
bulan kering dan bulan basah, dengan cara sebagai berikut :
Data curah hujan diambil minimal untuk 10 tahun dan tentukan berapa bulan kering dan bulan
basah per tahunnya. Curah hujan bulan basah dan bulan kering dijumlahkan dan dihitung rata-
ratanya.
Bulan lembab dalam penggolongan ini tidak dihitung. Persamaan yang dikemukakan Schmidt adalah
sebagai berikut.

Dari persamaan tersebut dapat ditentukan nilai Q. Untuk memudahkan menentukan klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson menggunakan skema :

Berdasarkan skema tersebut, Schmidt-Ferguson menggolongkan iklim di Indonesia menjadi 8 yaitu:

Dari persamaan tersebut dapat digolongkan iklim sebagai berikut :

A = sangat basah
B = basah
C = agak basah
D = sedang
E = agak kering
F = kering
G = sangat kering
H = luar biasa kering

Sering disebut Q model karena didasarkan atas nilai indeks nilai Q yang nilainya perbandingan rata-
rata bulan kering dengan bulan basah.

Contoh :
Daerah x, Data ada 10 tahun dari 2001-2010, rata-rata bulan kering = 3; dan rata-rata bulan basah =
8; maka Q = 0.375 = 37.5%. Jadi tipe iklimnya adalah C.

KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN

Dasar yang digunakan adanya bulan basah yang berturut-turut dan adanya bulan kering yang
berturut-turut pula. Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi sawah dan
palawija terhadap air.

Penentuan bulan basah menurut Oldeman :

Bulan basah (BB) adalah bulan dengan curah hujan lebih dari 200 mm

Bulan kering (BK) adalah bulan dengan curah hujan kurang dari 100 mm

Perbedaan dengan klasifikasi Mohr adalah: Mohr berdasarkan pada evaporasi tiap hari 2 mm,
sedangkan Oldeman berdasarkan kebutuhan air untuk persawahan dan palawija.

Penggolongan menitikberatkan kepada bulan basah. Oldeman mengemukakan 5 zona utama bulan
basah yaitu:

1. Zona A, bulan basah (BB) lebih dari; 9x berturut-turut


2. Zona B, bulan basah (BB) 7-9 x berturut-turut
3. Zona C bulan basah (BB) 5-6 x berturut-turut
4. Zona D bulan basah (BB) 3-4 x berturut-turut
5. Zona E bulan basah (BB) < 3 x berturut-turut
Klasifikasi Iklim J. W. Junghuhn

Klasifikasi iklim junghuhn didasarkan pada ketinggian suatu tempat dan tanaman yang dapat
dibudidayakan pada ketinggian tertentu. Berdasarkan ketinggian dari suatu tempat, Junghuhn
membaginya menjadi empat zona iklim antara lain :

1. Zona iklim panas, berada pada ketinggian 0 hingga 600 meter di atas permukaan laut. Memiliki
suhu berkisar antara 22oC - 26oC. Beberapa contoh tanaman yang dapat dibudidayakan di zona
iklim panas yaitu kelapa, karet, tebu, padi, jagung, tembakau, dan cokelat.
2. Zona iklim sedang, berada pada ketinggian 600 hingga 1500 meter di atas permukaan laut.
Memiliki suhu berkisar antara 17oC - 22oC. Beberapa contoh tanaman yang dapat dibudidayakan di
zona iklim sedang yaitu teh, stroberi, kol, sawi, tomat, kopi, dan selada.
3. Zona iklim sejuk, berada pada ketinggian 1500 hingga 2000 meter di atas permukaan laut.
Memiliki suhu berkisar antara 11oC - 17oC. Beberapa contoh tanaman yang dapat dibudidayakan di
zona iklim sejuk yaitu sayur-sayuran, hutan tanaman industri, kopi, teh, dan kina.
4. Zona iklim dingin, berada pada ketinggian lebih dari 2500 meter di atas permukaan laut.
Memiliki suhu berkisar 6oC - 11oC. Pada zona iklim dingin tidak ada tanaman yang dapat
dibudidayakan, tanaman yang dapat bertahan hidup di zona iklim dingin adalah lumut dan paku.

Anda mungkin juga menyukai