Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Dinda Triananda
2110721115
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Proses keperawataan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara
ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien,
merencanakan secara sistemastis dan melaksanakannya secara mengevaluasi hasil
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Wijaya & Putri, 2013).
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan untuk
itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-masalah klien
sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat.
Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer
register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosis medis (Padila, 2012).
b. Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah rasa nyeri akut atau kronik. Selain itu klien juga
akan kesulitan beraktivitas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan menurut (Padila, 2012):
- Provoking incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi
nyeri
- Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk 21
- Region : Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
- Severity (scale) of pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
memepengaruhi kemampuan fungsinya.
- Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan
penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang menyebabkan
fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit
diabetes dengan luka sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun
kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Padila,
2012).
e. Riwayat penyakit keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,
seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan
dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Padila, 2012).
f. Riwayat psikososial Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari (Padila, 2012).
g. Pola-pola
- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada kasus fraktur akan timbul
ketakutan akan terjadi kecacatan pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain
itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat
steroid yang dapat menggangu metabolisme kalsium, pengonsumsian alkohol
yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melaksanakan
olahraga atau tidak (Padila, 2012).
- Pola nutrisi dan metabolisme Insufisiensi pancreas/DM (predisposisi untuk
hipoglikemia atau ketoasidosis), malnutrisi termasuk obesitas, membran
mukosa kering karena pembatasan pemasukan atau periode post puasa. Pada
klien fraktur harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya
seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin untuk membantu proses
penyembuhan tulang dan pantau keseimbangan cairan (Padila, 2012).
- Pola eliminasi Pantau pengeluaran urine frekuensi, kepekatannya, warna,
bau, dan jumlah apakah terjadi retensi urine. Retensi urine dapat disebabkan
oleh posisi berkemih yang tidak alamiah, pembesaran prostat dan adanya
tanda infeksi saluran kemih Kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau
feses.
- Pola tidur dan istirahat Klien akan merasakan nyeri, keterbatasan gerak
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu
juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Padila,
2012). Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, peka terhadap
rangsang, stimulasi simpatis. e) Pola aktivitas Timbulnya nyeri, keterbatasan
gerak maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan
klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah
bentuk aktivitas (Padila, 2012).
- Pola hubungan dan peran Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
masyarakat karena klien harus menjalani rawat inap (Padila, 2012).
- Persepsi dan konsep diri Dampak yang timbul pada klien adalah rasa takut
akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal dan pandangan dirinya yang salah (Padila, 2012).
- Pola sensori dan kognitif Klien fraktur daya rabanya berkurang terutama
pada bagian fraktur, sedangkan pada indera yang lainnya tidak timbul
gangguan begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan (Padila,
2012).
- Pola reproduksi seksual Klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena
harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri. Selain itu,
klien juga perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya (Padila, 2012).
- Pola penanggulangan stress Perasaan cemas, takut, marah, apatis, faktor-
faktor stress multiple seperti masalah finansial, hubungan, gaya hidup
(Doenges dalam Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2010). Timbul kecemasan
akan kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang
ditempuh klien biasanya tidak efektif (Padila, 2012).
- Pola tata nilai dan keyakinan Klien tidak dapat melakukan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi (Padila, 2012).
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan secara teoritis menurut Diagnosa (PPNI,
2016)
No. SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1.08238)
berhubungan keperawatan selama 2x24 1. Identifikasi lokasi,
dengan agen jam didapatkan Tingkat karakteristik, durasi,
cidera fisiologis Nyeri (L.08066) adekuat frekuensi, kualitas dan
(distensi dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
jaringan 2. Identifikasi respon
intestinal oleh 1. Keluhan nyeri (4 / non verbal
inflamasi) cukup menurun) 3. Berikan teknik
2. Gelisah (4 / cukup nonfarmakologi untuk
menurun) mengurangi rasa nyeri
3. Frekuensi nadi (4 / (relaksasi nafas
cukup membaik) dalam)
4. Pola nafas (4 / cukup 4. Fasilitasi istirahat dan
membaik) tidur
5. Tekanan darah (4 / 5. Jelaskan penyebab,
cukup membaik) periode dan pemicu
nyeri
6. Kolaborasi pemberian
analgesik
7. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi
lainnya
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik keperawatan selama 2x24 (I.06171)
berhubungan jam didapatkan gangguan Observasi :
dengan mobilitas (L.05042) fisik 1. Identifikasi adanya nyeri
kerusakan adekuat dengan kriteria atau keluhan fisik lainnya
integritas hasil : 2. Identifikasi
struktur tulang. 1. Pergerakan toleransi fisik melakukan
ekstremitas: 1-3 ambulasi
2. Kekuatan otot: 1-3 3. Monitor frekuensi jantung
3. Rentang gerak: 1 -4 dan tekanan darah
4. Nyeri : 2- 5 sebelum memulai
5. Kecemasan: 2 -5 ambulasi
6. Kaku sendi: 2 -4 4. Monitor kondisi umum
7. Gerakan tidak selama melakukan
terkoordinasi :2-4 ambulasi
8. Gerakan terbatas :1- Terapeutik :
4 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
9. Kelemahan dengan alat bantu (mis,
f isik : 2 -5 tongkat,kruk)
2. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien
dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan
3. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 1x 24 • Monitor tanda dan gejala
dengan jam maka integritas kulit infeksi local dan sistemik.
integritas kulit meningkat Terapeutik
KH : • Batasi jumlah
Tingkat Nyeri pengunjung.
Nyeri menurun (5) • Berikan perawatan kulit
Kemerahan menurun pada area edema.
(5) • Cuci tangan sebelum dan
Bengkak menurun(5) sesudah kontak dengan
Integritas kulit dan pasien dan lingkungan
jaringan pasien.
Perfusi jaringan • Pemberian teknik aseptik
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang
dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, diharapkan dapat mencapai tujuan dan
hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien
(Bararah & Jauhar, 2016).
Implementasi yang dapat dilakukan pada kasus fraktur menurut (Indah, 2019)
adalah merubah posisi pasien, ambulasi dini (mengatur posisi duduk di atas
tempat tidur), dan melatih pasien dalam memenuhu kebutuhan ADL secara
mandiri.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak
dengan klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subyektif dan
obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain (Bararah & Jauhar,
2016).
Tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
Tercapai sebagian : pasien menunjukan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan (Bararah & Jauhar,
2016)
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (8th ed.). Jakarta: Salemba
Medika.
Brunner, & Sudarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Indah, Pratiwi. 2019. Implementasi Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Implementasi
Fraktur Femur Keperawatan Pada Pasien dengan Masalah Hambatan Mobilitas Fisik
di Rumah Sakit Post Operasi TK II Dr. AK Gani Palembang. Palembang.
Istianah, U. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Jitowiyono, & Kristiyanasari. (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Muliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Proses-Proses Penyakit (4th ed.).
Jakarta: EGC.
Pokja, Tim, SDKI, DPP, PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Defenisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus pusat Persatuan Perawat
Nasional Indnesia
Sjamsuhidajat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah (2nd ed.). Jakarta: EGC.
Wijaya, A.S, Putri,Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuha Medika.