Anda di halaman 1dari 5

1.

Menurut aristoteles, komunikator perlu memenuhi syarat2 yaitu Ethos, pathos dan
logos. jelaskan apa yang dimaksud dengan Ethos, pathos dan logos? mengapa
syarat2 tersebut penting bagi seorang komunikator politik ?

“ETHOS”

Ethos adalah kredibilitas  yang dimiliki oleh si pemimpin atau si pembicara. Sumber utama
untuk kredibilitas dalam konteks ini adalah keahlian (kompetensi) yang dimiliki dan atau
pengalaman yang telah diakui orang. Dengan demikian, maka  apapun yang dikemukakannya
yang terkait bidang keahliannya, orang yang mendengarkannya tidak akan meragukan atau
mempertanyakannya.

Salah satu acara serial di statsiun TV BBC yang sedang tayang memanfaatkan “ethos” sehingga
judul nya: “Trust me, I am a Doctor”.

“PATHOS”

Pathos adalah ekspoitasi dari emosi/perasaan fihak lain dengan memanfaatkan berbagai “modal”
misalnya  “personal branding” dan penampilan yang tepat dan menarik (seperti para selebriti
dunia hiburan), kepiawaian berbicara dimuka publik, gerakan tubuh dan mimik muja, dan cara
lain yang positif.

“LOGOS”

Logos adalah menggunakan  “logika” yaitu argumentasi atau alasan yang berbobot dan bisa
diterima oleh fihak lain. Argumentasi tersebut harus didukung oleh rujukan tepat dan kuat
misalnya perhitungan atau kalkulasi  untung rugi, probabilitas keberhasilan, mitigasi resiko,  data
statistik, atau pasal pasal dalam undang undang, jurisprudensi, dll.

Saat ini, konsep ethos, pathos dan logos sebagai “elemen pengaruh”  malah semakin  populer
dikalangan para pakar kepemimpinan dan komunikasi di negara negara Barat. Pesan inti dari
konsep tersebut adalah bahwa dalam berkomunikasi dengan bawahan atau anggota tim kerjanya,
seorang pemimpin yang cakap akan mengandalkan diri pada  elemen-elemen “ethos”, “pathos”,
dan “logos”. Mereka  akan menghindari dua gaya  kepemimpinan dibawah ini;
1. Gaya Transaksional. Pengikut mau melakukan sesuatu karena dijanjikan akan mendapat
hadiah seketika (instant) dari “pemimpinnya”. Yang biasanya terjadi adalah orang akan
melakukan sesuatu yang diminta oleh mereka yang siap membayar  lebih banyak. Itulah
yang banyak terjadi dalam pemilihan kepala daerah di berbagai tempat di negara kita.
Semboyannya adalah “maju tak gentar nembela yang bayar”! Teknik atau metode
tersebut sulit dilakukan dalam orfanisasi formal seperti korporasi walaupun bisa saja
terjadi.

2. Gaya Otoriter. Gaya ini mengandalkan pada kekuasaan resmi (legitimate)  yang dimiliki
atau diperoleh si pemimpin baik dalam bentuk surat pengangkatannya yang resmi dari
institusi atau pimpinan perusahaannya atau hasil pemilihan yang diperolehnya. Tidak
perlu penjelasan panjang lebar oleh pakar bahwa penerapan gaya otoriter dalam jangka
panjang dapat menjadi bumerang. Selain daripada itu, kita semua tahu bahwa hasil yang
akan dicapai oleh pengikut atau bawahan yang melakukan tugasnya dengan terpaksa
karena takut mendapat hukuman tidak akan maksimal dalam kuantitas dan kualitas.

Dua gaya kepemimpinan tersebut secara umum dianggap tidak tepat diterapkan kecuali situasi
dan kondisi organisasi yang dihadapi menuntut diterapkannya salah satu dari dua gaya tersebut.

2.  Menurut Dan Nimmo, komunikator politik terdiri dari komunikator formal,


aktivis dan  profesional . apa perbedaan dari masing2 komunikator tersebut ?
sebutkan contohnya

Dan Nimmo (1989) mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut:
politikus; professional; dan aktivis.
1. Politikus
Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah,
tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak
mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudukatif. Daniel Katz (dalam
Nimmo, 1989) membedakan politikus ke dalam dua hal yang berbeda berkenaan dengan
sumber kejuangan kepentingan politikus pada proses politik. Yaitu: politikus ideolog
(negarawan); serta politikus partisan.
a) Politikus ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak begitu terpusat
perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan atau
kelompoknya. Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan
kebijakan yang lebih luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung
perubahan revolusioner-jika hal ini mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa
dan negara.

b) Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih


memperjuangan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya. Dengan
demikian, politikus utama yang bertindak sebagai komunikator politik yang
menentukan dalam pemerintah Indonesia adalah: para pejabat eksekutif
(presiden, menteri, gubernur, dsb.); para pejabat eksekutif (ketua MPR, ketua
DPR/DPD, Ketua Fraksi, Anggota DPR/DPD, dsb.); para pejabat yudikatif
(Ketua/anggota Mahkamah Agung, Ketua/anggota Mahkamah Konstitusi, Jaksa
Agung, jaksa, dsb.)

2. Profesional
Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi,
karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator profesional adalah peranan
sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang
sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa; dan
perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus,
stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi
dan hiburan. Baik media massa maupun media khusus mengandalkan pembentukan dan
pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus. Di sini masuklah komunikator
profesional ”yang mengendalikan keterampilan yang khas dalam mengolah simbol-
simbol dan yang memanfaatkan keterampilan ini untuk menempa mata rantai yang
menghubungkan orang-orang yang jelas perbedaannya atau kelompo-kelompok yang
dibedakan”. James Carey (dalam Nimmo, 1989) mengatakan bahwa komunikator
profesional adalah makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan,
dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain
yang berbeda tetapi menarik dan dapat dimengerti. Komunikator profesional beroperasi
(menjalankan kegiatannya) di bawah desakan atau tuntutan yang, di satu pihak,
dibebabnkan oleh khalayak akhir dan, di lain pihak , oleh sumber asal. Seperti politikus
yang dapat dibedakan politikus ideolog dan partisan, profesional mencakup para jurnalis
pada satu sisi, dan para promotor pada sisi lain.

3. Aktivis

Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran


organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan
yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-
citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti
politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini
biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik
dalam politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk
kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran
politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi. dalam
hal lain jurubicara ini sama dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan
kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi. Kedua, terdapat pemuka
pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal. Sebuah badan penelitian
yang besar menunjukkan bahwa banyak warga negara yang dihadapkan pada
pembuatan keputusan yang bersifat politis, meminta petunjuk dari orang-orang
yang dihormati mereka. Apakah untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya
atau memperkuat putusan yang telah dibuatnya.

3. Pembicaraan politik meliputi 3 hal yaitu pembicaraan ttg kekuasaan, pengaruh dan
outhorithas ? jelaskan perbedaannya antara ke 3 pembicaraan/pesan tersebut dan
uraikan bentuk2 dari pembicaraan/pesan tersebut dalam implementasinya di
masyarakat ?
Politisi, professional, atau warga Negara yang aktif, satu hal yang menonjolkannya sebagai
komunikator politik adalah mereka berbicara politik. Bagaimana pembicaraan politik itu? David
V.J Bell (dalam Nimmo, 1989) meyakini terdapat tiga jenis pembicaraan yang mempunyai
kepentingan politik . Yaitu: pembicaraan kekuasaan; pembicaraan pengaruh, dan pembicaraan
outoritas.
1. Pembicara kekuasaan, merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang lain dengan
ancaman atau janji. Bentuknya yang khas adalah ”jika anda melakukan X, saya akan
melakukan Y.” kunci pembicaraan kekuasaan adalah bahwa ’saya’ mempunyai
kemampuan untuk mendukung janji maupun ancaman (baca kekuasaan koersif).
2. Pembicaraan pengaruh merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang lain dengan
nasihat, dorongan, permintaan, dan peringatan. Bentuknya yang khas adalah ”jika anda
melakukan X, maka akan terjadi Y.” Kunci pembicaraan pengaruh adalah bagaimana si
pembicara berhasil memanipulasi persepsi atau pengharapan orang lain terhadap
kemungkinan mendapat untung atau rugi.

3. Pembicaraan autoritas adalah pemberian perintah. Bentuknya yang khas adalah ”


lakukan X” atau ”Dilarang melakukan X”. Yangdianggap sebagai penguasa yang sah
adalah suara outoritas dan memiliki hak untuk dipatuhi.

Anda mungkin juga menyukai