Kelas X TKR 2
Nama kelompok:
-Aditya Mahendra
-Al-Farizi
-Alviansyah
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipersembahkan atas kehadirat Allah SWT, Dialah Tuhan yang menurunkan agama Islam
sebagai agama penyelamat. Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufiq
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan termakasih atas kedua orangtua yang telah mendukung
dan memberikan fasilitas untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun berdasarkan referensi
tentang Fiqh Ibadah, Fiqh Haji dan Umrah. Dengan memahami pengertian – pengertiannya diharapkan
bagi semua pembaca makalah ini dapat memahami pembahasan dan penjelasan tentang Haji dan
Umrah yang dituangkan dalam makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Dan semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam proses belajar dan
mengajar. Kami sadar, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, Kami mohon maaf
bila ada informasi yang salah dan kurang lengkap. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca mengenai makalah ini Agar kedepannya Kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Haji
C. Syarat-syarat Haji
D. Rukun Haji
E. Wajib Haji
F. Sunnah-sunnah Haji
I. Pengertian Umrah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan tentang islam dan budaya islam sangatlah penting bagi kita kaum islam di masa
mendatang. Islam adalah agama yang benar, yaitu agama yang bersumber pada Al-quran dan As-
sunnah(Hadits Nabi dll), Islam memiliki lima pilar dasar agama atau yang sering kita sebut dengan
“Rukun Islam”. Rukun islam (lima pilar dasar ini) diantaranya yaitu, membaca dua kalimat syahadat,
melaksanakan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa, dan melaksanakan haji jika mampu. Dari kelima
pilar ini kami ditugaskan untuk memperdalam ilmu “Fiqh ibadah” pada rukun islam yang terakhir
(Melaksanakan haji jika mampu) untuk tugas makalah kami.
Haji dan Umrah, adalah kewajiban bagi setiap muslim yang berakal dan memiliki kemampuan,
namun dari kalangan umum seperti petani, pedagang, pegawai negeri bahkan para pengusaha sukses
pun masih ada yang belum mengerti tentang Haji dan Umrah. Sehingga dengan penjelasan makalah ini.
Semoga pembaca bisa mengerti lebih banyak tentang Haji dan Umrah.
B. Rumusan Masalah
Dari Latar Belakang di atas, makalah ini dibuat supaya mendeskripsikan secara umum tentang :
4. Bagaimana wajib serta sunnah bagi yang menunaikan Haji dan Umrah ?
5. Apa saja larangan serta denda (Dam) bagi yang Haji dan Umrah ?
6. Apakah persamaan dan perbedaan yang mendasar dari Haji dan Umrah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Secara bahasa Haji adalah menuju ke suatu tempat secara berulang-ulang, atau menuju ke suatu tempat
yang dimuliakan atau diagungkan oleh suatu kaum peradaban. Ibadah umat Islam ke mekkah (Baitullah)
inilah yang disebut Haji. Sebab Baitullah adalah tempat yang diagungkan dan tempat yang suci bagi
umat Islam. Adapun menurut istilah, kalangan ahli fiqh mengartikan bahwa Haji adalah niatan datang ke
Baitullah untuk menunaikan ritual ibadah tertentu. Ibnu Al-Humam mengartikan bahwa Haji adalah
pergi menuju Baitul Haram untuk menunaikan aktivitas tertentu pada waktu tertentu. Para ahli fiqh
lainnyajuga berpendapat bahwa Haji adalah mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan perilaku
tertentu pada waktu tertentu.
Penetapan waktu Haji sendiri ada kalangan yang berpendapat bahwa Haji diwajibkan pada tahun 5H,
namun ada yang mengungkapkan lain yaitu tahun 8H, 9H bahkan ada yang berpendapat jauh sebelum
tahun Hijriah. Namun Nabi Muhammad SAW baru menunaikan ibadah Haji pada tahun 10H sebab pada
tahun 7H beliau keluar ke Mekkah untuk menunaikan dan tidak berhaji.
B. Hukum Haji dan Dasar Hukumnya
Haji adalah rukun islam yang kelima. Melaksanakan haji hukumnya wajib ‘ain bagi orang yang telah
memenuhi syarat–syarat Haji. Kewajiban Haji ditetapkan dengan Al-quran, Sunnah, dan Ijma’ seluruh
umat.
Dalil Al-quran tentang wajibnya Haji bagi umat islam, Firman Allah SWT:
َت َم ِن ٱ ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًۭل ۚ َو َمن َكفَ َر فَإِ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى ع َِن ْٱل ٰ َعلَ ِمين
ِ اس ِحجُّ ْٱلبَ ْي
ِ ََّو َمن َد َخلَ ۥهُ َكانَ َءا ِم ۭنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلن
Artinya : “...Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah; yaitu (bagi) orang
yang sanggupmengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran: 97).
Ayat inilah yang menjadi dalil penetapan kewajiban menunaikan Haji dari dua segi berikut.
Pertama, Firman Allah: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah.”Huruf jar”li”pada
Allah dan “ala” pada an-nas menunjukan makna wajib.
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS. Al-Baqarah (2) : 196)
Yang dimaksud menyempurnakan Haji dan Umrah adalah menjalankan keduanya, hal ini mengacu pada
pendapat para kalangan ahli fiqh yang juga mewajibkan melaksanakan ibadah Umrah.
“Islam dibangun diatas lima pilar: Kesaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad
utusan-Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan.”
Imam An-Nawawi menjelaskan, hadits ini adalah dasar yang jelas dalam mengetauhi agama, sebuah
pilar landasan, dan menghimpun rukun-rukunnya.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam suatu pidato Rasulullah SAW menegaskan bahwa haji itu
hukumnya wajib. Kemudian seseorang bertanya: “Apakah tiap tahun, ya Rasulullah?” beliau diam. Orang
tersebut mendesak sampai tiga kali. Maka Rasulullah SAW menjawab: “Andaikan saya jawab ya tentu
menjadi wajib, padahal kamu tidak mampu melaksanakannya. Oleh karena itu, biarkanlah apa yang saya
tinggalkan (tidak ditegaskan Nabi) untukmu.”(HR. Ahmad, Muslim, dan Nasa’i)
Meski hanya sekali dalam seumur hidup, namun diutamakan untuk disegerakan melaksanakan
ibadah Haji bagi mereka yang sudah cukup (harta dan syarat).
C. Syarat–syarat Haji
Para ulama berpendapat bahwa haji adalah wajib bagi mereka yang beragama islam, berakal, merdeka,
baligh, sehat, dan mampu, sekali dalam seumur hidup. Dalam hal ini baik laki-laki ataupun perempuan
syarat-syaratnya sama, jika salah satu syarat ini ada yang hilang, jelas kewajiban Haji seseorang tersebut
menjadi hilang.
Islam dan berakal adalah syarat sah dan wajib untuk ibadah Haji, sebab itu orang yang kafir dan
murtad tidak wajib Haji, seluruh ulama sependapat atas hal ini. Sedangkan seseorang yang tidak
berakal(gila) tidak diwajibkan atas Haji, sebab orang gila tidak memiliki orientasi, karena orientasi adalah
salah satu syarat sah dalam beribadah (termasuk Haji), kecuali orang gila tersebut sadar kembali.
Sebenarnya Baligh adalah salah satu syarat yang harus dicukupi bagi seseorang yang akan pergi
Haji, bukan syarat sah. Karena itu bagi anak-anak dibawah umur baligh tidaklah di wajibkan untuk
berhaji. Hal ini disepakati oleh para ulama berdasarkan sabda Nabi:
“Diangkatlah pena dari tiga orang: Anak kecil hingga ia baligh, orang gila hingga ia sadar, dan orang tidur
hingga ia terbangun.”
Haji sangat membutuhkan pengorbanan harta dan badan. Selain itu juga anak kecil terkadang memiliki
niatan yang kurang untuk pergi Haji, meskipun demikian Hajinya seorang anak kecil tetaplah sah
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ada seorang ibu mengangkat seorang
bocah ke hadapan Nabi dari dalam tandu kendaraanya, seraya berseru,“Wahai Rasulullah, apakah ini
boleh haji?” beliau menjawab,”Ya, dan bagimu pahala(nya).”
Jika seorang anak kecil sudah bisa membedakan sesuatu, kemudian ia berihram dengan izin
orangtuanya, maka ihramnya dianggap sah, namun jika tanpa izin orangtuanya, dari sinilah terdapat dua
arus pendapat:
Kedua, Hajinya bisa dianggap tidak sah, karena berbeda dengan shalat yang tanpa biaya, Haji
memerlukan biaya dan harta benda yang tidak sedikit jumlahnya, sebab itu hajinya anak kecil walaupun
ia sudah bisa membedakan sesuatu sekalipun, tidaklah sah tanpa seizin orangtuanya. Demikian ini
pendapat kebanyakan kalangan mazhab Hanbali.
Berdasarkan kesepakatan beberapa ulama Haji tidak wajib bagi budak sahaya, haji memerlukan waktu
yang lama, karenanya jika seorang budak melaksanakan haji maka ia pasti meninggalkan kewajiban atas
majikannya. Budak diperbolehkan atau diwajibkan haji ketika mereka sudah di merdekakan oleh
majikannya
Dalam hadits lain berdasarkan penelusuran Ibnu Abbas dikatakan bahwa Nabi bersabda: “Jika anak kecil
yang berhaji telah berusia baligh, maka ia tetap wajib menunaikan haji lagi, dan jika seorang budak
melakukan haji, kemudian ia dimerdekakan (penuh) maka ia wajib menunaikan haji lagi.”. penjelelasan
atas hadits ini adalah mereka melaksanakan Haji ketika mereka belum diwajibkan, sehingga disaat
mereka sudah diwajibkan untuk Haji, maka apa yang dilakukan dahulu tidak mencukupinya.
Jika Haji dilaksanakan sebelum sempurnanya atas batas wajibnya (masih kecil dan budak), lalu
mereka mencapai kesempurnaan (baligh dan merdeka sepenuhnya) sebelum wukuf di arafah atau
ditengah-tengahnya, maka Haji nya sudah mencukupi dari Haji Islam (Mereka tidak mengulangi Haji
nya), namun wajib mengulang Sa’i setelah thawaf ifadhah jika mereka melakukan sa’i setelah thawaf
qudum.
Syarat wajib haji adalah mampu, jika seseorang melaksanakan haji dalam keadaan sakit, sudah
tua, bahkan miskin maka hajinya adalah sah dan mencukupi. Hal ini dikarenakan pada saat zaman
Rasulullah menunaikan Hajinya, Rasulullah bersama dengan mereka (kamu fakir), dan Rasulullah tidak
memintanya untuk berhaji lagi.
Dari hal ini timbul pertanyaan, kriteria-kriteria apa yang dianggap mampu? Kemampuan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
· Bekal
· Keamanan diperjalanan
َت َم ِن ٱ ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًۭل ۚ َو َمن َكفَ َر فَإِ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى ع َِن ْٱل ٰ َعلَ ِمين
ِ اس ِحجُّ ْٱلبَ ْي
ِ ََّو َمن َد َخلَ ۥهُ َكانَ َءا ِم ۭنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلن
Artinya : “...Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah; yaitu (bagi) orang yang
sanggupmengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imran: 97)
Maka orang yang sudah mampu diwajibkan untuk berhaji, yaitu mampu secara harta dan kesehatan.
D. Rukun Haji
Rukun haji adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan, maka Hajinya dianggap batal.
Berbeda dengan wajib Haji, wajib Haji adalah suatu perbuatan yang perlu dikerjakan, namun wajib Haji
ini tidak menentukan sah nya suatu ibadah haji, apabila wajib haji tidak dikerjakan maka wajib
digantinya dengan dam (denda).
a) Ihram (berniat)
Adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan keduanya sekaligus, Ihram wajib dimulai
miqatnya, baik miqat zamani maupun miqat makani. Sunnah sebelum memulai ihram diantarnya adalah
mandi, menggunakan wewangian pada tubuh dan rambut, mencukur kumis dan memotong kuku. Untuk
pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit
dan tidak bertutup kepala, sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup semua kecuali muka
dan telapak tangan).
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap seorang yang Haji wajib baginya
untuk berada di padang Arafah pada waktu tersebut. Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf
tidak dilaksanakan dengan alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan tidak sah dan harus diulang pada
waktu berikutnya. Pada waktu wukuf disunnahkan untuk memperbanyak istighfar, zikir, dan doa untuk
kepentingan diri sendiri maupun orang banyak, dengan mengangkat kedua tangan dan menghadap
kiblat.
2. Menutup aurat.
3. Sempurna tujuh kali putaran, jika lupa atau ragu, maka mulailah pada hitungan yang sedikit.
6. Jika thawaf dilakukan diluar Ka’bah maka hendaknya masih berada di Masjidil Haram.
d)Sa’i
Adalah Berlari-lari kecil antar bukit Shafa dan Marwah. Adapun syarat untuk Sa’i yaitu: 1.)Dimulai dari
bukit Shafa dan dikahiri di bukit Marwah. 2.)Hendaknya tujuh kali (dari Shafa ke Marwah dihitung satu
kali, dan sampai ke Shafa kembali dihitung dua kali). 3.)Waktu yang tepat untuk Sa’i adalah sesudah
Thawaf.
e) Mencukur rambut
Mencukur atau mengunting adalah rukun haji sebagai penghalal terhadap hal yang diharamkan dalam
Haji. Dalam mencukur rambut sedikitnya adalah tiga helai rambut, dan bagi perempuan tidak perlu
dicukur melainkan hanya dipotong saja.
f) Tertib
Tertib berurutan, mendahulukan yang semestinya paling utama. Yaitu mendahulukan Ihram dari rukun
yang lain, mendahulukan Wukuf dari Thawaf, mendahulukan sa’i daripada bercukur.
E. Wajib Haji
Amalan dalam ibadah Haji yang wajib dikerjakan disebut wajib Haji. Wajib Haji tidak menentukan
sahnya ibadah haji. Jika tidak dikerjakan Haji tetap sah, namun dikenakan dam (denda).
Miqat adalah tempat dan waktu yang disediakan untuk melaksanakan ibadah Haji. Ihram dari Miqat
bermaksud niat Haji ataupun niat Umrah dari miqat, baik miqat zamani maupun miqat makani.
Miqat makani adalah tempat awal melaksanakan ihram bagi yang akan Haji dan Umrah.
b) Bermalam di Muzdalifah
Dilakukan sesudah wukuf di arafah (sesudah terbenamnya matahari) pada tanggal 9 dzulhijjah. Di
Muzdalifah melaksanakan sholat Maghrib dan Isya’ melakukan jamak dan qasar karena suatu perjalanan
jauh. Di Muzdalifah inilah kita dapat mengambil kerikil-kerikil untuk melaksanakan Wajib Haji
selanjutnya (Melempar Jumrah) kita bisa mengambil sebanyak 49 atau 70 butir kerikil.
Pada tanggal 10dzulhijjah di Mina dilaksanakannya melempar jumrah sebanyak tujuh butir kerikil
sebanyak tujuh kali lemparan. Waktu paling utama untuk melempar jumrah ini yaitu waktu Dhuha,
setelah melakukan ini kemudian melaksanakan tahalul pertama (mencukur atau memotong rambut).
e) Bermalam di Mina
Pada tanggal 11-1 dzulhijjah ini lah yang diwajibkan bermalam di Mina. bagi yang nafar awal
diperbolehkan hanya bermalam pada tanggal 11-12 saja.
f) Thawaf wada’
Sama dengan Thawaf sebelumnya, Thawaf wada’ dilakukan disaat akan meninggalkan Baitullah Makkah.
Menghindari dari berbagai larangan yang sudah ditentukan karena orang-orang yang melanggar aturan
ini akan dikenakan dam (denda).
F. Sunnah-sunnah Haji
Cukup banyak sunnah-sunnah haji. Diantara berikut ini adalah sunnah-sunnah yang berhubungan
dengan ihram, thawaf, sa’i, dan wukuf. Yaitu :
3. Memperbanyak talbiyah
6. Bermalam di Mina
Hal-hal yang dimaksud larangan ini adalah yang diharamkan dilakukan bagi yang berihram, haram bukan
artian sebagai perbuatan yang menjadikan dosa, karena belum pernah ada pendapat ulama tentang
pelanggar larangang-larangan ini mendapatkan dosa. Sebagai contoh pelanggaran suatu hajat, tidak
mencukur rambut dikarenakan memiliki penyakit yang jika rambutnya dicukur bisa mengurangi
kesehatan seorang haji, maka ini hukumnya tidak dosa. Adapun jika larangan ini sengaja dilanggar maka
ia akan berdosa.
· Di saat ihram bagi laki-laki maupun perempuan wangi-wangian untuk badan maupun pakaian,
boleh memakainya sebelum ihram.
· Dilarang menikah, menikahkan, ataupun menjadi wali nikah. Tidak boleh ada proses pernikahan.
Dalam surah Al-Baqarah Allah SWT berfirman tentang larangan dalam Haji, yang artinya:
ق َوال ِجدَا َل فِي ْال َحجِّ َو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر يَ ْعلَ ْمهُ هَّللا ُ َوتَ َز َّودُوا فَإِ َّن َخي َْر ال َّزا ِد َ َض فِي ِه َّن ْال َح َّج فَال َرف
َ ث َوال فُسُو ٌ ْال َحجُّ أَ ْشهُ ٌر َم ْعلُو َم
َ ات فَ َم ْن فَ َر
ب
ِ األلبَـاْ التَّـ ْق َوى َواتَّقُو ِن يَا أُولِي
Artinya: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-
bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah:197).
· Dilarang membunuh binatang darat yang liar dan halal dimakan. Firman Allah SWT: “...Dan
diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat selama kamu dalam ihram...” (Al-Maidah: 96).
Dam (denda) inilah hukuman bagi para pelanggar larangan- larangan pada pembahasan diatas. Dam
hukumnya wajib dilakukan, bagi yang melanggar larangan-larangan Haji. Berikut ini adalah larangan
beserta Hukuman Dam (dendanya) :
1. Bersetubuh dalam keadaan ihram sebelum melaksanakan tahalul yang pertama, dendanya adalah
memilih salah satu diantara tiga berikut ini:
a. Menyembelih satu ekor unta, atau lembu, atau tujuh ekor kambing, dan Hajinya wajib diulang.
b. Bila yang pertama tidak mampu, maka ia wajib memberikan sedekah makanan seharga satu ekor
unta pada fakir miskin
c. Bila tidak mampu keduanya, maka diwajibkan berpuasa dengan perhitungan 0,8kg daging unta
setara dengan satu hari berpuasa.
2. Memburu dan membunuh hewan darat. Dendanya adalah memilih salah satu diantara tiga berikut
ini:
c. Bila tidak mampu keduanya, maka diwajibkan berpuasa dengan perhitungan 0,8kg daging unta
setara dengan satu hari berpuasa.
3. Melakukan larangan sebagai berikut: Mencukur rambut, Memotong kuku, memakai pakaian
berjahit (laki-laki), berminyak rambut, memakai wangi-wangian, bersetubuh setelah tahalul pertama,
maka dikenakan denda dengan pilihan sebagi berikut:
c. Bersedekah sebanyak (9,3liter) makanan pada enam orang gologan fakir miskin
b. Jika tidak mampu maka diwajibkan berpuasa selama 10 hari, dengan aturan 3 hari puasa (di Haram)
dan 7 hari puasa (di asal negaranya)
5. Disaat melanggar salah satu Wajib Haji, maka dikenakan denda yang sama dengan melakukan haji
tamattu’ atau qiran.
I. Pengertian Umrah
Secara etimologi Umrah berarti mengunjungi. Kalimat “i’tamarahu” semakna dengan zarahu,
mengunjungi. Umrah disebut juga dengan Haji kecil, karena punya kesamaan dengan haji dalam hal
ihram, thawaf, sa’i, dan mencukur atau memotong rambut.
Secara arti syara’ Umrah adalah ziarah ke Baitul Haram dengan mekanisme tertentu. Yaitu ihram,
thawaf, sa’i dan tahallul. Umrah bisa dilakukan kapan saja.
· Sunnah mu’akkad. Ini pendapat dari Ibnu Mas’ud, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy-
Syafi’i, Imam Ahmad, Abu Tsaur, dan kalangan mazhab Zaidiyyah.
· Wajib, terutama bagi mereka yang diwajiban Haji. Pendaat ini dianut oleh Imam Asy-Syafi’i, Imam,
Ahmad, Ibnu Hazm, sebagian ulama mazhab Maliki, kalangan mazhab Imamiyyah, Asy-Sya’bi, dan Ats-
Tsauri. Pendapat ini adaah pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat dan lainnny, dan mereka
sepatak bahwa pelaksanaannya hanya sekali dalam seumur hidup sebagai mana halnya Haji.
Ada beberapa urutan yang harus dilaksanakan dalam ibadah Umrah, yaitu:
· Kemudian ke Masjidil Haram, mengerjakan Thawaf sebajak tujuh putaran. Dan setelah selesai
Thawaf, disunnahkan shalat dua rakaat di maqam ibrahim.
· Setelah itu keluar untuk menuju ke Safar guna mengerjakan Sa’i sebanyak tujuh kali, yang berakhir di
bukit Marwah.
Banyak hikmah yang bias didapat dari Haji dan Umrah, diantaranya
2. Menumbuhkan semangat berkorban, sebab Haji dan Umrah butuh banyak pengorbanan, salah
satunya pengorbanan Harta.
3. Mengenal berbagai tempat bersejarah, diantaranya Ka’bah, Bukit Shafa dan Marwah, sumur zam-
zam, Makkah, Madinah, Arafah, Minda dan sebagainya.
Banyak orang yeng belum tahu apa perbedaan antara Haji dan Umrah, padahal keduanya punya
beberapa perbedaan didalamnya meskipun kedua ibadah tersebut sama dilaksanakan di tanah suci
Mekkah. Apa saja perbedaan antara umrah dan haji.
Dilihat dari waktu pelaksanaan, Haji memiliki waktu-waktu tertentu yakni ketika syawal, dzulqo'dah, dan
10 hari pertama dari bulan dzulhijjah. Sedangkan Umrah, yaitu boleh melaksanakannya setiap waktu,
kecuali waktu-waktu haji bagi orang yang berniat ihram haji saja di dalamnya.
- Ibadah umrah tidak memiliki waktu tertentu dan tidak bisa ketinggalan waktu.
- Umrah tidak ada melontar jumrah tidak ada wukuf di Arafah dan tidak ada pula singgah di
Muzdalifah.
- Tidak adanya jamak antara dua shalat seperti dalam pelaksanaan ibadah haji. Demikian menurut
Ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Sedangkan ulama Syafi'iyah berpendapat diperbolehkannya
jamak dan qashar. Karena menurut mereka, haji dan umrah bukanlah sebab bagi bolehnya jamak antara
dua shalat, melainkan sebabnya adalah karena dalam kondisi safar (perjalanan).
- Miqat umrah untuk semua orang adalah Tanah Halal. Sedangkan dalam ibadah haji, miqat bagi
orang Makkah adalah Tanah Haram.
- Dalam Umroh tidak adanya pelakasanaan thawaf qudum dan tidak ada pula khutbah.
- Menurut pendapat ulama Malikiyah dan Hanafiyah, hukum ibadah umrah adalah sunah muakkad
sedangkan haji hukumnya adalah fardhu. Menurut ulama Hanafiyah, pada ibadah umrah tidak ada
Thawaf Wada sebagaimana dalam pelaksanaan ibadah haji.
- Membatalkan umrah dan melakukan thawaf dalam keadaan junub tidak diwajibkan membayar
denda seekor unta yang digemukkan (al-badanah) sebagaimana diwajibkan dalam pelaksanaan ibadah
haji.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
· Haji adalah suatu kewajiban bagi setiap mukmin yang mampu untuk mengunjungi Baitullah di
Mekah, sekali dalam seumur hidup
· Rukun Haji : Ihram, Wukuf di Arafah, Thawaf, Sa’I, Tahalul, dan Tertib
· Wajib Haji : Ihram dari miqat, bermalam di Muzdalifah dan Mina, melontar Jumrah Aqabah,
melontar 3 jumrah (ula, wustha, aqabah), menjauhkan diri dari dari larangan-laranganya dan Thawaf
Wada’.
o Laki dan Wanita dilarang memakai parfum, minyak rambut, dan mencukur rambut
o Dilarang bersetubuh
· Dam (denda), menurut arti darah, tapi menurut istilah adalah menyembelih binatang ternak sebagai
denda karena melanggar larangan-larangan haji atau meninggalkan wajib haji
· Hikmah Haji dan Umrah adalah menumbuhkan jiwa tauhid tinggi, membentuk sikap mental dan
akhlaq yang mulia, dan Ukhuwah Islamiyah.