Bab-Ii Compress
Bab-Ii Compress
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis.
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
kanan bawah rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat.6
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak
terawat, angka kematian cukup tinggi dikarenakan oleh peritonitis dan syok
ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.4
2.3 Etiologi
6
2.4 Epidemiologi
Appendisitis berkembang pada 8,6% laki-laki dan 6,7% perempuan
dengan insidensi terjadi pada dekade kedua dan ketiga masa kehidupan. Insiden
apendisitis paling tinggi pada usia 20-30 tahun, dan jarang ditemukan pada anak
usia kurang dari 2 tahun. Pada remaja dan dewasa muda rasio perbandingan
antara laki-laki dan perempuan sekitar 3 : 2. Setelah usia 25 tahun, rasionya
menurun sampai pada usia pertengahan 30 tahun menjadi seimbang antara laki-
laki dan perempuan. Apendektomi menurun sejak tahun 1950 di banyak negara.
Amerika Serikat meraih insidensi terendah, sekitar 15 per 10.000 orang pada
tahun 1990. Sejak saat itu, terjadi peningkatan insidensi appendisitis
nonperforasi.1
2. Apendisitis Infiltrat
Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya
dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga
membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang
lainnya.4,7
3. Apendisitis Abses
8
Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah
(pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal,
dan pelvic.4,7
4. Apendisitis Perforasi
Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah ganggren yang
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis
umum. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan
nekrotik.4,7
5. Apendisitis Kronik
Apendisitis kronik merupakan lanjutan apendisitis akut supuratif sebagai
proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi
rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa apendisitis kronik
baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik. Secara histologis, dinding apendiks menebal, sub mukosa dan
muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan
eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa
tampak dilatasi.4,7
limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut lokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila
sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding.4,6
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut
apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa.4
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses
atau menghilang. Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks
lebih panjang, maka dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang sehingga memudahkan terjadinya
perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada
gangguan pembuluh darah.3,4
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna,
tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali
menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat
mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.4,8
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai
dengan pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis berhubungan dengan
asupan serat dalam makanan yang rendah.6
Pada stadium awal dari apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi
mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan
muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk
10
ruptur ketika pasien pertama kali diperiksa. Tanda vital seperti peningkatan
suhu jarang >1oC (1.8oF) dan denyut nadi normal atau sedikit meningkat.
Apabila terjadi perubahan yang signifikan dari biasanya menunjukkan bahwa
komplikasi atau perforasi telah terjadi atau diagnosis lain harus
dipertimbangkan. Perforasi apendiks vermikularis akan menyebabkan
peritonitis purulenta yang di tandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat
berupa nyeri tekan dan defans muskuler yang meliputi seluruh perut, disertai
pungtum maksimum di regio iliaka kanan, dan perut menjadi tegang dan
kembung. Peristalsis usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya
ileus paralitik.7,9
Pasien dengan apendisitis biasanya berbaring dengan terlentang, karena
gerakan apa saja dapat meningkatkan rasa sakit. Jika diminta untuk
menggerakkan paha terutama paha kanan pasien akan melakukan dengan
perlahan-lahan dan hati-hati.5
Jika dilakukan palpasi akan didapatkan nyeri yang terbatas pada
regio iliaka kanan, biasanya di sertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan
adanya rangsangan parietal. Tanda rovsing adalah apabila melakukan
penekanan pada perut kiri bawah maka akan dirasakan nyeri pada perut kanan
bawah. Peristalsis usus sering didapatkan normal tetapi dapat menghilang
akibat adanya ileus paralitik yang disebabkan oleh apendisitis perforata.7
Uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan
untuk mengetahui letak apendiks vermiformis. Cara melakukan uji psoas
yaitu dengan rangsangan otot psoas melalui hiperekstensi sendi panggul
kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan.
Tindakan ini akan menimbulkan nyeri bila apendiks vermiformis yang
meradang menempel di otot psoas mayor.
12
Elevated temperature 1
Total Points 10
yang meningkat >12.000 sel/mm3 pada sekitar tiga-perempat dari pasien dengan
15
2.9.1.2 Urinalisis
Sekitar 10% pasien dengan nyeri perut memiliki penyakit saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium urin dapat mengkonfirmasi atau
menyingkirkan penyebab urologi yang menyebabkan nyeri perut. Meskipun
proses inflamasi apendisitis akut dapat menyebabkan piuria, hematuria, atau
bakteriuria sebanyak 40% pasien, jumlah eritrosit pada urinalisis yang
melebihi 30 sel per lapangan pandang atau jumlah leukosit yang melebihi 20
sel per lapangan pandang menunjukkan terdapatnya gangguan saluran kemih.4,10
2.9.3 Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna dalam memberikan diferensiasi penyebab nyeri
abdomen akut ginekologi, misalnya dalam mendeteksi massa ovarium.
Ultrasonografi juga dapat membantu dalam mendiagnosis apendisitis perforasi
dengan adanya abses. Apendisitis akut ditandai dengan (1) adanya perbedaan
densitas pada lapisan apendiks vermiformis/hilangnya lapisan normal (target
sign); (2) penebalan dinding apendiks vermiformis; (3) hilangnya kompresibilitas
dari apendiks vermiformis ; (4) peningkatan ekogenitas lemak sekitar (5) adanya
penimbunan cairan. Keadaan apendisitis dengan perforasi ditandai dengan (1)
tebal dinding apendiks vermiformis yang asimetris; (2) cairan bebas
intraperitonial, dan (3) abses tunggal atau multipel.1
16
12. Traktur urogenital: ureteric colic and acute pyelonephritis, urin dan darah
harus dicek dan Testicular torsion
13. Pada Dada: basal pneumonia dapat menyebabkan nyeri abdomen, yang
sangat susah dibedakan, terutama pada anak kecil. Auskultasi dan
pemeriksaan X-ray menunjukkan adanya pneumonia.
14. Sistem nervus sentralis: nyeri yang disebabkan karena herpes zoster pada
segmen ke 11 dan 12, iritasi pada posterior nerve roots pada pasien dengan
spinal disease (tumor invasif atau tuberkulosis) biasanya memiliki gejala
yang mirip dengan appendicitis.
a. Open Appendectomy
20
b. Laparoscopi Appendectomy
2.13 Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%
sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara
umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu
37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri tekan
abdomen yang kontinyu.4