Anda di halaman 1dari 14

PENELITIAN TEKS SASTRA

Dr. Mukti Widayati, M. Hum.

MEMBANGKITKAN PERMASALAHAN
DALAM PENELITIAN SASTRA
Penelitian sastra sama dengan penelitian
lainnya, hanya saja objek, fenomena, peristiwa,
terdapat dalam teks. Untuk mengetahui semua itu,
peneliti harus mengadakan survei dengan membaca
dan memahami isi teks. Karena semua peristiwa,
fenomena, yang dihadapi adalah abstrak/tidak
konkret dapat diindera (dilihat, didengar, dicium,
diraba, dabn dicecap) maka kenyataan yang ada
dalam sastra harus dapat diimajinasikan
(dibayangkan) seakan-akan peristiwa itu terjadi.
Itulah yang membedakan sastra dengan kenyataan.
Oleh karena itu, harus disadari sastra sebagai dunia
ciptaan, dunia kreativitas manusia, dunia imajinasi.
Namun demikian, tidaklah sastra dan kenyataannya
sastra tersingkir dari penelitian. Penelitian sastra
seperti ini adalah penelitian teks/pustaka/studi
pustaka.
Membangkitkan permasalahan dalam
penelitian sastra harus dimulai dari kesadaran

1
sepenuhnya bahwa sastra sebagai teks dengan
mendasarkan teori-teorinya. Permasalahan yang
paling mendasar adalah permasalahan yang
berkaitan dengan unsur intrinsik. Pertanyaan yang
muncul secara intrinsik adalah seberapa jauh
kemenarikan sastra dari segi intrinsik secara
totalitas. Totalitas yang dimaksud dalam hal ini
adalah hubungan antara satu unsur dengan yang
lain secara logis saling mendukung. Di dalam
unsur-unsur itu mungkin ditemukan keunikan-
keunikan yang membuat cerita/teks sastra itu
menjadi menarik dan mempunyai nilai estetika
yang tinggi, atau mungkin terdapat inovasi-inovasi.
Permasalahan di tingkat selanjutnya adalah
permasalahan yang muncul dari segi ekstrinsik.
Maksudnya, permasalahan yang muncul di luar
unsur-unsur dalam sastra. Fakta sosial, fakta
kemanusiaan, fakta psikologis menjadi aspek yang
utama untuk merepresentasikan kehidupan dalam
teks sastra. Oleh karena itu, permasalahan yang
muncul adalah permasalahan yang berkaitan
dengan hal-hal tersebut. Berbagai aspek yang
berkaitan dengan hal-hal tersebut dapat
direpresentasikan dalam teks dapat menjdadi

2
permasalahan di dalam penelitian teks sastra.
Pertanyaan yang muncul adalah seberapa jauh
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan itu direpresentasikan dalam teks sastra.
Misalnya, aspek pendidikan, budaya, religious,
social, aspek psikologis tokoh (perkembansgan
jiwa tokoh, psikologi abnormal tokoh, atau fakta
sosial dan budaya yang direpresentasikan melalui
tokoh dalam teks sastra), dan lain-lain. Pengkajian
ini juga memungkinkan ditemukannya permasalah-
permasalahan yang unik/tidak
normative/absurd/tidak ada dalam
kenyataan/inovasi
Untuk memperkuat pembangkitan
persmasalahan penelitian, perlu adanya dukungan
pendapat-pendapat ahli sastra atau pengamat sastra
yang sudah dipublikasikan dalam bentuk makalah,
buku, maupun artikel dalam media massa.

3
PENYEDERHANAAN MASALAH
Kadang-kadang banyak ditemukan
permasalahan dalam penelitian sastra. Oleh karena
itu, supaya penelitian tidak melebar, dan dapat
dilakukan analisis secara detail, permasalahan itu
harus disederhanakan/dibatasi

KALIMAT PERUMUSAN MASALAH


Perumusan masalah harus dirimuskan
dalam bentuk kalimat tanya. Pertanyaan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif hendaknya
menunjukkan adanya ekplorasi permasalahan yang
diteliti. Misalnya dengan kata tanya “bagaimana“.
Untuk menjawab pertanyaan itu diperlukan
deskripsi yang lebih detail mengenai permasalahan
yang diteliti.
Perumusan masalah mencerminkan
permasalahan yang hendak diteliti dan tujuan
penelitan. Sehingga, dengan perumusan kalimat
tanya tersebut, dalam analsisis akan dapat
membuktikan/berargumentasi dan menjawab
segala permasalahan penelitian.

DATA/SUMBER DATA/WUJUD DATA


4
Data dalam penelitian teks digali dari teks
itu sendiri, walaupun analsisnya merelevansikan
teks dengan kenyataan lain (misalnya dalam
penelitian sosiologi sastra
pengarang/pembaca/struktural genetik). Teks
menjadi sumber data yang paling utama dan akurat.
Teks-teks lainnya adalah sebagai sumber
pendukung yang biasa disebut sumber data
sekunder. Sumber data sekunder digunakan jika
penelitian itu memang harus merelevansikan teks
sastra dengan kenyataan-kendyataan di luar sastra.
Misalnya, bagaimana hubungan teks dengan
konteks, bagaimana hubungan teks dengan
pengarang, bagaimana hubungan teks dengan
pembaca. Sehingga aspek-aspek di luar teks sastra
itu berperanan mendukung makna.

Sumber data teks dalam penelitian sastra


dapat berupa teks novel, cerpen, puisi, dan drama
(sebagai sumber data primer/utama). Sumber data
di sini harus dideskripsikan secara lengkap
identitas yang melekat pada sumber data tersebut.
Data dalam penelitian teks sastra berupa informasi-
informasi/keterangan-keterqngan/criteria-

5
kriteria/norma-norma yang terdapat dalam teks
tersebut. Wujud data, secara konkret adalah berupa
satuan-satuan lingual bahasa yang menyimpan
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu
fonem (memungkinkan dalam penelitian puisi),
morfem, kata, frase, kalimat, dan alinea/bait.

POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dan sampel dalam penelitian teks
(kualitatif) dimungkinkan ada. Sampel dalam
penelitian ini tidak dapat mewakili populasi.
Sampel yang dipilih adalah dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu (misalnya tematik, aspek-
aspek khusus, atau unsur-unsur yang berkaitan
dengan tujuan penelitiannya). Sampel demikian ini
disebut purposive sampling.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data merupakan cara-
cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan selengkap-lengkapnya iformasi
yang dijadikan data penelitian. Pemilihan teknik
pengumpulan data ini sangat bergantung pada
sumber data yang ingin digali oleh peneliti. Dalam

6
penelitian teks, cara yang digunakan tentu saja
berbeda dengan sumber-sumber data yang lainnya.
Karena sumber datanya berupa teks maka teknik
yang paling dasar yang digunakan adalah teknik
baca dan teknik catat (sebagai teknik lanjutan).
Banyak teknik-teknik baca yang dikembangkan
dalam ketrampilan membaca Di dalam penelitian
kualitatif, analisis sudah dimulai sejak
pengumpulan data. Data-data temuan
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penelitian dan dicatat dalam kartu data. Data-data
yang tidak diperlukan direduksi.

TEKNIK ANALISIS DATA


Ada berbagai teknik analisis data dapat
dipilih sebagai satu teknik analisis dalam penelitian
sastra. Teknik-teknik itu antara lain, teknik
interaksi, content analysis, semiotik, dan
hermeneutik. Teknik interaktif biasanya dilakukan
dalam penelitian-penelitian sosial dalam studi
lapangan. Namun demikian, teknik ini dapat
digunakan dalam penelitian teks sastra karena pada
hakikatnya sastra merupakan representasi
kehidupan dalam wujud teks. Oleh karena itu,

7
dalam teks dapat ditemukan symbol-simbol yang
menunjukkan hubungan dalam kehidupan manusia.
Simbol-simbol tersebut memang tidak dihadapi
oleh peneliti secara langsung tetapi melalui
manifestasi-manifestasi dan imajinasi-imajinasi
yang ditimbulkan oleh teks sastra.
Model analisis interaktif ini, peneliti
bergerak di antara tiga komponen analisis (sajian
data, reduksi data, dan kesimpulan/verifikasi data)
dengan proses pengumpulan data selama kegiatan
pengumpulan data berlangsung. Pada waktu
pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi
data dan sajian data. Dalam penelitian teks, data-
data yang berupa catatan-catatan/deskrepsi data
dan refleksi. Berdasarkan dua bagian data tersbut,
dapat disusun pokok-pokok temuan yang penting
untuk kebutuhan penelitian/yang akan dikaji.
Kemudian, data-data tersebut dapat disajikan
secara sistematis dalam bentuk narasi yang
dilengkapi dengan perabot yang diperlukan
(matrik, gambar, skema-skema, dan lain-lain) yang
mendukung kekuatan sajian data. Dari sajian data
tersebut dapat dilakukan penarikan simpulan
sementara dan dilanjutkan verifikasi (Sutopo, 2006,

8
119-122). (lihat gambar model analisis is
interaktif).
Analisis isi (content analysis) adalah
teknik penelitian untuk membuat inferensi-
inferensi yang replicable, dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya (Bungin, 2007: 155).
Analisis I ini sering digunakan dalam penelitian
teks dengan anggapan dasar bahwa teks merupakan
sarana komunikasi. Oleh karena itu analisis ini
menekankan isi komunikasi. Analisis ini dilakukan
peneliti mulai dari pengumpulan data dengan
menemukan lambang/simbol. Data-data tersebut
kemudian diklasifikasikan berdasarkan lambang
atau simbol, dan analisis data dengan melakukan
prediksi simbol. (lihat gambar model analisis isi
(content analysis).
Model asnalisis semiotik pada awalnya
dilakukan oleh penelit antropologi. Menyadari
bahasa sebagai sistem tanda (Ferdinand de
Saussure) maka bahasa sastra/teks sastra perlu
diteliti secara semiotik dengan memperhatikan
tanda-tandanya. Menurut Saussure, persepsi dan
pandangan tentang realitas dapat dikonstruksikan
oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan

9
dalam konteks sosial karena tanda membentuk
persepsi manusia lebih dari sekedar refleksi
(Bungin, 2007: 163). Berdasarkan pendapat
tersebut, teks sastra adalah susunan persepsi-
persepsi pengarang mengenai realitas sosial bukan
sekedar refleksi saja. Semiotik dalam penelitan
sastra lebih cenderung pada semiotik yang
dikembangkan oleh Roland Barthes, yaitu semiotik
aliran konotasi. Semiotik ini tidak hanya menelaah
sstem tanda pada makna primer tetapi lebih
menekankan pada makna konotasi yang
ditimbulkan oleh makna primer. Tanda-tanda
bahasa sebagai persepsi realitas yang
dikonstuksikan melalui kata-kata harus diburu
untuk mendapatkan maknanya. Di dalam semiotik
sastra ini ada 3 komponen tanda yaitu (1) rheme or
seme: penanda yang bertalian dengan mungkin
terpahaminya objek petanda dengan penafsir, (2)
dicent or decisign or pheme: penanda yang
menampilkan informasi tentang petandanya, (3)
argument: penanda yang petandanya akhir bukan
suatu benda tetapi kaidah.
Fiske (2006: 60), studi semiotic meliputi 3
bidang; (1) tanda itu sendiri: hal ini terdiri atas

10
studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara
tanda-tanda dyang berbeda itu dalam
menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu
terkait dengan manusia yang menggunakan, (2)
kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda,
studi ini mencakup cara berbagai kode
dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu
masyarakat atau budaya, atau untuk
mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia
untuk mentransmisikannya, (3) kebudayaan tempat
kode dan tanda bekerja, ini bergantung pada
penggunaan kode-kode datau tanda-tanda itu untuk
keberadaan dan bentuknya sendiri. (analisis model
semiotik dapat dilihat pada gambar).
Metode analisis yang lain adalah
hermeneutik. Metode ini sudah lama digunakan
oleh para ahli sebagai metode untuk menafsirkan
naskah-naskah kuno dan kitab-kitab suci
(hemeneutik klasik). Menurut padangan
Aristoteles, tak ada satupun manusia mempunyai
kesamaan bahasa baik secara lisan maupun tulis.
Untuk dapat dikomunikasikan pada individu yang
lain, maka bahasa harus ditafsirkan. Penafsiran
secara hermeneutik ini merupakan rekonstruksi

11
atau pemahaman makna berdasarkan hubungan
formal. Yang dibutuhkan hermeneutik adalah
pemahaman makna yang mampu mengartikan
hubungan simbol sebagai hubungan antarfakta.
Menyadari teks sastra sebagai karya seni
yang banyak terdapat simbol untuk menyatakan
sesuatu secara tidak langsung dan pertimbangan
estetik, maka untuk memahami makna teks sastra
perlu dilakukan analisis secara hermeneutik. Teks
sastra merupakan ungkapan gagasan/ide,
pengalaman-pengalaman individu yang
dikomunikasikan kepada masyarakat. Cara kerja
sederhana metode ini adalah melakukan penafsiran
terhadap bahasa melalui penafsiran gramatikal dan
penafsiran psikologis. Setiap bahasa meliputi dua
penafsiran ini. Gramatikal adalah cara bagaimana
orang membahasakan suatu bahasa, di mana ia
melakukan pembahasaan dan bagaimana ia
berbahasa. Penafsiran psikologis adalah apa yang
dapat ditangkap dari makna yang terkandung
dalam setiap pembahasaan itu.

DAFTAR PUSTAKA

12
Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan
Kuantlitatif Serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Djojosuroto, Kinayati, M.L.A. Sumaryati.2000.
Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan
Sastra. Bandung: Nuansa.
Burhan Bungin, H.M. 2008. Penelitian Kualitatif:
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Soail Lainnya.Jakarta: Kencana.
Suroso, Puji Santosa, Pardi Suratno. 2008. Kritik
Sastra: Teori, Metode, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Handayani, Trisakti, Sugiyarti.2005. Konsep dan
Teknik Penelitian Gender. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Strauss, Anselm dan Juliet Curbin. Dasar-dasar
Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif.
Dasar Teori dan Terapannya dalam
13
Penelitian.Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.

14

Anda mungkin juga menyukai