Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Tarigan (1986:31) menyimak adalah suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,

apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau

pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang

pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Alasan dalam pembuatan makalah menyimak ini adalah untuk mengetahui

jenis menyimak apa dalam progam acara “Hitam Putih”. Kali ini penulis akan

memaparkan hasil simakan acara “Hitam Putih”   yang ditayangkan pada tanggal

26 November 2019.

B. Masalah

1. Apa pengertian menyimak ekstensif ?

2. Apa saja ragam menyimak ekstensif ?

3. Bagaimana proses menyimak ?

4. Apa faktor yang mempengaruhi menyimak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian menyimak ekstensif

2. Untuk mengetahui ragam menyimak ekstensif

3. Untuk mengetahui proses menyimak

4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi menyimak


BAB II

TEORI

A. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak

mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak

perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada umumnya menyimak

ekstensif dapat dipergunakan untuk dua tujuan yang berbeda.

Penggunaan yang paling dasar adalah menangkap atau mengingat kembali

bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara

yang baru. Ini merupakan suatu struktur yang baru-baru ini telah diajarkan atau

suatu perangkat leksikal yang telah diperkenalkan beberapa bulan sebelumnya

serta memerlukan perbaikan.

Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan dan kebebasan bagi

para siswa mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dan struktur-struktur

yang masih asing atau baru baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berbeda

di dalam jangkauan dan kapasitas untuk menanganinya. Mungkin saja terdapat

sejumlah kata teknis yang belum diketahui atau bentuk kata yang serba baru lagi

asing. Dalam hal ini terdapat suatu keakraban yang tidak disadari terhadap

bentuk-bentuk yang dalam waktu singkat akan menjadi bahan pelajaran dan bahan

pengajaran dalam suatu pelajaran bahasa. Bercerita terutama sekali yang menarik

bagi usia muda merupakan suatu contoh bagi bahan menyimak ekstensif, dan

kerap kali pula mencakup suatu wadah yang baik bagi kata-kata baru dan

beberapa struktur yang belum diajarkan sebelumnya.


Guru sendiri merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu

tujuan menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara

baru, kerap kali sangat baik bila hal ini dilakukan dengan pertolongan pita-pita

otentik yang merekam pembicaraan dalam masyarakat. Yang jauh lebih efektif

serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang nyata dan hidup. Pada

umumnya, sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif

adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan

dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Rekaman-rekaman tersebut

dapat memanfaatkan berbagai sumber, seperti siaran radio dan televisi, menurut

Brouhton (Tarigan, 1986:40).

B. Ragam Menyimak Ekstensif

a. Menyimak Sosial

Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional

(conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening)

biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang

mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian

semua orang yang hadir. Mereka saling mendengarkan satu dan lainnya

untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang

menarik, dan memperlihatkan perhatian tang wajar terhadap apa-apa yang

dikemukakan dan dikatakan oleh seorang rekan, menurut Dawson

(Tarigan, 1986:40).

Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak

sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:


i. Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian

terhadap percakapan atau obrolan dalam situasi-situasi

sosial dengan suatu maksud.

ii. Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara

dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut, menurut

Anderson (Tarigan, 1986:41).

b. Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan

menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif

(extensive listening). Misalnya menyimak pada musik yang mengiringi

ritme-ritme atau tarian rakyat di sekolah dan pada acara-acara radio yang

terdengar sayup-sayup sementara kita menulis suratpada seorang teman di

rumah.

c. Menyimak Estetik

Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut

menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dan

kegiatan termasuk ke dalam menyimak secara kebetulan dan menyimak

secara ekstensif, mencakup:

i. Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama

radio dan rekaman-rekaman.

ii. Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan

lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru,

siswa, atau aktor, menurut Dawson (Tarigan, 1986:41).


d. Menyimak Pasif

Cara yang seolah-olah tidak memerlukan upaya bagi anak-anak

dan sejumlah penduduk pribumi mempelajari bahasa asing dapat disebut

sebagai menyimak pasif (passive listening). Yang disebut menyimak

pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya

menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-

gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa.

Kalau kita tahu bahwa tanpa upaya sadar pun otak kita dapat

berbuat banyak dalam menguasai suatu bahasa asing, kita akan dapat

memetik keuntungan dari sumber yang tersembunyi ini. Kita hendaknya

memberi kesempatan kepada otak kita untuk bekerja seefisien mungkin.

Untuk melakukan hal ini kita perlu mempergunakan teknik-teknik tertentu

yang bermanfaat, antara lain:

i. Berikan otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-

banyak

Kita kadang-kadang tercengang menyaksikan

orang-orang pribumi yang tidak bersekolah, tetapi mereka

lancar sekali mempergunakan beberapa bahasa asing. Ini

dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah

bahasa-bahasa tersebut dalam waktu yang lama dan

memberi kesempatan yang cukup bagi telinga dan otak

mereka menyimak bahasa-bahasa tersebut.


ii. Tenang dan santai

Kegelisahan-kegelisahan, sekalipun dalam belajar bahasa,

seakan-akan memutuskan upaya-upaya otak kita untuk

melakukan tugasnya. Oleh karena itu, dalam hal menyimak

pun diperlukan ketenangan dan kesantaian.

iii.  Jangan memasang rintangan bagi bunyi

Orang-orang yang bermukim di dekat rel kereta api yang

bising cenderung untuk melindungi diri mereka dengan

“tabir bunyi”, penghalang secara mental, sehingga mereka

tidak mendengar lagi kereta api lewat. Beberapa orang

cenderung memasang penghalang atau rintangan bunyi bagi

bahasa-bahasa asing dan akibatnya mereka tidak lagi

mengasimilasikan bahasa itu sedemikian rupa sehingga hal

itu seolah-olah banyak menolong mereka pada satu tingkat

kesadaran.

iv. Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak

Pada akhir minggu kebanyakan orang beranggapan mereka

haruslah mulai berbicara suatu bahasa asing. Tentu saja

tanpa sangsi mereka dapat memakai beberapa ekspresi,

tetapi untuk memanfaatkan  “passive learning” dengan

sebaik-baiknya seseorang haruslah memberi kesempatan

bagi otak untuk bekerja beberapa bulan.


v. Beri kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara

kita mengerjakan sesuatu yang lain

Suatu cara yang baik kita ialah memasang rekaman dalam

suatu bahasa sementara kita bercukur, makan, membaca

koran sore ataupun pada saat bermain dengan anak-anak.

Kita akan dapat memberi perhatian yang serius sepanjang

waktu. Oleh sebab itu, berilah kesempatan menyimak bagi

telinga dan otak secara santai.

C. Proses Menyimak

Proses Menyimak Logan dan Loban (dalam Henry Guntur Tarigan, 2008:

63) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu

proses. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:

a. Tahap Mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu

yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya.

b. Tahap Memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi

kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang

disampaikan oleh pembicara.

c. Tahap Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti,

belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang

pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-

butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.

d. Tahap Mengevaluasi; setelah memahami atau dapat menafsir atau

menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai


atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai

keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara.

e. Tahap Menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan

menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta

menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam

ujaran atau pembicaraannya.

D. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Henry Guntur Tarigan (2008: 105) membagi faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kegiatan menyimak menjadi delapan, antara lain yaitu:

a. Faktor fisik, misalnya pada seseorang yang sedang mengalami

gangguan telinga, kelelahan, atau mengidap suatu penyakit sehingga

perhatiannya kurang.

b. Faktor psikologis, misalnya kurangnya rasa simpati terhadap sang

pembicara karena alasan tertentu, kebosanan, kejenuhan, atau sedang

mengalami masalah pribadi yang berat.

c. Faktor pengalaman; kurangnya atau belum adanya pengalaman

sedikitpun dalam bidang yang akan disimak juga dapat membuat

kurangnya minat seseorang dalam menyimak. Kosa kata asing atau

yang belum pernah dimengerti juga berpengaruh dalam proses

menyimak.

d. Faktor sikap; kebanyakan orang akan bersikap menerima pada hal-hal

yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak

pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya.


e. Faktor motivasi; kebanyakan kegiatan menyimak melibatkan system

penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga

dari pembicaraan itu, kita pun akan bersemangat menyimaknya dengan

tekun dan saksama.

f. Faktor jenis kelamin; dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik

kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai

perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada

sesuatu pun berbeda pula. Pria lebih cenderung objektif, aktif, keras

hati, analisis, rasional, tidak mau mundur, netral, intrusive, berdikari,

swasembada dan menguasai emosi. Sedangkan wanita cenderung

subjektif, pasif, simpatik, difusif, sensitif, mudah terpengaruh,

cenderung memihak, mudah mengalah, reseptif, bergantung dan

emosional.

g. Faktor lingkungan; dalam hal ini faktor lingkungan dibagi menjadi

lingkungan fisik seperti letak meja dan kursi dalam ruang kelas, dan

faktor lingkungan sosial seperti suasana dan interaksi yang terjadi di

lingkungan tempat dia berada, baik di rumah atau pun di sekolah.

h. Faktor peranan dalam masyarakat; kemauan menyimak dapat juga

dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan

pendidik, kita ingin menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran

radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan

pengajaran baik di tanah air kita maupun di liar negeri. Sebagai

seorang berpendidikan (mahasiswa), kita diharapkan dapat menyimak

lebih saksama dan perhatian daripada kalau seandainya kita merupakan


karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Begitu juga para

spesialis, dan pakar dari berbagai profesi, seperti hakim, psikolog,

antropolog, sosiolog, linguis, apoteker, pendidik, seniman/seniwati,

dan actor/aktris, pasti akan haus menyimak pada hal-hal yang ada

kaitannya dengan mereka, dengan profesi dan keahlian mereka, yang

dapat memperluas pengetahuan mereka. Tanpa memperoleh

informasiinformasi mutakhir mengenai bidang mereka itu, jelas

mereka merasa ketinggalan zaman. Perkembangan pesat yang terdapat

dalam bidang keahlian mereka menuntut mereka untuk

mengembangkan suatu teknik menyimak yang baik.

Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa

faktor yang mempengaruhi menyimak adalah faktor fisik, faktor

psikologis, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor motivasi, faktor

jenis kelamin, faktor lingkungan dan faktor peranan dalam masyarakat.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Hasil Menyimak

Bintang tamu ke-3 pada acara Hitam Putih tanggal 26 November 2019

adalah Aminudin Ma’ruf. Ia merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara,anak

seorang petani dari Karawang yang berhasil menjadi staf khusus Presiden Jokowi

periode sekarang.

Aminudin pernah menempuh pendidikan Strata 1 di Universitas Negeri

Jakarta,tetapi pendidikannya Strata 2 di Universitas Tri Sakti belum selesai

sampai sekarang. Awalnya Aminudin bercita- cita ingin menjadi pilot pesawat

tempur. Ia termotivasi menjadi pilot pesawat tempur karena waktu kecil

Aminudin sangat senang dan sering melihat atraksi pesawat tempur oleh TNI AU,

selaian itu juga rumahnya yang dekat dengan bandara. Waktu ia masih kecil ia tak

pernah lepas dari ibunya,kemanapun ibunya pergi Aminudin selalu mengikutinya.

Meski ia bercita-cita sebagai pilot Aminudin juga pernah bekerja sebagai

pelayan di warung pecel pada awal tahun 2017 . Semua ia lakukan karena desakan

ekonomi,ia mengatakan bahwa semua itu merupakan sebuah bagian dari hidup .

Hingga pada akhirnya ia tak pernah menduga bahwa ia diangkat sebagai salah

satu staf khusus presiden. Ibunya merasa terharu dan bersyukur mendengar kabar

meski hanya lewat telephone bahwa anaknya diangkat menjadi staf khusus

presiden.

Aminudin sangat berterima kasih kepada kedua orang tuanya yang sudah

melahirkannaya dan mendidiknya sampai sekarang. Sampi sekarang ia selalu


berusaha memberikan yang terbaik untuk orang tuanya karena merasa segala

sesuatu yang telah orang tuanya berikan untuknya belum bisa ia balas dengan

baik. Semua perjuangannya tercapai dengan menjadi staf khusus Presiden Jokowi

periode sekarang.

B. Analisis Hasil Simakan

a. 5W+1H

Aminudin Ma’ruf merupakan salah satu staf khusus Presiden Jokowi

periode 2019/2024. Ia merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara, anak seorang

petani dari Karawang. Ia bercita-citanya menjadi seorang pilot tetapi sekarang

ia tak menyangka bisa menjadi salah satu staf khusus presiden.

b. Menyimak ekstensif

Menyimak estetik

Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak

apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dan kegiatan termasuk ke

dalam menyimak secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif, mencakup:

1. Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan

rekaman-rekaman.

2. Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon

yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor, menurut

Dawson (Tarigan, 1986:41).

Dalam menyimak progam acara Hitam Putih ini merupakan kegiatan jenis

menyimak estetik, karena menyimak estetik menyangkup menyimak musik, puisi,

pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman, serta menikmati


cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau

diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor. Progam acara Hitam Putih merupakan

sebuah rekaman televisi dan pendengar menikmati cerita yang diceritakan oleh

narasumber, maka progam acara Hitam Putih merupakan jenis menyimak estetik.

Dalam menyimak acara Hitam Putih yang tayang pada tanggal 26 November

2019 penulis menyimak sebanyak tujuh kali, karena selain menyaksikan acara

tersebut lewat televisi penulis juga menyaksikan lewat youtube.


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak

mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak

perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak sosial (social

listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun

menyimak sopan (courteous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi

sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama. Menyimak sekunder

(secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual

listening) dan secara ekstensif (extensive listening). menyimak estetik mencakup

menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-

rekaman, serta menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemerincing irama, dan lakon-

lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor. Menyimak

pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai

upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal

luar kepala, berlatih santai, serta menguasai suatu bahasa. Progam acara Hitam

Putih merupakan sebuah rekaman televisi dan pendengar menikmati cerita yang

diceritakan oleh narasumber, maka progam acara Hitam Putih termasuk ke dalam

menyimak ekstensif jenis menyimak estetik.

Anda mungkin juga menyukai