Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


“PEMBENTUKAN DAN PENYEBARLUASAN UNDANG-UNDANG”
DOSEN PENGAMPU : DODI JAYA WARDANA, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH:
1. Etis Fitriawati Nurjannah (200901031)
2. Muhammad Ardiansyah Dwi Putra (200901032)
3. Fresil Nurrasyafa Almayunda (200901034)
4. Muhammad Azkannasabi (200901026)

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbillamin, untaian syukur tiada tara kami ucapkan kehadirat
Illahi Robbi atas semua rahmat dan karunianya, kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “PEMBENTUKAN DAN PENYEBARLUASAN UNDANG-UNDANG”
dengan sebaik baiknya.
Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan keharibaan Nabi Agung Nabiyulloh
Muhammad SAW yang mengubah zaman kegelapan menjadi zaman terang benderang
yang kita nantikan syafaatnya di akhir zaman.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada semua team yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini. Ucapan terimakasih, kami haturkan kepada dosen Hukum
Perundang-undangan di Universitas Muhammadiyah Gresik, Bapak DODI JAYA
WARDANA, S.H., M.H. atas bimbingan dan arahanya yang telah menuntun kami
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan tersusunya karya kami ini bisa memberikan manfaat kepada orang
lain terkhusus kepada masyarakat yang ingin memahami lebih dalam tentang tata usaha
negara.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami meminta maaf jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Kami
juga mengharap bantuan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kebaikan kita
bersama dalam makalah ini.

Gresik, 24 November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………….i
KATA PENGATAR ……………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….….1
1.1 Latar Belakang………………………..………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah……………………. …………………………………………………3
1.3 Tujuan ……………….…………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………..4
2.1 Pengertian Pembentukan dan Penyebarluasan Undang-Udang…………………….…....4
2.2 Proses Pembentukan Undang-Undang…………………………………..………………6
2.3 Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan …………… ………………..8
2.4 Landasan Pembentukan Undang-Undang ………………..……………………………..8
2.5 Tujuan dan Fungsi Pembentukan dan Penyebarluasan Undang – Undang……………...9
2.6 Penyebarluasan Undang – Undang……………………………………………………...10
BAB III PENUTUP ……….……………………………………………………………….14
3.1 Kesimpulan …………………….……………………………………………………….14
3.2 Saran ………………….…………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA………………….. …………………………………………………...16

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu negara, dalam praktiknya, antara politik dan hukum memang tidak bisa dipisahkan.
Hal tersebut dilakukan guna melaksanakan konsep tujuan pemerintahannya, khususnya yang
berhubungan dengan pembangunan dan kebijakan-kebijakan politik serta aturan perundang-
undangannya. Indonesia sendiri adalah negara hukum, yang pada dasarnya segala aktivitas
masyarakat bersinggungan dengan norma dan perbuatan hukum, maka dari itu, perlu adanya
aturan yang tertulis maupun tidak tertulis untuk mengatur segala aktivitas agar tercipta
kesejahteraan. Dalam tujuan pemerintahan yang berhubungan dengan pembangunan
perundang-undangan, untuk menciptakan peraturan agar tercipta tertib sosial, maka para
pembuat produk hukum hendaknya mengutamakan kepentingan bersama yang berdasarkan
pada norma dan nilai kebaikan.
Terbentuknya suatu peraturan perundang-undangan juga merupakan sebuah proses
sebagai dinamika kehidupan demokrasi di lembaga legislatif, dengan prosedur dan alur
sistematika yang telah disepakati bersama. Proses pembuatan peraturan perundang-undangan
tersebut juga harus memperhatikan materi muatan yang berdasar pada ketentuan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 (UUD 1945). Pembentukan peraturan perundang-undangan, pada
prinsipnya merupakan proses pembuatan yang dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik
penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan
(sosialisasi). Dalam hubungannya dengan pembentukan peraturan perundang-undangan di
Indonesia, terutama jika dilihat dari perspektif hukum positif, proses pembentukan peraturan
perundang-undangan merupakan kewenangan yang diberikan oleh konstitusi (Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 – UUD 1945) kepada lembaga atau organ pembentuk peraturan
perundang-undangan (legislature).1
Proses atau tata cara pembentukan undang-undang merupakan suatu tahapan kegiatan
yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses ini diawali dari terbentuknya suatu ide
atau gagasan tentang perlunya pengaturan terhadap suatu permasalahan yang kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan mempersiapkan rancangan undangundang, baik oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), maupun oleh pemerintah.
Kemudian pembahasan rancangan undang-undang di Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan bersama dilanjutkan dengan pengesahan diakhiri dengan
pengundangan.
1
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 2009, hlm. 315.

1
Tata cara mempersiapkan rancangan undang-undang dari pemerintah yang dilaksanakan
selama ini, atau lebih tepat sampai bulan oktober 1988 berpedoman pada Intruksi Presiden
No 15 Th. 1970 tentang tata cara mempersiapkan rancangan undang-undang atas usul DPR,
dan pembahasan kedua rancangan undang-undang tersebut diatur dengan peraturan tata tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.2
Proses akhir dari pembuatan peraturan perundang-undangan adalah pengundangan dan
penyebarluasan yang memerlukan penanganan secara terarah, terpadu, terencana, efektif dan
efesien serta akuntabel. Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia. Maksudnya agar setiap orang dapat mengetahui peraturan perundang- undangan,
pemerintah wajib menyebarluaskan peraturan perundang-undangan yang telah diundangkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia. 3
Pengundangan yang dilakukan dengan baik diperlukan untuk memenuhi prinsip negara
berdasarkan asas hukum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.01-HU.03.02
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan yang dalam
tugas pokok dan fungsinya dilaksanakan oleh Direktorat Publikasi, Kerja Sama dan
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan yang membawahi Subdirektorat
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan.
Pembentukan dan penyebarluasan Undang - Undang merupakan bagian penting dalam
mempelajari Hukum Perundang - Undangan. Mengenai bagaimana Undang - Undang bisa
dirumuskan di Indonesia. Banyak sekali proses perencanaan, penelitian, dan pertimbangan.
Setelah ditetapkan Undang – Undang juga perlu dipublikasi luaskan oleh masyarakat. Kami
mencoba menjabarkan perihal Proses pembentukan dan penyebarluasan Undang – Undang
dalam karya kami “Pembentukan Dan Penyebarluasan Undang - Undang”.

2
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-undangan (2) (Proses dan teknik penyusunan), Jakarta: Kanisus 2006
hal. 11
3
Undang-Undang No.12 tahun 2011 tentang Pembentukan Perturan Perundang-undangan, Pasal 1

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pembentukan dan Penyebarluasan Undang-undang ?
2. Bagaimana Proses Pembentukan Undang-undang?
3. Apa saja Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undang ?
4. Apa Landasan Pembentukan Undang-Undang ?
5. Apa Tujuan dan Fungsi Pembentukan dan Penyebarluasan Undang – Undang?
6. Bagaimana Penyebarluasan Undang – Undang?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pembentukan dan Penyebarluasan Undang-
undang
2. Untuk mengetahui Proses Pembentukan Undang-undang
3. Untuk mengetahui Asas-asas dari Pembentukan Peraturan Perundang-undang
4. Untuk mengetahui Landasan Pembentukan Undang-Undang
5. Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Pembentukan dan Penyebarluasan
Undang – Undang
6. Umtuk Penyebarluasan Undang – Undang

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pembentukan dan Penyebarluasan Undang-Undang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan merupakan pelaksanaan dari perintah Pasal
22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
“Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan undang-undang diatur lebih lanjut
dengan undang-undang.” Namun, ruang lingkup materi muatan Undang-Undang ini diperluas
tidak saja Undang-Undang tetapi mencakup pula Peraturan Perundang-undangan lainnya,
selain Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan ini merupakan penyempurnaan terhadap kelemahan-kelemahan dalam Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389), yaitu antara lain:
a. materi dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 banyak yang menimbulkan
kerancuan atau multitafsir sehingga tidak memberikan suatu kepastian hukum;
b. teknik penulisan rumusan banyak yang tidak konsisten;
c. terdapat materi baru yang perlu diatur sesuai dengan perkembangan atau
kebutuhan hukum dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; dan
d. penguraian materi sesuai dengan yang diatur dalam tiap bab sesuai dengan
sistematika.
Materi muatan baru dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan sebagai penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389), yaitu:
a. penambahan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai salah satu
jenis Peraturan Perundang-undangan dan hierarkinya ditempatkan setelah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perluasan cakupan perencanaan Peraturan Perundang-undangan yang tidak
hanya untuk Prolegnas dan Prolegda melainkan juga perencanaan Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Perundang- undangan lainnya;

4
c. pengaturan mekanisme pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang
Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. pengaturan Naskah Akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan
Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
e. pengaturan mengenai keikutsertaan Perancang Peraturan Perundang-
undangan, peneliti, dan tenaga ahli dalam tahapan Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan; dan
f. penambahan teknik penyusunan Naskah Akademik dalam Lampiran I
Undang-Undang ini.
Sistematisasi materi pokok dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah:
a. asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
b. jenis, hierarki, dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan;
c. perencanaan Peraturan Perundang-undangan;
d. penyusunan Peraturan Perundang-undangan;
e. teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan; pembahasan dan
pengesahan Rancangan Undang-Undang;
f. pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
g. pengundangan Peraturan Perundang-undangan;
h. penyebarluasan;
i. partisipasi masyarakat dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
j. dan ketentuan lain-lain yang memuat mengenai pembentukan Keputusan
Presiden dan lembaga negara serta pemerintah lainnya.
Penyebarluasan peraturan perundang-undangan merupakan langkah penting dalam proses
legislasi setelah pengundangan. Penyebarluasan merupakan proses aktif pemerintah agar
suatu peraturan perundang-undangan diketahui oleh masyarakat. 
Tahapan penyebarluasan juga merupakan konsekuensi dari asas hukum bahwa setiap
orang dianggap tahu tentang hukum atau peraturan perundang-undangan. Prinsip hukum juga
mengajarkan bahwa ketidaktahuan atas suatu hukum tidak bisa menjadi alasan pembelaan
terhadap pelanggaran.

5
2.2. Proses Pembentukan Undang-Undang
Proses pembentukan UU diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 12/2011”) sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU
15/2019”).
Proses Pembentukan Undang-Undang sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap awal dalam menyusun peraturan perundang-
undangan. Dalam perencanaan diinventarisasi masalah yang ingin diselesaikan
beserta latar belakang dan tujuan penyusunan peraturan perundang-undangan.
Masalah yang ingin diselesaikan setelah melalui pengkajian dan penyelarasan,
dituangkan dalam naskah akademik. Setelah siap dengan naskah akademik,
kemudian diusulkan untuk dimasukkan ke dalam program penyusunan
peraturan. Untuk undang-undang, program penyusunannya disebut Program
Legislasi Nasional (Prolegnas).
b. Penyusunan
Penyusunan peraturan perundang-undangan dapat diartikan dalam 2 (dua)
maksud. Pertama, penyusunan dalam arti proses, yakni proses penyampaian
rancangan dari Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota atau DPR/DPD setelah
melalui tahap perencanaan. Proses penyusunan ini berbeda untuk undang-
undang, peraturan pemerintah, dan peraturan presiden. Kedua, penyusunan
dalam arti teknik penyusunan, yakni pengetahuan mengenai tata cara pembuatan
judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan, dan lampiran.
a. Pembahasan
Pembahasan adalah pembicaraan mengenai substansi peraturan perundang-
undangan di antara pihak-pihak terkait. Untuk undang-udang, pembahasan
dilakukan oleh DPR bersama Presiden atau menteri melalui tingkat-tingkat
pembicaraan. Untuk peraturan di bawahnya, pembahasan dilakukan oleh instansi
terkait tanpa keterlibatan DPR.
a. Pengesahan
Untuk undang-undang, rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada
Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang. Untuk peraturan perundang-
6
undangan di bawah undang-undang, disampaikan oleh Menteri Hukum dan
HAM kepada Presiden melalui Kementerian Sekretariat Negara atau Sekretariat
Kabinet.
e. Pengundangan
Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, atau
Berita Daerah. Tujuan pengundangan adalah agar masyarakat mengetahui isi
peraturan perundang-undangan tersebut dan dapat menjadi acuan kapan suatu
peraturan perundang-undangan mulai berlaku dan mengikat.

Dasar Hukum Proses Pembentukan perundang – undangan adalah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah sebagaimana yang telah diubah pertama kali dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kedua kali
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2019
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

7
2.3. Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peratura Perundang-undangan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5, menyatakan bahwa
dalam mebentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, meliputi:
1. asas kejelasan tujuan
2. asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
3. asas kesesuian antara jenis dan materi muatan
4. asas kedayagunaan dan kehasilgunaan
5. asas kejelasan rumusan
6. asas keterbukaan
Sementara itu asas-asas yang harus dikandung dalam materi muatan peraturan
perundang-undangan di Negara Republik Indonesia dirumuskan dalam pasal 6 sebagi berikut:
1. asas pengayoman
2. asas kemanusiaan
3. asas kebangasaan
4. asas kekeluargaan
5. asas kenusantaraan
6. asas bhineka tunggal ika
7. asas keadilan
8. asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
9. asas ketertiban dan kepastian hukum
10. asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

2.4. Landasan Pembentukan Undang-Undang


Adapun 3 landasan hukum pembentukan peraturan perundang-undangan yang utama.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
yaitu peraturan perundang-undangan bisa dikatakan memiliki landasan
filosofis apabila rumusannya ataupun normanya mendapatkan pembenaran
setelah dikaji secara filosofis. Definisi landasan pembentukan peraturan
perundang-undangan yang berupa pertimbangan pandangan hidup ini sesuai

8
dengan cita-cita pandangan hidup manusia dalam pergaulan hidup
bermasyarakat dan cita-cita kebenaran, keadilan, jalan kehidupan, filsafat
hidup bangsa serta kesusilaan.
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan yaitu suatu peraturan perundang-undangan bisa dikatakan memiliki
landasan sosiologis bila sesuai dengan keyakinan umum, kesadaran hukum
masyarakat, tata nilai dan hukum yang hidup di masyarakat. Secara umum,
landasan pembentukan peraturan perundang-undangan harus berkaitan dengan
kondisi atau kenyataan yang ada supaya peraturan yang dibuat dapat
dijalankan.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
yaitu peraturan perundang-undangan bisa dikatakan memiliki landasan yudiris
bila terdapat dasar hukum, legalitas atau landasan yang terdapat dalam
ketentuan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Dalam landasan yuridis
menekankan bahwa landasan pembentukan peraturan perundang-undangan
harus berkaitan dengan kondisi hukum di Indonesia.

2.5. Tujuan dan Fungsi Pembentukan dan Penyebarluasan Undang - Undang


Tujuan pembentukan Undang-undang adalah mengatur dan menata kehidupan dalam
suatu negara supaya masyarakat yang diatur oleh hukum itu memperoleh kepastian,
kemanfaatan dan keadilan didalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Menurut Seidmen, fungsi undang-undang adalah sebagai berikut (Aan Seidmenn, dkk.,
2001)
 Sebagai pernyataan efektif dari kebijakan.
Pada aspek ini disebutkan bahwa pada akhirnya Pemerintah hanya akan
memiliki suatu pilihan, yaitu melaksanakan kebijakan-kebijakannya melalui undang-
undang. Ada dua alasan pemerintah menerjemahkan kebijakannya dalam undang-
undang yang diharapkan mampu menjawab berbagai perilaku masyarakat serta
berbagai kepentingan yang bukan saja berlaku bagi masyarakat tetapi juga terhadap
pemerintah terutama dalam hal legitimasi. Oleh karena itu, undang-undang
dibutuhkan untuk memerintah dan tuntutan legitimasi.

9
 Hukum sebagai langkah penting bagi negara dalam upaya perubahan perilaku.
Peraturan-peraturan dipersiapkan oleh para penyusun rancangan pola perilaku
yang seharusnya dilakukan. Dalam menciptakan suatu lingkungan yang mendukung
proses pembangunan maka tugas undangundang yang paling penting adalah memberi
petunjuk atau pengarahan pada perilaku ke arah yang baru atau tujuan yang
diharapkan.

Fungsi lain peraturan perundang-undangan dapat ditinjau dari fungsi filosofis,


sosiologis, dan yuridis. Penjelasan ketiga fungsi ini, yaitu:
a. fungsi filosofis mengacu pada peraturan perundang-undangan yang harus
mencapai tujuan keadilan;
b. fungsi sosiologis mengacu pada peraturan perundang-undangan yang harus
mencapai tujuan kemanfaatan;
c. fungsi yuridis yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang harus
mencapai tujuan kepastian hukum.

2.6. Penyebarluasan Undang – Undang


Penyebarluasan peraturan perundang-undangan merupakan langkah penting dalam
proses legislasi setelah pengundangan. Penyebarluasan merupakan proses aktif pemerintah
agar suatu peraturan perundang-undangan diketahui oleh masyarakat.
Dalam praktiknya saat ini, tujuan pengundangan yaitu agar setiap orang mengetahui
tidak telihat dalam langkah aktif pemerintah untuk menginformasikan peraturan perundang-
undangan terkait. Oleh karena itu, penyebarluasan dianggap sebagai proses lanjutan dari
pengundangan.
Tahapan penyebarluasan juga merupakan konsekuensi dari asas hukum bahwa setiap
orang dianggap tahu tentang hukum atau peraturan perundang-undangan. Prinsip hukum juga
mengajarkan bahwa ketidaktahuan atas suatu hukum tidak bisa menjadi alasan pembelaan
terhadap pelanggaran.
Penyebarluasan peraturan perundang-undangan diatur dalam Perpres Nomor 1 Tahun
2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan. Perpres itu disusun untuk menindaklanjuti UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang

10
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Selanjutnya, Kementerian Hukum dan HAM
menerbitkan Permenkumham M.01-HU.03.02 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengundangan
dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan.  
Objek yang disampaikan dalam dua sistem publikasi online tersebut sama. Di satu
sisi, peraturan yang disahkan atau ditetapkan Presiden, yaitu UU, PP, dan Prepres, melalui
proses pengundangan sehingga publikasinya akan dilakukan oleh DJPP. Di sisi lain, Setneg
dan Setkab pun akan melakukan publikasi tersebut melalui sistem informasi peraturan
perundang-undangan yang berbasis internet.
Penyebarluasan Undang-Undang oleh Pemerintah dilakukan oleh:
a.    menteri;
b.    menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesekretariatan negara; dan/atau
c.    menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian yang memprakarsai
Rancangan Undang-Undang.
 
Selanjutnya, ketentuan penyebarluasan undang-undang melalui media elektronik
dengan penyelenggaraan sistem informasi peraturan perundang-undangan oleh Menteri
(dalam Perpres 878/2014 yang disebut Menteri  adalah Menteri yang mengurusi
penyelenggaraan urusan pemerintah di bidang hukum) terdapat dalam Pasal 177 ayat (1) a,
yang mengatur sebagai berikut:
Penyebarluasan Undang-Undang oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
176 huruf a, dilakukan melalui media elektronik yang mudah diakses masyarakat yang
dilakukan dengan menyelenggarakan sistem informasi Peraturan Perundang-undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
Ketentuan yang sama juga terdapat dalam Pasal 178 huruf (a) dan Pasal 179 huruf (b)
untuk Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara
dan menteri/pimpinan lembaga pemerintah non kementerian yang memprakarsasi rancangan
Undang-undang.
Penyebarluasan Undang-Undang secara elektronik dilakukan melalui media
elektronik yang mudah diakses oleh masyarakat dengan menyelenggarakan sistem informasi
peraturan perundang-undangan di tiga kementerian/lembaga tersebut, salah satunya melalui
internet. Bentuk media elektronik lainnya adalah televisi dan radio.

11
Pengaturan penyebarluasan Undang-Undang ini juga berlaku secara mutatis mutandis
bagi Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden. Ketentuan ini tercantum dalam Pasal 180
Perpres 87/2014.
Perpres 87/2014 memberi kewenangan kepada Kementerian Hukum dan HAM,
Sekretariat Negara, dan Kementerian/Lembaga pemrakarsa untuk menyebarluaskan undang-
undang. Penyebarluasan melalui internet ini biasanya dilakukan melalui website masing-
masing lembaga. Penyebarluasan oleh Kementerian Hukum dan HAM dilakukan melalui
situs Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan
(http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/database-peraturan.html). Kementerian Setneg dan
Kementerian/Lembaga menyebarluaskan undang-undang dengan menempakan fitu produk
hukum dalam website masing-masing.
Pengguna internet yang ingin mencari naskah undang-undang, peraturan pemerintah
dan peraturan presiden mempunyai pilihan mencari melalui website-website tersebut. Dengan
adanya tiga pilihan tersebut seolah memudahkan akses masyarakat, namun sebenarnya
penyediaan akses melalui beberapa penyedia tersebut juga rentan  menimbulkan persoalan.
Persoalan pertama terkait dengan validitas naskah peraturan perundang-undangan. Apakah
masing-masing naskah undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan presiden yang
dimuat dalam tiga website tersebut merupakan naskah otentik sesuai yang diundangkan oleh
Kementerian Hukum dan HAM.  Kedua, terkait dengan efektivitas penyediaan.
Penyebarluasan naskah peraturan perundang-undangan tidak seperti dengan
penyebarluasan informasi maupun dokumen lainnya. Validitas naskah sesuai dengan yang
diundangkan dalam lembaran negara menjadi unsur penting yang harus dijamin oleh
penyedia dokumen tersebut. Terlebih lagi penyediaannya dilakukan oleh otoritas yang
ditunjuk secara resmi oleh pemerintah. Pengguna internet harus memastikan bahwa naskah
yang diunduh melalui internet dari website-website tersebut sesuai dengan naskah yang
diundangkan.
Untuk menjamin validitas dan mendorong efektivitas serta kemudahan pencarian,
pemerintah hanya perlu menunjuk satu kementerian/lembaga yang secara resmi menyediakan
naskah undang-undang melalui internet. Seharusnya penyediaan melalui internet ini
terintegrasi dengan mekanisme pengundangan undang-undang sehingga kementerian yang
lebih tepat menyebarluaskan adalah Kementerian Hukum dan HAM yang memang memilki
kewenangan pengundangan. Pemberian kewenangan penyebarluasan melalui internet kepada
Setneg dan Kementerian/Lembaga pemrakarsa merupakan suatu tugas yang “mubazir” dan
cenderung merepotkan bagi pencari naskah undang-undang melalui internet.
12
Pengaturan penyebarluasan Undang-undang dalam Perpres 87/2014 ini belum mampu
menyelesaikan kerumitan pengguna internet untuk menemukan website yang otoritatif yang
menyediakan naskah yang terjamin otentifikasinya sesuai dengan naskah yang diundangkan.
Saat ini, pengguna bisa dengan mudah untuk mencari naskah undang-undang melalui
internet.

Naskah undang-undang secara masif tersedia melalui berbagai website meliputi website
kementerian/lembaga maupun website yang dikelola masyaraat atau organisasi swasta.
Bahkan penyedia naskah undang-undang di kalangan pemerintah pun juga beragam. Selain
tersedia melalui sistem informasi peraturan perundang-undangan oleh Kementerian/Lembaga
yang disebut di bagian sebelumnya, naskah peraturan perundang-undangan juga tersedia
melalui sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum nasional (JDIHN).
Untuk memudahkan dan menjamin validitas dokumen peraturan perundang-undangan
yang tersedia di internet, pemerintah perlu menunjuk satu satu saja kementerian/lembaga
yang berwenang menyelenggarakan sistem informasi peraturan perundang-undangan berbasis
internet. Penyelenggara sistem ini sebaiknya adalah Kementerian Hukum dan HAM yang
juga memiliki kewenangan pengundangan.
Penyebarluasan perlu terintegrasi dengan penyelenggaraan pengundangan. Sedangkan
peraturan yang disediakan dalam sistem ini bisa dibatasi pada naskah undang-undang,
peraturan pemerintah dan peraturan presiden. Sedangkan bentuk peraturan lainnya, seperti
yang dikeluarkan oleh pejabat setingkat Menteri dapat disediakan juga melalui website
kementerian/lembaga masing-masing.
Implementasi penyelenggaraan sistem informasi peraturan perundang-undangan yang
tersentralisasi dalam satu website dan terintegrasi dengan pengundangan ini memerlukan
kemauan dari Kementerian Sekretariat Negara dan kementerian/lembaga lainnya untuk
menghilangkan ego sektoralnya dalam menjalankan fungsi penyebarluasan peraturan
perundang-undangan secara online ini.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan merupakan pelaksanaan dari perintah
Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa “Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan undang-undang diatur lebih
lanjut dengan undang-undang.”
Proses Pembentukan Undang-Undang sebagai berikut:
1. Perencanaan. dalam perencanaan diinventarisasi masalah yang ingin diselesaikan
beserta latar belakang dan tujuan penyusunan peraturan perundang-undangan.
2. Penyusunan. Penyusunan peraturan perundang-undangan dapat diartikan dalam 2
(dua) maksud. yakni proses penyampaian rancangan dari setelah melalui tahap
perencanaan dan penyusunan dalam arti teknik penyusunan, yakni pengetahuan
mengenai tata cara pembuatan judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan,
dan lampiran.
4. Pembahasan. Pembahasan adalah pembicaraan mengenai substansi peraturan
perundang-undangan di antara pihak-pihak terkait.
5. Pengesahan. Untuk undang-undang, rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden
untuk disahkan menjadi undang-undang.
6. Pengundangan. Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, atau Berita Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peratura Perundang-undangan sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5, menyatakan bahwa
dalam mebentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, meliputi:
14
1. asas kejelasan tujuan
2. asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
3. asas kesesuian antara jenis dan materi muatan
4. asas kedayagunaan dan kehasilgunaan
5. asas kejelasan rumusan
6. asas keterbukaan
Tujuan pembentukan Undang-undang adalah mengatur dan menata kehidupan dalam
suatu negara supaya masyarakat yang diatur oleh hukum itu memperoleh kepastian,
kemanfaatan dan keadilan didalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Menurut Seidmen, fungsi undang-undang adalah sebagai berikut yakni Sebagai
pernyataan efektif dari kebijakan dan Hukum sebagai langkah penting bagi negara dalam
upaya perubahan perilaku.

Fungsi lain peraturan perundang-undangan dapat ditinjau dari fungsi filosofis


mengacu pada peraturan perundang-undangan yang harus mencapai tujuan keadilan;,
sosiologis mengacu pada peraturan perundang-undangan yang harus mencapai tujuan
kemanfaatan, dan yuridis mengacu pada peraturan perundang-undangan yang harus mencapai
tujuan kepastian hukum.

Penyebarluasan peraturan perundang-undangan merupakan langkah penting dalam


proses legislasi setelah pengundangan. Penyebarluasan merupakan proses aktif pemerintah
agar suatu peraturan perundang-undangan diketahui oleh masyarakat.

Dalam praktiknya saat ini, tujuan pengundangan yaitu agar setiap orang mengetahui
tidak telihat dalam langkah aktif pemerintah untuk menginformasikan peraturan perundang-
undangan terkait. Oleh karena itu, penyebarluasan dianggap sebagai proses lanjutan dari
pengundangan.

3.2. SARAN
Dari makalah ini penulis menyadari jauh dari kata kesempurnaan dan banyak terdapat
kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon kepada seluruh pembaca baik teman – teman
ataupun bapak/ibu dosen untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun yang
menunjang makalah ini untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat dipergunakan khalayak umum sebagai bahan
pengetahuan dan pengkajian ulang sehingga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA
Seidmenn, Aan et.all, 2001, Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dalam
Perubahan Masyarakat yang demokratis: Sebuah Panduan untuk Pembuat Rancangan
Undang-Undang, ELIPS, Jakarta.
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-12-2011-pembentukan-peraturan-perundang-
undangan (diakses pada Selasa, 30 November 2021 pukul 15.25)
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt546316f0a995e/efektivitas-penyebarluasan-
undang-undang-secara-online-oleh-pemerintah/ (diakses pada selasa, 30 November 2021
pukul 18.55)
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt506c3ff06682e/pembuatan-
undang-undang (diakses pada selasa, 30 November 2021 pukul 19.23)
https://www.researchgate.net/publication/325472636_Landasan_dan_Asas-
Asas_Pembentukkan_Peraturan_Perundang-Undangan_yang_Baik (diakses pada selasa, 30
November 2021 pukul 19.35)

16
17

Anda mungkin juga menyukai