Anda di halaman 1dari 9

Blok Diagram Pesawat Rontgen

Cara Kerja Hot Katoda


Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2
elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/ filamen tabung rontgen dihubungkan ke transformator
filamen. Transformator filamen ini akan memberi supply sehingga mengakibatkan terjadinya
pemanasan pada filamen tabung rontgen, sehingga terjadi Thermionic Emission, dimana
elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga akan banyak terjadi
elektron bebas dan terbentuklah awan elektron.
Anoda dan katoda di hubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 KV – 150 KV.
Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka akan terjadi garis-garis gaya magnet
(GGM) yang akan berubah–ubah bergantung dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari
perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL)
pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap
perubahan waktu (E = - dΦ/ dt). Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yang akan
disuplay ke elektroda tabung rontgen.
Pada saat anoda mendapatkan polaritas + dan katoda mendapat polaritas - maka
elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda, akibatnya
terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka akan terjadi arus elektron yang berlawanan
dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Pada saat yang bersamaan, elektron-
elektron yang ditarik ke anoda tersebut akan menabrak anoda dan ditahan. Jika tabrakan elektron
tersebut tepat diinti atom disebut peristiwa Breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron
dikulit K, disebut K Karakteristik.Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-
elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-elektron lain.
Perpindahan elektron ini akan menghasilkan seatu gelombang elektromagnetik yang panjang
gelombangnya berbeda-beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 – 1 A
inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Rontgen.
Blok Diagram Power Supply

1. Saklar
Berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan pesawat roentgen.
2. Fuse / sekring
Berfungsi sebagai pengaman.
3. Voltage Compensator
Alat yang berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang diperlukan pesawat jika
terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN Jika tegangan naik kita harus menambah
jumlah lilitan primer dengan memutar selector voltage compensator dan jika tegangan turun
kita harus mengurangi jumlah lilitan primer dengan memutar selector voltage compensator
sehingga diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan dan jumlah lilitan primer
dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian diperoleh nilai
tegangan pada setiap lilitan akan tetap.
Perbandingan transformasi dapat dirumuskan :
E1 : N1 = E2 : N2

dimana E1 = Tegangan di primer


N1 = Jumlah lilitan di primer
E2 = Tegangan di sekunder
N2 = Jumlah lilitan di sekunder
4. Auto Trafo
Alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain dengan cara
menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh pesawat. Autotrafo adalah transformator
yang kumparan primer dan kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core
5. Line Resistance ( R Mate)
Setiap pesawat mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh pabrik, contohnya pada
pesawat shimadzu R=0,04-0,08Ω, resistance ini disebut R internal ( R pesawat ). Sehinnga R
line adalah tahanan atur yang berfungsi untuk mencocokkan tahanan pengkabelan dengan
tahanan yang dibutuhkan pesawat.
R internal = R. mate (line) + R. Eksternal (pengkabelan).
6. Voltage Indicator
Untuk mengetahui apa tegangan PLN mengalami kenaikan atau penurunan.
7. KVP selector Mayor
Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan katoda,
yang besar selisih tiap terminal x 10 KV
8. KVP selector Minor
Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan katoda,
yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV
9. Voltage regulator
Untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac tergangtung dengan pesawat yang digunakan
dan dinegara mana.

Blok Rangkaian Pemanas Filamen

Fungsinya untuk memberikan catu daya dan mengatur besar arus pemanas filament agar
terjadinya termionic emission bisa di kendalikan sehingga jumlah electron – electron bebas yang
dihasilkan pada filament tabung rontgen bisa dicontrol.
Rangkaian ini terdiri dari:
1. Rangkaian stabilisator tegangan
Fungsinya untuk menstabilkan tegangan untuk rangkaian pemanas filament sehingga
pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada
filament tabung rontgen.Rangkaian ini terdiri lagi kumparan primer yang kita sebut N 1,
kemudian kumparan sekunder yang terdiri dari N2 dan N3. N2 di paralel dengan C diseri
dengan N3. Masukkan / input disebut Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.
2. Space Charge Compensator
Alat ini berfungsi untuk mengkompensasikan nilai arus tabung agar sesuai dengan yang
dipilih meskipun terjadi perubahan tegangan tinggi pada tabung roentgen.Rangkaian ini
berupa variable resistor (VR) yang terdiri dari tap-tap, yang tiap tap-tapnya mempunyai nilai
R yang berbeda-beda.

Selector pada SCC ini digabungkan dengan kvp selector mayor dengan maksud agar pada saat
kita memilih besar tegangan kita juga mengatur/memilih besarnya nilai R pada SCC. Jika posisi
kvp selector mayor pada pemilihan KV tertinggi maka pada SCC nilai R nya akan pada posisi
dengan nilai R tertinggi begitu juga sebaliknya.Hal ini dimaksudkan supaya pada saat KV naik
maka SCC yang terdiri dari VR dan digank dengan KV selector, maka nilai R pada SCC juga
naik sehingga terjadi voltage drop yang besar pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada
pemanas filamen berkurang, jadi walaupun energi yang menarik elektron lebih kuat tetapi jumlah
electron yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung yang terjadi sesuai dengan yang telah
ditentukan.. Kemudian pada saat KV turun maka nilai R space charge compensator yang terdiri
dari VR yang telah digank dengan KV selector akan turun juga, sehingga terjadi voltage drop
yang kecil pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen bertambah / naik
sehingga awan elektron naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi yang menarik electron
kecil tapi electron yang ditarik banyak.

3. mA Control
Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian akan digunakan sebagai
penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung seri dengan trafo filament.
Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R nya untuk menentukan voltage
drop pada VR. Semakin besar pilihan mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai
R yang paling kecil,sehingga voltage dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka pilihan tap
tersebut berada pada posisi nilai R paling besar. Arus tabung ditentukan oleh besarnya
tegangan pada trasformator filamen. Tegangan transformator ini (EF) akan menentukan
besarnya arus transformator filamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo filamen semakin
besar pula arus yang mengalir pada trafo filament,besarnya arus trafo filamen ini akan
menentukan banyaknya elektron bebas yang dihasilkan. EF besar --> IF besar --> elektron
bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan trafo filamen kecil
karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada tegangan trafo lebih kecil karena R
tadi menyebabkan voltage drop yang lebih besar.
V = I x R . Tegangan pada filament = Tegangan awal – voltage drop.

4. Stand by Resistor
Alat yang berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen tabung rontgen agar
terjadi pre heating sebelum expose berlangsung sehingga filament tabung roentgen lebih awet.
Alat ini terdiri dari R yang dilengkapi yang dilengkapi dengan kontaktor yang digerakkan oleh
delay relay.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut, pada saat main swith ON, filament tabung rontgen
langsung mendapatkan tegangan dari transformator filament tapi melewati stand by resistant
sehingga tegangan yang mengalir bukan tegangan normal. Pada saat expose, timer bekerja dan
relay energice bekerja sehingga kontaktor exposure swith terhubung dan kontaktor relay di
stand by resistant terhubung (di by pass ), sehingga tegangan akan melewati kontaktor (bukan
R lagi) sehingga tidak ada voltage drop sehingga pemanasan filament pada tegangan normal.
5. Filamen Limiter (mA Litimer)
Alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus filamen, maksudnya agar tegangan
pemanas filamen di atas sesuai dengan kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen
sehingga pemberian tegangan tersebut memberi pemanasan yang normal. Pengunaan filament
limiter ini akan lebih terasa terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double focus,
yaitu focus besar dan focus kecil yang masing-masing dilengkapi filament limiter sendiri.
Untuk yang large focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang small focus nilai
tahanan limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan.
6. Trafo Filamen
Berfungsi untuk step down filament, biasanya tegangan yang digunakan adalah tegangan 110
volt menjadi 12 v/18 v tergantung spesifikasi tabung.
7. Filamen Tabung Rontgen
Berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai katoda..
Terdiri dari bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur yang tinggi 3600 oC dengan nomor
atom 74. Filamen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai katoda. Pada katoda
juga dipasang Focussing Cup yaitu alat yang menyerupai mangkok untuk mengfokuskan
jalannya electron dari anoda ke katoda.Katoda juga bisa berupa Single focusatauDouble focus.
Maksud digunakannya double focus agar dapat melayani pengunaan mA (arus) yang berbeda-
beda.

Blok Rangkaian Tegangan Tinggi

Pada rangkaian ini terdapat trafo tegangan tinggi yang berfungsi untuk memberikan beda
potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat polaritas positif dan
katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar elektron-elektron bebas yang ada disekitar
katoda dapat ditarik ke anoda.
Transformator adalah alat yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
dari satu rangkaian kerangkaian lain. Bila transformator tersebut untuk menaikkan tegangan
disebut transformator step up (pada HTT) dan apabila untuk menurunkan tegangan disebut
transformator step down (pada trafo filamen).transformator step up mempunyai jumlah lilitan
sekunder lebih banyak dari pada jumlah lilitan primernya sedangkan transformator step down
mempunyai jumlah lilitan sekunder lebih sedikit dari pada jumlah lilitan primernya. Pada HTT
jenis transformator yang digunakan adalah step up dan perbandingan transformasinya bisa
mencapai 1 : 1000 atau tergantung dari desain pabrik pembuatan. Bila pada kumparan primer
dialiri arus bolak balik (AC) maka akan timbul garis-garis gaya magnet yang berubah-ubah
tergantung dari besarnya arus yang mengalir. Perubahan garis-garis gaya magnet ini akan
menyebabkan terjadinya gaya gerak listrik (ggl) pada lilitan sekundernya, yang besarnya
bergantung dari perubahan fliks pada setiap perubahan waktu.
Blok Rangkaian Tabung Sinar-X

Merupakan sebuah tabung diode yaitu tabung vakum yang terdiri dari dua elektrode, yaitu anode
dan katode. X ray tube adalah tempat berlangsungnya proses terbentuknya sinar x.
 Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk pemotretan tunggal disebut “Pesawat
Rontgen 1 examination”
 Pesawat rontgen yang memiliki x ray tube over table dan under table disebut 2 Examination.
Ada 2 macam x ray tube :
1. x ray tube over table  berada diluar patient table
2. x ray tube under table  berada di bawah universal patient table

Blok Rangkaian Timer


Timer berfungsi menentukan lamanya penyinaran sinar-X. Terdapat 4 macam timer, yaitu:
1. Timer Mekanik

Cara kerja:
a.) menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve p kearah searah jarum jam, dalam
waktu yang bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi gergaji W akan ikut berputar
kekanan (searah jarum ajm) kontaktor C dari normally open menjadi close.
b.) setelah sesuai waktu yangn ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA mengunci roda
gigi W.
c.) sementyara preparation selesai, yaitu kV, mA dan waktu telah ditetapkan maka PB SWE
ditekan, sehingga akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju kontaktor C ke PB
SWE kemabli ke relay S, kembali ke power supply.
d.) sehingga akan menyebabkan relay s energized dan menarik kontak SW3 hingga rangkaian
power supply dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan expose
(penyinaran) dimulai.
e.) sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga terlepas dari
penguncian, gigi gergaji mulai berputar kea rah kiri (berlawanan jarum jam).Setelah waktu
0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi nol. Maka valve akan menyentuh kontaktor C hingga
membuka kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S energized, kontaktor SW3
membuka kembali, sehingga akan memutuskan hubungan antara rangakian Power Supply
dengan rangakaian transformator tegangan tinggi hingga proses expose terhenti.

2. Timer Elektrik
Cara kerja :
a.) menetukan lamanya penyinaran dengan memutar knop K yang diikuti lengan A kearah kiri
(berlawanan jarum jam), misalnya 0,5 detik, dan plat bsi D2 kearah kiri.
b.) pada saat itu motor M telah berputar hingga memutar plat D1 kearah kanan (searah jarum
jam).
c.) saat preparation selesai, yaitu kV, mA, waktu telah ditetapkan maka PB SWE, terminal 1
terhubung dengan terminal 2, terminal 3 terhubung dengan terminal 4.
d.) dengan terhubungnya terminal 1 dan terminal 2, maka dari Power Supply akan mengalir arus
(menuju relay S) kembali ke power supply, sehingga relay S energized. Dengan energizednya
relay, maka plat D2 akan menempel dengan plat D1. sehingga plat D2 bergerak kekanan,
diikuti lengan A dan knop K.
e.) pada waktu yang bersamaan, ada arus yang mengalir dari power supply menuju ke kontaktor
3-4 lalu ke kontak lalu ke relay SW dan kemudian kembali ke power supply.

3. Timer Elektronik
Cara kerja:
a.) kita menentukan lamanya penyinaran waktu yang ada, T= R.C
b.) SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi pengisian kondensator dengan arah arus dari
terminal(+)→SWR→kondensator C→terminal 1. sementara itu, kontak SWS (bawah) akan
close (karena digank dengan SWE), sehingga relay SA akan energized, kontaktor SW3A
menutup, sehingga rangkaian power supply dan rangkaian HTT akan terhubung dan expose
akan berlangsung.
c.) berlangsungnya expose berbarengan dengan pengisian kondensator, sehingga saat muatan
kondensator penuh (time konstan 63%, karena merupakan fungsi linier setiap perubahan
waktu), yang merupakan tegangan “critical gride”, maka pada posisi 63% itu maka relay SB
akan bekerja.
d.) dengan berubahnya thyratron, maka arus mengalir ke relay SB sehingga relay SB akan
bekerja, dengan bekerjanya relay SB maka kontaktor SW3 membuka.
e.) membukannya SW3 menyebabkan terputusnya power supply dengan HTT.

4. Timer Otomatis
Cara kerja :
a.) menetukan lamanya waktu penyinaran = R.C
b.) pada saat PB SWE ditekan maka akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju
terminal 7,5,6,8 SW3 lalu menuju kumparan primer HTT dan kembali ke supply.
c.) maka akan ada arus yang mengalir pada sekunder trafo tegangann tinggi dengan arah arus
Rectifier menuju kapasitor. Sehingga kapasitor akan terisi penuh sebesar 0,63 C.
d.) setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan sehingga akan
mengaktifkan relay S1.
e.) dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga tidak ada arus yang
mengalir pada primer trafo tegangan tinggi.
f.) proses penyinaran telah selesai.

Anda mungkin juga menyukai